Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang berbagai hal mengenai
asuhan keperawatan pada Tn. H dengan pemakainan ventilator di Ruang ICU Rumah Sakit Siloam Hospital lippo village kesenjangan-kesenjangan maupun kesamaan yang berkaitan dengan tinjauan teori, serta menguraikan faktor – factor penunjang dan penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan. Ruang lingkup pembahasan yang akan penulis uraikan sesuai dengan proses asuhan keperawatan meliputi: A. Pengkajian Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan, oleh karena itu tepat atau tidaknya intervensi yang kita lakukan pada klien tergantung pada tahap pengkajian. Dalam pengumpulan data pada kasus Tn. H kami menggunakan satu tehnik anamnesa yaitu: Allo Anamnesa (pengkajian yang dilakukan pada anggota keluarga, medical record, hasil - hasil pemeriksaan diagnostik atau data-data penunjang), karena penulis tidak mungkin melakukan pengkajian secara Auto anamnesa berhubungan dengan kondisi klien sudah\ terintubasi dengan GCS E2M4VT. Pada teori data fokus pasien dengan pemakain ventilator didapatkan data subyektif pasien tidak dapat dikaji karena sudah terintubasi. Sedangkan data objektif didapatkan reflek batuk ada, sputum warna putih kekuningan, terdengar ronchi pada kedua lapang paru. Pada kasus pada saat pengkajian didapatkan Kesadaran GCS E2M4VT dalam pengaruh obat, dengan ventilator mode ASV 100 % PEEP 8 FiO2 60%. TD 117/61 mmHG, RR 28x/m, S 36,7 C, HR 135 x/m, SpO2 99 %. pasien tidur dengan posisi semi fowler, Terpasang dower catheter ukuran 16 Fr, produksi urine 10 - 20 ml/ jam. Dilihat dari penyebab pemakaian ventilator pada pasien ini dikarenakan ventilasi yang tidak adekuat karena adanya spasme pada jalan nafas sehingga kekurangan oksigen ke otak dan dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Dalam pengelolaan cairan didapatkan pemberian NaCL 0,9% 10 ml/jam Pada pasien ini juga diberikan sedasi Morphin 1 mg/jam iv drips dan Dormicum 1 mg/jam iv. Sesuai dengan penatalaksanaan pada pasien dengan pemakaian ventilator pada teori dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman sehingga pasien tidak gelisah yang dapat mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen. Pemberian nutrisi juga sudah diberikan dengan diet diabetasol 750 – 1000 kkal. B. Diagnosa Keperawatan Pada diagnosa keperawatan terdapat perbedaan antara teori dengan kasus. Pada Teori terdapat 5 diagnosa keperawatan yaitu: 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas, adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan, 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi perfusi 3. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas 4. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan gangguan metabolisme, kelemahan otot pernafasan 5. Resiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis, efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer Sedangkan pada kasus ini diagnosa yang ditemukan pada pasien ada 3 diagnosa yang meliputi : gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, dan gangguan ventilasi spontan. Pada diagnosa keperawatan gangguan pertukaran gas sebagai diagnose aktual pertama oleh karena dari data yang di dapat dari hasil AGD PH arteri meningkat, PCO2 meningkat, PO2 menurun, takikardi serta suara paru ronchi dan masih terpasang ventilator. Pola nafas tidak efektif di angkat sebagai diagnosa kedua dan Diagnosa ketiga yang kami angkat gangguan ventilasi mekanik C. Perencanaan Keperawatan Tahap ini adalah tahap lanjutan dari pengkajian dan diagnosa keperawatan. Kegiatan perencanaan disusun berdasarkan masalah yang ada pada pasien, perumusan tujuan menentukan kriteria hasil dan rencana tindakan dan disesuaikan dengan NCP pada SHLV yaitu menggunakan SDKI dengan modifikasi intervensi sesuai dengan teori. D. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan dilakukan pada tanggal 26 april 2021 sampai dengan 28 april 2021. Penulis melakukan tindakan keperawatan pada pasien sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Hampir semua rencana tindakan keperawatan dapat dilakukan pada kasus ini. Faktor penghambat yang ditemukan penulis dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah penulis belum bisa mengevaluasi secara keseluruhan kondisi pasien, karena asuhan keperawatan dilaksanakan dalam waktu 3 hari. Faktor lain dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini adalah pasien dan perawat mampu menjalin kerjasama dengan baik dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. E. Evaluasi Keperawatan Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien antara teori dan kasus. Penulis menggunakan metode SOAP dalam mengevaluasi dari proses keperawatan. Saat dilakukan evaluasi dari semua perencanaan dan pelaksanaan yang sudah dibuat belum semuanya terselesaikan, hal ini berkaitan dengan kondisi pasien yang belum mengalami banyak perubahan. Masalah keperawatan yang belum teratasi antara lain gangguan pertukaran gas belum teratasi dikarenakan suara paru masih ronchi serta perubahan AGD belum signifikan. Diagnosa pola nafas tidak efektif di karenakan pasien masih takipnea dan hiperventilasi. Gangguan ventilasi mekanik dikarenakan pasien masih menggunakan ventilator. Memenuhi kebutuhan mobilitas pasien dibantu sepenuhnya oleh perawat, karena kondisi. Pasien masih lemah. masih terpasangnya ventilator dan alat lainya.S