Anda di halaman 1dari 3

KEPERAWATAN KRITIS

Nama : Riastuti Handayani


NPM : 2106763202
QBL 4 : Asuhan Keperawatan Kritis

ILUSTRASI KASUS

Seorang laki-laki berusia 57 tahun dirawat di ICU hari ke-1 dengan suspect ARDS e.c Acute
Lung Oedema dd Syok Sepsis. Hasil pengkajian didapatkan, pasien tampak sesak dan
gelisah. TD 70/60 mmHg, N 126 x/menit, RR 38 x/menit, Suhu 39°C. Pasien terpasang
oksigen NRM 15 liter/menit. Hasil AGD: pH 7,18 ; PaO2 128 mmHg; PaCO2 55 mmHg;
HCO3 18,7 ; SaO2 92%, BE -3,4. Hasil laboratorium: Hb 8,5 g/dL, Leukosit 25 x 10 3/uL,
LED 22 mm/jam. Hari ke-2 pasien diintubasi dengan ventilator mode ventilator CMV 20, VT
420 cc, PEEP = 7, FiO2 = 60%. Pada hari ke-3 sampai dengan ke-5 pasien lebih stabil dan
kesadaran meningkat. Pasien direncanakan weaning ke mode SIMV RR 12 x/menit, FIO2 =
40%, PEEP = 5 dan menurunkan sedasi setiap hari. Kesadaran meningkat, mampu
menggunakan komunikasi non-verbal, tidak agitasi dan obat vasopressor dari dosis 0.08
mcg/kgbb/menit bisa tapering turun menjadi 0.01 mcg/kgbb/menit. Pasien direncanakan
ekstubasi pada hari ke-7.

SOAL

1. Sebutkan dan jelaskan rencana weaning pada pasien


2. Jelaskan monitoring dan observasi yang harus dilakukan oleh ners dalam proses
weaning pasien
3. Jelaskan fungsi dari proses penurunan sedasi pada keberhasilan weaning
4. Jelaskan proses weaning dari mode ke SIMV ke mode selanjutnya
5. Sebutkan kriteria ekstubasi pada pasien tersebut
6. Jelaskan monitoring dan observasi yang harus dilakukan pasca ekstubasi

JAWABAN

1. Pasien akan direncanakan weaning ke mode SIMV karena sudah 3 hari ini kondidi pasien
lebih stabil serta kesadaran meningkat. Mode SIMV (Sincronized Intermitten Positive
Pressure Ventilation): Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang
seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat
inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh
karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMV nya disinkronisasi (SIMV).
Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode
IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal
sehingga masih memerlukan bantuan.
Weaning atau penyapihan didefinisikan sebagai penurunan progresif dalam jumlah dukungan
ventilasi yang diterima pasien dari ventilator. Proses penyapihan mencakup penurunan
dukungan ventilator, menilai respons pasien, dan kemungkinan melakukan ekstubasi pasien.
Tujuan dari proses penyapihan adalah untuk membebaskan pasien dari ventilasi mekanis.
Melepaskan saluran napas buatan merupakan hasil yang diinginkan dari proses penyapihan
namun tidak penting untuk pembebasan dari dukungan ventilasi. Pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan perawatan pasien dengan ventilasi mekanis (misalnya,
manajemen jalan napas, penghisapan, mode ventilator mekanis, interpretasi analisis gas
darah) diperlukan untuk melaksanakan proses penyapihan. Penyapihan berhasil bila sistem
paru pasien memiliki kemampuan dan kapasitas untuk melakukan fungsi pernapasan spontan
yang diperlukan. Faktor pernapasan dan non-pernafasan berkontribusi terhadap keberhasilan
penyapihan. Status oksigenasi pasien sebelum dan selama penyapihan merupakan indikator
kuat keberhasilan atau kegagalan. Fungsi kardiovaskular dan faktor psikologis harus
dioptimalkan untuk keberhasilan penghentian penggunaan dukungan ventilasi
2. Monitoring dan observasi yang harus dilakukan oleh ners dalam proses weaning pasien :
perawat harus mengobservasi beberapa hal sebelum melakukan weaning, yaiyu memastikan
masalah primer penyebab gagal napas pada pasien sudah teratasi, kemudian perawat harus
memastikan hemodinamik stabil yang berarti tidak menggunakan obat vasoaktif atau
inotropik. Memastikan status neurologis adekuat dengan nilai GCS > 8, dan jika pasien
tersedasi dengan dosis sedasi yang minimal. Mengobservasi pasien tidak dalam keadaan
demam, memastikan pertukaran gas adekuat dengan nilai PF ratio > 200 dan nilai PEEP 5
cmH2O.
3. Pemberian sedasi dalam perawatan kritis yang menggunakan ventilasi mekanis untuk
membantu mengurangi kecemasan, nyeri dan agitasi terkait pemasangan ventilasi mekanis.
Tujuan keseluruhan dari sedasi adalah untuk memberikan stabilisasi dalam status fisiologis
dan untuk kenyamanan. Sedasi tingkat tinggi maupun rendah yang tidak tepat memiliki resiko
yang besar. Tingkat sedasi yang terlalu tinggi yang berhubungan dengan penggunaan infuf
obat penenang secara terus menerus dapat menyebabkan perubahan pada dorongan
pernafasan, ketidakmampuan untuk mempertahankan dan melindungi jalan napas serta status
kardiovaskular yang tidak stabil dan durasi penggunaan ventilasi mekanisyang
berkepanjangan. Sebaliknya tingkat sedasi yang tidak memadai dapat menyebabkan agitasi,
sehingga menempatkan pasien yang diintubasi beresiko mengalami ekstubasi diri, status
hemodinamik tidak stabil dan cedera fisik. Perawat bertanggung jawab untuk membuat
keputusan tentang pemberian dan titrasi sedasi. Perawat menyesuaikan sedasi berdasarkan
berbagai penilaian termasuk penilaian subjektif terhadap amnesia dan kenyamanan pasien,
pencegahan cedera pada pasien dan efisiensi perawatan. Pemakaian sedasi akan mengurangi
usaha pasien untuk bernafas dan membuat pasien ketergantungan pada ventilasi mekanik.
Penurunan sedasi bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kesadaran pasien dan melatih otot
pernapasan pasien sehingga pasien berusaha untuk bernafas sendiri, diharapkan dengan dosis
sedasi yang diturunkan dapat memandirikan pasien untuk berusaha menggunakan otot
pernapasannya dan itu mempengaruhi keberhasilan weaning.
4. Proses weaning : Strategi penyapihan pilihan untuk mengurangi dukungan ventilator secara
bertahap; Secara bertahap menurunkan laju napas wajib pada mode wajib (mis. SIMV).
Secara bertahap mengurangi dukungan tekanan pada mode yang dipicu oleh pasien (misalnya
PSV).
Pada mode SIMV + PS, turunkan RR dan IPL (target tidal volume, menit volume, planteau
pressure, saturasi dan AGD terpenuhi optimal) 12 f) Pada mode PS, turunkan IPL (target tidal
volume, menit volume , planteu pressure, saturasi dan AGD terpenuhi optimal) g) Pada mode
PS, turunkan IPL (target tidal volume, menit volume, planteau pressure, saturasi dan AGD
terpenuhi optimal) h) Bersamaan dengan ketiga tahapan di atas, PEEP dan FiO2 diturunkan
bertahap sampai mendekati standar i) PEEP diturunkan bertahap sampai mendekati 5 cmH2O
(target PO2 dan saturasi O2 terpenuhi optimal) j) FiO2 diturunkan bertahap sampai mendekati
35% - 50% (target PO2 dan saturasi O2 terpenuhi optimal) k) Jika tanda - tanda vital tidak
stabil (frekuensi jantung meningkat, frekuensi nafas meningkat, tekanan darah turun atau
meningkat) maka penyapihan belum siap dilanjutkan.
5. Kriteria ekstubasi : Merupakan nilai keberhasilan weaning yang dilakukan untuk pasien yang
terpasang ventilator, diantaranya : 1) AGD dalam batas normal 2) Pola Nafas, tekanan darah
dan frekuensi jantung dalam batas normal dengan bantuan inotropik minimal. 3) Factor
penyebab gagal nafas teratasi 4) Dapat melakukan batuk secara efektif 5) Komplain paru
adekuat 13 6) Secara klinis pasien sudah siap,untuk dilakukan ekstubasi.
Kriteria pada pasien ilustrasi : kesadaran meningkat, mampu menggunakan komunikasi non
verbal, tidak agitasi, dosis vasopressor minimal
- kondisi / klinis pasien membaik
- volume tidal > dari 5 cc /kg bb
- respirasi kurang dari 30
- sudah tidak dalam pengaruh obat sedasi
- reflek batu +
- ttv dalam batas normal
- pco2 < dari 60
6. Monitoring pasca ekstubasi :
- Perhatikan nafas dari dada atau perut
- Monitoring secret jika terdapat secret suction
- Perhatikan reaksi pasien terhadap penggunaan OPA, jika fagal reflek sudah ada lepaskan
OPA
- Observasi suara napas
- Berikan oksigenasi dengan menggunakan NRM

Anda mungkin juga menyukai