Anda di halaman 1dari 2

BAB 4

PEMBAHASAN

Pasien pada kasus ini adalah seorang laki-laki 67 tahun. Pada pasien
kelolaan didapatkan bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi, hal ini sesuai
dengan jurnal yang diterbitkan PERKI (2018) tentang sindrom koroner akut. Pada
jurnal tersebut dikatakan faktor resiko pasien dengan CAD antara lain hipertensi
dan perokok.
Pasien menjalani beberapa pemeriksaan penunjang maupun diagnostik
untuk memastikan diagnosa yang ditegakkan dokter terhadap pasien. Beberapa
diantaranya adalah elektrokardigrafi (EKG), rontgen dada, echokardiografi dan
angiografi. Pada pemeriksaan EKG didapatkan adanya gambaran Sinus Rhitm.
Pada pemeriksaan rontgen dada didapatkan gambaran normal. Pada pemeriksaan
echokardiografi didapati penurunan fungsi sistolik secara umum pada ventrikel
kiri, LVEF 48%, disfungsi diastolic ventrikel kiri grade 1, Hipokinetik
anteroseptal, basal inferoseptal, apikoinferoseptal, segment norokinetik yang lain,
dan kontaktilitas RV baik. Pada pemeriksaan angiografi didapatkan kesan
CAD3VD total okulsi di LAVD, RCA dan LCx. Dari hasil pengkajian, didapati
beberapa masalah keperawatan, antara lain:
1. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar Informasi
pengetahuan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.

Pada pengkajian subjektif didapatkan bahwa pasien mengatakan cemas


karena sebelumnya belum pernah dilakukan tindakan operasi. Kecemasan pasien
juga timbul pada saat malam hari sehingga membuat pasien sering bangun di
malam hari. Pada pengkajian objektif didapatkan data bahwa pasien tampak
gelisah, ekspresi wajah tampak tegang, saat dilakukan pengkajian dengan
Hamilton Anxiety Rating Score didapatkan nilai 21 atau yang berarti kecemasan
sedang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukrang, W.

55
S., Katrina F. L., & Syaripudin. 2016 terkait stres dan kecemasan pasien yang
akan menjalani pembedahan CABG. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa
sebagian besar pasien yang akan menjalani pembedahan CABG mengalami
kecemasan. Terdapat beberapa alasan terkait kecemasan yang dialami diantaranya
adalah: cemas menghadapi ruangan operasi dan peralatan operasi, cemas
menghadapi gangguan citra tubuh pasca pembedahan, cemas dan takut meninggal
saat pembiusan, dan cemas bila operasi gagal.
Pasien mengaku pada saat satu hari sebelum dilaksanakan operasi, ansietas
semakin meningkat karena masih banyak hal-hal yang belum diketahui pasien
terkait operasi yang akan dijalani. Namun, ketika sudah di ruang rawat, pada sore
hari perawat memfasilitasi pasien untuk mendapatkan edukasi dari perawat,
dokter bedah dan dokter anastesi terkait pembedahan yang akan dijalani pasien.
Pertanyaan-pertanyaan yang selama ini belum terjawab diakui pasien telah
terjawab saat penjelasan diberikan oleh perawat, dokter bedah ataupun dokter
anastesi Hal ini membuat ansietas pasien berkurang. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Maryunani, 2016 tentang Keperawatan
Perioperatif – Preoperasi (Menjelang Pembedahan). Pada penelitian ini didapatkan
kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan pasien sebelum pembedahan dapat
meningkatkan kepuasan pasien dan menurunkan kecemasan pra bedah. Pada
penelitian ini juga disebutkan bahwa penting bagi perawat menilai tingkat
kecemasan pasien dan mengetahui kebutuhan informasi pasien sehingga dapat
memberikan informasi yang tepat untuk meminimalkan kecemasan. Kami juga
mengangkat diagnosa keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi, karena melihat pasien sering bertanya kepada
perawat dan tim kesehatan yang lainnya meski sudah di berikan edukasi dari poli
hingga ruang perawatan. Melalui pendekatan oleh istri, pasien baru memahami
beberapa penjelasan terkait tindakan prosedur dan perawatan pasien.

56

Anda mungkin juga menyukai