Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

VENTRICULAR SEPTAL DEPECT (VSD)

DISUSUN OLEH :
DELIANA MONIZ 113063C117004
DEWI SINTA 113063C117005
DESTERINA AGMI 113063C117005
EEN SEPTERIA 113063C117007
ELISA TARA PANDUYAN 113063C117008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

BANJARMASIN

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia dari berbagai sistem, di antaranya adalah sistem cardiovaskular.
Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh darah. Dimana
organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung yang juga
merupakan organ besar dalam tubuh fungsi utama jantung adalah untuk memompa
darah keseluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang di sebabkan
oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada
organ-oragan yang lain, jantung juga dapat mengalami kelainan atau pun disfungsi.
Sehingga munculah penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu
penyakit jantung dan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah
struktula jantung yang kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan beberapa
waktu setelah bayi di lahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong
penyakit jantung bawaan adalah Venticular Septal Defect (VSD).
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah rubella atau
infeksi lainya pada ibu hamil, pada gizi ibu hamil yang buruk, alkholik, usia ibu diatas
40 tahun, dan ibu penderita diabetes. oleh karena itu sebagai perawat harus berusaha
memberikan nasehat terutama pada ibu yang sedang hamil untuk dapat menghindari
hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan
prevalensi kejadian VSD di indonesia pada khusunya dan juga perawat menerepakan
asuhan keperawatan secara tepat pada pasen dengan VSD.

B. Rumusan Masalah
1. Ada definisi dari penyakit VSD?
2. Apa etiologi dari penyakit VSD?
3. Apa manifestasi klinis dari penyakit VSD?
4. Bagaimana fatofisiologis dan pathway dari penyakit VSD?
5. Apa komplikasi dari penyakit VSD?
6. Apa pentalaksaan dari penyakit VSD?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit VSD?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit VSD
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit VSD
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit VSD
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dari penyakit VSD
5. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit VSD
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari penyakit VSD
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit VSD
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuaan terkait
konsep dasar penyakit VSD (Ventricular Septal Depect) pada anak dan konsep asuhan
keperawatan VSD (Ventricular Septal Depect) pada anak.
BAB II
TEORI DAN ASKEP
A. Konsep Dasar Penyakit Ventricular Septal Depect (VSD)
1. Definisi
Defek Septum Ventrikel (Ventricular Septal Depect, VSD), merupakan
kelainan yang paling sering dari semua kelainan jantung kongenital adalah lubang
yang tidak normal pada septum ventrikel, yang memungkinkan darah yang
teroksigenisasi dari ventrikel kiri bercampur dengan darah yang tidak
teroksigenisasi pada ventikel kanan. Kelainan ini biasanya memerlukan tindakan
pembedahan (Speer, 2007).
Defek Septum Ventrikel (Ventricular Septal Depect, VSD) adalah kelainan
bawaan yang berupaya tidak menutupnya sekat antara ventrikel kanan dengan
ventrikel kiri jantung (Sukarmin, 2013).
Defek Septum Ventrikel (Ventricular Septal Depect, VSD) adalah lubang antara
ruag ventrikel kanan dan kiri jantung (Carman & kyle, 2016).

2. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang diduga memiliki pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan, yaitu faktor prenatal dan
faktor genetik. Faktor prenatal, meliputi ibu menderita penyakit infeksi
(mis,rubella), ibu alkoholisme, usia ibu lebih dari 40 tahun, ibu menderita DM, dan
ibu yang mengonsumsi obat penenang. Faktor genetik, meliputi anak yang lahir
sebelum menderita penyakit jantung bawaan, ayah atau ibu menderita penyakit
jantung bawaan, kelainan kromosom (mis, sindrom Down), dan lahir dengan
kelaianan bawaan yang lain (Aspiani,2014).

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada anak tergantung pada besar kecilnya defek
(lubang). Tanda khas yang terjadi pada penderita adalah murmur pansistolik keras
dan kasar, umumnya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum. Pada
VSD, ventrikel kanan bekerja terlalu berat sehingga menyebabkan hipertrofi dan
pembesaran jantung yang nyata. Selain itu, dengan meningkatnya resistensi
vaskular paru sering terjadi dispnea dan infeksi paru. Klien juga menunjukkan tanda
sianosis, pertumbuhan terganggu, dan kesulitan makan (Aspiani,2014).

4. Patofisiologi Defek Septum Ventrikel


Ada beberapa penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan seperti Defek
Septum Ventrikel yang melipui beberapa faktor yaitu faktor prenatal dan faktor
genetik. Faktor prenatal, meliputi ibu menderita penyakit infeksi (rubella) karena
virus rubella menyerang sistem pernapasan janin dan masuk ke pembuluh darah
serta merusak jantung janin, ibu alkoholisme dengan janin yang ada di dalam rahim
mendapatkan suplai makanan serta 02 dari ari-ari atau plasenta dan alkohol akan
mengalir keseluruh tubuh dengan cepat alkohol tersebut dapat menebus plasenta,
sehingga mencapai janin di dalam kandungan. Kadasr alkohol yang tinggi dalam
darah dapat menyebabkan kerusakan atau kelainan pada jantung. Usia ibu lebih dari
40 tahun mempunyai risiko tinggi untuk melahirkan seorang anak dan
menyebabkan pra eklamsia, resiko kelahiran prematur serta ibu menderita DM.
Faktor genetik, meliputi anak lahir sebelum menderita penyakit jantung bawaan,
ayah atau ibu menderita penyakit jantung bawaan, kelainan kromosom seperti
sindrom down dan lahir dengan kelainan bawaan lain.
Defek septum ventrikel menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan
resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi di bandingkan resistensi pulmonal
sehingga darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum.
Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah
paru. Dengan demikian, tekanan di ventrikel kanan meningkat akibat adanya pirau
dari kiri ke kanan. Hal ini akan mengakibatkan risiko terjadinya endokarditis dan
mengakibatkan terjadinya hipertrofi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak
pada peningkatan beban kerja sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi
beban kerja, terjadi pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang di
sebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.
Pada VSD berukuran kecil hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang minimal
sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti. Pada VSD ukuran besar
dan sedang terjadi pirau yang bermaka dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Pada
beberapa hari pertama paska lahir belum terdapat pirau kiri ke kanan yang
bermakna karena resistensi vaskuler paru masih tinggi, hal ini menyebabkan bising
baru terdengar beberapa hari hingga beberapa minggu setelah bayi lahir. Pirau kiri
ke kanan yang besar menyebabkan meningkatnya tekanan ventrikel kanan, yang
bila tidak berdapat obstruksi jalan keluar ventrikel kanan akan diteuskan ke arteri
pulmonalis pada defek besar terjadi perubahan hemodinamik akibat peningkatan
tekanan terus menerus pada ventrikel kanan yang di teruskan ke arteri pulmonalis.
Pada suatu saat terjadi perubahan dari pirau kiri ke kanan menjadi kanan ke kiri
sehingga pasien menjadi sianosis, ini disebut sindrom Eisenmenger.
Pada anak yang mengalami VSD memiliki tanda dan gejala tergantung pada
besar kecilnya defek (lubang). Tanda khas yang terjadi pada penderita adalah
murmur pansistolik keras dan kasar, umumnya paling jlas terdengar pada tepi kiri
bawah sternum. Pada VSD, ventrikel kanan bekerja terlalu berat sehingga
menyebabkan hipertropi dan pembesaran jantung yang nyata. Selain itu, dengan
meningkatnya resistensi vaskular paru sering terjadi dispnea dan infeksi paru. Klie
juga dapat menunjukan tanda sianosis, pertumbuhan terganggu, dan kesulitan
makan.
Masalah keperawatan yang akan muncul dengan VSD yaitu penurunan curah
jantung, ganggua pertukaran gas, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh (Aspiani,2014).

5. Penatalakasanaan umum
Sukarmin (2013), menyatakan penatalaksanaan untuk VSD bertujuan untuk :
a. Mengurangi peningkatan beban pada jantung khususnya jantung kanan
b. Mengurangi timbulnya sesak nafas
c. Menghindari terjadinya kegagalan jantung
d. Menghindari infeksi sekunder pada jantung terutama endokarditis lenta

Pentalaksanaan yang dapat dilakukan pada anak dengan kelainan kongental


VSD antara alain:

a. Pembatasan carian dan pembatasan intake natrium pada anak cairan dan natrium
yang berlebihan dapat meningkatkan volume cairan pada tubuh dan
memperberat kerja jantung.
b. Membantu aktifitas motorik anak pada kegiatan yang tidak terlalu
meningkatkan kerja jantung ( contoh aktifitas yang memperberat kerja jantung
berlari, naik turun tangga, melompat. Aktifitas yang masih bisa di toleransi oleh
jantung antara lain kegiatan menyusun mainan balok atau kubus, menggambar,
mewarnai, melempar bola dan lain-lain )
c. Pemberian digitalis, untuk meningkatakan kekuatan kontraksi jantung. Digitalis
di perlukan untuk memperkuat kontraksi verntikel kanan sehingga cairan atau
darah yang tidak banyak menumpuk di verntikel kanan. Obat ini juga membantu
mengurangi bendungan cairan di pembuluh pulmo
d. Operasi penutupan shunt
Operasi penutupan shunt dilakukan apa bila belum terjadi kegagalan jantung
kanan maka perbaikan otot jantung terutama verntikel dan atrium kanan sulit
terjadi.

6. Pemeriksaan penunjang
Sukarmin (2013), menyatakan pemeriksaan penunjang pada VSD yaitu:
a. EKG
EKG pada VSD dengan shunt kecil masih terlihat normal. Sedangakan pada
shunt yang sedang atau shunt yang besar gembar EKGnya terlihat hipertropi
ventrikel kiri dengan hipertropi atrium kiri atau hipertropi verntikel kanan
dengan verntikel kiri dengan hipertropi areium kiri.
b. Radiologi
Pada VSD dengan shunt kecil foto rontgent tidak menunjukan pembesaran pada
jatung pada shunt yang sedang dan besar tanpak pada foto thorak :
1) Pembesaran pada kedua verntikel yaitu vertikel kiri dan verntikel kanan.
2) Pembesaran pada atrium kiri
3) Tanpak pembesaran pada batang atreri pulmunalis
4) Terdapat corakan pembuluh darah yang berlebihan.

7. Komplikasi
Sukarmin (2013), menyatakan komplikasi yang muncul pada anak yang
mengalami VSD antara lain :
a. Kardiomegali
Pembesaran jantung terutama terjadi pada jantung bagian kanan, derasanya
aliran darah dari vertikel kiri ke ventikel kanan. Karena ketidak seimbangan
aliran vernikel kiri ke verntikel kanan dengan aliran verntikel kanan menuju
pembuluh paru sehingga banyak cairan yang menumpuk di verntikel kanan.
b. Gagal jantung kanan
Jantung kanan berfungsi menerima darah balik dari seluruh tubuh yang
kemudian menuju ke pulmo untuk proses diffusi oksigen dan karbondioksida.
Pada VSD beban yang terdapat pada verntikel maupun atrium kanan cukup
besar karena penambahan volume dari atrium kiri. Kalau beban ini tidak mampu
di kompensasi lagi oleh kemampuan atrium dan vertikel kanan maka akan
terjadi kegagalan jantung kanan dalam memompa atau menampung darah balik.
c. Endokarditis lenat
Disebut juga dengan endokarditis subakut. Terjadinya endokarditis lenta karena
infeksi oleh bakteri jenis streptokokus ( tersering streptokokus viridans ).
Komplikasi ini sangant memungkinkan karena aliran darah yang statis dan otot
jantung yang mulai melemah menjadi media yang cocok untuk pertumbuhan
bakteri ini.

B. AsuhanKeperawatan
Sukarmin (2013), menyatakan pengkajian pada VSD yaitu:
1. Pengkajiaan
a. Riwayat kesehatan
Pada VSD dengan shunt yang kecil kemungkinan anak tidak mengalami
keluhan apa-apa. Yang sering dirawat di rumah sakit adalah anak yang
mengalami VSD dengan shunt yang besar. Pada shunt yang besar cukup
menonjol pada keluhan anak adalah sesak nafas terutama saat untuk
melakukan kegiatan.
b. Pengkajian fungsional
Fokus yang memungkinkan terjadi gangguan pada anak dengan VSD shunt
yang besar 9 karena dengan shunt yang kecil jarang menimbulkan gejala
secara klinis) antara lain:
1) Pola pernapasan
Pada penderita anak dengan shunt yang besar sangat mungkin terjadi
bendungan pada pembuluh paru sehingga dapat timbul rasa berat saat
bernafas (dipsnea ). Pada pemeriksaan di jumpai pernapasan yang cepat
dan dangkal.
2) Sirkulasi
Pada kondisi shunt yang yang besar terjadi statis pada aliran darah balik
di buktikan dengan adanya edema pada jantung sampai edema pada
abdomen dan eksteremitas. Akral teraba dingin, sirkulasi ini dapat
berpengaruh terhadap pemenuhan oksigen jaringan sehingga anak dapat
juga mengalami sakit kepala karena penurunan sirkulasi di otak atau
penurunan produksi urin karena penuruna glomerulus filtrat rage. Yang
dapat di liah dari produksi urin <1500ml perhari.
3) Aktifitas dan bermain
Pada kondisi shunt yang besar karena terjadi peningkatan beban dari
paru pada anak mengalami penurunan tingkat aktifitas seperti anak
mengeluh capek kalu bermain sehingga terlihat banyak bedrest atau
diam.
4) Pertumbuhan dan perkembangan
Pada shunt yang kecil anak masih dalam melalui fase pertumbuhan dan
perkembangan motorik halus maupun motorik kasar dengan baik. Pada
VSD dengan shunt yang besar sama seperti kasus ASD pertumbuhan
fisik teranacam terganggu karena sulpai nutrisi yang di perankan melalui
pompaan jantung tidak dapat berlangsung dengan optimal. Anak terlihat
kurus dan membuncit. Motorik kasar seperti melotot, jalan cepat juga
dapat terancam mengalami hambatan.

2. Pemeriksaan fisik
Yang mengalami gangguan terlihat pada :
a. Tingkat kesadaran
Pada shunt yang kecil kesadaran akan penuh ( komposmetis ).
Kesadaran menurun dapat akibat dari komplikasi kegagalan jantung atau
endokarditis lenta.
b. Paru-paru
Pada saat infeksi dijumpai peningkatan frekwensi pernafasan dengan
atau tanpa retraksi dinding dada. Pada palpasi mungkin terba desakan
dinding paru yang meningkat terhada desaka dinding dada. Pada perkusi
mungkin terden gar suara redup kerena peningkatan volume darah paru.
untuk auskultasi mungkin terdengar ronci basah atau krekels sebagai
tanda adanya edema pada komplikasi kegagalan jantung.
c. Jantung dan vaskular
Pada infeksi mungkin dada masih terlihar simetris atau kadang terlihat
dada sebelah kiri terlihat mencembung arena pembesaran verntikel
kanan iktus kordis pada anak yang kurus akan terlihat jelas pada
intercosta 5-6 pada palpasi teraba pulsasi pada verntikel kanan akibat
peningkatan desakan, iktus kordis masih teraba jelas pada interkosta 5-
6. Pada auskultasi mungkin terdengar bising pada jantung.
d. Otot dan kulit
Pada anak yang mengalami VSD dengan shunt yang besar akan terjadi
penurunan penyediaan bahan nutrisi dan oksigen yang di pompa melalui
jantung sehingga otot teraba lemah, kulit dingin. Pada VSD dengan
komplikasi kegagalan jantung tanpak kulit kebiru-biruan.

2. Diagnosa Keperawatan

Sukarmin (2013), menyatakan berdasarakan perjalanan patofisiologi penyakit


masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan VSD anatar alain :

a. penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume verntikel kiri


Tujuan dan kriteria hasil:
1) Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi).
2) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites.
3) Tidak ada penurunan kesadaran.

Intervensi keperawatan dan rasional:

1) Kaji dan pantau suara jantung, denyut nadi dan aliran darah ( muncul bising
dari sistolik).
Rasional : bising terjadi karena derasnya aliran dari verntikel kiri ke verntikel
kanan.
2) Buat jadwal yang profesonal antara bermain dan istirahat bersama orang tua
dan anak (istirahat sekitar 10 jam dalam sehari). Yang terbaik dapat memakai
danpak bermain terhadap nadi, kalau nadi telalu cepat dengan ferkwensi
lebih dari 110 dan lemah anak harus istirahat )
Rasional : bermani dak aktifitas dapat merangsang kekuatan konteraksi
jantung. Istirahat dapat mengurangi tingkat kebutuhan metabolisme dan
beban jantung.
3) Batasi intake cairan dengan natrium sesuai kebutuhan rata-rata harian anak
(natrium 20 miligram/hari, kebutuhan cairan anak perharinya dapat memakai
patokan 20-30 CC/KgBB/hari).
Rasional : natrium akan mengikat air sehingga meningkatkan jumblah
volume darah yang masuk ke jantung. Atrium yang berlebihan juga
meningkatkan afinitas saraf simpatik jantung.
4) Kolaborasi pemberian digitalis ( dosis yang dapat diapik seperti pada asuhan
VSD ).
Rasional : digitalis membantu membantu meningkatkan kempunan kontraksi
jantung sehingga darah yang tertimbun dijantung menjadi berkurang.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekana pembuluh


kapiler paru.
Tujuan dan kriteria hasil:
1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi keperawatan dan rasional:
1) Kaji frekwensi dan irama pernafasan, suara paru dan waktu,capillary feill.
Rasional : suara krakel atau ronkhi basah dapat sebagai indikasi terdapat
tinbunan cairan paru, sesak nafas saat aktifitas sebagai tanda awal ketidak
mampuan paru mengambil oksigen secara maksimal. Pengisian capillry
reffill yang lama sebagai tanda penurunan oksigen jaringan.
2) Atur berbaring anak pada posisi semifowler.
Rasional : megurangi tahap pengembangan paru secara maksimal oleh
diaframah dan memperkuat tarika otot-otot pernapasan.
3) Latiha anak nafas dalam jika memungkinkan.
Rasional : meningkatkan ambila oksigen dari luar.
4) Kolaborasi pemantauan analisa gas darah (AGD) (nila gas darah normal
seperti pada mengenitis)
Rasional : hasil AGD yang terlalu basa mengidentifikasikan turunya asupan
oksigen jaringan.
5) Kolaborasi pemberian diuretik seperti lasir.
Rasional : megurangi beban pada kalpiler paru sehingga memudahkan
pertukaran oksigen pada kapiler alveolus.
6) Perkembangan oksigenasi. Pemberian ini tegantung dengan kebutuhan
oksigen. Kalu kebutuhan tinggi dianjurakan memaikai tanda atau headbox
(gambaran tingkat konsentrasai seperti pada askep meningitis).
Rasional: oksigen murini mempunyai tekanan yang relatif lebih tinggi
sehingga akan mengalir ke saluran pernapasan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Tujuan dan Kriteria hasil:
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Intervensi keperawatan dan rasional:

1) Kaji adanya alergi makanan dengan cara menanyakan kepada keluarga


pasien apakah anak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
Rasioanal: menghindari adanya mual dan munta.
2) Ajarkan keluarga bagaimana membuat catatan makanan harian dengan cara
membuatkan jadwal makanan anak dengan teratur.
Rasional: sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
3) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien dengan cara memberikan informasi tentang status nutrisi
pasien yang harus dipenuhi kepada ahli gizi.
Rasonal: menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN UNTUK TENAGA KESEHATAN

A. Kesimpulan
Defek Septum Ventrikel (Ventricular Septal Depect, VSD), merupakan
kelainan bawaan yaitu adanya lubang yang tidak normal pada septum ventrikel dan
berupaya tidak menutupnya antara ventrikel kanan dengan ventrikel kiri jantung. VSD
disebabkan karena adanya kegagalan penutupan septum antara ventikel kanan dan
ventrikel kiri pada masa embrional.
Pada VSD, terdapat lubang abnormal antara ventrikel kanan dan kiri. Ukuran
lubang beragam, dari sekecil lubang peniti hingga lubang sempurna di antara ventrikel
sehingga sisi kanan dan kirinya menyatu. Anak yang mengalami VSD berukuran kecil
dapat tetap asimtomatis (tidak menunjukkan gejala).

B. Saran
Diharapkan bagi para petugas kesehatan untuk menerapkan intervensi dari
diagnosa yang muncul sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
mampu meningkatkan derajat kesehatan klien

Anda mungkin juga menyukai