Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

I DENGAN
PENYAKIT STEVEN JOHNSON SYNDROME
(SJS)
DI RUANG AMARILIS RSUP Dr. HASAN
SADIKIN BANDUNG

Disusun Oleh :
Ayu Wulandari Sri Utari (16.14.10.60)
D3 Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
Steven Johnson Syndrome (SJS) merupakan kelainan pada kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura , penyebabnya ialah alergi obat secara sistemik .
Di Amerika Serikat > 100.000 jiwa meninggal setiap tahunnya disebabkan oleh erupsi obat
serius.
Di Indonesia angka kematian akibat SJS bervariasi antara 5-12 % per tahun.

Di Jawa Tengah angka kematian diperkirakan 1,7 % per satu juta populasi setiap tahun.
Dari jumlah pasien di Ruang Amarilis (Kulit dan Kelamin) RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung pada tanggal 28 November sampai 24 Desember 2016 tercatat sebanyak 2 pasien
mengalami penyakit Steven Johnson Syndrome.
Observasi yang telah penulis lakukan pada pasien SJS adalah adanya vesikel dan bercak-
bercak kemerahan pada seluruh tubuh dan bibir pasien pecah-pecah. Penatalaksanaan keperawatan
pada pasien SJS adalah memberikan kompres terbuka dengan NaCl 0.9% pada bagian wajah, bibir,
dada dan punggung.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Steven Johnson Syndrome (SJS) merupakan kelainan pada kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura.
B. Etiologi
- Alergi obat
- Infeksi
- Vaksinasi
- Jamu
C. Gambaran Klinis
- Kelainan Kulit
- Kelainan Selaput Lendir
- Kelainan Mata
D. Pathways
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Identitas
Nama : Ny. I
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggak Masuk RS : 5 Desember 2016
Tanggal Pengkajian : 7 Desember 2016 Jam 14.05 WIB
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada rahang kiri bawah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Alergi
3. Analisa Data :
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat respons
sekunder dari kerusakan krusta pada mukosa mulut.
c. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
turgor kulit.
e. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.
f. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas,
adanya lesi.
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
h. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
fisik secara umum.
5. Intervensi Keperawatan

6. Implementasi & Evaluasi Keperawatan


BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Steven Johnson Syndrome analisa data hasil pengkajian penulis menggunakan Teori

Gordon tentang pola fungsional. Pola fungsional kesehatan adalah pendekatan holistic meliputi bio,

psiko, spiritual dan cultural. Untuk skala nyeri penulis menggunakan skala nyeri Wong-Baker.

Menurut teori yang penulis ambil ada 10 diagnosa keperawatan, tetapi ada 8 diagnosa

keperawatan yang muncul. Diagnosa yang tidak muncul pada kasus ini :

- Gangguan gambaran diri (citra diri) b.d perubahan struktur kulit, perubahan peran keluarga.

- Kecemasan b.d kondisi penyakit, penurunan kesembuhan

Sesuai dengan teori implementasi dilaksanakan 3x24 jam, karena keterbatasan waktu dan jadwal

yang telah ditetapkan dari pihak rumah sakit, penulis hanya melakukan implementasi selama 3x1shiff

(±7 jam/shiff), tetapi dalam pengelolaan pasien SJS tetap dilaksanakan 3x24 jam dengan bantuan TIM.
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan :

Dari 8 Diagnosa Keperawatan, 5 diagnosa keperawatan telah teratasi yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

2. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor kulit.

4. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.

Untuk 3 Diagnosa yang lain yaitu :

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak

adekuat respons sekunder dari kerusakan krusta pada mukosa mulut.

2. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas, adanya lesi.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Belum teratasi, sehingga tatap melanjutkan intervensi sesuai diagonosa keperawatannya.


SEKIAN
&
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai