Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAPASAN

TEORITIS PADA ANAK DENGAN ASMA BRONKIAL

Preseptor Akademik: Sapariah Anggraini, S.Kep., Ners, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok VI
Thabita Yovi Sri Dayanti 113063C117029
Lie Yusti Anastasia 113063C117020
Dwi Sara Krisma Tinduh 113063C116006
Jimmy Lin Yosep 113063C117017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Anak Teoritis pada Pasien dengan Asma Bronkial

pada Mata Kuliah Related Learning Experience (RLE) V. Laporan Asuhan

Keperawatan Teoritis ini telah selesai disusun dan akan dipertanggungjawabkan

pada kegiatan Persentase Kelompok yang akan dilaksanakan pada hari Kamis, 29

April 2021. Laporan ini juga telah disetujui oleh Preseptor Akademik untuk

dikumpulkan sebagai bukt selesainya Tugas Kelompok RLE V.

Banjarmasin, April 2021

Mahasiswa

Menyetujui, Mengetahui,
Preseptor Akademik Koordinator RLE V

Sapariah Anggraini, S.Kep., Ners, M.Kep Oktovin, S.Kep., Ners, M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih dan karunia-Nya

kami dapat menyelesaikan laporan RLE V yang berjudul Laporan Asuhan

Keperawatan Anak Teoritis pada Pasien dengan Asma Bronkial sesuai dengan

waktu yang ditentukan. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan tugas semester 8 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan

Banjarmasin.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas segala arahan,

bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan laporan

ini. Ucapan terimakasih ini disampaikan kepada:

1. Warjiman, S.Kep., Ners, MSN., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Suaka Insan Banjarmasin.

2. Chrisnawati, BSN., MSN., selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.

3. Sr. Margaretha Martini, SPC., BSN., MSN., selaku Kepala Program Studi Ilmu

Keperawatan dan Profesi STIKES Suaka Insan Banjarmasin serta Penguji untuk

seminar kelompok yang telah mengarahkan dan membimbing penyusunan

laporan ini.

4. Sapariah Anggraini, S.Kep., Ners, M.Kep., selaku Preseptor Akademik yang

telah membimbing dan mengarahkan penyusunan laporan ini.

5. Oktovin, S.Kep., Ners, M.Kep., selaku Koordinator RLE V yang telah

membimbing serta mengarahkan proses berpraktik RLE V.

6. Tim Pengajar yang telah senantia mengajar dan membimbing selama proses

RLE V.

ii
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Kami telah berusaha untuk menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-

baiknya, namun kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan. Pada

kesempatan ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak. Kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Banjarmasin, April 2021

Mahasiswa

iii
DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
C. Manfaat ........................................................................................................ 2
1. Bagi Mahasiswa/I Keperawatan STIKES Suaka Insan ............................ 2
2. Bagi Institusi ............................................................................................. 3
3. Bagi Perawat yang bekerja di Tatanan Rumah Sakit ............................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
KONSEP PENYAKIT .......................................................................................... 4
A. Definisi ......................................................................................................... 4
B. Etiologi ......................................................................................................... 6
C. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 7
D. Patofisiologi ................................................................................................. 8
1. Narasi ........................................................................................................ 8
2. Skema ..................................................................................................... 10
E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 12
F. Pengobatan yang Sering diberikan pada Pasien ......................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 15
A. Pengkajian .................................................................................................. 15
B. Diagnosis Keperawatan .............................................................................. 17
C. Intervensi Keperawatan .............................................................................. 18
D. Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 21

iv
BAB IV ................................................................................................................. 22
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................................ 22
B. Saran ........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Anatomi Asma Bronkial.......................................................................1


Gambar 1.2 Skema Asma Bronkial ........................................................................10

vi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Asma Bronkial merupakan suatu penyakit jalan napas pada

trakeobronchial yang berespons secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu

yang menyebabkan jalan napas obstruktif intermitten, reversible (Yuliastati,

& Arnis, A., 2016, p. 128). Global Initiative for Asthma (GINA)

menyatakan bahwa Asma dapat menyebabkan beberapa gejala seperti

mengi, sesak napas, dan batuk yang frekuensi dan intensitasnya bervariasi

dari waktu ke waktu yang sering dipicu oleh beberapa faktor seperti

allergen, aktivitas, perubahan cuaca, atau infeksi jalan napas (GINA, 2020).

Asma merupakan menyakit yang dapat terjadi pada berbagai

kalangan usia, dan umum terjadi pada masa anak-anak. Asma mengenai

10% anak-anak sekolah, 80% tanda-tanda awal muncul pada usia dibawah

5 tahun dan setengahnya menghilang setelah menginjak usia dewasa

(Yuliastati, & Arnis, A., 2016).

Angka penderita asma diperkirakan sekitar 300 juta orang dengan

346.000 kematian setiap tahun di seluruh dunia (Prasetyo, A., & Handriyani,

2020). Prevalensi asma berdasarkan Riskesdas 2018 di Indonesia yaitu 4,5%

dengan proporsi kekambuhan dalam 12 bulan terakhir sebesar 57,5%. Di

Kalimantan Selatan, prevalensi asma berdasarkan Riskesdas 2018 yaitu

2,8% dengan proporsi kekambuhan dalam 12 bulan terakhir sebesar 55,03%

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

1
Banyaknya angka kematian akibat asma menunjukan bahwa

serangan asma bisa berakibat fatal, bahkan pada orang dengan asma yang

tampaknya ringan. Asma akan mudah kambuh dan menjadi lebih parah jika

tidak dikontrol (GINA, 2020). Terdapat beberapa cara untuk dapat

mengontrol serangan asma, salah satunya adalah dengan pemberian asuhan

keperawatan. Asuhan keperawatan memiliki peran penting dalam

mengontrol sampai dengan memberi asuhan pada pasien dengan asma

bronkial, sehingga pemahaman mengenai konsep penyakit dan asuhan

keperawatan yang tepat sangat diperlukan. Oleh sebab itu, kami menyusun

Laporan Asuhan Keperawatan Anak Teoritis Pada Pasien dengan Asma

Bronkial agar dapat memahami konsep penyakit serta asuhan keperawatan

yang tepat pada pasien anak dengan Asma Bronkial.

B. Tujuan

Tujuan laporan ini adalah untuk menguraikan teori tentang konsep penyakit

asma bronkial dan asuhan keperawatan anak pada pasien dengan Asma

Bronkial.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa/I Keperawatan STIKES Suaka Insan

Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi

mahasiswa/I Keperawatan STIKES Suaka Insan Banjarmasin agar dapat

meningkatkan pengetahuan tentang konsep penyakit asma bronkial dan

asuhan keperawatan anak pada pasien dengan asma bronkial.

2
2. Bagi Institusi

Penulisan laporan ini diharapkan dapat berguna bagi Institusi sebagai

salah satu laporan hasil capaian RLE V mahasiswa/I semester 8,

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Suaka Insan Banjarmasin.

3. Bagi Perawat yang bekerja di Tatanan Rumah Sakit

Laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan atau bahan

pertimbangan dalam menentukan asuhan keperawatan anak yang tepat

pada pasien dengan asma bronkial.

3
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi

Gambar 1.1 Anatomi Asma Bronkial


Sumber: Kementerian Kesehatam Republik Indonesia, (2017)

Asma bronkial adalah salah satu penyakit kronik yang menyerang antara

100-150 juta orang di seluruh dunia. Asma bronkial bukan hanya masalah

kesehatan masyarakat untuk negara-negara maju, namun juga di negara

berkembang. Penyakit ini pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak, asma

merupakan suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan

karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang meyebabkan

peradangan. Biasanya penyempitan ini sementara, penyakit ini paling banyak

menyerang anak dan berpotensi untuk menggangu pertumbuhan dan

perkembangan anak. Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan

gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut:

timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari

(nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus di antaranya aktivitas fisik dan

bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta

adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya, sedangkan

4
sebab-sebab lain sudah disingkirkan (WHO, 2016). (Winta, Fransiska, & Nova,

2020)

Asma merupakan suatu kondisi paru-paru yang kronis yang ditandai

dengan kesulitan bernafas. Asma dapat menyerang semua lapisan masyarakat

tanpa mengenal status sosial, umur, dan jenis kelamin. Asma bronkial adalah

kesulitan bernafas yang ditandai dengan gejala sesak napas, batuk dan mengi.

Pada umumnya serangan asma disebabkan oleh alergen yang tampil dalam

bentuk Asma merupakan suatu kondisi paru-paru yang kronis yang ditandai

dengan kesulitan bernafas. Asma dapat menyerang semua lapisan masyarakat

tanpa mengenal status sosial, umur dan jenis ingestan, inhalan dan

kontakdengan kulit. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering

dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara

maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma bronkial

meningkat pada anak maupun dewasa. (Nurliaty, & Simbolon, S. M., 2021)

Asma bronkial (dalam bahasa inggris asthma bronchiale) adalah nama

untuk suatu kondisi dimana paru-paru (rongga bronkhial) menjadi meradang

dan menjelaskan sebuah keadaan kronis pada saluran pernafasan. Beberapa

gejala umum asma bronkial termasuk sesak nafas, mengi (suara berderak-

derak ketika menghembuskan napas), batuk kering dan perasaan ketat pada

dada. Gejala ini sering memburuk selama tidur. Serangan asma adalah suatu

perburukan akut dari gejala tersebut dan pada kasus berat, serangan bisa

mengancam jiwa sebab onset sering tiba-tiba dan tanpa peringatan. Estimasi

populasi dunia yang menderita asma bronkial sekitar 7%. (Baturaja, 2018).

5
Berdasarkan beberapa definisi asma bronkial di atas, maka kelompok kami

menyimpulkan bahwa asma bronkial ialah suatu penyempitan atau kesulitan bernafas

yang diakibatkan kondisi paru – paru yang meradang dan sudah kronis. Asma bronkial

ini sangat meresahkan bagi masyarakat di karenakan penyakit ini sendiri tidak

memandang negara itu maju atau negara berkembang, tidak memandang status sosial

orang tesebut, dan jenis kelamin, pada umumnya sendiri penyakit asma bronkial ini

menyerang anak – anak dan orang dewasa. Untuk gejala asma bronkial ini sendiri

yaitu sesak nafas serta bunyi nafas tambahan yang bisa di sebut itu dengan mengi.

Penyebab dari asma bronkial ini salah satu nya adalah alergi.

B. Etiologi

Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran

pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas

yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Asma adalah penyakit yang

disebabkan karena adanya inflamasi (peradangan) kronis pada saluran

pernafasan, yang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa faktor

yang dapat memicu terjadinya asma antara lain adalah infeksi saluran

pernafasan, alergi (debu, bulu hewan, serbuk sari, dll), kondisi lingkungan

(udara dingin, asap rokok), stress, olahraga berat, obat (aspirin,nsaids,)

(Tanjung, 2011).

Gejala asma yaitu Wheezing (nafas berbunyi berisik), sesak nafas, sesak

dada, batuk, produksi sputum berlebih. Karakteristik asma yaitu, peradangan

jalan napas kronis, obstruktif jalan napas yang reversibel, dan sensitifitas

bronkus meningkat. Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kejadian asma

bronkial pada anak meliputi: paparan asap rokok, kepemilikan binatang

6
peliharaan, dan riwayat penyakit keluarga. Asap rokok merupakan pembakaran

tembakau sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang menghasilkan campuran

gas yang komplek dan partikel-partikel berbahaya. Lebih dari 4500 jenis

kontaminan telah dideteksi dalam tembakau, diantaranya hidrokarbon

polisiklik, karbon monoksida, karbon dioksida, nitrit oksida, nikotin, dan

akrolein. Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster,

burung dapat menjadi sumber Alergen inhalan. Sumber penyebab asma adalah

alergi protein yang ditemukan pada bulu binatang di bagian muka dan ekskresi.

Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil (sekitar 3-4 mikron) dan

dapat terbang di udara sehingga menyebabkan serangan asma, terutama dari

burung dan hewan menyusui. Riwayat penyakit keluarga adalah Risiko orang

tua dengan asma, (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

C. Manifestasi Klinis

Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti

nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan

usia, baik muda atau tua. Faktor pencetus asma dibagi dalam dua kelompok,

yaitu genetik, di antaranya atopi atau alergi bronkus, eksim. Faktor pencetus di

lingkungan, seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, asap dapur,

pembakaran sampah, kelembaban dalam rumah, serta alergi seperti debu

rumah, tungau, dan bulu binatang. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis

saluran napas dimana banyak sel yang berperan terutama sel mast, eosinofil,

limfoist T, makrofag, neutrophil dan sel epitel. Individu yang rentan, proses

inflamasi tersebut menyebabkan wheezing berulang, sesak napas, dada rasa

tertekan dan batuk terutama malam hari atau menjelang pagi. Episode ini

7
bervariasi dan sering reversible, baik spontan maupun dengan pengobatan,

hambatan aliran udara pada asma, (Yudhawati, R., & Krisdanti, D., P., A.,

2017).

D. Patofisiologi

1. Narasi

Keterbatasan aliran udara pada asma bersifat recurrent dan

disebabkan oleh berbagai perubahan dalam jalan napas. Pada asma

eksaserbasi akut, kontraksi otot polos bronkus (bronkokonstriksi) terjadi

secara cepat, menyebabkan penyempitan saluran napas sebagai respons

terhadap paparan berbagai stimulus termasuk alergen atau iritan, edema

jalan nafas, Bronkokonstriksi akut yang diinduksi oleh alergen ini

merupakan hasil IgE-dependent release of mediators dari sel mast, yang

meliputi histamin, tryptase, leukotrien, dan prostaglandin yang secara

langsung mengakibatkan kontraksi otot polos saluran napas. Saat penyakit

asma menjadi lebih persisten dengan inflamasi yang lebih progresif, akan

diikuti oleh munculnya faktor lain yang lebih membatasi aliran udara.

Faktor-faktor tersebut meliputi edema, inflamasi, hipersekresi mukus dan

pembentukan mucous plug, serta perubahan struktural termasuk hipertrofi

dan hiperplasia otot polos saluran napas, (Yudhawati, R., & Krisdanti, D.,

P., A., 2017).

Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal

pada dinding bronkiolus maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen

bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan

tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Perubahan ini dapat

8
menyebabkan sumbatan saluran nafas secara kronis seperti yang dijumpai

pada penderita asma. Pelepasan berbagai mediator inflamasi menyebabkan

bronkokonstriksi, sumbatan vaskuler, permeabilitas vaskuler, edema,

produksi dahak yang kental dan gangguan mukosiliar. Adanya obstruksi

pada klien asma dapat berupa sumbatan yang menyeluruh dan penyempitan

jalan nafas berat. Kondisi ini menyebabkan ketidaksesuaian rasio perfusi

dan ventilasi, (Yudhawati, R., & Krisdanti, D., P., A., 2017).

9
2. Skema

Faktor intrinsic:
Faktor ekstrinsik (asma 1. Infeksi: influenza, virus,
alergi) Reaksi antigen- mycoplasma
antibodi IgE 2. Fisik: cuaca dingin,
1. Reaksi antigen-antibodi
2. Inhalasi alergen perubahan suhu
3. Iritan: kimia, polusi udara
4. Emosional: takut, cemas,
tegang
Melepaskan
Histamine, SRSA,
ECPA

Kontraksi otot-otot Peningkatan Peningkatan sekresi


polos permeabilitas kel. mukosa
kapiler

Bronkospasme Edema mukosa Peningkatan Peningkatan


produksi sekresi kel.
mucus mukosa

Bernapas melalui Sempitnya saluran


mulut sehingga napas
mucus kering
Bersihan 2
jalan napas
Wheezing,
tidak
Napas cuping Dyspnea
efektif
hidung, batuk
kering
Hiperinflasi pada
alveoli

Ekspansi paru
menurun
Obstruksi jalan
napas

Pola napas tidak


efektif
Inadekuat ventilasi Gangguan
dan saturasi O2 dan Pertukaran
distress pernapasan gas

10
1 2

Penurunan pO2
Usaha napas meningkat,
(Hipoksia + Hipoksemia) frekuansi napas meningkat,
menggunakan otot bantu
napas, melibatkan otot
abdomen
CO2 tertahan dengan
meningkatnya
resistensi jalan napas
selama ekspirasi

Keluhan sistemik, mual, Keluhan


Asidosis respiratori intake nutrisi tidak psikososial,
dan hiperapnea adekuat, nyeri abdomen, kecemasan, kurang
malaise, kelemahan, pengetahuan
keletihan fisik (fatique) informasi
(prognosis)
Peningkatan
pernapasan
(Tachipnea) Intoleransi Risiko Defisit
Aktivitas Nutrisi
Penurunan
koping
Hiperventilasi keluarga

Diaphoresis Penurunan CO2


dalam darah

Dehidrasi Risiko cedera

Kekurangan
volume cairan

Gambar 1.2 Skema Asma Bronkial


Sumber: Terri, K., & Carman, S. (2014); Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015);
PPNI, 2016

11
E. Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan penunjang untuk asma (Nurarif, A. H., & Kusuma, H., 2015;
Yuliastati, & Arnis, A., 2016; Prasetyo, A., & Handriyani, 2020), yaitu:
1. Spirometri: Spirometri dilakukan untuk konfirmasi adanya hambatan

aliran udara dan penilaian reversibilitas bronkodilator. Spirometri

dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler),

positif jika peningkatan VEP/KVP >20%.

2. Pemeriksaan Peak expiratory flow rate (PEF) dilakukan diakhir ekspirasi

untuk mengukur aliran udara perliter dalam satu menit, PEF rendah/lambat

selama episode akut sebab perubahan ekspirasi dan tertahannya sekret

sehingga terjadi obstruksi jalan napas.

3. Sputum: Pada pemeriksaan sputum dipadatkan eosinophil meningkat.

4. Eosinofil darah meningkat

5. Analisis gas darah umumnya normal dan untuk memeriksanya

hipoksemia, hiperkapnea atau sianosis.

6. Uji kulit (skin prict test/SPT)

7. RO dada yaitu patologis paru/komplikasi asma.

8. AGD: terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan

hipokapnia (PACO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan

hiperkapnia (PACO2 naik).

9. Foto dada AP dan lateral: Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior

membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang

tersebar.

12
F. Pengobatan yang Sering diberikan pada Pasien

1. Terapi Non-Farmakologi

Bentuk pengobatan non-farmakologi adalah pengobatan

komplementer yang meliputi breathing technique (teknik pernapasan),

acupuncture, exercise theraphy, psychological therapies, manual

therapies (Council, 2006 dalam Arifan, L., & Kismanto, J., 2018).

Terapi non-farmakologi menurut Prasetyo, A., & Handriyani, (2020),

yaitu:

a. Penanganan faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti

menjauhkan anak dari serbuk bunga atau bulu hewan peliharaan.

b. Penanganan komorbiditas

c. Aktivitas fisik, rehabilitasi paru, dan vaksin.

d. Kontrol ulang (follow-up) rutin.

2. Teraoi Farmakologi

Obat asma digolongkan dalam 2 kelompok besar yaitu obat pereda

dan pengendali (Nurarif, A. H., & Kusuma, H., 2015; Perdani, R. R. W.,

2019). Obat Pereda berfungsi untuk meredakan serangan atau gejala

asma yang sedang timbul, dan tidak akan digunakan lagi jika serangan

telah teratasi. Golongan kedua adalah obat pengendali atau pencegah.

Obat ini berfungsi untuk mengatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi

kronik saluran napas. Obat ini dipakai dalam jangka waktu yang lama

secara terus menerus, tergantung derajat asma, dan respon pengobatan

(Perdani, R. R. W., 2019; Arifian, L., & Krismanto, J., 2018).

13
Obat Gluko kortikoid inhalasi dosis rendah dengan atau tanpa long

acting β2 agonist (LABA), Glukokortikosteroid inhalasi dosis sedang

atau tinggi merupakan obat pengendali asma (Perdani, R. R. W., 2019).

Obat 𝛽 2agosis merupakan

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentai

data yang sistematis dan berkesinambungan (Kozier.Erb.Bermen.Snyder,

2011). Menurut (Somantri, 2012) fokus pengkajian yang harus di kaji pada

pasien anak asma adalah:

1. Riwayat kesehatan:

a. Riwayat penyakit sekarang: Mula-mula bayi atau anak menjadi

gelisah kemudian mengalami kelemahan fisik dan mengalami

perubahan mental. Sesak nafas, dada berdebar-debar,frekuensi

pernafasan cepat dan dangkal, denyut nadi lebi cepat.

b. Riwayat kesehatan dahulu: Pada bagian ini biasanya perawat

menanyakan pengobatan yang pernah dilakukan, alergi obat dan

reaksi apa yang timbul, kebiasaanya dalam pola hidup dan interaksi

lingkungan seperti merokok dan terpapar polusi udara. Selain itu

penyakit asma biasanya disertai dengan batuk produktif serta adanya

riwayat alergi turunan.

Menurut Nursalam, dkk (2008), pengkajian yang dilakukan pada pasien

dengan pola nafas tidak efektif adalah sebagai berikut:

1. Usia Asma sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi

pada anak berusia dibawah usia 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi

pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan

15
2. Keluhan utama dan tanda mayor

a. Dispnea

b. Takipnea

c. Fase ekspirasi memanjang

d. Ortopnea

e. Penggunaan otot bantu pernapasan

f. Pernapasan cuping hidung

g. Pola napas abnormal (misalnya: irama, frekuensi, dan kedalaman)

3. Riwayat penyakit

a. Asma bronkial Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif

terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang,

asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat

mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba.

b. Asma kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung.

Gejala asma kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak

napas yang hebat.

4. Riwayat penyakit dahulu

Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas.

5. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik anak yang mendetita asma meliputi inspeksi,

auskultasi, dan perkusi (Terri, K., & Carman, S., 2014).

a. Inspeksi

Observasi keadaan umum dan kulit anak. selama perburukan

ringan, warna kulit anak dapat tetap merah muda. Sianosis akan

16
terjadi seiring perburukan kondisi anak. Upaya pernapasan

beragam. Beberapa anak menunjukan retraksi ringan, sementara

anak lain menunjukan penggunaan otot tambahan dan pada

akhirnya gerakan kepala naik-turun jika tidak segera ditangani

secara efektif. Anak dapat tampak cemas dan ketakutan atau dapat

letargi dan iritabel (Terri, K., & Carman, S., 2014).

b. Auskultasi dan Perkusi

Pengkajian menyeluruh terhadap lapang paru merupakan hal

yang penting. Penanda utama obstruksi jalan napas adalah terdengar

mengi dan dapat beragam di seluruh lapang paru. Dapat muncul

suara serak. Kaji keadekuatan pengisian udara. Suara napas hilang

di basal paru atau di seluruh lapang paru. Dada yang tenang pada

anak penderita asma dapat menandakan bahaya. Akibat obstruksi

jalan napas berat, gerakan udara dapat memburuk sehingga mengi

dapat tidak terdengar saat auskultasi. Perkusi dapat mengungkap

hiper-resonan (Terri, K., & Carman, S., 2014)

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Anak dengan Asma Bronkial (PPNI, 2016):

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi mucus ditandai dengan suara napas mengi atau wheezing,

bunyi napas menurun, dan batuk tidak efektif

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi dibuktikan dengan PO2 menurun, suara napas mengi, dan

sianosis.

17
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

dibuktikan dengan pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu

pernapasan

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

supali dam kebutuhan O2 dibuktikan dengan dipsnea saat/setelah

beraktivitas, kelemahan, fatique

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan /Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil (SLKI) Keperawatan
(SIKI)
1. Bersihan jalan Kriteria hasil untuk Latihan batuk
napas tidak efektif mengukur efektif :
berhubungan penyelesaian dari 1. Identifikasi
dengan hyperplasia diagnosa setelah kemampuan batuk
dinding jalan napas dilakukan asuhan 2. Monitor adanya
ditandai dengan keperawatan, retensi sputum
suara napas mengi diharapkan status 3. Atur posisi semi
atau wheezing, bersihan jalan nafas fowler
bunyi napas dapat dikatakan dengan 4. Pasang perlak dan
menurun, dan kriteria hasil : bengkok di
batuk tidak efektif 1. Batuk efektif skala pangkuan pasien
5 meningkat 5. Buang secret pada
2. Produksi sputum tempat sputum
skala 5 menurun 6. Jelaskan tujuan
3. Mengi skala 5 dan batuk
menurun prosedur batuk
4. Sulit bicara skala 5 efektif
menurun Manajemen jalan
5. Gelisah skala 5 napas :
menurun 1. Monitor bunyi
6. Frekuensi nafas napas tambahan
skala 5 membaik (Mis. Gurgling,
7. Pola nafas skala 5 mengi, weezing,
membaik ronkhi kering)
2. Monitor sputum
(jumblah warna,
aroma)
Pemantauan
respiratori :

18
1. Monitor
kemampuan batuk
efektif
2. Monitor adanya
produksi sputum
3. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
2. Gangguan Setelah diberikan Manajemen jalan
pertukaran gas asuhan keperawatan napas :
berhubungan diharapkan pertukaran 1. Monitor bunyi
dengan gas pada pasien napas tambahan
ketidakseimbang adekuat dengan kriteria 2. Berikan posisi
an ventilasi hasil : semi fowler
dibuktikan 1. Mendemonstrasik untuk
dengan PO2 an peningkatan memaksimalkan
menurun, suara ventilasi dan ventilasi
napas mengi, dan oksigen yang 3. Berikan oksigen
sianosis. adekuat bila perlu
2. Memelihara 4. Kolaborasi
kebersihan paru- pemberian
paru dan bebas bronkodilator
dari tanda-tanda bila perlu
distress pernafasan Pemantauan
3. Suara nafas yang respirasi :
bersih, tidak 1. Monitor
sianosis frekuensi irama,
4. Tanda-tanda vital kedalaman dan
dan analisa gas upaya napas
darah dalam 2. Monitor pola
rentang normal napas
3. Auskultasi
bunyi napas
untuk
mengetahui
adanya suara
napas tambahan
4. Monitor nilai
analisa gas
darag (AGD)
3. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan
efektif tindakan intervensi napas:
berhubungan keperawatan maka pola Observasi :
dengan penurunan napas membaik dengan 1. Monitor vola
ekspansi paru kriteria hasil : napas (frekuensi,
dibuktikan dengan 1. Ventilasi semenit kedalaman, usaha
pernapasan cuping meningkat napas)

19
hidung, 2. Kapasitas vital 2. Monitor bunyi
penggunaan otot meningkat suara napas
bantu pernafasan. 3. Tekanan ekspirasi tambahan
meningkat Terapeutik :
4. Tekanan inspirasi 1. Pertahankan
meningkat kepatenan jalan
5. Penggunaan otot napas dengan
bantu menurun head-tilt dan chin
6. Pernapasan cuping lift (jaw thrust
hidung menurun jika curiga trauma
7. Rongga dada dapat servikal)
mengembang dan 2. Posisikan semi
mengempis secara fowler atau
optimal fowler
8. Fungsi paru pada 3. Berikan minuman
anak meningkat hangat lakukan
sehingga ekspirasi fisioterafi dada
lebih panjang jika perlu
9. Kedalaman napas 4. Berikan oksigen
membaik Edukasi :
10. Melegakan napas 1. Anjurkan teknik
yang menyempit batuk efektif
2. Terapi pursed ips
breathing pada
ank
3. Terapi bermain
meniup
superbubbels
Kolaborasi :
1. Terapi nebulizer
2. Pemberian obat
agonis B2
kortikosteroid
inhalasi,
leukotrienn,
kromolin dan
nedokromil,teofil
in serta
kortikosteroid
oral

4. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi :


aktivitas intervensi 1. Identifikasi
berhubungan keperawatan, maka gangguan fungsi
dengan toleransi terhadap tubuh
ketidakseimbang aktivitas meningkat,
an antara suplai

20
dan kebutuhan O2 dengan kriteria hasil 2. Monitor
dibuktikan : kelelahan fisik
dengan dipsnea 1. Keluhan lelah dan emosional
saat/setelah menurun 3. Kolaborasi
beraktivitas, 2. Dispnea saat dengan ahli gizi
kelemahan, aktivitas menurun tentang cara
fatique 3. Perasaan lemah meningkatkan
menurun asupan makanan
4. Ekspirasi menjadi Edukasi :
lebih panjang 1. Terapi bermain
5. Melegakan napas meniup baling-
yang menyempit baling bambu
2. Terapi nebulizer

D. Evaluasi Keperawatan

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan bersihan jalan nafas


didapatkan data kondisi klien baik (composmentis).
2. Anak mampu bernapas dengan baik tidak terdengar suara napas mengi
atau suara napas tambahan.
3. Pola napas anak membaik dan ekspriasi lebih panjang
4. Intoleren aktivitas anak dapat teratasi setelah diberikan terapi dan
tindakan keperawatan

21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Asma merupakan suatu kondisi paru-paru yang kronis yang ditandai dengan
kesulitan bernafas. Asma dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa
mengenal status sosial, umur, dan jenis kelamin.
2. Asma bronkial adalah kesulitan bernafas yang ditandai dengan gejala sesak
napas, batuk dan mengi. Pada umumnya serangan asma disebabkan oleh
alergen yang tampil dalam bentuk Asma merupakan suatu kondisi paru-paru
yang kronis yang ditandai dengan kesulitan bernafas.
3. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain adalah
infeksi saluran pernafasan, alergi (debu, bulu hewan, serbuk sari, dll),
kondisi lingkungan (udara dingin, asap rokok), stress, olahraga berat, obat
(aspirin, NSAIDS).
4. Pemeriksaan penunjang, spirometri, pemeriksaan peak expiratory flow rate
(PEF), eosinophil, sputum, uji kulit (skin prict test/SPT), RO, AGD, dan
foto dada AP dan lateral.
B. Saran

1. Untuk Penderita
Diharapkan pada penderita asma terutama pada anak – anak lebih
memperhatikan dan mempertahankan lingkungan agar tetap bersih.
Menghindari dari faktor penyebab asma seperti salah satunya penyebab
asma seperti terhindar dari debu.
2. Untuk Keluarga Penderita
Keluarga diharapkan untuk membantu penderita atau klien untuk menjaga
dan memperhatikan lingkungan penderita/klien agar tetap bersih dan
menghindari faktor pencetus atau penyebab dari asma itu sendiri, seperti
contohnya menghindari dari asap rokok dan debu yang dapat menyebabkan
klien/penderita kambuh.

22
3. Untuk Tenaga Kesehatan
Diharapkan dengan adanya laporan ini, tenaga kesehatan dapat
mempertimbangkan layanan atau tindakan yang tepat untuk dapat
mengurangi angka kekambuhan anak dengan asma bronkial.
4. Untuk Mahasiswa Keperawatan
Dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan tentang penyakit asma.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arifian, L., & Krismanto, J. (2018). Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler
Terhadap Respiration Rate pada Pasien Asma Bronkial di Puskesmas Air
Upas Ketapang. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 134-141. Retrieved April
27, 2021, from http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/272
Aulia. (2017). Asma Bronkial. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Retrieved April 29, 2021, from
https://images.app.goo.gl/xmSuUBrBbcxqFjZv7
Baturaja, A. -M. (2018). Hubungan Genetik Dan Polusi Udara Dengan Kejadian
Asma Bronkial Pada Anak Usia 1 - 3 Tahun Di Desa Pusar Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungagung Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten Ogan
Komering Ulu Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Abdurahman, 8(1), 24-29.
Retrieved April 14, 2021, from
http://ejournal.stikesabdurahman.ac.id/index.php/jkab/article/view/86
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Nurliaty, & Simbolon, S. M. (2021). Karakteristik Penderita Asma Bronchial Di
Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Surya
Nusantara, 200-207. Retrieved April 15, 2021, from
https://jurnal.suryanusantara.ac.id/index.php/jurkessutra/article/view/59
Perdani, R. R. W. (2019). Asma Bronkial pada Anak. Jurnal Kedokteran
Universitas Lampung, 3(1), 154-159. Retrieved April 15, 2021, from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/2220
Prasetyo, A., & Handriyani. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Asthma-COPD
Overlap Syndrome (ACOS). Cermin Dunia Kedokteran, 47(3), 167-171.
Retrieved April 13, 2020, from
http://103.13.36.125/index.php/CDK/article/download/365/163
Terri, K., & Carman, S. (2014). Buku Praktik Keperawatan Pediatri (2 ed., Vol. 3).
Jakarta: EGC.
Winta, Fransiska, & Nova. (2020). Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Asma Bronkial Pada Anak Di Puskesmas Saitnihuta Kabupaten
Humbanghasundutan . Jurnal of Pharmaceutical and Health Research.
Yuliastati, & Arnis, A. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

24
Daftar Pustaka dari Organisasi, Asosiasi, dan atau Kementerian
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DDP PPNI.
_____. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
_____. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
GINA. (2020). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention; for Adults
and Children Older than 5 Years. USA: GINA.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional
RISKESDAS 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
_______. (2018). Laporan RISKESDAS Kalimantan Selatan 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

25
LEMBAR KONSULTASI
RELATED LEARNING EXPERIENCE (RLE) V

Kelompok : VI
Anggota Kelompok : Dwi Sara Krisma Tinduh 113063C116006

Jimmy Lin Yosep 113063C117017

Lie Yusti Anastasia 113063C117020

Thabita Yovi Sri Dayanti 113063C117029

Preseptor Akademik : Sapariah Anggraini, S.Kep., Ners, M.Kep

No. Hari, Materi Saran Perbaikan Paraf


tanggal Konsultasi Preseptor
1. Selasa, Makalah teoritis 1. Masukan nama preceptor akademik
27/04/2021 asuhan pada cover.
keperawatan 2. Kata “teoretis” ubah menjadi
anak dengan “teoritis”.
asma bronkial 3. Pada definisi, beberapa teori
sebaiknya disimpulkan berdasarkan
pengertian dari kelompok.
Contoh: berdasarkan beberapa
definisi di atas maka kelompok
menyimpulkan bahwa asma
adalah…
4. Kalau bisa pengobatan dibagi
menjadi 2: secara medis dan non
medis, jurnal-jurnal yang telah
didapatkan kelompok bisa
dimasukan ke dalam non medis.
5. Kalau bisa pengkajian fokus untuk
anak asma, menggunakan format
IPPA.
6. Diagnosa beracu pada SDKI, harus
sesuai
7. Kenapa tidak mengangkat
gangguan pola napas?
8. Diagnosa yang diangkat mohon
berkesinambungan dengan skema
patofisiologi yang dibuat
(meskipun hanya secara teori, tidak
real ada pasiennya)
9. Hasil jurnal yang telah ditelaah
mengapa tidak ada?
2. Rabu, Makalah teoritis
28/04/2021 asuhan
keperawatan ACC
anak dengan
asma bronkial
LEMBAR KONSULTASI
RELATED LEARNING EXPERIENCE (RLE) V

Kelompok : VI
Anggota Kelompok : Dwi Sara Krisma Tinduh 113063C116006

Jimmy Lin Yosep 113063C117017

Lie Yusti Anastasia 113063C117020

Thabita Yovi Sri Dayanti 113063C117029

Penguji : Sr. Margaretha Martini, SPC., BSN., MSN

No. Hari, Materi Konsultasi Saran Perbaikan Paraf


tanggal Penguji
1. Kamis, Seminar Kelompok 1. Perbaiki penulisan judul
29/04/2021 dengan memperjelas sistem
yang dibahas oleh
kelompok: Laporan
Asuhan Keperawatan
Teoritis Sistem Pernapasan
pada Anak dengan Asma
Bronkial.
2. Tambahkan anatomi
penyakit.
3. Tambahkan leaflet/brosur
asma bronkial pada anak
sebagai edukasi.
4. Perbaiki penggunaan
kalimat pada saran menjadi
kalimat yang lebih positif,
jangan menggunakan
kalimat perintah.
5. Kutipan dimakalah harus
ada di dalam daftar
pustaka.
6. Pisahkan daftar pustaka
antara dari jurnal atau buku
dengan yang bersumber
dari asosiasi atau
organisasi.
2.

Anda mungkin juga menyukai