Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang tergolong Athropod-Borne Virus, genus Flavivirus
Aedes, terutama Aedes Aegypti (Infodatin, 2016). jumlah kasus di Amerika,
Asia Tenggara dan Pasific Barat telah melewati 1,2 juta kasus di tahun 2008
dan lebih dari 2,3 juta kasus di tahun 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan
terdapat sebanyak 2,3 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan
DHF berat. Perkembangan kasus DHF di tingkat global semakin meningkat,
seperti dilaporkan organisasi kesehatan dunia (WHO) yakni dari 980 kasus
dihampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus dihampir 60
negara tahun 2000-2009 (WHO, 2014).
Pada tahun 2015 di bulan Oktober ada 3.219 kasus DHF dengan
kematian mencapai 32 jiwa, sementara November ada 2.920 kasus dengan 37
angka kematian, dan Desember 1.104 kasus dengan 31 kematian. Di
bandingkan dengan tahun 2014 pada Oktober tercatat 8.149 kasus dengan 81
kematian, November 7.877 kasus dengan 66 kematian, dan Desember 7.856
kasus dengan 50 kematian (Kemenkes RI, 2016).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat sejak Januari hingga
19 Februari 2016 terdapat sebanyak 1.833 kasus DHF. Dari jumlah tersebut
sebanyak 43 orang telah meninggal dunia (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2016).
Untuk Kasus Penyakit DHF pada tahun 2014 di Kabupaten Sragen ada
sebanyak 571 kasus. Kasus paling banyak ada di Puskesmas Karangmalang
dan Kalijambe, sedang yang paling sedikit di Puskesmas Sambung macan II.
Dari semua kasus tersebut terjadi kematian 12 kasus.
Pengobatan atau penatalaksanaan penyakit Dengue Hemoragic Fever
bersifat suportif dan simtomatik yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah
dehidrasi. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa
pembesaran plasma dan perdarahan. Perembesan plasma dapat mengakibatkan
syok, dan kematian. Pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF) dirawat diruang
perawatan biasa. Tetapi pada kasus Dengue Hemoragic Fever (DHF) dengan
komplikasi diperlukan intensif untuk dapat merawat pasien Dengue
Hemoragic Fever (DHF) dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang
terampil, sarana laboratorium yang memadai (Ngastiyah, 2012).
Bila penderita hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan
minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak perawat
diperkenankan memberikan obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-
4 jam diulang jika symptom panas masih nyata diatas 38,5 o C. Demam tinggi,
anoreksia dan sering muntah menyebabkan klien dehidrasi. Pada pasien ini
harus diberi banyak minum, yaitu 1½ sampai 2 liter dalam waktu 24 jam.
Dapat juga diberikan teh manis, susu, sirup, ataupun oralit. Keadaan
hiperpireksia dapat diatasi dengan kolaborasi pemberian antipiretik dan
kompres hangat. Jika terjadi kejang harus luminal atau pemberian
antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada klien DHF tanpa renjatan bila
pasien terus menerus muntah dan tidak dapat diberi minum sehingga terjadi
resiko tinggi dehidrasi dan peningkatan hematokrit. Obat panas salsilat tidak
dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyakit perdarahan dan
asidosis. Pasien yang diduga kuat mengalami DHF harus dirawat di rumah
sakit karena memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya syok
atau perdarahan yang dapat mengancam keselamatan pasien. Apabila
penderita DHF ini menunjukkan manifestasi pada hari ke 3,4, dan 5 panas
dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok.
Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut, perawat memberikan cairan
infus kristaoid. Pada saat fase panas dan perawat menganjurkan penderita
DHF untuk banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk
mengatasi diare. (Hadinegoro, 2012).
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang muncul pada pasien dengan Dengue Hemoragic Fever
(DHF) perawat di RSUD dr. Soeratno Gemolong memonitor tanda-tanda
perdarahan, memonitor tanda-tanda syok hipovolemik, mampu melakukan
rehidrasi, mampu menganalisa hasil laboratorium : trombosit, hematokrit dan
mengelola kasus Dengue Hemoragic Fever (DHF) pada anak (Djunaedi,
2012).
Menurut pengamatan saya selama praktik di Rumah Sakit
penatalaksanaan yang di gunakan pada pasien Dengue Hemoragic Fever
(DHF) di RSUD dr. Soeratno Gemolong dengan cara memonitor tanda-tanda
perdarahan, memonitor tanda-tanda syok hipovolemik, melakukan rehidrasi
dan menganalisa hasil laboratorium, namun perawat tidak melakukan
penyuluhan tentang pencegahan dan penanganan pertama pada keluarga
pasien. Dari data diatas ada kesamaan dan kesenjangan dengan teori yang
dikemukakan oleh Djunaedi tahun 2012.
Melihat tanda-tanda yang diatas jumlah pasien Dengue Hemoragic
Fever (DHF) setiap tahunnya meningkat dan belum ditemukan vaksin
mencegah Dengue Hemoragic Fever (DHF) sehingga angka kematian terus
meningkat. Maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan
Keperawatan pada An.B dengan Dengue Hemoragic Fever (DHF) di Ruang
Anggrek RSUD dr. Soeratno Gemolong” sebagai Karya Tulis Ilmiah.

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) tentang Dengue
Hemoragic Fever (DHF) ini adalah :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan adalah dapat mendokumentasikan Asuhan
Keperawatan secara komperhensif pada pasien Dengue Hemoragic Fever
(DHF).
2. Tujuan Khusus
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan secara komperhensif pada pasien
dengan masalah Dengue Hemoragic Fever (DHF) :
a. Mampu mendokumentasikan dan melakukan pengkajian masalah
kesehatan pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF).
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawat pada pasien yang menderita
Dengue Hemoragic Fever (DHF).
c. Mampu membuat rencana keperaatan pada pasien Dengue Hemoragic
Fever (DHF).
d. Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan dan mendokumentasikan.
e. Mampu mengevaluasi Asuhan Keperawatan pada pasien Dengue
Hemoragic Fever (DHF).
C. METODE DAN TEHNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode


analisa deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan yaitu
menggambarkan objek peristiwa yang sedang berlangsung, adapun teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan adalah ( Setiadi, 2012 ) :
1. Wawancara.

Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan


dengan masalah yang di hadapi klien dan merupakan suatu komunikasi
yang di rencanakan

Dalam wawancara penulis mengajak klien dan keluarga untuk


bertukar pikiran dan perasaanya, yang diistilahkan sebagai teknik
komunikasi terapeutik.

Teknik ini mencakup ketrampilan secara verbal, non verbal, empati


dan rasa keperdulian yang tinggi. Teknik verbal meliputi pertanyaan
terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien.
Teknik non verbal meliputi sikap mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan dan kontak mata, mendengarkan secara aktif merupakan suatu
hal yang perlu dilatih.

2. Observasi

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk


memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Hal-
hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan observasi adalah :

1. Sebaiknya tidak diketahui oleh klien sehingga data yang diperoleh


murni
2. Hasilnya di catat dalam catatan keperawatan sehingga dapat dibaca
dan dimengerti.

Selama pengkajian baik wawancara maupun pemeriksaan fisik, penulis


mengobservasi perilaku klien pada tingkat fungsi dan konsistensi. Tingkat
fusi meliputi fisik, perkembangan dan psikososial, serta aspek sosial.
Observasi fungsi dapat di lakuakan melalui apa yang di lihat dan dilakukan
klien kemudian di bandingkan dengan apa yang dieluhkan atau dinyatakan.

3. Pemeriksaan Fisik
Pengakjian fisik adalah data penunujang untuk menemukan kebutuhan
klien. Pengkajian ini diperlukan untuk memperoleh data objektif dari
riwayat keperawatan klien. Pada saat perawat melakukan pengkajian fisik,
data dasar awal harus sudah di persiapkan untuk mendokumentasiannya
Pemeriksaan fisik bisa di mulai dengan prosedur yang umum, seperti
pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi pengukuran tekanan darah,
pernapasan, suhu, dan nadi. Penulis harus menjelaskan setiap langkah
prosedur kepada klien. Jelaskan dan tanyakan setiap ketidaknyamanan
yang dirasakan klien. Sangat penting untuk menjaga privasi klien
Pemeriksaan fisik dilakukan dalam upaya membantu menegakkan
diagnosa keperawatan dengan teknik I P P A
I (Inspeksi): Melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien
P (Palpasi) : Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
meraba
P (Perkusi) : Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
mengetukkan jari telunjuk pada bagian tubuh
yang diperiksa
A (Auskultasi) : Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
mendengarkan bagian tubuh tertentu

Aspek pengkajian fisik dapat menggunakan 3 cara yaitu

a. Head-to-toe ( kepala ke kaki )


Pendekatan ini dilakuakann mulai dari kepala dan secara berurutan
sampai kekaki. ( keadaan umum berupa, tanda-tanda vital, kepala,
wajah, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan, leher, dada, paru,
jantung, abdomen, ginjal, genetalia, rectum, ekstermitas dan punggung
Pengkajian di lakukan pada setiap bagian tubuh , secara anatomi dan
fungsinya, mulai dari kepala sampai ekstermitas bawah.
b. ROS ( review of system )
Pada bagian ini penulis melakukan pengkajian sistem tubuh secara
keseluruhan. Adapun lingkup mayor body sistem meliputi : keadan
umum, tanda-tanda vital, sistem pernafasan, sistem perkemihan,
sistem pencernaan, sistem muskuluskeletal, sistem integuen dan
sistem reproduksi.
Pengkajian ini adalah pengkajian sesuai model medis. Penulis
melakukan pemeriksaan organ tubuh dengan pendekatan pengkajian
fungsi sistem organ.
c. Berdasarkan kebutuhan pasien
Pengkajian yang menggunakan pendekatan fungsi biopsiko-
sosiokultural, termasuk analisis terhadap faktor biologis,
perkembangan, psikologis, sosial dan spiritual.
4. Dokumentasi
Didapatkan dari buku status Pasien melalui catatan perawatan yang
berhubungan dengan Pasien . Penulis menggunakan catatan medis Pasien
untuk mendapatkan data hasil pemeriksaan seperti laboratorium, program
terapi dalam penyusunan dokumentasi ini.
5. Studi Kepustakaan
Upaya mendapatkan data tentang penyakit Dengue Hemoragic Fever
(DHF) ini dari literatur atau buku panduan yang berkaitan dengan
pemberian asuhan keperawatan.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan dokumentasi keperawatan, penulis menggunakan
sistemematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
D. Sistemsatika Penulisan
E. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Gambaran Klinis
E. Pengelolaan Kasus
F. Pathway
G. Asuhan keperawatan teoritis
1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
B. Analisa Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnose Keperawatan
C. Tujuan
D. Rencana Tindakan
E. Implementasi
F. Evaluasi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

E. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Dapat memperoleh dan menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan Dengue Hemoragic
Fever (DHF) serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama
pendidikan .
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang Dengue Hemoragic Fever
(DHF) serta meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam menolong
diri sendiri serta sebagai acuan bagi keluarga untuk mencegah penyakit
Dengue Hemoragic Fever (DHF).
3. Bagi Institusi
Dapat menjadi bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi
mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai