Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan

kasus pelaksaan Manajemen Asuhan Kebidanan Intra Natal Pada Ny. I

dengan Ketuban Pecah Dini di RSKDIA Pertiwi Makassar tanggal 8 Juni

2015. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan membahas

berdasarkan pendekatan manejemen asuhan kebidanan dengan tujuh

langkah Varney dengan uraian sebagai berikut :

A. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan

kebidanan yang ditujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai

kesehatan baik fisik, psikososial maupun spiritual. Pengumpulan data

dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi,

perkusi, auskultasi dan pemeriksaan laboratorium (tes lakmus serta

pemeriksaan penunjang/USG).

Pada tinjauan pustaka ketuban pecah dini didefinisikan sebagai

pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi

pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.

Berdasarkan studi kasus pada Ny I dengan ketuban pecah dini

dimana ketuban pecah sebelum persalinan dimulai. Dalam melakukan


111

pengumpulan data, penulis tidak menemui hambatan, hal ini disebabkan

karena respon klien dalam memberikan informasi begitu pula dengan

keluarga, dan bidan yang merawat sehingga penulis dengan mudah

memperoleh data yang diinginkan.

Data yang diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga

intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien, sehingga apa yang

dijelaskan pada tinjauan pustaka dengan studi kasus tampaknya tidak ada

kesenjangan antara teori dan studi kasus. Ibu masuk pada jam 10.55

WITA dan mengatakan bahwa air ketuban sudah merembes sebanyak 3

sarung dari jam 05.30 WITA hingga waktu pengkajian pada jam 10.55

WITA.

B. Langkah II : Mengidentifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual

Dalam menegakkan suatu diagnose atau masalah kebidanan harus

berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan

ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif maupun data objektif.

Dimana Ny I ketuban pecah pada fase aktif dengan pembukaan 4 cm his

belum adekuat, ibu masuk jam 10.55 WITA dan mengatakan bahwa air

ketuban sudah merembes sebanyak 3 sarung dari jam 05.30 WITA

hingga waktu pengkajian pada jam 10.55 WITA, dengan pembukaan 4

cm, kontraksi uterus 2 x 10 menit durasi 20 25 detik, penurunan kepala

pada bidang Hodge II.


112

Pada tinjauan pustaka, ketuban pecah dini didefinisikan pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada

pembukaan <4 cm (fase laten),hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan dan ketuban pecah dini

ditegakkan berdasarkan adanya pelepasan air ketuban di vagina yang

ditunjang dengan pemeriksaan tes lakmus dan dilakukan pemeriksaan

USG.

Dengan dilakukannya pemeriksaan laboratorium dengan tes

lakmus menandakan cairan yang keluar adalah cairan ketuban yang

ditandai dengan perubahan warna merah menjadi biru.

Pada studi kasus Ny I diperoleh diagnosa / masalah aktual yaitu,

GI P0 A0, umur kehamilan 38 minggu ,situs memanjang, punggung kiri,

presentas kepala, bergerak dalam panggul, intrauterine, tunggal, hidup,

keadaan ibu dengan ketuban pecah dini dan anemia ringan,gawat janin

inpartu kala I fase aktif.

Pada studi kasus Ny I penulis menemukan adanya kesenjangan

antara teori dan studi kasus yaitu, pada teori yang dikatakan ketuban

pecah dini terjadi pada pembukaan <4 cm (fase laten) sedangkan pada

kasus Ny I terjadi pada pembukaan 4 cm (fase aktif).


113

C. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial


Pada perumusan diagnosa/ masalah potensial akan dibahas

tentang kemungkinan terjadinya hal yang lebih fatal apabila ada yang

menjadi masalah aktual tidak segera di tangani.


Dalam konsep dasar, apabila ketuban pecah dini tidak di tangani

dengan baik, maka ketuban pecah dini akan menyebabkan infeksi

intrapartal dalam persalinan serta hipoksia dan asfiksia pada janin

sehingga mengakibatkan terjaidnya gawat janin.


Keadaan seperti ini mempengaruhi keadaan ibu dan janin, data-

data menunjang pada studi kasus Ny I dapat ditegakkan diagnosa/

masalah potensial sebagai berikut : potensial terjadinya infeksi, anemia

berat dan kematian janin dalam rahim (KJDR). Dengan demikian ada

kesamaan antara konsep dasar dan studi kasus pada NyI.


D. Langkah IV : Mengidentifikasi perlunya tindakan segera/

Kolaborasi
Berdasarkan konsep dasar, bahwa penangan/ tindakan segera

yang harus dillakukan pada kasus ketuban pecah dini adalah pemberian

infus dekstrose 5% drips oksitosin dimulai dari 4 tetes/ menit, tiap jam

dinaikan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/ menit. Pemberian antibiotik

untuk mengurangi risiko infeksi setiap 6 jam. Sementara pada kasus

gawat janin diberikan oksigen selama 6 liter/menit dan dengan infus

intravena dekxtrosa 5% dalam larutan RL.


Pada kasus Ny I tindakan segera dilakukan adalah pemberian

infuse dekstorsa 5% guyur dan dilanjutkan pemberian RL 28 tetes/menit,


114

kemudian kolaborasi dengan dokter pemberian O 2 3 liter/ menit dan injeksi

cefotaxim 1 gr/12jam/IV. Dalam hal ini penulis tidak mememukan

kesenjangan karena tindakan yang dilakukan pada Ny I sama dengan

konsep dasar.
E. Langkah V : Rencana Tindakan
Perencanaan adalah suatu proses rencana tindakan berdasarkan

identifikasi masalah saat sekarang serta antisipasi masalah yang akan

terjadi. Pada tahap perencanaan penulis membuat asuhan kebidanan

pada Ny I mulai dari tujuan yang hendak di capai serta keberhasilan dan

intervensi.
Berdasarkan konsep dasar bahwa rencana tindakan pada ketuban

pecah dini adalah memantau kemajuan persalinan secara teratur

dilakukan dengan menggunakan partograf, pemantauan his, DJJ dan nadi

dilakukan setiap 30 menit, suhu tiap 2 jam,. Dengan demikian ada

kesamaan antara konsep dasar dan studi kasus.

F. Langkah VI : Melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan


Dalam tahap ini penulis telah melakukan asuhan kebidanan

berdasarkan perencanaan yang telah di susun sesuai dengan kebutuhan

klien dengan memantau kemajuan persalinan secara terus menerus

dengan menggunakan partograf, pemantauan his, DJJ dan nadi setiap 30

menit, suhu tiap 2 jam, tekanan darah tiap 4 jam, VT tiap 4 jam dan jika
115

ada tanda-tanda inpartu. Memberikan intake yang adekuat Sehingga tidak

ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan kasus yang ada.


G. Langkah VII : Evaluasi
Proses evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen

asuhan kebidanan. Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan

permasalahan atau kesenjangan walaupun ada beberapa tujuan yang

tidak dapat teratasi. Hasil evaluasi setelah melakukan asuhan adalah

sebagai berikut:
1. Fase aktif berlangsung selama 4 jam
2. Keadaan ibu baik ditandai dengan Tanda-tanda vital dalam batas

normal :
a. TD : 110/80 mmHg
b. N : 80x/menit
c. S : 36,50C
d. P : 22x/menit
3. Anemia belum teratasi
4. Tidak terjadi infeksi ditandai dengan tidak terjadi tanda-tanda infeksi

seperti :
a. Dolor adalah rasa nyeri
b. Kolor adalah rasa panas
c. Tumor adalah pembengkakan
d. Rubor adalah kemerahan
e. Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang

mengalami infeksi
5. Gawat janin belum teratasi ditandai dengan DJJ : 160 kali/menit.

Anda mungkin juga menyukai