Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan masalah-masalah yang

selama melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan hiperemesis

gravidarum tingkat II di RSKDIA Pertiwi Makassar pada tanggal 18 Juni -

20 Juni 2015.

Dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada Ny. “M” dengan

kasus hiperemesis gravidarum tingkat II dilakukan melalui tahapan-

tahapan sebagai berikut :

A. Pengkajian dan Analisa Data

Dalam pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui

anamnese yang meliputi identitas klien, data biologis / fisiologis, serta

data spiritual klien yang berpedoman pada format pengkajian, namun

tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan dengan data-data lain

yang ditemukan pada klien. Selanjutnya pemeriksaan fisik, baik

inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi serta pemeriksaan obstetrik

dan laboratorium.

Pada teori hiperemesis gravidarum tingkat II diperoleh gejala

muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau

makan berat badan turun dan nyeri epigastrium, nadi sekitar

100x/menit, tekanan darah menurun, turgor kulit berkurang, lidah kering

dan mata cekung.

٨۰
81

Pada kasus Ny “M” data yang diperoleh menunjukkan adanya

persamaan gejala dan tanda seperti mual dan muntah terus menerus

yang menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan

turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi 102 x/menit, tekanan darah

90/60 mmHg, lidah kering, turgor kulit kurang dan mata cekung. Dalam

hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan data yang ditemukan.

B. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual

Data objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan

dari beberapa tinjauan kepustakaan diagnosa hiperemesis gravidarum

dapat ditegakkan berdasarkan adanya tanda-tanda hamil muda yang

disertai mual muntah terus menerus dan menetap sehingga

mempengaruhi keadaan umum ibu.

Begitu pula kasus Ny “M” data yang di peroleh adalah umur

kehamilan 9 minggu 3 hari di sertai mual dan muntah yang terus -

menurus terutama setelah makan dan minum sehingga menyebabkan

keadaan ibu lemah gangguan keseimbngan cairan dan elektrolit dalam

hal ini tampak jelas adanya persamaan antara teori – teori yang ada

dengan study kasus pada Ny “M”.

C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Pada perumusan masalah potensial akan dibahas tentang

kemungkinan terjadinya hal yang lebih fatal diagnosa / apabila apa

yang menjadi masalah aktual tidak segera di tangani.


82

Dalam konsep dasar, apabila hiperemesis gravidarum tidak

ditangani dengan baik, maka hiperemesis gravidarum tingkat II akan

berubah menjadi dehidrasi berat dan syok hipovolemik. Hal ini akan

mempengaruhi keadaan ibu dan janin, sedangkan data – data yang

menunjang pada studi kasus Ny “M” dapat ditegakkan diagnosa/

masalah potensial sebagai berikut : potensial terjadi dehidrasi berat

dan syok hypovolemik dengan adanya keluhan dari ibu dan hasil

pemeriksaan yang didapatkan yaitu ibu tampak lemas, nafsu makan

menurun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan

cepat, ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun dan

nafas bau aseton.

Dengan demikian ada kesamaan antara konsep dasar dan studi

kasus pada Ny “M”.

D. Melaksanakan Tindakan Segera/Kolaborasi

Berdasarkan konsep dasar, bahwa penanganan/tindakan segera

yang harus dilakukan pada kasus hiperemesis gravidarum adalah

pemberian cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan

protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-

3 liter sehari untuk mengganti cairan yang keluar akibat muntah yang

berlebihan di tambah dengan multi vitamin untuk membantu proses

metobolisme tubuh.

Begitu pula pada kasus Ny ‘’M’’ tindakan segera telah dilakukan

pada awal klien masuk rumah sakit (18 Juni 2015), kemudian
83

melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat lanjutan

yaitu infus RL dengan 28 tetes/menit, injeksi ondansetron 1 amp/IV,

injeksi Ranitidine 1 amp/IV, Drips Novabion 1 amp/IV, Antasida syrup

3x1 sdk. Dalam hal ini, tampak jelas adanya persamaan antara teori-

teori yang ada dengan studi kasus pada Ny. “M”.

E. Rencana Asuhan

Membuat rencana tindakan asuhan kebidanan hendaknya di

tentukan tujuan dan kriteria yang ingin dicapai dalam penerapan

asuhan kebidanan pada Ny.”M” dengan kasus hiperemesis gravidarum

tingkat II. Dalam tinjauan pustaka penganan / tindakan hiperemesis

gravidarum tingkat II yaitu berupa anjuran makan dalam porsi kecil tapi

sering, makan roti kering atau biskuit dengan minuman manis, terapi

obat, apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak

mengurangi, maka di perlukan pengobatan yaitu sedative, sering di

berikan phenobarbital (luminal, stesolid), vitamin (B1 dan B), anti

histaminika (dramamin,avomin), antasida dan anti mules, terapi

psikologik berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang

fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir, cari dan coba hilangkan

faktor psikologis seperti keadaan sosio ekonomi dan pekerjaan serta

lingkungan, cairan parenteral berikan cairan parenteral yang cukup

elektrolit,karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan

garam fisiologi sebanyak 2-3 liter sehari.bila perlu dapat di tambah

kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan


84

bila ada kekurangan protein, dapat di berikan asam amino secara

intravena dan penghentian kehamilan pada beberapa kasus dan bila

terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum

penderita, dalam keadaan demikian perlu di pertimbangkan mengakhiri

kehamilan dengan abortus buatan.

Pada kasus Ny. “M” rencana tindakan yang akan dilakukan adalah

mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, intake dan output,

menganjurkan sedikit makan tapi sering dalam keadaan hangat,

istrahat yang cukup, menciptakan lingkungan nyaman, memberikan

dukungan psikologis, pemberian obat-obatan dan cairan parental

seperti cairan RL dengan 28 tetes / menit secara intravena, injeksi

Ondansetron 1 amp/IV, injeksi Ranitidine 1 amp/IV, Drips Novabion 1

amp/IV, Antasida syrup 3x1 sdk. Dari uraian tersebut tidak ada

kesenjangan antara teori (tinjauan pustaka) dengan rencana tindakan

yang dilakukan pada kasus Ny. “M”.

F. Melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan

Dalam tahap ini penulis telah melakukan asuhan kebidanan

berdasarkan perencanaan yang telah di susun sesuai kebutuhan klien,

namun dalam hal ini intake makanan, pemberian diet sudah diatur

sesuai dengan kebutuhan klien, akan tetapi klien tidak dapat

menghabiskan porsi makan yang diberikan karena nafsu makan

kurang dan klien muntah setiap kali makan. Dan mengenai

keseimbangan cairan, di dalam teori dikatakan bahwa jika terjadi


85

dehidrasi atasi dengan pemberian infuse dan dalam kasus ini klien

mengalami dehidrasi ringan ditandai dengan mata cekung, turgor kulit

berkurang, penurunan berat badan, sehingga pemberian infuse RL 28

tetes/menit tetap dilanjutkan untuk mengganti cairan yang keluar

melalui muntah yang berlebihan. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara tinjauan pustaka dengan kasus yang ada.

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Proses evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen

asuhan kebidanan. Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan

permasalahan atau kesenjangan. Pada evaluasi menunjukkan

masalah teratasi tanpa adanya komplikasi. Hasil evaluasi setelah

melakukan asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:

1. Klien masih mual tetapi tidak muntah dan infus masih tetap

terpasang

2. Ibu sudah bisa makan dan minum

3. Keadaan klien sudah agak membaik dan ibu tampak ceria

Anda mungkin juga menyukai