A. Definisi
sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Mansjoer, A dkk, 2001).
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, R, 1998).
Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang berlebihan atau masalah muntah selama
kehamilan yang menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan
B. Etiologi
Faktor psikologis.
Sebab pasti belum diketahui, frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-
Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamilan ganda akibat
metabolik
Faktor psikologi, keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
Haus
Dehidrasi
Ikterik
D. Patofisiologi
Perubahan endokrin
Ht BUN
Asidosis Metabolik
E. Uji diagnostik
Data laboratorium :
- LFT
F. Penatalaksanaan
- Pemberian antiemetik
- Obat-obatan
Obat yang diberikan biasanya sedatif adalah fenobarbital, vitamin yang dianjurkan vitamin
- Isolasi
Penderita diberikan kamar yang tenang, tetapi cerah dan sirkulasi udara yang baik, catat
- Terapi psikologik
Penderita perlu diyakinkan bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang
- Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
- Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur, usahakan
G. Komplikasi
Dehidrasi
Ikterik
Takikardi
Alkalosis
Kelaparan
Ensefalopati wernicke yang ditandai oleh adanya nistagmus, diplopia, perubahan mental
A. Pengkajian
1. Keluhan
Nyeri epigastrik
Merasa haus
2. Faktor predisposisi
Multiple gestasi
Obesitas
Trofoblastik desease
3. Pemeriksaan fisik
Konjungtiva ikterik
Tanda-tanda dehidrasi :
Penurunan BB
Oliguria, ketonuria
Urin pekat
Data laboratorium:
- Proteinuria
- Ketonuria
- Urobilinogen
- Peningkatan Hb dan Ht
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah atau
hyperemesis
C. Perencanaan
Rasional : suhu, nadi yang meningkat dan TD yang menurun adalah tanda-tanda dari
Rasional : pengukuran yang dilakukan dengan seksama, menjamin hasil yang pasti : jumlah
kenaikan BB 10-13 kg merupakan kenaikan yang optimal bagi ibu dan fetus (indonesia :
11,5 kg). Triwulan 1 BB naik 1-2 kg , triwulan II : BB naik 5 kg, triwulan III : BB naik 5,5
kg.
6. Monitor pemberian cairan dan makanan dalam 24 jam demikian pula pengeluaran dan
Rasional : pemberian cairan dan elektrolit merupakan suatu cara untuk menangani muntah
yang menetap, pencatatan ini akan dapat menilai keseimbangan elektrolit yang diberikan,
sedangkan untuk jumlah kalorinya berapa banyak yang sudah dapat diberikan.
Rasional : adanya edema dapat juga karena kekurangan albumin atau terjadi kegagalan
ginjal
Rasional : adanya keton dalam urine menandakan persediaan lemak ibu dipakai untuk
padat)
Rasional : pemberian makanan yang padat dan cair dalam porsi kecil dan sering dapat
mengurangi muntah
11. Tingkatkan pemberian makanan ini bila klien sudah dapat menerima (toleransi)
dalam pengobatan
Rasional : DJJ dan pergerakan janin merupakan indikasi bahwa fetal/janin dalam keadaan
baik
Rasional : adanya peubahan hormonal, maternal hypoglikemia dan motilitas gaster yang
Rasional : dengan puasa lambung diharapkan perdarahan mukus membran lambung dapat
sembuh
Rasional : kulit yang kering dan turgor yang buruk merupakan tanda-tanda dehidrasi
D. Implementasi
- kulit kering dan turgor buruk, selaput lendir kering, mata cekung
9. Mengintervensi psikologis
10. Mempertahankan kebersihan mulut
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene, M, (1995), Perawatan Maternitas dan Ginekologi, cetakan 2, IAPKP, Bandung.
Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius FKUI.
Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1,
Jakarta : EGC.
Jaffe, Marie, S, etc (1989), Maternal Infant Health Care Plans, Springhouse corporation.
Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1 Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Rekam Medik :
Usia :
Diagnosa Keperawatan :
Keperawatan
Iritasi sebagian jam rasa nyaman untuk menarik nafas Relaksasi dapat
Skala nyeri
Karakteristik nyeri
Menetap
Hilang timbul
Frekwensi
Intensitas
Durasi
Ekpresi wajah
meringis
TTV :
TD :
Pols :
RR :
Temp :
keberhasilan
intervensi
Memotivasi dan
meningkatkan
ketertarikan ibu
terhadap nutrisi
seimbang
berhubungan keperawatan
dengan : selama x.
inadequate hasil :
Keseimbangan
Hb :
Ht :
TTV :
TD :
Pols :
Temp :
RR :
tidak nyaman
Memperbaiki
psikologis klien
dan mengurangi
ketegangan
berhubungan keperawatan
dengan : selama x.
kriteria hasil :
Hb : terjadi
Trombosit
Eritrosit
dll :
TTV :
TD :
Pols :
Temp :
RR :
Perdarahan
Karakteristik
Warna kulit :
Konjungtiva :
Jan
13
LP HIPEREMESIS GRAVIDARUM
BAB I
PENDAHULUAN
Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan
pada ibu kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul
setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu diantara
seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh
karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik
kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan
lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.
Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah
yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan
berat ringannya penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu,
muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi,
dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis, pielititis, dan
sebagainya.
Menurut Prof. Sarwono Prawirohardjo dalam buku ilmu kebidanan Hiperemesis Gravidarum
adalah mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan muda yang mengganggu pekerjaan
sehari-hari dan keadaan umum ibu menjadi buruk.
Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH dalam buku sinopsis obstetri Hiperemesis
Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menganggu
pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk dan terjadi dehidrasi.
Menurut Prof. Ida Bagus, Gede Manuaba DSOG dalam buku ilmu kebidanan, penyakit
kandungan dan keluarga berencana Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang
berkelanjutan sehingga menganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan
cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit.
Dalam buku kapita selakta kedokteran, hiperemesis gravidarum adalah apabila seorang ibu
memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan menurun, dihidrasi
dan terdapat aseton dalam urine.
Dalam buku obstetri potologi, iperemesis gravidarum adalah apabila seorang ibu
memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan menurun turgor
kulit kurang, dan timbul aceton dalam urine.
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti penyakit ini
disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan
anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin
serta zat-zat lain akibat inanisi.
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan
tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan, dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
5. Peningkatan hormon estrogen Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung
meningkat, hingga muncullah keluhan rasa mual.
Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi
peningkatan asam lambung.
6. Faktor HCG. Hormon Human Chorionic Gonodotrophin yang dihasilkan plasenta di awal
kehamilan diduga merupakan penyebab timbulnya rasa mual. Tak heran bila keluhan mual
muntah biasanya akan mereda dengan sendirinya seiring bertambahnya usia kehamilan.
7. Perubahan metabolisme glikogen hati. Kehamilan menyebabkan metabolisme glikogen
hati dan inilah yang diduga sebagai biang keladi pemicu keluhan mual muntah. Namun
keluhan ini akan lenyap saat terjadi kompensasi metabolisme glikogen dalam tubuh.
C. Patologi
Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis gravidarum menunjukkan
kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi
oleh bermacam sebab.
1. Hati, pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi lemak
tanpa nekrosis, degenerasi lemak tersebut terletak sentrilobuler. Kelainan lemak ini
nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus-
menerus. Dapat ditambahkan bahwa separoh penderita yang meninggal menunjukkan
gambaran mikroskopik hati yang normal.
2. Jantung, jantung menjadi lebih kecil daripada biasa dan beratnya atrofi, ini sejalan dengan
lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.
3. Otak, adakalanya terdapt bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada
ensefalopati Wernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah
korpora mamilaria ventrikel ketiga dan keempat).
4. Ginjal, ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak ditemukan pada tubuli kontorti.
D. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya estrogen, oleh
karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh isiologik hormon esrogen ini
tidak jelas, mungkin berasal dari sisem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan
lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan
muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda,
bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada
sebagian wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh
hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik
dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih
berat.
Hiperemesis gravidarum ini dapat menakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Narium dan klorida darah
turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunna zat metabolik yang toksik. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah an bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah lingkaran
setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss),
dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan
dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.
E. Kalsifikasi dan Gejala Klinis
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :
1. Tingkat I (Hiperemesis Gravidarum ringan)
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat-badan
menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit empedu
kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100
kali per menit dan tekanan darah sistole menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang dan urin masih normal.
2. Tingkat II (Hiperemesis Gravidarum sedang)
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril,
nadi cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan darah sistole kurang 80 mmHg, apatis,
kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton ada, bilirubin ada dan berat-badan cepat
menurun.
3. Tingkat III (Hiperemesis Gravidarum berat)
Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada, dan proteinuria.(Manuba, 1998,210)
Gambaran gejala Hiperemesis Gravidarum secara klinis sesuai dengan tingkatan Hiperemesis
Gravidarum, yaitu :
1. Hiperemesis Gravidarum tingkat I : Ringan
Muntah terus menerus lebih dari 10 x / hari
Keadaan umum lemah
Tidak mau makan
Berat badan menurun
nyeri di darah epigastrium
Turgor kulit mengunang / tonusnya lemah
nadi meningkat sekitar 100 x / menit dan tekanan darah menurun.
lidah mengering dan mata cekung.
2. Hiperemesis Gravidarum tingkat II sedang
Mual dan muntah yang hebat
Keadaan umum lebih lembah dan apatis
Turgor kulit lebih berkembang
Lidah menyaring dan tampak kotor
Nadi kecil dan cepat serta tekanan darah turun.
Suhu kadang-kadang naik.
Mata sedikit ikterik / ikterik ringan
Berada badan turun.
Hiperemesis Gravidarum, oliguria dan konstipasi.
Nafas berbau aseton.
3. Hiperemesis Gravidarum tingkat III berat
Muntah berkurang atau berlebih
Keadaan umum makin menurun, tekanan darah turun, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat,
keadaan dihidarasi makin jelas
Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
Gangguan kesadaran dalam bentuk, samnolen sampai koma. (Manuaba, 1998, 210-211).
F. Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan
nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula
mengakibatkan gangguan asam basa, penumoni aspirasi, robekan mukosa pada hubungan
gastroesofagi yang menyebabkan perdarahan ruptur eso fagus, kerusakan hepar dan
kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin
karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan
peredaraan darah janin berkurang.
G. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengubah emesis agar tidak terjadi Hiperemesis :
1. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses psikologis.
2. Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super biskuit, roti kering
dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan
berbau, makanan sebaik disajikan dalam keadaan hangat.
3. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah, defekasi
hendaknya diusahakan terakhir.
H. Penatalaksanaan
Sebelum diberikan pengobatan sebaiknya dilakukan pencegahan yang prinsipnya adalah
mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis. Pencegahan terhadap hiperemesis
gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
menghilang setelah kehamilan 16 minggu, menganjurkan mengubah makan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur tetapi di anjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat. Rendah lemak dan tinggi karbohidrat sangat di
anjurkan pada keadaan ini.
Usahakan penderita menghindari makan makanan yang berminyak dan berbau lemak seperti
goreng-gorengan dan santan sebab dapat menimbulkan rasa mual dan muntah kembali.
Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas. Cukup cairan, usahakan
banyak minum jus buah, susu hangat untuk mengganti cairan yang hilang selama muntah.
Sebaiknya minum air delapan gelas sehari. Defekasi yang teratur dan dianjurkan makan
makanan yang mengandung banyak gula.
Bila pencegahan dengan cara tersebut di atas, keluhan dan gejala tidak berkurang maka di
perlukan konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik,
alat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam
kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan tidak diberikan makan
atau minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang /
hilang tanpa pengobatan.
2. Terapi psikologik
Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, berikan pengertian
bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, norma dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan
khawatir, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
3. Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup ekektrolit, karbohidrat dan proten dengan glukosa %
dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan
vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat
diberikan asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan keluar, air kencing perlu diperiksa terhadap
protein. Astion, khorida dan bilirubin, suhu dan udara perlu diperiksa setiap 4 jam dan
tekanan darah 3 x sehari. Dilakukan pemeriksaan hemaltrokrit. Pada permulaan dan
seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pertama penderita tidak muntah dan
keadaan umum bertambah baik dapat di coba untuk memberikan minuman dan lambat laun
minuman dapat ditambah dengan makanan.
4. Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada Hiperemesis Gravidarum sebaiknya berkomunikasi dengan dokter,
sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (susunan obat) yang dapat
diberikan adalah :
a. Sedatif ringan
- Phenobarhal (luminal) 30 mgr
- Valium
b. Anti Alergi
- Medramer
- Dramamin
- Avemim
c. Obat anti mual-muntah/Anti emetik
- Mediamer B6
- Emetrole
- Stimetil
- Avopreg (prometazine)
d. Vitamin
- Terutama vitamin B kompleks
- Vitamin C
5. Diet
e. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam zat-zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
f. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
g. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
Dalam melakukan diet, ibu hamil perlu mengatur pola makannya, yaitu sebagai berikut:
a. Jumlah dan jenis makanan, serta bagaimana penyajiannya memang bisa memicu keluhan
dan gangguan mual muntah. Untuk itu, ingatlah seberapa banyak porsi yang bisa masuk, dan
jenis makanan apa saja yang sekiranya memancing rasa mual serta ingin muntah.
b. Mengingat peningkatan kadar asam lambung merupakan salah satu penyebab utama rasa
mual, jangan biarkan perut dalam keadaan kosong. Aturlah pola makan menjadi lebih sedikit
porsinya tapi lebih sering frekuensinya. Yang perlu diingat, ibu hamil tak perlu makan
berlebihan.
c. Lambung yang mengalami perlukaan bisa sedikit terobati oleh makanan dan minuman
yang segar dan hangat. Sekalipun hobi, sebaiknya hindari dulu kegemaran menyantap
makanan pedas, asam, dan bersantan karena hanya akan memperberat kerja lambung.
d. Agar sarapan tidak diganggu keluhan, nikmati sepotong roti kering bersama secangkir teh
manis hangat. Selain bisa meredakan dorongan mual muntah, makanan itu bisa menggugah
nafsu makan.
e. Untuk mengganti cairan tubuh yang terbuang lewat muntah, jangan ragu untuk banyak-
banyak mengonsumsi makanan atau minuman berkadar air tinggi seperti sayuran, jus buah,
dan sejenisnya.
f. Makanan berkarbohidrat tinggi juga bisa dijadikan pilihan agar energi yang terbuang akibat
muntah bisa segera tergantikan.
g. Jenis-jenis makanan yang diduga memicu perut kembung sebaiknya juga tidak dikonsumsi.
Soalnya, kondisi kembung akan membuat perut serasa terisi penuh padahal kosong.
h. Yang pasti hindari stres dan ketegangan dalam bentuk apa pun. Jangan pernah
menganggap kehamilan sebagai beban, melainkan sebagai fase kehidupan baru yang
menyenangkan.
6. Menghentikan kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirrum, kebutaan,
takhikardi, iklerus, anuriq, dan perdarahan merupakan monifestasi komplikasi organik dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus terputik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat tetapi dalam pihak tidak boleh menunggu sampai menjadi gejala
irreversibel pada organ vital (Prawirohardjo, 1992).
Berdasarkan kriterianya, penatalaksanaan dapat dilakukan dengan cara:
1. Emesis Gravidarum
Kriteria :
Mual dan mutah selama kehamilan muda (6 - 16 minggu)
Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari;
Sering timbul pada pagi hari (morning sickness).
Penatalaksaan :
terangkan bahwa itu merupakan gejala kehamilan muda, akan hilang sendiri setelah
kehamilan 16 minggu Pendekatan psikologis
Perbanyak istirahat
Kurangi beban kerja sehari-hari dan beban psikologis
Medikamentosa : pasang infus RL / D10% , jika KU jelek atau pre-shock berikan
Antivomitus ( Primperan inj. +/ oral ) tranguliser.
2. Hiperemesis Gravidarum
Kriteria :
Mual dan mutah semakin hebat
Tidak dapat lagi melakukan aktivitas sehari-hari.
Penatalaksaan :
Rawat inap
Stop makan / minum dalam 24 jam pertama
Obat-obat diberikan parenteral
Infus D10% ( 2000 ml ) + RD5% ( 2000 ml) / hari tiap botol tambahan :
Antiemetik ( metoklopramid hidrochlorid ) 1 amp (10 mg)
Roborantia
Kalau perlu Diazepam 10 mg im
Psikoterapi
Dalam 24 jam pertama >> evaluasi
Bila membaik : boleh makan / minum bertahap ;
Bila tetap : Stop makan minum ? lanjutka R/ di atas untuk 24 jam kedua
Bila dalam 24 jam kedua tidak membaik >> pertimbangan rujukan
Infus dilepas setelah 24 jam bebas mual dan mutah
Kriteria pulang :
Mual dan mutah tidak ada lagi
Keluhan subyektif tidak ada
Tanda-tanda vital baik.
I. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
ASUHAN KEPERAWATAN
8. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi
Intervensi Rasional
Mengidentifikasi intervensi yang tepat untuk kondisi khusus.
Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi
Rasional
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
Dorong pasien untuk menghindari menggaruk atau menepuk kulit yang kering daripada
menggaruk.
Balikkan/ubah posisi dengan sering.
DAFTAR PUSTAKA
Palisuri, dr. H.M.M., Sp.OG & Hafied, dr.H.B. 2007. Hiperemesis Gravidarum.
http://www.geocities.com/klinikobgin/kelainan-kehamilan/hiperemesis-gravidarum.htm.
Diakses 26 Maret 2008.