Anda di halaman 1dari 115

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU

HAMIL RESIKO :
- HEG
- ANEMIA
- PENDARAHAN ANTEPARTUM
- PEB
- KPD

Ratnalia, S.Kep.,Ners.
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Definisi
 HEG : mual dan muntah berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari2 dan keadaan
umum menjadi buruk.
 Mual dan muntah merupakan gg yg paling sering
ditemui pd kehamilan trimester 1, kurang lbh 6
minggu stlh haid terakhir selama 10 minggu.
 Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual
muntah, namun gejala ini terjadi lbh berat hanya
pd 1 diantara 1000 kehamilan

Ket : HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


adalah hormon peptida yang diproduksi pada
masa kehamilan, yang dibuat oleh embrio segera
setelah pembuahan dan selanjutnya oleh
syncytiotrophoblast (bagian dari plasenta).
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan saat
darah menjadi basa karena pernapasan yang cepat
dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida
dalam darah menjadi rendah (atau disebut juga
Alkalosis).
Patofisiologi
 Secara fisiologis, rasa mual tjd akibat kadar estrogen yg
meninbgkat dalam darah sehingga mempengaruhi sistem
perencanaan, tetapi mual dan muntah yg terjadi trs mnrs
dpt mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia,
serta penurunan klorida urine yg selanjutnya menyebabkan
hemokonsentrasi yg mengurangi perfusi darah ke jaraingan
dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik
 Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan
oksidasi lemak tdk sempurna, sehingga trjd ketosis.
Hipokalemia akibat muntah dan eksresi yg berlebihan
selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak
hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dpt robek
(syndrom Mallory- weis), sehingga terjadi perdarahan
gastrointestinal.
Manifestasi klinis
 Berdasarkan berat dan ringannya
gejala, HEG dibagi mjd 3 :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yg mempengaruhi
Keadaan umum, menimbulkan rasa lemah,
penurunan nafsu makan, BB turun, nyeri
epigastrium. Frek. Nadi ibu biasanya naik
mjd 100 x/m, TD menurun, turgor kulit
menurun, lidah kering, dan mata cekung.
2. Tingkat II
ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu tubuh terkdang naik,
serta mata sedikit ikterik, BB ibu turun,
timbul hipotensi, hemokonstentrasi,
oliguria, konstipasi, dan nafas bau aseton.
3. Tingkat III
kesadaran ibu menurun dari somnolen hingga
koma, muntah berhenti, nadi cepat dan
kecil, suhu meningkat, serta TD semakin
turun.
penatalaksanaan
1. Ibu diisolasi di kamar yg tenang dan cerah dg
pertukaran udara yg baik. Kalori diberikan scr
parenteral dg glukosa 5% dlm cairan fisiologis 2-3
ltr sehari
2. Diuresis selalu dikontrol utk keseimbangan cairan
3. Slm 24 jam ibu tdk muntah, cb diberikan makan
dan minum sedikit demi sedikit
4. Sedatif yg diberikan adalah fenobarbital
5. Pd keadaan lbh berat berikan antiemetik spt
metoklopramid, disiklomin hidroklorida, atau
klorpromazin
6. Berikan terapi psikologis yg meyakinkan ibu bhw
penyakitnya bisa disembuhkan serta
menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan
konflik yg melatarbelakangi hiperemesis
Pengkajian

 Tujuan utama pengkajian adalah utk


memberikan gambaran secara terus menerus
mengenai keadaan kesehatan ibu yg
memungkinkan perawat merencanakan
askep
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kes. Sekarang
sesuai dg keluhan yg dirasakan ibu spt : mual dan
muntah yg trs mnrus, lemah dan kelelahan, haus
dan merasa asam di mulut, konstipasi dan demam,
bb menurun, turgor kulit buruk dan gg elektrolit,
oliguria, takikardi, mata cekung dan ikterus
b. Riwayat kes dahulu
 kemungkinan ibu pernah mengalami HEG
sebelumnya
 Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yg
b.d saluran pencernaan yg menyebabkan mual
dan muntah
c. Riwayat kes keluarga
kemungkinan ada riwayat kehamilan ganda
pd keluarga
2. Data fisik biologis
 Data yg dpt ditemukan pd ibu dg HEG yakni :
 Mamae yg bengkak,
 Hiperpigmentasi pada aerolla mammae
 Tdpt kloasma gravidarum
 Mukosa membran dan bibir kering
 Turgor kulit buruk
 Mata cekung dan sedikit ikterik
 Ibu tmapak pucat dan lemah
 Takikardi
 Hipotensi
 Pusing dan kehilangan kesadaran
3. Riwayat menstruasi

a. Kemungkinan menarche usia 12 – 14


tahun
b. Siklus 28 – 30 hari
c. Lamanya 5 – 7 hari
d. Banyaknya 2 – 3 kali ganti duk/hari
e. Kemungkinan ada keluhan waktu haid
spt nyeri, sakit kepala, dan muntah

4. Riwayat perkawinan
kemungkinan terjadi pd perkawinan
usia muda
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Hamil muda : pusing, mual dan muntah, serta tdk
nafsu makan
b. Hamil tua : pemeriksaan umum thd ibu mengenai
kenaikan BB, TD, dan tingkat kesadaran.

6. Data psikologi
riwayat psikologi sgt penting dikaji agar dpt
diketahui Keadaan jiwa ibu sehubungan dg
prilaku thd kehamilan. Keadaan jiwa ibu yg labil,
mudah marah, cemas, takut akan kegagalan
persalinan, mudah menangis, sedih, serta
kecewa dapat memperberat mual dan muntah.
Pola pertahanan diri/koping yg digunakan ibu
bergantung pd pengalamannya thd kehamilan
serta dukungan dari keluarga dan perawat
7. Data sosial ekonomi
HEG bisa terjadi pd semua golongan
ekonomi, namun pd umumnya tjd pd
tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal
ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan yg dimiliki

8. Data penunjang
didapat dari hasil lab, pemeriksaan
darah dan urin.
Pemeriksaan darah : HB, Ht, yg meningkat
menunjukkan hemokonsentrasi yg
berkaitan dg dehidrasi.
Pemeriksaan urinalisis : urin yg sedikit dan
konsentrasi yg tinggi akibat dehidrasi,
juga tdptnya aseton di dalam urin
Diagnosis kep
1. Kekurangan cairan dan elektrolit b.d muntah
yg berlebihan dan pemasukan yg tdk adekuat
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d mual dan muntah yg terus menerus
3. Nyeri pada epigastrium b.d muntah yg
berulang
4. Resiko intoleransi akatifitas fisik b.d
kelemahan dan kurangnya intake nutrisi
5. Risiko perubahan nutrisi fetal b.d
berkurangnya peredaran darah dan makanan
ke fetal (janin)
Intervensi keperawatan
1. Dx 1
tujuan : kebutuhan cairan dan elektrolit
terpenuhi
a. Istirahatkan ibu ditempat yg nyaman
Rasional : istirahat akan menurunkan kebutuhan energi
kerja yg membuat metabolisme tdk meningkat,
sehingga tdk merangsang trjadinya mual dan muntah
b. Pantau TTV dan tanda2 dehidrasi
Rasional : dg mengobservasi tanda2 kekurangan cairan,
dapat diketahui sejauh mana keadaan umum dan
kekurangan cairan pd ibu. TD turun, suhu meningkat,
dan nadi meningkat mrpkn tanda2 dehidrasi dan
hipovolemi
c. Kolaborasi dg dokter utk pemberian
cairan infus
Rasional : pemberian cairan infus dpt mengganti
jlh cairan elektrolit yg hilang dg cepat,
sehingga dpt mencegah keadaan yg lbh buruk
d. Pantau tetes cairan infus
Rasional : jlh tetesan infus yg tdk tepat dapt
menyebabkan tjdinya kelebihan dan
kekurangan cairan di dlm sistem sirkulasi
e. Catat I-O
Rasional : utk mengetahui keseimbangan cairan
dlm tubuh
f. Setelah 24 jam anjurkan utk minum tiap
jam
Rasional : utk menambah pemasukan cairan
melalui oral
2. DX II
tujuan : kebutuhan nutrisi terenuhi
a. Kaji kebutuhan nutrisi ibu : utk mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi pd
ibu dan menentukan langkah selanjutnya
b. Observasi tanda2 kekurangan nutrisi : utk mengetahui sejauh mana kekurangan
nutrisi akibat muntah yg berlebihan
c. Setelah 24 jam pertama beri makanan dlm porsi kecil tp sering : dlm porsi keci;
dpt mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi kerja peristaltik usus
serta memudahkan proses penyerapan
d. Berikan makanan dlm keadaan hangat dan bervariasi : utk mengurangi rasa
mual. Makanan bervariasi utk meningkatkan nafsu makan
e. Berikan makanan yg tdk berlemak dan berminyak ; utk mengurangi rangsangan
saluran pencernaan, sehingga diharapkan mual dan muntah berkurang
f. Anjurkan klien utk memakan makanan kering dan tdk merangsang pencernaan
(roti kering dan biskuit) : makanan kering tdk merangsang pencernaan dan
mengurangi rasa mual
g. Berikan ibu motivasi agar mau menghabiskan makanan; ibu merasa diperhatikan
shhg diharapkn akan menghabiskn makanannya
h. Timbang BB ibu : utk mengetahui keseimbangan BB sesuai usia kehamilan dan
pengaruh nutrisi
3. DX. III
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi
a. Kaji tingkat nyeri : utk mengetahui tk nyeri dan menentukan
tindakan slnjtnya
b. Atur posisi kepala lbh tinggi selama 30 mnt setelah makan : dpt
mengurangi tekanan pd gastrointestinal, shgga dpt mncegah
muntah yg berulang
c. Perhatikan kebersihan mulut ibu sesudah dan sebelum makan :
utk mengurangi mual dan muntah
d. Alihkan perhatian ibu pd hal yg menyenangkan : utk distraksi
shgga ibu dpt melupakan rasa nyeri akibat muntah yg berulang
e. Anjurkan ibu utk beristirahat dan batasi pengunjung : utk
menambah ketenangan pd ibu
f. Kolaborasi dlm pemberian antiemetik dan sedatif : antiemetik
utk mengurangi muntah, sedatif utk membuat ibu tenang, shgga
dpt mengurangi nyeri yg dirasakan oleh ibu
4. DX. IV
Tujuan : pola pertahanan diri efektif
a. Bantu ibu utk mengungkapkan perasaannya scr lgsg thdp kehamilan : dg
mengungkapkan perasaannya dpt diketahui reaksi ibu thd kehamilannya
b. Dengarkan keluhan ibu dg penuh perhatian ; ibu merasa diperhatikan
dan tdk sendiri dlm mengatasi masalahnya
c. Diskusikan bsm ibu mengenai masalah yg dihadapi dan pemecahan
masalah yg dpt dilakukan : utk mengetahui koping ibu
d. Bantu ibu memecahkan masalahnya terutama yg b.d kehamilannnya :
utk mengetahui koping ibu yg epektif
e. Dukung ibu dlm menemukan pemecahan masalah yg konstruktif ; utk
menambah rasa PD ibu dlm menemukan pemecahan mslh
f. Libatkan keluarga dlm kehamilan ibu : keluarga dpt diajak kerjasama
dlm memberikan dukungan pd ibu thdp kehamilannya
g. Kolaborasi dg ahli psikiatri jika diperlukan : utk mengetahui adanya
kemungkinan faktor psikologis yg lbh berat sbg penyebab masalah
5. DX V
Tujuan : perkembangan janin tdk terganggu

a. Jlskn pd ibu mengenai pentingnya nutrisi bagi


pertumbuhan dan perkembangan janin
b. Periksa TFU : TFU yg tdk sesuai dg usia
kehamilan dpt mjd bahan penilaian akan
nutrisi janin
c. Pantau DJJ : DJJ yg msh dlm keadaan normal
dan aktif menandakan janin msh dlm
keadaan baik
IMPLEMENTASI KEP
 Penerapan rencana askep dalm situasi yg
nyata utk mncapai tujuan yg ditetapkan.
 Tindakan kep harus mendetail agar
semua tenaga kep. Dpt menjalankan
tugasnya dg baik dlm jangka wkt yg tlh
ditentukan
 Dalm pelaksanaannya, perawat dpt
langsung memberikan askep atau
mendelegasikan kpd orang lain yg
dipercaya dibawah pengawasan yg masih
se profesi dg perawat
Evaluasi kep

 Merupakan hasil perkembangan ibu dg


berpedoman pd hasil dan tujuan yg hendak
dicapai
 Menilai hasil yg diharapkan thdp perubahan
perilaku ibu utk mengetahui sejauh mana
masalah ibu dpt teratasi.
 Perawat juga melakukan umpan balik atau
pengkajian ulang jika yg ditetapkan belum
tercapai dan proskep segera dimodifikasi
PENDARAHAN ANTEPARTUM
Pendahuluan
 Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus
genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke-28 dan awal
partus.
Pada satu kehamilan perdarahan  dari traktus genitalis lebih
sering dan serius jika terjadi pada tempat plasenta dibandingkan
dari sumber lain. Walaupun demikian plasenta menjadi  organ
defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan
perdarahan dapat terjadi lebih dini . Meskipun perdarahan
sesudah saat ini lebih sering terjadi. Walaupun perdarahan
vaginal  setelah minggu ke–29 harus dianggap mempunyai
potensi serius . perdarahan pada saat yang lebih dini dapat
merupakan indikasi dari dua penyebab utama pedarahan
anterpatum yaitu;
•  Plasenta previa
•  Soluto plasenta
Plasenta previa

 Pada keaadaan normal . Plasenta


berimplantasi atau terletak di bagian fundus
uterus. Plasenta previa adalah plasenta yang
letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutup sebagian
atau seluruh  pembukaan jalan lahir.
Etiologi
1. Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah
uterus tidak dapat dijelaskan. Namun  demikian terdapat beberapa
faktor yang berhubungan dengan peningkatan kekerapan  terjadi
plasenta previa yaitu  :
2. Parista
Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami
plasenta previa
3. Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun
atau lebih, makin besar kemungkinan kehamilan plasenta previa.
4. Umur dam paritas
1. Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.
2. Pada paritas tinggi lebih sering dari pada paritas rendah
3. Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil
disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana
endometrium belum matang.
5. Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium.
6. Kadang-kadang pada malnutrisi
Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu,plasenta
previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
1. Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan
tertutup oleh jarngan plasenta
2. Plasenta previa parsialis apabila sebagian
pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta
3. Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta
berada terpat pada pinggir pembukaan
4. Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta
melampau segmen bawah tetapi tepinya tidak
mencapai ostium internum.
Manifestasi klinis
 Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang
terjadi pertama kali, biasanya tidak banyak dan tidak berakibat
fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari
sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan
ketiga.
 Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak
mengeluh adanya rasa sakit.
 Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
 Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
dan tidak jarang terjadi letak janin (letak lintang atau letak sunsang)
 Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya
perdarahan. Sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
 Gejala utama
Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa
rasa nyeri merupakan gejala utama
 Komplikasi
•    Anemia karena perdarahan
•    Syok
•    Janin mati lahir dalam keadaan premature
dan asphyxia berat.
Patofisiologi
 Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada triwulan ketiga kehamilan . Karena pada
saat itu segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan berkaitan dengan makin tuanya  kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa
dapat sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan
ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar
dan serviks membuka. Dengan demikian plasenta yang
berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan mengalami
pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan
perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, bersumber pada
sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.
Manajemen Therapeutik

 Harus dilakukan di rumah sakit dengan


fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan
pasien untuk tirah baring total dengan
menghadap kiri, tidak melakukan sanggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga
perut missal batuk,mengedan karena sulit
buang air besar)
Penatalaksanaan PF
PENATALAKSANAAN PF
 Pasang infuse cairan Nacl fisiologis.
 Bila tidak memungkinkan, beri cairan.
 Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit
untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan.
 Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.
 Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan trasfusi darah.
 Bila tidak teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi,
perhatikan usia kehamilan.
 Penanganan di rumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan.
Bila terdapat renjetan, usia gestasi <37 minggu, taksiran berat janin
<2.500 g, maka :
 Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan
mobilisasi bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intravena per hari salma 3 hari
 Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO (Pemeriksaan Dalam di Meja
Operasi). Bila ada kontraksi, tangani seperti persalinan preterm
Bila tidak ada renjetan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksirkan berat janin
2.500 g atau lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata previa, lakukan persalinan
perabdominan. Bila bukan, usahakan partus pervaginam.
Asuhan keperawatan
 Perawatan adalah pelayanan esensial dilakukan oleh perawatan
propesional. Bagi individu, keluarga dan masyarakat yang
mempunyai masalah kesehatan dengan tujuan menolong mereka
meningkatkan kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan
profesinya.
Pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien HAP atas indikasi
plasenta previa akan berhasil apabila asuhan keperawatan yang
diberikan baik dan benar. Berdasarkan hal ini perawat dituntut
memiliki pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakan apa saja
yang harus dilakukan, selain itu perawat harus berfikir dan bekerja
secara dinamis.
Proses kererawatan digunakan oleh perawat untuk memecahkan
masalah yang dihadapi klien, secara tuntas yang didasari prinsip-
prinsip ilmiah sertamempertimbangkan klien sebagai makluk yang
utuh (bio, psiko, social, dan spiritual) dan bersifat unik.
Penerapan proses keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu
pengkajian, intervestasi dan evaluasi.
Pengkajian
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat kesehatan dahulu
 Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan
uterus seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
 Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia
serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
 Kemungkinan pernah mengalami abortus
d. Riwayat kesehatan sekarang
–     Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
–    Perdarahan tanpa rasa nyeri
–    Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga
atau sejak kehamilan 20 minggu.
 3.     Riwayat kesehatan keluarga
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan
kehamilan lainnya.
 Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan
ganda.
 Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM,
Hemofilia dan penyakit menular.
 4.    Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
– Minarche                    : …… th
– Siklus        : 28 / 35 hari
– Lamanya        : ± 7 hari
– Baunya        : amis
– Keluhan pada haid  : tidak ada keluhan nyeri haid
 5.    Riwayat kehamilan dan persalinan
– Multigravida
– Kemungkinan abortus
– Kemungkinan pernah melakukan curettage
 6.    Riwayat nipas
– Lochea Rubra : Bagaimana baunya, amis
–  Banyaknya 2 kali ganti duk besar
– Tentang laktasi : Colostrum ada
 Pemeriksaan tanda-tanda vital
 Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi Infeksi
 Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda
syok
 Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
 Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
Pemeriksaan fisik
 Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
 Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
 Mata biasanya konjugtiva anemis
 Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
 Abdomen
 Inspeksi : terdapat strie gravidarum
 Palpasi   :
 Leopold I  : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah
 Leopold II    :  Sering dijumpai kesalahan letak
  Leopold III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas
panggul.
 Leopold IV   : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
 Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
 Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
 Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
 Pemeriksaan penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb
rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000
mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu – 500 ribu).
 Data sosial  ekonomi
Plaesnta previa dapat terjadi pada semua
tingkat ekonomi namun pada umumnya
terjadi pada golongan menengah kebawah ,
hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang dimilikinya.
Diagnosa keperawatan  plasenta precia
1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman
plasenta pada segmen bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk
1988:523)
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
ketidak mampuan merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda
Jual Carpenito edisio :326)
3. Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada
kuatnya perfusi darah ke plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127)
post seksio.
4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
dan spasme otot perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).
5. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Barbara
Enggram :1998:371)
6. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya tempat masuknya
mikro organisme sekunder terhadap luka operasi sesarea.
7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan dan pengobatan (Susan Martin Tucker,dkk 1988).
Solusio Plasenta
 Pengertian
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta  dari insersi  sebelum waktunya
 Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi
kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak,
anomali atau tumor uterus, difisiensi gizi, merokok, konsumsi alcohol,
penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena kana inferior dan vena ovarika.
 Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang
kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada
miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan
pelepasan,kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan
dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma
retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga
pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus
tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi
optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang
mengalir keluar dapt melepaskan selaput ketuban.
Manifestasi Klinis
 Anamnesis : perdarahan biasanya pada trimester
ketiga, perdarahan pervaginam berwarna kehitam-
hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri
sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus
tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok
dak kematian janin intrauterine.
 Pemeriksaan fisik tanda vital dapat normal sampai
menunjukkan tanda syok.
 Pemeriksaan obstetric : nyeri tekan uterus dan
tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut
jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban
berwarna kemerahan karena tercampur darah.
Manajemen Terapeutik
 Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi.
 Sebelum dirujuk anjuran pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri,
tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut
(misalnya batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
 Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan
peronaL.
 Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi atau syok akibat pendarahan.
 Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.
 Bila terdapat rejatan,segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah.
 Bila tidak teratasi, Upayakan Penyelamatan optimal bila teratasi.
 Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila
janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama.
 Bila rejatan tidak dapat diatasi, upayakan  tindakan penyelamatan yang
optimal.Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan.
 Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin.
 Bila kurang dari 6cm lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia
gestasi kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr.
Penanganan berdasarkan berat atau ringannya
penyakit yaitu :
Solusio Plasenta Ringan
 Ekspektatif, bila ada perbaikan
Solusio plasenta sedang/berat
(perdarahan berhenti, kontraksi
 Resusitasi cairan
uterus tidak ada, janin hidup)
dengan tirah baring atasi anemia  Atasi anemia dengan pemberian
dan KTG serial,lalu tunggu transfuse darah
persalinan spontan.  Partus pervaginam bila
 Aktif, bila ada perburukan diperkirakan dapat berlangsung
(perdarahan berlangsung terus, dalam 6 jam, perabdominan bila
uterus berkontraksi, dapat tak dapat
mengancam ibu/janin). Bila terdapat rejatan, usia gestasi
Usahakan partus pervaginam 37 minggu atau lebih, taksiran
dengan amniotomi atau infuse berat janin 2.500 gr atau lebih.
oksitosin bila memungkinkan. Pikirkan partus perabdominan
Jika terus pendarahan,skor bila persalinan pervaginam
pelvic kurang dari 5 atau diperkirakan berlangsung lama.
persalinan masih lama, lakukan
seksio sesarea.
Prognosis

 Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang


terlepas dari dinding uterus, banyaknya perdarahan,
derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya
hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi
tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya
solusio plasentae sampai pengosongan uterus.
Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan
kematian janin 50-80%.
 Pemeriksaan penunjang (EKG,USG,
laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia darah})
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serta umum


berhubungan dengan hipovelemik shock.
2. Gangguan perfusi jaringan : perdarahan
berhubungan dengan gangguan pembekuan darah
3. Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan
efek negatif dari perdarahan atau pengeluaran
kehamilan
4. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan
dengan perfusi oksigen yang tidak adekuatnya
pada plasenta
ANEMIA PADA KEHAMILAN
PENGERTIAN
 Anemia merupakan suatu keadaan menurunnya
jumlah sel darah merah yang disebabkan karena
kehilangan darah yang terlalu cepat atau dapat
juga disebabkan karena produksi sel darah merah
yang terlalu lambat (Corwin, 2009).
 Anemia dalam kehamilan merupakan suatu
keadaan atau kondisi ibu hamil yang memiliki
kadar hemoglobin di bawah 11g% pada trimester
1 dan 3 atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5%
pada trimester 2. (Saifudin, Adriaansz,
Winkjosastro, & Waspodo, 2009).
Penyebab anemia kehamilan

 Kurangnya gizi
 Penyerapan zat besi yang tidak optimal
 Terlalu sering melahirkan
 Jarak antara kehamilan yang terlalu dekat
 Kurang pengetahuan
 Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang
konsumsi tablet Fe pada saat hamil
Patofisiologi anemia kehamilan
 Pada masa kehamilan kebutuhan oksigen akan lebih tinggi dan akan
menyebabkan produksi eritroprotein meningkatkan sehingga oleh
karena hal tersebut volume plasma bertambah dan sel darah merah
meningkat akan tetapi pertambahan volume plasma darah terjadi
dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan
sel darah merah sehingga menyebabkan terjadi penurunan
konsentrasi hemoglobin akibat hemodelusi (Prawirohardjo, 2008)
 Perubahan hematologi yang berhubungan dengan kehamilan di
sebabkan oleh karena terjadinya perubahan sirkulasi yang terus
mengalami peningkatan terhadap plasenta dan payudara. Volume
plasma akan meningkat 45% sampai 65% yang dimulai saat
kehamilan trimester II dan akan secara maksimal meningkat sekitar
sampai bulan ke sembilan yang meningkat sekitar 1000 ml dan akan
kembali normal sampai 3 bulan setelah partus (Rukiyah & Yullanti,
2010)
Tanda dan gejala anemia
kehamilan
 Kelelahan
 Kelemahan
 Pusing
 dispnea ringan
 Adapun gejala lainnya yang dapat ditimbulkan
pada anemia kehamilan misalnya :
 mudah pingsan akan tetapi 11 tekanan darah masih
dalam batas normal,
 terjadinya malnutrisi,
 sesak nafas atau gejala curah jantung tinggi
 nafsu makan turun
Klasifikasi anemia kehamilan
 a. Anemia defisiensi besi
 Anemia defisiensi besi adalah suatu keadaan rendahnya
konsentrasi ferritin serum <30 µg/l dan hemoglobin
<11,0 g/dl pada trimester satu,
 <10,5 g/dl pada trimester dua,
 dan 11 g/dl pada trimester tiga. Penyebab dari terjadinya
anemia defisiensi zat besi adalah akibat dari terjadinya
peningkatan kebutuhan zat besi atau ketidakadekutan
penyerapan zat besi. Gejala yang ditimbulkan seperti
keletihan ringan, sesak nafas, atau gejala gagal curah
jantung yang tinggi (Robson & Waugh, 2011).
 b. Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik merupakan suatu


keadaan terjadinya gangguan yang dicirikan
dengan volume sel rerata eristrosit berada di
atas rentang normal yaitu 80-95 femtoliter (fl).
Penyebab dari anemia megaloblastik biasanya
karena defisiensi asam folat atau vitamin B12
(Robson & Waugh, 2011)
 c. Anemia hipoplastik dan aplastik
Anemia ini disebabkan karena sumsum tulang
tidak mampu memproduksi atau membuat sel-
sel darah baru (Proverawati & Asfuah, 2009).

 d. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik ini terjadi karena
penghancuran sel darah merah yang lebih cepat
dibandingkan dengan pembentukannya
(Proverawati & Asfuah, 2009).
Dampak anemia dalam
kehamilan
a. Pada trimester
pertama
 Menurut Manuaba (2010)
dampak anemia
kehamilan yang dapat
terjadi pada trimester I
yaitu terjadinya abortus,
terjadinya missed
abortus, dan terjadinya
kelainan kongenital.
 b. Trimester kedua
 Dampak anemia kehamilan yang dapat terjadi
pada trimester II yaitu persalinan prematuritas,
terjadinya perdarahan antepartum, gangguan
pada pertumbuhan janin dalam rahim,
terjadinya asfiksia intrauterine sampai
terjadinya kematian, gestosis dan mudah
terkena infeksi, IQ rendah, serta terjadinya
dekompensasio kodis sampai terjadinya
kematian ibu (Manuaba, 2010).
 c. Trimester ketiga
 Menurut hasil penelitian (Audrey & Candra,
2016) tentang hubungan anemia trimester III
dengan kejadian BBLR di wilayah kerja
Puskesmas Halmahera, Semarang
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
yang bermakna secara signifikan antara
status anemia ibu hamil trimester III dengan
kejadian bayi berat lahir rendah.
Penatalaksanaan anemia
kehamilan
Menurut Rustam (2012)
a. Anemia defisiensi besi
 Pengobatan anemia defisiensi besi dapat dengan diberikan
kemasan zat besi peroral dan parenteral dengan ketentuan
yaitu:
 1) Peroral yaitu dengan pemberian sulfas ferosus
atau glukonosa ferosus dengan dosis 3-5 x 0,20 mg.
 2) Parenteral yaitu diberikan jika ibu hamil tidak
tahan dengan pemberian peroral atau absorbsi
pencernaan kurang baik, kemasan yang diberikan
yaitu imferom, jectofer, dan ferrigen secara
intravena atau intramuscular.
b. Anemia megaloblastik
 Adapun pengobatan anemia
megaloblastik adalah dengan
pemberian asam folik 15-30 mg
perhari, pemberian vitamin B12
dengan dosis 3 x 1 tablet per hari, dan
pemberian sulfas ferosus dengan
dosis 3 x 1 tablet per hari.
c. Anemia hipoplastik
 Pengobatan anemia hipoplastik
yang yang paling memungkinkan
adalah dengan melakukan
tranfusi darah secara berulang,
karena pengobatan peroral dirasa
tidak memuaskan.
d. Anemia hemolitik
 Pengobatan anemia hemolitik biasanya
tergantung jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya, apabila disebabkan oleh
infeksi maka akan diberikan obat-obatan
penambah darah dan jika obat-obatan
dirasa tidak memberikan hasil maka
transfusi darah secara berulang dapat
membantu penderita anemia hemolitik.
PREEKLAMSIA
Pengertian preeklamsia
 Menurut Nita dan Mustika (2013) Preeklamsia adalah
sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul
selama kehamilan dengan usian lebih dari 20 minggu
(kecuali pada penyakit trofoblastik)
 Preeklamsia adalah suatu gejala yang khas kehamilan
berupa penurunan perfusi organ akibat vasopasme
dan pengkajian endotel (Leveno,2009). Preeklamsia
merupakan suatu penyakit vasopastik, melibatkan
banyak system dan ditandai oleh hemokonsentrasi,
hipertensi yang terjadi setelah minggu ke-20 dan
protein uria ( Nita dan mustika 2013)
Kriteria Diagnosis
 A. Ada peningkatan tekanan darah selama
kehamilan ( sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolic ≥ 90
mmHg ), yang sebelumnya normal, disertai
proteinuria ( ≥ 0,3 gram protein selama 24 jam atau
≥ 30 mg/dl dengan hasil reangen urine ≥ + 1)
 B. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul
tanpa protein uria perlu dicurigai adanya
preeklamsia seiring kemajuan kehamilan, jika
muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan,
nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan
kadar enzim ginjal abnormal.
Etiologi
Menurut Nita dan Mustika (2013) Ada beberapa factor risiko
tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit :
 a. Primigravida, kira-kira 85% preeklamsia terjadi pada
kehamilan pertama
 b. Grand multigravida
 c. Janin besar
 d. Distensi rahim berlebihan: hindramnion, hamil ganda, mola
hidatidosa. Preeklamsia terjadi pada 14% samapai 20%
kehamilan dengan janin lebih dari Satu
 e. Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang
menyertai hamil seperti diabetes mellitus.
 f. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit
ginjal, insiden dapat mencapai 25%
 g. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
Manifestasi Klinik
 pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema,
hipertensi,dan akhirnya
proteinuria.
 Pada preeklamsia ringan tidak
ditemukan gejala-gejala
subyektif.
 Pada Pre eklamsia berat
didapatkan sakit kepala di daerah
prontal, diplopia, penglihatan
kabur, nyeri di daerah
epigastrium, mual atau muntah.
 Gejala-gejala ini sering
ditemukan pada preeklamsia
yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklamsia timbul.
 Hipertensi yang berbahaya dapat
menyebabkan perdarahan
 serebrovaskular, enselofati hipertensif dan
dapat memicu kejang eklamptik pada
perempuaan dengan preeklamsia. (Nova
Muhani 2015).
 Hal ini juga di tunjang dengan teori (Andalas et al
2017) eklamsia adalah kejang yang terjadi pada ibu
hamil dengan tanda – tanda preeklamsia,
 preeklamsia sendiri merupakan kumpulan gejala
yang terdiri dari :
 hipertensi ( tekanan darah ≥140/90 mmHg)
 bersama dengan proteinurinariamasif
 Terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu,
 kejang pada eklamsia
 Fase pertama terjadi adanya twitching pada wajah pada
20 detik pertama diikuti pada
 fase kedua timbulnya sentakan tonik – klonik pada badan
dan ekstremitas pasien diikuti dengan fase penurunan
kesadaran saat setelah kejang pasien dapat menjadi
agitasi serta terjadi hiperventilasi.
Klasifikasi Preeklamsia
a. Preeklamsia ringan
 1. Tekan darah Kenaikan tekanan darah systole ≥ 30mmHg atau
diastole > 15 mmHg ( dari tekanan darah sebelum hamil). Pada
kehamilan 20 minggu atau lebih dari atau sistole ≥ 140 ( < 160
mmHg) diastole ≥ 90 mmHg (≤ 110 mmHg) dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
 2. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
 3. Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1
sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
 4. Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner
tidak terdengar
 5. Hiperefleksi + 3, tidak ada klonus di pergelangan kaki
 6. Pengeluaran urine sama dengan masukan ≥ 30 ml/jam
 7. Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan, tidak
ada nyeri ulu hati
b. Preeklamsia berat
 1. Tekanan darah 160/110 mmHg
 2. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam
 3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
 4. Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium
gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema
paru dan sianosis, gangguan kesadaran.
 5. Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat
disertai ikterus, perdarahan pada retina,
trombosit kurang dari 100.000/mm
Patofisiologi preeklamsia
Menurut Leveno (2009) Semua teori mengenai
patofisiologi preeklamsia harus memepertimbangkan
pengamatan bahwa gangguan 8 hipertensif akibat
kehamilan jauh lebih besar kemungkinan terjadi pada
wanita:
 a. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali
 b. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah besar,
seperti pada kehamilan kembar atau mola
hidatidiformis
 c. Telah mengidap penyakit vascular
 d. Secara genetis memiliki predisposisi mengalami
hipertensi yang timbul selama kehamilan
Menurut Manuaba (2010), perubahan patologis berbagai
organ penting dijabarkan sebagai berikut :

 a. Perubahan hati. Perdarahan yang tidak teratur, terjadi


nekrosis, thrombosis pada lobus hati
 b. Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan
subkapsuler
 c. Retina spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus,
ablasio retina ( lepasnya retina), menyebabkan
penglihatan kabur.
 d. Otak spasme pembuluh darah arterior otak
menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan
nekrosis, menimbulkan nyeri kepala yang berat
 e. Paru- paru berbagai tingkat edema, bronkcpneumonia
sampai abses, menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
 f. Jantung perubahan degenerasi lemak dan edema,
perdarahan subendokardial, menimbulkan dekompensasi
kordis sampai terhentinya fungsi jantung
 g. Aliran darah ke plasenta. Spasme arteriol yang mendadak
menyebabkan asfiksia berat sampai kematian janin. Spasme
yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin.
 h. Perubahan ginjal. Spasme arteriol menyebabkan aliran
darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi glomelurus
berkurang penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi
retensi air dan garam, edema pada tungkai dan tangan, paru
dan organ lain.
 i. Perubahan oembuluh darah. Permeabilisnya terhadap
protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke
jaringan, protein ekstra vaskuler menarik air dan garam
menimbulkan edema, hemokonsentrasu darah yang
menyebabkan gangguan fungsi metabolism tubuh dan
thrombosis
Pemeriksaan Penunjang
 1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar
normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14
gr%), hemaktrokit meningkat ( nilai rujukan 37- 43 vol
%), trombosit menurun ( nilai rujukan 150- 450 ribu/
mm3).
 2. Urinalisis Ditemukan protein dalam urine
 3. Pemeriksaan fungsi hati Bilirubin meningkat ( N = <
1 mg/dl), aspartat aminomtrasferase (AST) > 60 ul,
serum Glutamat pirufat trasaminase (SGPT)
meningkat ( N= 15-45 u/ml), serum glutamate
oxaloacetix trasaminase ( SGOT) meningkat ( N = < 31
u/l), total Protein serum menurun ( N = 6,7- 8,7 g/dl)
 4. Tes kimia darah Asam urat meningkat
( N = 2,4 – 2,7 mg/dl)
 5. Radiologi a. Ultrasonografi Ditemukan
retardasi pertumbuhan janin intra uterus,
pernafasn intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit b. Kardiotografi Diketahui denyut
jantung janin bayi lemah
Penatalaksaan
1. Preeklamsia
Tujuan utama penangan preeklamsia adalah mencegah
terjadinya eklamsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan
skor APGAR baik, dan mencegah mortalitas maternal dan
parietal
 a. Preeklamsia ringan Istirahat di temmpat tidur
merupakan terapi utama dalam penganan preeklamsia
ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh
menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke
ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstermitas bawah
menurun dan reabsorpsi cairan bertambah. Selain itu
dengan istirahat di tempat tidur menurunkan tekanan
darah. Apabila preeklamsia tersebut tidak membaik
dengan penanggan konservatif, dalam hal ini kehamilan
harus diterminasi jika mengancam nyawa maternal.
b. Preeklamsia berat
 Pada pasien preeklamsia berat secara harus diberi obat sedative
kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24
jam bahaya akut sudah diatasi , tindakan terbaik adalah
menghentikan kehamilan sebagai pengobatan mencegah
timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium sulfat
( MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading
dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSo4
40% sebanyak 12 gram dalam 500cc ringer laktat (RL) atau
sekitar 14 tetes/ menit. Tambahan magnesium sulfat hanya
dapat diberikan jika dieresis pasien baik, reflex patella positif
dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/ menit. Obat ini
memiliki efek menenangkan, munurunkan tekanan darah dan
meningkatkan dieresis selaian magnesium sulfat, pasien dengan
preeklamsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50
mg secara intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara
intramuscular.
2. Eklamsia
 Tujuan utama penangan eklmasia adalah
menstabilisasi fungsi vital penderita dengan terapi
suportif Airwy, Breathing, Circulasion (ABC),
mengendalikan kejang, mengendalikan tekanan
darah khususnya jika terjadi krisis hipertensi
sehingga penderita mampu melahirkan janin dengan
selamat pada kondisi optimal. Pengendalian kejang
dapat diterapikan dengan pemberian magnesium
sulfat pada dosis muatan ( loding dose) 4-6 gram IV
diikuti 1,5-2 g/jam dalam 100 ml infuse rumatan IV.
Hal ini dilakukan untuk mencapai efek terapeutik
4,8-8,4 mg/dl sehingga kadar magnesium serum
dapat dipertahankan dari efek toksik.
PREMATURE
RUPTURE OF
MEMBRANES
(PROM)
ATAU
KPD (KETUBAN
PECAH DINI) /
PENDAHULUAN
AMNION :
membran transparant berwarna abu-abu yang
melapisi korion. Selaput ini menutup pars fetal
plasenta dan talipusat. Kantung amnion berisi cairan
amnion dan janin berada dalam cairan
tersebut. Histologi : Selaput amnion terdiri dari 5
lapisan
1. Lapisan seluler
2. Membrana basalis
3. Stratum kompaktum
4. Stratum fibroblas
5. Stratum spongiosum di bagian paling luar dan
melekat dengan lapisan seluler korion
KORION :
membran bagian paling luar dan menempel
pada dinding uterus serta menempel pada tepi
plasenta Histologi Korion : terdiri dari 4 lapisan
1. Lapisan seluler
2. Lapisan retikuler padat
3. Pseudo-basement membrane
4. Trofoblas
CAIRAN AMNION

 Cairan jernih agak pucat dan sedikit basa ( pH


7.2 )
 Pada pertengahan kehamilan jumlahnya
sekitar 400 ml dan pada kehamilan 36 – 38
minggu mencapai 1000 ml setelah itu volume
terus menurun dan penurunan berlanjut terus
sampai kehamilan postmatur.
Komposisi :

1. Air ( 98 – 99% )
2. Karbohidrat ( glukosa dan fruktora ), protein
( albumin dan globulin ), lemak, hormon
(sterogen dan progesteron ) , enzym ( alkali
fosfatase )
3. Mineral ( natrium, kalium dan klorida )
4. Material lain ( vernix caseosa, rambut
lanugo, sel epitel yang terkelupas dan
mekonium )
1. Sirkulasi :
Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber
sirkulasi dengan kecepatan 500 ml setiap jamnya.
2.  Asal :
1. Janin ( produksi utama )
1. Sekresi aktif dari epiteo amnion
2.  Transudasi sirkulasi janin
3. Air seni janin

2. Maternal
Transudasi dari sirkulasi maternal
Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam
sirkulasi maternal dan melalui gastrointestinal janin
(proses menelan pada janin.
Fungsi :
1. Selama kehamilan
1. Melindungi janin terhadap trauma
2. Medium bagi gerakan janin
3. Mempertahankan suhu tubuh janin
4. Sumber nutrisi janin
5. Medium eksresi janin
2. Selama persalinan
1. “Fore water” ( cairan ketuban yang berada di
depan bagian terendah janin ) membantu proses
dilatasi servik.
2. Antiseptik jalan lahir setelah ketuban pecah.
DEFINISI

 Pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum


dimulainya persalinan yg sebenarnya atau
pecahnya selaput amnion sebelum kehamilan
mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
kontraksi (Hossam, 1992)
 Robeknya selaput ketuban secara spontan
sebelum persalinan berlangsung matur. Jika
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut Preterm.
 Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput
ketuban sebelum tanda-tanda persalinan.
(Mansjoer, Arif, dkk.2002)
 ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture of
membranes(PROM) adalah pecahnya kantung
ketuban dan kebocoran dari cairan ketuban awal
minimal 1 jam sebelum awal persalinan pada setiap
usia kehamilan. (Lowdermilk , Deitra Leonard, 2000)
 Ketuban pecah dini(KPD) atau premature rupture of
membranes (PROM) adalah pecahnya kantung
ketuban sebelum onset persalinan yang benar,
terlepas dari lamanya kehamilan. (Murray , Sharon
Smith, dkk . 2002)
 Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau
sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten).
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan.
 KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
 KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi
yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi
yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan
kurang dari 34 minggu sangat kommplek, bertujuan
untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrome).
(Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)
Etiologi dan factor resiko KPD
 Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa
laporan menyebutkan factor- factor yang berhhubungan erat dengan KPD, namun faktor mana
yang lebih berperan sulit di ketahui.
 Kemungkinan yang menjadi factor predisposisinya adalah :
1. Infeksi      : Infeksi yang terjadi secara langsung pad selaput ketuban maupun senderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
3. Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebih (overdistensi uterus)
misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
4. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karea biasanya disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian
bawah.
6. Keadaan social ekonomi
7. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak seuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kuit ketuban.
8. Faktor disproporsiantara kepala janin dan panggul ibu.
9. Faktor multi gravviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
10. Defisiensi gizi dari tembaga atau asa askorbat (Vitamin C).
           (Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)
 Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Factor predisposisi
ketuban pecah dini ialah infeksi genitalia , serviks inkompeten ,gemeli ,
hidramnion , kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik. (Mansjoer,
Arif, dkk.2002)
 Beberapa kondisi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini,
tetapi penyebab pasti  masih belum jelas. kondisi yang berhubungan
dengan ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
1. Infeksi pada vagina atau leher rahim, seperti streptokokus grup B dan bakteri
vaginosis
2. Korioamnionitis, terutama masalah dengan PPROM
3. Kelainan janin atau malpresentation
4. Hydraminos
5. Kantung ketuban dengan struktur yang lemah
6. Prosedur terakhir seperti amniocentesis atau cerclage
7. Antercourse sexsual
8. Kekurangan gizi
9. Kelahiran prematur sebelumnya terkait dengan PPROM
10. Positif hasil fibronektin janin
(Murray , Sharon Smith, dkk . 2002)
Beberapa factor resiko dari KPD :
a. Inkompetensi serviks (leher rahimm)
b. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
c. Riwayat KPD sebelumnya
d. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
e. Kehamilan kembar
f. Trauma
g. Serviks (leher rahim) yang pendek <25mm pada
usia kehamilan 23 minggu.
h. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vagosis
(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)
Patofisiologi dan pathway
 Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini
dengan menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal
kulit ketuban . Banyak mikroorganisme servikovaginal,
menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi
secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan
pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan produk
sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin,
interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet
activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal
janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk
kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua
untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang
menyebabkan dimulainya persalinan.
 Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah
mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan
inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host yang
disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban . Banyak flora servikoginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi
protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga
kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik
dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan
bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan
kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
 Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N,
kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya
melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga
menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi
penyebab ketuban pecah dini.
Manifestasi klinis
a. Keluarnya cairan ketuban merembes a. Keluar air ketuban warna
melalui vagina. putih keruh ,jernih ,kuning ,
b. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak hijau atau kecoklatan
seperti bau amoniak, mungkin cairan sedikit-sedikit atau
tersebut masih merembes atau menetes, sekaligus banyak.
dengan ciri pucat dan bergaris warna b. Dapat disertai demam bila
darah.
sudah ada infeksi.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atu kering
c. Janin mudah diraba.
karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala d. Pada periksa dalam selaput
janin yang sudah terletak dibawa biasanya ketuban tidak ada , air
“mengganjal” atau “menyumbat” ketuban sudah kering.
kebocoran untuk sementara. e. Inspekulo: tampak air
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri ketuban mengalir atau
perut, denyut jantung janin beramba cepat selaput ketuban tidak ada
merupakan tanda-tanda infeksi yang dan air ketuban sudah
terjadi. kering
(Nugroho, Dr. Taufan. 2010) (Mansjoer, Arif, dkk.2002)
Komplikasi
a. Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum
usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress
pernapasan ( RDS = Respiratory Distress Syndrome) Komplikasi  :
, yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir.
b. Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD .
 Infeksi ,
c. Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya parts
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya preterm,
korioamnionitis ( radang pada korio dan amnion).
d. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar
prolaps talli
dapat terjadi pada KPD. pusat,
e. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat distosia(part
pada KPD preterm.
us kering)
f. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang
terjadi pada KPD preterm . kejadianya mencapai (Mansjoer,Arif,
hamper 10 % apabila KPD preterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
 dkk.2002)
(Nugroho, Dr. Taufan. 2010)
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan
1. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : ultrasonografi (USG) :
warna , kosentrasi , bau , PH nya a. Pemeriksaan ini
2. Cairan yang keluar dari vagina ini ada dimaksudkan untuk
kemungkinan : air ketuban , urine atau secret melihat jumlah cairan
vagina. ketuban dalam kavum
3. Secret vagina ibu hamil ph : 4-5 , dengan kertas uteri.
nitrazin tidak berubah warna , tetap kuning.
b. Pada kasus KPD
4. Tes lakmus (tes nitrazin) , jika kertas lakmus jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru
terlihat jumlah cairan
menunjukan adanya air ketuban (alkalis) . Ph Air ketuban yang sedikit.
ketuban 7-7,5 , darah dan ineksi vagina dapat Namun sering terjadi
menghasilkan tes yang positif palsu. kesalahan pada
5. Mikroskopik (tes pakis) , dengan meneteskan air penderita
ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. oligohidramnion.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan
(Nugroho, Dr. Taufan.
gambaran daun pakis.
2010)
Penatalaksanaan medis
1. Dirawat di Rumah Sakit
2. Jika ada nyeri perdarahan dan nyeri perut pikirkan
solusio plasenta
3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam. Cairan vagina
berbau) berikan antibiotic seperi pada amnionitis
4. Jika tdak ada tanda-tanda infeksi dan kehamilan <37
minggu :
a. Berikan antibiotic untuk mengurangi morbiditas ibu dan
janin.
b. Berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru
janin.
c. Lakukan persalinan pada  kehamilan 37 minggu
d. Jika terdapat his dan lendir darah kemungkinn terjadi
persalinan preterm
Jika tidak ada tanda infeksi dan kehamilan
>37 minggu :
a. Jika ketuban telah pecah >18 jam berikan
antibiotic profilaksis untuk mengurangi resiko
infeksi streptokokus gru B.
b. Nilai serviks, jika sudah matang induksi
persalinan dengan ositosin, jika servik belum
matang, matangkan serviks dengan
prostaglandin dan infuse oksitosin.
(obgynacea, obstetri&ginekologi)
(Miranie , Hanifah, dan Desy Kurniawati. 2009)
ASUHAN KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat
data dasar  tentang klien dan membuat catatan tentang respon
kesehatan klien ( A.Aziz Alimul h, 2000 )
 Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register  , dan diagnosa keperawatan.
 Keluhan utama
 Riwayat kesehatan
 riwayat kesehatan dahulu
penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
 Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan
ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan
kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien ( Depkes RI, 1993:66)
 Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas  biasanya cemas bagaimana cara
merawat bayinya, berat badan yang semakin
meningkat dan membuat harga diri rendah.
 Pola-pola fungsi kesehatan
 pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
 karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban
pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan
perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya
 Pola Nutrisi dan Metabolisme
 Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu
makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
 Pola aktifitas
 Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
 Pola eleminasi
 Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan
sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan
karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan
inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
 Pola istirahat dan tidur
 Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis
setelah persalinan
  Pola hubungan dan peran
 Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan
klien dengan keluarga dan orang lain.
 Pola penagulangan sters
 Biasanya klien sering melamun dan merasa
cemas
 Pola sensori dan kognitif
 Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum
akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat
involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
 Pola persepsi dan konsep diri
 Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan
kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan
dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
 Pola reproduksi dan sosial
 Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam
hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang
tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)
 Pola tata nilai dan kepercayaan
 Biasanya pada saat menjelang persalinan dan
sesudah persalinan klien akan terganggu dalam
hal ibadahnya karena harus bedres total setelah 
partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya.
Pemeriksaan fisik
 kepala
 bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
 Leher
 Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
 Mata
 Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kunuing
 Telinga
 Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
 Hidung
 Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos
partum kadang-kadang ditemukan pernapasan
cuping hidung
 Dada
 Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya
hiper pigmentasi areola mamae dan papila
mamae
 Pada klien nifas abdomen kendor kadang-
kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawah pusat
 Genitaliua
 Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.( cristina
ibrahim, 1993: 50)
 Anus
 Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
 Ekstermitas
 Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
 Muskulis skeletal
 Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi
 Tanda-tanda vital
 Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d
ketegangan ototrahim.
3. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan
persalinan premature.
4. Kecemasan / ansietas b.d persalinan
premature dan neonates berpotensi lahir
premature.
SEKIAN
&
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai