HAMIL RESIKO :
- HEG
- ANEMIA
- PENDARAHAN ANTEPARTUM
- PEB
- KPD
Ratnalia, S.Kep.,Ners.
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Definisi
HEG : mual dan muntah berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari2 dan keadaan
umum menjadi buruk.
Mual dan muntah merupakan gg yg paling sering
ditemui pd kehamilan trimester 1, kurang lbh 6
minggu stlh haid terakhir selama 10 minggu.
Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual
muntah, namun gejala ini terjadi lbh berat hanya
pd 1 diantara 1000 kehamilan
4. Riwayat perkawinan
kemungkinan terjadi pd perkawinan
usia muda
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Hamil muda : pusing, mual dan muntah, serta tdk
nafsu makan
b. Hamil tua : pemeriksaan umum thd ibu mengenai
kenaikan BB, TD, dan tingkat kesadaran.
6. Data psikologi
riwayat psikologi sgt penting dikaji agar dpt
diketahui Keadaan jiwa ibu sehubungan dg
prilaku thd kehamilan. Keadaan jiwa ibu yg labil,
mudah marah, cemas, takut akan kegagalan
persalinan, mudah menangis, sedih, serta
kecewa dapat memperberat mual dan muntah.
Pola pertahanan diri/koping yg digunakan ibu
bergantung pd pengalamannya thd kehamilan
serta dukungan dari keluarga dan perawat
7. Data sosial ekonomi
HEG bisa terjadi pd semua golongan
ekonomi, namun pd umumnya tjd pd
tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal
ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan yg dimiliki
8. Data penunjang
didapat dari hasil lab, pemeriksaan
darah dan urin.
Pemeriksaan darah : HB, Ht, yg meningkat
menunjukkan hemokonsentrasi yg
berkaitan dg dehidrasi.
Pemeriksaan urinalisis : urin yg sedikit dan
konsentrasi yg tinggi akibat dehidrasi,
juga tdptnya aseton di dalam urin
Diagnosis kep
1. Kekurangan cairan dan elektrolit b.d muntah
yg berlebihan dan pemasukan yg tdk adekuat
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh b.d mual dan muntah yg terus menerus
3. Nyeri pada epigastrium b.d muntah yg
berulang
4. Resiko intoleransi akatifitas fisik b.d
kelemahan dan kurangnya intake nutrisi
5. Risiko perubahan nutrisi fetal b.d
berkurangnya peredaran darah dan makanan
ke fetal (janin)
Intervensi keperawatan
1. Dx 1
tujuan : kebutuhan cairan dan elektrolit
terpenuhi
a. Istirahatkan ibu ditempat yg nyaman
Rasional : istirahat akan menurunkan kebutuhan energi
kerja yg membuat metabolisme tdk meningkat,
sehingga tdk merangsang trjadinya mual dan muntah
b. Pantau TTV dan tanda2 dehidrasi
Rasional : dg mengobservasi tanda2 kekurangan cairan,
dapat diketahui sejauh mana keadaan umum dan
kekurangan cairan pd ibu. TD turun, suhu meningkat,
dan nadi meningkat mrpkn tanda2 dehidrasi dan
hipovolemi
c. Kolaborasi dg dokter utk pemberian
cairan infus
Rasional : pemberian cairan infus dpt mengganti
jlh cairan elektrolit yg hilang dg cepat,
sehingga dpt mencegah keadaan yg lbh buruk
d. Pantau tetes cairan infus
Rasional : jlh tetesan infus yg tdk tepat dapt
menyebabkan tjdinya kelebihan dan
kekurangan cairan di dlm sistem sirkulasi
e. Catat I-O
Rasional : utk mengetahui keseimbangan cairan
dlm tubuh
f. Setelah 24 jam anjurkan utk minum tiap
jam
Rasional : utk menambah pemasukan cairan
melalui oral
2. DX II
tujuan : kebutuhan nutrisi terenuhi
a. Kaji kebutuhan nutrisi ibu : utk mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi pd
ibu dan menentukan langkah selanjutnya
b. Observasi tanda2 kekurangan nutrisi : utk mengetahui sejauh mana kekurangan
nutrisi akibat muntah yg berlebihan
c. Setelah 24 jam pertama beri makanan dlm porsi kecil tp sering : dlm porsi keci;
dpt mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi kerja peristaltik usus
serta memudahkan proses penyerapan
d. Berikan makanan dlm keadaan hangat dan bervariasi : utk mengurangi rasa
mual. Makanan bervariasi utk meningkatkan nafsu makan
e. Berikan makanan yg tdk berlemak dan berminyak ; utk mengurangi rangsangan
saluran pencernaan, sehingga diharapkan mual dan muntah berkurang
f. Anjurkan klien utk memakan makanan kering dan tdk merangsang pencernaan
(roti kering dan biskuit) : makanan kering tdk merangsang pencernaan dan
mengurangi rasa mual
g. Berikan ibu motivasi agar mau menghabiskan makanan; ibu merasa diperhatikan
shhg diharapkn akan menghabiskn makanannya
h. Timbang BB ibu : utk mengetahui keseimbangan BB sesuai usia kehamilan dan
pengaruh nutrisi
3. DX. III
Tujuan : rasa nyaman terpenuhi
a. Kaji tingkat nyeri : utk mengetahui tk nyeri dan menentukan
tindakan slnjtnya
b. Atur posisi kepala lbh tinggi selama 30 mnt setelah makan : dpt
mengurangi tekanan pd gastrointestinal, shgga dpt mncegah
muntah yg berulang
c. Perhatikan kebersihan mulut ibu sesudah dan sebelum makan :
utk mengurangi mual dan muntah
d. Alihkan perhatian ibu pd hal yg menyenangkan : utk distraksi
shgga ibu dpt melupakan rasa nyeri akibat muntah yg berulang
e. Anjurkan ibu utk beristirahat dan batasi pengunjung : utk
menambah ketenangan pd ibu
f. Kolaborasi dlm pemberian antiemetik dan sedatif : antiemetik
utk mengurangi muntah, sedatif utk membuat ibu tenang, shgga
dpt mengurangi nyeri yg dirasakan oleh ibu
4. DX. IV
Tujuan : pola pertahanan diri efektif
a. Bantu ibu utk mengungkapkan perasaannya scr lgsg thdp kehamilan : dg
mengungkapkan perasaannya dpt diketahui reaksi ibu thd kehamilannya
b. Dengarkan keluhan ibu dg penuh perhatian ; ibu merasa diperhatikan
dan tdk sendiri dlm mengatasi masalahnya
c. Diskusikan bsm ibu mengenai masalah yg dihadapi dan pemecahan
masalah yg dpt dilakukan : utk mengetahui koping ibu
d. Bantu ibu memecahkan masalahnya terutama yg b.d kehamilannnya :
utk mengetahui koping ibu yg epektif
e. Dukung ibu dlm menemukan pemecahan masalah yg konstruktif ; utk
menambah rasa PD ibu dlm menemukan pemecahan mslh
f. Libatkan keluarga dlm kehamilan ibu : keluarga dpt diajak kerjasama
dlm memberikan dukungan pd ibu thdp kehamilannya
g. Kolaborasi dg ahli psikiatri jika diperlukan : utk mengetahui adanya
kemungkinan faktor psikologis yg lbh berat sbg penyebab masalah
5. DX V
Tujuan : perkembangan janin tdk terganggu
Kurangnya gizi
Penyerapan zat besi yang tidak optimal
Terlalu sering melahirkan
Jarak antara kehamilan yang terlalu dekat
Kurang pengetahuan
Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang
konsumsi tablet Fe pada saat hamil
Patofisiologi anemia kehamilan
Pada masa kehamilan kebutuhan oksigen akan lebih tinggi dan akan
menyebabkan produksi eritroprotein meningkatkan sehingga oleh
karena hal tersebut volume plasma bertambah dan sel darah merah
meningkat akan tetapi pertambahan volume plasma darah terjadi
dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan
sel darah merah sehingga menyebabkan terjadi penurunan
konsentrasi hemoglobin akibat hemodelusi (Prawirohardjo, 2008)
Perubahan hematologi yang berhubungan dengan kehamilan di
sebabkan oleh karena terjadinya perubahan sirkulasi yang terus
mengalami peningkatan terhadap plasenta dan payudara. Volume
plasma akan meningkat 45% sampai 65% yang dimulai saat
kehamilan trimester II dan akan secara maksimal meningkat sekitar
sampai bulan ke sembilan yang meningkat sekitar 1000 ml dan akan
kembali normal sampai 3 bulan setelah partus (Rukiyah & Yullanti,
2010)
Tanda dan gejala anemia
kehamilan
Kelelahan
Kelemahan
Pusing
dispnea ringan
Adapun gejala lainnya yang dapat ditimbulkan
pada anemia kehamilan misalnya :
mudah pingsan akan tetapi 11 tekanan darah masih
dalam batas normal,
terjadinya malnutrisi,
sesak nafas atau gejala curah jantung tinggi
nafsu makan turun
Klasifikasi anemia kehamilan
a. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah suatu keadaan rendahnya
konsentrasi ferritin serum <30 µg/l dan hemoglobin
<11,0 g/dl pada trimester satu,
<10,5 g/dl pada trimester dua,
dan 11 g/dl pada trimester tiga. Penyebab dari terjadinya
anemia defisiensi zat besi adalah akibat dari terjadinya
peningkatan kebutuhan zat besi atau ketidakadekutan
penyerapan zat besi. Gejala yang ditimbulkan seperti
keletihan ringan, sesak nafas, atau gejala gagal curah
jantung yang tinggi (Robson & Waugh, 2011).
b. Anemia megaloblastik
d. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik ini terjadi karena
penghancuran sel darah merah yang lebih cepat
dibandingkan dengan pembentukannya
(Proverawati & Asfuah, 2009).
Dampak anemia dalam
kehamilan
a. Pada trimester
pertama
Menurut Manuaba (2010)
dampak anemia
kehamilan yang dapat
terjadi pada trimester I
yaitu terjadinya abortus,
terjadinya missed
abortus, dan terjadinya
kelainan kongenital.
b. Trimester kedua
Dampak anemia kehamilan yang dapat terjadi
pada trimester II yaitu persalinan prematuritas,
terjadinya perdarahan antepartum, gangguan
pada pertumbuhan janin dalam rahim,
terjadinya asfiksia intrauterine sampai
terjadinya kematian, gestosis dan mudah
terkena infeksi, IQ rendah, serta terjadinya
dekompensasio kodis sampai terjadinya
kematian ibu (Manuaba, 2010).
c. Trimester ketiga
Menurut hasil penelitian (Audrey & Candra,
2016) tentang hubungan anemia trimester III
dengan kejadian BBLR di wilayah kerja
Puskesmas Halmahera, Semarang
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
yang bermakna secara signifikan antara
status anemia ibu hamil trimester III dengan
kejadian bayi berat lahir rendah.
Penatalaksanaan anemia
kehamilan
Menurut Rustam (2012)
a. Anemia defisiensi besi
Pengobatan anemia defisiensi besi dapat dengan diberikan
kemasan zat besi peroral dan parenteral dengan ketentuan
yaitu:
1) Peroral yaitu dengan pemberian sulfas ferosus
atau glukonosa ferosus dengan dosis 3-5 x 0,20 mg.
2) Parenteral yaitu diberikan jika ibu hamil tidak
tahan dengan pemberian peroral atau absorbsi
pencernaan kurang baik, kemasan yang diberikan
yaitu imferom, jectofer, dan ferrigen secara
intravena atau intramuscular.
b. Anemia megaloblastik
Adapun pengobatan anemia
megaloblastik adalah dengan
pemberian asam folik 15-30 mg
perhari, pemberian vitamin B12
dengan dosis 3 x 1 tablet per hari, dan
pemberian sulfas ferosus dengan
dosis 3 x 1 tablet per hari.
c. Anemia hipoplastik
Pengobatan anemia hipoplastik
yang yang paling memungkinkan
adalah dengan melakukan
tranfusi darah secara berulang,
karena pengobatan peroral dirasa
tidak memuaskan.
d. Anemia hemolitik
Pengobatan anemia hemolitik biasanya
tergantung jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya, apabila disebabkan oleh
infeksi maka akan diberikan obat-obatan
penambah darah dan jika obat-obatan
dirasa tidak memberikan hasil maka
transfusi darah secara berulang dapat
membantu penderita anemia hemolitik.
PREEKLAMSIA
Pengertian preeklamsia
Menurut Nita dan Mustika (2013) Preeklamsia adalah
sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul
selama kehamilan dengan usian lebih dari 20 minggu
(kecuali pada penyakit trofoblastik)
Preeklamsia adalah suatu gejala yang khas kehamilan
berupa penurunan perfusi organ akibat vasopasme
dan pengkajian endotel (Leveno,2009). Preeklamsia
merupakan suatu penyakit vasopastik, melibatkan
banyak system dan ditandai oleh hemokonsentrasi,
hipertensi yang terjadi setelah minggu ke-20 dan
protein uria ( Nita dan mustika 2013)
Kriteria Diagnosis
A. Ada peningkatan tekanan darah selama
kehamilan ( sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolic ≥ 90
mmHg ), yang sebelumnya normal, disertai
proteinuria ( ≥ 0,3 gram protein selama 24 jam atau
≥ 30 mg/dl dengan hasil reangen urine ≥ + 1)
B. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul
tanpa protein uria perlu dicurigai adanya
preeklamsia seiring kemajuan kehamilan, jika
muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan,
nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan
kadar enzim ginjal abnormal.
Etiologi
Menurut Nita dan Mustika (2013) Ada beberapa factor risiko
tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit :
a. Primigravida, kira-kira 85% preeklamsia terjadi pada
kehamilan pertama
b. Grand multigravida
c. Janin besar
d. Distensi rahim berlebihan: hindramnion, hamil ganda, mola
hidatidosa. Preeklamsia terjadi pada 14% samapai 20%
kehamilan dengan janin lebih dari Satu
e. Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang
menyertai hamil seperti diabetes mellitus.
f. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit
ginjal, insiden dapat mencapai 25%
g. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
Manifestasi Klinik
pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema,
hipertensi,dan akhirnya
proteinuria.
Pada preeklamsia ringan tidak
ditemukan gejala-gejala
subyektif.
Pada Pre eklamsia berat
didapatkan sakit kepala di daerah
prontal, diplopia, penglihatan
kabur, nyeri di daerah
epigastrium, mual atau muntah.
Gejala-gejala ini sering
ditemukan pada preeklamsia
yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklamsia timbul.
Hipertensi yang berbahaya dapat
menyebabkan perdarahan
serebrovaskular, enselofati hipertensif dan
dapat memicu kejang eklamptik pada
perempuaan dengan preeklamsia. (Nova
Muhani 2015).
Hal ini juga di tunjang dengan teori (Andalas et al
2017) eklamsia adalah kejang yang terjadi pada ibu
hamil dengan tanda – tanda preeklamsia,
preeklamsia sendiri merupakan kumpulan gejala
yang terdiri dari :
hipertensi ( tekanan darah ≥140/90 mmHg)
bersama dengan proteinurinariamasif
Terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu,
kejang pada eklamsia
Fase pertama terjadi adanya twitching pada wajah pada
20 detik pertama diikuti pada
fase kedua timbulnya sentakan tonik – klonik pada badan
dan ekstremitas pasien diikuti dengan fase penurunan
kesadaran saat setelah kejang pasien dapat menjadi
agitasi serta terjadi hiperventilasi.
Klasifikasi Preeklamsia
a. Preeklamsia ringan
1. Tekan darah Kenaikan tekanan darah systole ≥ 30mmHg atau
diastole > 15 mmHg ( dari tekanan darah sebelum hamil). Pada
kehamilan 20 minggu atau lebih dari atau sistole ≥ 140 ( < 160
mmHg) diastole ≥ 90 mmHg (≤ 110 mmHg) dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
2. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
3. Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1
sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
4. Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner
tidak terdengar
5. Hiperefleksi + 3, tidak ada klonus di pergelangan kaki
6. Pengeluaran urine sama dengan masukan ≥ 30 ml/jam
7. Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan, tidak
ada nyeri ulu hati
b. Preeklamsia berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg
2. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam
3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4. Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium
gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema
paru dan sianosis, gangguan kesadaran.
5. Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat
disertai ikterus, perdarahan pada retina,
trombosit kurang dari 100.000/mm
Patofisiologi preeklamsia
Menurut Leveno (2009) Semua teori mengenai
patofisiologi preeklamsia harus memepertimbangkan
pengamatan bahwa gangguan 8 hipertensif akibat
kehamilan jauh lebih besar kemungkinan terjadi pada
wanita:
a. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali
b. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah besar,
seperti pada kehamilan kembar atau mola
hidatidiformis
c. Telah mengidap penyakit vascular
d. Secara genetis memiliki predisposisi mengalami
hipertensi yang timbul selama kehamilan
Menurut Manuaba (2010), perubahan patologis berbagai
organ penting dijabarkan sebagai berikut :
1. Air ( 98 – 99% )
2. Karbohidrat ( glukosa dan fruktora ), protein
( albumin dan globulin ), lemak, hormon
(sterogen dan progesteron ) , enzym ( alkali
fosfatase )
3. Mineral ( natrium, kalium dan klorida )
4. Material lain ( vernix caseosa, rambut
lanugo, sel epitel yang terkelupas dan
mekonium )
1. Sirkulasi :
Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber
sirkulasi dengan kecepatan 500 ml setiap jamnya.
2. Asal :
1. Janin ( produksi utama )
1. Sekresi aktif dari epiteo amnion
2. Transudasi sirkulasi janin
3. Air seni janin
2. Maternal
Transudasi dari sirkulasi maternal
Cairan amnion diabsorbsi melalui amnion kedalam
sirkulasi maternal dan melalui gastrointestinal janin
(proses menelan pada janin.
Fungsi :
1. Selama kehamilan
1. Melindungi janin terhadap trauma
2. Medium bagi gerakan janin
3. Mempertahankan suhu tubuh janin
4. Sumber nutrisi janin
5. Medium eksresi janin
2. Selama persalinan
1. “Fore water” ( cairan ketuban yang berada di
depan bagian terendah janin ) membantu proses
dilatasi servik.
2. Antiseptik jalan lahir setelah ketuban pecah.
DEFINISI