Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
.1 Remaja

.1.1 Definisi remaja

Remaja atau “adolescence” (inggris), berasal dari Bahasa

latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan.

Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan

fisik saja, tetapi juga kematangan social dan psikologi.

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya

perubahan fisk, emosi, psikis. Masa remaja, yakni antara 10-19

tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi

manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja

adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa.

.1.2 Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat

perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya.

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang

waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu :

1. Masa remaja awal (10-12 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman

sebaya.

b. Tampak dan merasa ingin bebas.


c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan

keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal

(abstrak).

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada

lawan jenis.

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin

berkembang

e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

seksual.

3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b. Dalam mencari teman sebaya lebih efektif.

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap

dirinya

d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

.1.3 Perkembangan Remaja dan Tugasnya

Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu individu,

dari masa anak-anak sampai dewasa, individu memiliki tugas

masing-masing pada setiap tahap perkembangannya. Yang


dimaksud tugas pada setiap tahap perkembangannya adalah

bahwa setiap tahapan usia, individu tersebut mempunyai tujuan

untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan, pengetahuan,

sikap dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi.

Kebutuhan pribadi itu sendiri timbul dari dalam diri yang

dirangsang oleh kondisi di sekitarnya atau masyarakat.

Tugas perkembangan remaja menurut Robert Y.Havighurst

dalam bukunya Human Development And Education yang

dikutip oleh Panuju dan Ida Utami (1999:23-26) ada sepuluh

yaitu :

1. Mencapai hubungan social yang matang dengan teman

sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan beda

jenis kelamin.

Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai

wanita dan laki-laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa

di antara orang-orang dewasa. Mereka-mereka dapat

bekerjasama dengan orang lain dengan tujuan bersama,

dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan

pribadi, dan belajar memimpin orang lain dengan atau

tanpa dominasi.

2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis

kelamin masing-masing.
Artinya mempelajari dan menerima peranan masing-

masing sesuai dengan ketentuan atau norma masyarakat.

3. Menerima kenyataan (realitas) jasmani serta

menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.

4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang

dewasa lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu

terikat pada orang tuanya. Ia membebaskan dirinya dari

ketergantungan terhadap orang tua atau orang lain.

5. Mencapai kebebasan ekonomi

Ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha

sendiri. Ini terutama sangat penting bagi laki-laki. Akan

tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini berangsur-

angsur menjadi tambah penting.

6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau

jabatan, artinya belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai

dengan bakat dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan

tersebut.

7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan

hidup berumah tangga.

Mengembangkan sikap yang positif terhadap

kehidupan keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini

harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan

bagaiamana mengurus rumah tangga dan mendidik anak.


8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-

konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup

bermasyarakat, maksudnya ialah bahwa untuk menjadi

warga negara yang baik perlu memiliki pengetahuan

tentang hokum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi,

tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga

kemasyarakatan.

9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat

dipertanggungjawabkan.

Artinya, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial

sebagai orang dewasa yang bertanggungjawab,

menghormati serta menaati nilai-nilai sosial yang berlaku

dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional.

10. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman

dalam tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidup.

.1.4 Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang

cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya

pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga

tercapainya kematangan yang di tunjukkan dengan

kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang

terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-

tanda sebagai berikut.


1. Tanda-tanda seks primer

Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah

organ seks. Pada laki-laki gonad atau testes. Organ itu

terletak didalam scrotum. Sebagai tanda bahwa fungsi

organ-organ reproduksi pria matang. Lazimnya terjadi

mimpi basah, artinya ia bermimpi mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan hubungan seksual, sehingga

mengeluarkan sperma.

Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada

perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan

dari serangkaian pengeluaran darah, lender dan jaringan sel

yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi

kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai

menjelang masa menopause. Menopause bisa terjadi pada

usia sekitar lima puluhan.

2. Tanda-tanda seks sekunder

a. Pada laki-laki

1. Rambut

Rambut yang mencolok tumbuh pada masa

remaja adalah rambut kemaluan, terjadi sekitar satu

tahun setelah testes dan penis mulai membesar.

Ketika rambut kemaluan hamper selesai tumbuh,


maka menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah,

seperti halnya kumis dan cambang.

2. Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori

membesar.

3. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih

aktif. Seringkali menyebabkan jerawat karena

produksi minyak yang meningkat. Aktivitas

kelenjar keringat juga bertambah, terutama bagian

ketiak.

4. Otot

Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah

besar dan kuat. Lebih-lebih bila dilakukan latihan

oto, maka akan tampak memberi bentuk pada

lengan, bahu dan tungkai kaki.

5. Suara

Seirama dengan tumbuhnya pada rambut

kemaluan, maka akan terjadi perubahan suara.

Mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga

meningkat.

6. Benjolan di dada
Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul

benjolan kecil-kecil di sekitar kelenjar susu. Setelah

beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.

b. Pada wanita

1. Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh

seperti halnya dengan remaja laki-laki. Tumbuhnya

rambut kemaluan terjadi setelah pinggul dan

payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu

pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua

rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan

terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur,

lebih besar, lebih gelap dan agak keriting.

2. Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar

dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya

tulang pinggul dan berkembangnnya lemak

dibawah kulit.

3. Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga

membesar dan putting susu menonjol. Hal ini

terjadi secara harmonis sesuai pula dengan

berkembang dan makin besarnya kelenjar susu


sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih

bulat.

4. Kulit

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih

kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi

berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap

lebih lembut.

5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi

lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat

menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan

baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

6. Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin

membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk

bahu, lengan dan tungkai kaki.

7. Suara

Suara berubah semakin merdu, suara serak

jarang terjadi pada wanita.

.1.5Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja

Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan

pada remaja adalah:

1. Perubahan emosi
a. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis,

cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa

alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada

remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan

atau rangsangan luar yang mempengaruhinya.

Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka

mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir

terlebih dahulu.

c. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua,

dan lebih senang pergi bersama dengan temannya

daripada tinggal dirumah.

2. Perkembangan intelegensia

a. Cenderung mengembangkan cara berpikir, abstrak,

suka memberikan kritik.

b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru,

sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.1

.2 Nyeri

.2.1 Definisi nyeri

Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan, yang di

definisikan dalam berbagai perspektif. Asocial internasional

untuk penelitian nyeri (internasional association for the study

of pain, IASP,1979) mendefinisikan nyeri adalah suatu


1
Yani Widyastuti,dkk,Kesehatan Reproduksi,Fitramaya,Yogyakarta,2009.hlm:10-17
sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang

actual, potensial, atau yang dirasakan dalam kejadian-

kejadian saat terjadi kerusakan (Smeltzer, 2002, dalam

Marly,2014)

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang actual

dan potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk

mencari bantuan perawtan kesehatan (Stanley & Bare, 2007

dalam Ratih 2014).

Nyeri adalah keadaan ketidaknyamanan sensasi yang

sangat bersifat subyektif sehingga tidak dapat disamakan tiap

individu dengan individu lainnya. Nyeri adalah alasan utama

seseorang mencari pertolongan kesehatan.

.2.2 Fisiologi Nyeri

Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau

thermal (yaitu serabut saraf A-Delta), sedangkan Slow pain

(nyeri lambat) biasanya dicetuskan oleh serabut saraf C.

serabut saraf A-Delta mempunyai karakteristik

menghantarkan nyeri dengan cepat serta bermielinasi, dan

serabut saraf C yang tidak bermielinasi, berukuran sangat

kecil bermielinasi, berukuran sangat kecil dan bersifat lambat

dalam menghantarkan nyeri.


.2.3 Klasifikasi Nyeri

Potter dan pery, (2005) berpendapat bahwa nyeri dapat

diklasifikasi berdasarkan durasinya dibedakan menjadi nyeri

akut dan nyeri kronik.

1) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah

cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan

memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang

bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk

waktu yang singkat (kurang dari enam bulan ). Nyeri

akut terkadang disertai oleh aktivitas system saraf

simpatis yang akan memperlihatkan gejala-gejala

seperti : peningkatan tekanan darah, peningkatan

respirasi, peningkatan denyut jantung, dan dilatasi

pupil. Klien yang mengalami nyeri akut akan

memperlihatkan respon emosi dan perilaku seperti

menangis, mengerang kesakitan, mengerutkan wajah

atau menyeringai. Klien akan melaporkan secara

verbal adanya ketidaknyamanan berkaitan dengan

nyeri yang dirasakan.

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik


berlangsung lama, intensitas yang bervariasi, dan

biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri

kronik dapat dirasakan klien hamper setiap harinya

dalam suatu periode yang panjang (beberapa bulan

bahkan tahun), akan tetapi nyeri kronik juga

mempunyai probabilitas yang tinggi untuk berakhir.

.2.4Derajat Nyeri

Menurut perry dan potter (2005), karakteristik yang paling

subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas

nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk

mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau

berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat

keparahan yang lebih objektif. Skala pendeskripsi Verbal

Descriptor Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri

dari 3-5 kata. Pendeskripsian ini dirangking mulai dari “tidak

terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Alat

VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsikan nyeri.

Skala penilaian Numerical Rating Scale (NRS) digunakan

sebagai pengganti alat deskriptif kata. Adapun skala nyeri

menurut perry dan potter (2005) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan : hilang tanpa pengobatan, tidak

mengganggu aktivitas sehari-hari.

4-6 : nyeri sedang : nyeri perut bagian bawah, mengganggu

aktivitas, membutuhkan obat untuk mengurangi nyerinya.

7-9 : nyeri berat : nyeri disertai pusing, sakit kepala, sakit

kepala berat, muntah, diare, sangat mengganggu aktivitas.

10 : nyeri tidak tertahanan : menangis, meringis, gelisah,

menghindari percakapan dan kontak sosial, sesak nafas,

imobilisasi, mengigit bibir, penurunan kesadaran.

.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Adapun bebarapa factor yang mempengaruhi nyeri

menurut potter & perry (2005), antara lain :

1) Usia

Usia merupakan variable penting yang mempengaruhi

nyeri, khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan

perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia ini

dapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia bereaksi

terhadap nyeri. Rentang usia remaja adalah 11-21 tahun

dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14

tahun), remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir

(18-21 tahun).

2) Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam respon terhadap nyeri. Diragukan apakah

hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu factor

dalam mengekspresikan nyeri. Toleransi nyeri sejak lama

telah menjadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan

wanita, akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi

oleh factor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik

pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.

3) Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya yang mempengaruhi

cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa

yang diharapkan dana pa yang diterima oleh kebudayaan

mereka menyatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan

perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini

dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis seperti

endogen dan terjadinya persepsi di nyeri.

4) Makna nyeri

Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi

terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan

latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan

mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda apabila

nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu

kehilangan, hukuman dan tantangan. Misalnya seseorang


wanita melahirkan akan mempersepsikan nyeri, akibat

cedera karena pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas

nyeri yang dipersepsikan nyeri klien berhubungan dengan

makna nyeri.

5) Perhatian

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri

yang meningkat sedangkan upaya pengalihan dihubungkan

dengan respon nyeri yang menurun. Dengan memfokuskan

perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain,

maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran perifer.

Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu

meningkat, khusunya terhadap nyeri yang berlangsung

hanya selama waktu pengalihan.

6) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi

nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.

Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan

ansietas. Stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistim limbik

dapat memproses reaksi emosi seseorang, khusunya

ansietas. System limbik dapat memproses reaksi emosi

seseorang terhadap nyeri, yakni memperburuk atau

menghilangkan nyeri.
7) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan

menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi

masalah umum pada setiap individu yang menderita

penyakit dalam jangka waktu yang lama. Apabila keletihan

disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih

berat dan jika mengalami suatu proses periode tidur baik

maka nyeri berkurang.

8) Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti

bahwa individu akan menerima nyeri dengan lebih mudah

pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama

sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah

sembuh maka rasa takut akan muncul, dan juga sebaliknya.

Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-

tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

9) Gaya koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman

yang membuat merasa kesepian, gaya koping

mempengaruhi untuk mengatasi nyeri.

10) Dukungan keluarga dan sosial


Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri

adalah kehadiran orang-orang terdekat klien dan

bagaimana sikap mereka terhadap klien. Walaupun nyeri

dirasakan, kehadiran orang yang bermakna bagi pasien

akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak

ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri

membuat klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya

seseorang yang memberi dukungan sangatlah berguna

karena akan membuat seseorang merasa lebih nyaman,

kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang

mengalami nyeri.

.2.6 Penanganan nyeri

1) Tindakan farmakologi

Pedoman yang dibuat WHO mengkombinasikan penggunaan

obat-obatan analgesic dan obat-obatan adjuvan yang efektif untuk

mengontrol nyeri. Obat-obatan adjuvan yang efektif untuk

mengontrol nyeri. Obat-obatan adjuvan adalah obat-obatan yang

digunakan bertujuan untuk meningkatkan kemajuan dari obat opiat,

menghilangkan gejala-gejala yang timbul bersamaan dengan

serangan nyeri yang bertindakan sebagai analgesic pada tipe nyeri

tertentu terdapat tiga macam obat-obatan untuk mengontrol nyeri :

a) Analgesik non-narkotika (analgesik non-opiat)


Sering digunakan untuk berbagai keadaan yang

mengakibatkan nyeri seperti trauma, pembedahan atau

kanker (American pain society, 1986).

b) Analgesik narkotika (analgesic opiate)

Opiate bekerja dengan mengikat reseptor opiate pada

neuron efferent, sehingga implus nyeri akan terhenti pada

spinal cord dan tidak ditransmisikan konteks. Biasanya

diresepkan untuk nyeri sedang sampai berat.

c) Analgesik adjuvant (obat tambahan)

Adjuvant, seperti sedative, anticemas, dan relaksan otot

meningkatkan nyeri atau menghilangkan gejala lain yang

terkait dengan nyeri, seperti depresi dan mual.

2) Tindakan non-farmakologi

a) Bimbingan antisipasi

Bimbingan antisipasi hendaknya memberikan informasi yang

jujur pada klien, jangan mengatakan pada klien bahwa dia tidak akan

merasakan nyeri. Pengetahuan tentang nyeri membantu klien

mengontrol cara cemas dan secara kognitif memperoleh penanganan

nyeri dalam tingkat tertentu.

b) Distraksi

Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian ke hal-hal

lain diluar nyeri, yang dengan demikian diharapkan dapat menurunkan

kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi


terhadap nyeri, menyanyi, berdoa, menceritakan gambar atau foto

dengan kertas, mendengarkan musik dan bermain satu permainan.

c) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing dapat dilakukan bersamaan dengan teknik

relaksasi atau merupakan tindakan terpisah. Imajinasi terbimbing

adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran klien, kemudian

berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat

menurunkan persepsi klien terhadap nyeri.

d) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental

dan fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat meningkatkan

toleransi terhadap nyeri.

e) Biofeedback

Merupakan metode elektronik yang mengukur respon fisiologi,

seperti gelombang pada otak, kontraksi otot, atau temperature kulit

kemudian “mengembalikkan” memberikan informasi tersebut kepada

klien. Kebanyakan alat biofeedback terdiri dari beberapa elektroda

yang ditempatkan pada kulit dan sebuah unit emplifer yang

mentransformasikan data berupa tanda visual seperti lampu yang

berwarna. Klien kemudian mengenal tanda tersebut sebagai respon

stress dan menggantikannya dengan respon relaksasi.


f) Mengurangi persepsi nyeri

Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah

membuang atau mencegah stimulus nyeri. Hal ini penting untuk klien

yang imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi

ketidaknyamanan.

g) Stimulus kutaneus

Stimulus kutaneus adalah stimulus kulit yang dilakukan untuk

menghilangkan nyeri. Stimulus kutaneus akan merangsang serabut-

serabut saraf perifer untuk mengirimkan implus melalui dorsal horn

pada medulla spinalis, saat implus yang dibawa oleh serabut A-beta

mendominasi maka mekanisme gerbang akan menutup sehingga

implus nyeri tidak dihantarkan ke otak. Contoh dari tindakan

stimulasi kutaneus adalah : message, mandi air hangat/sauna,

kompres air dingin atau panas, pijitan dengan menthol, atau TENS

(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation).

3) Pembedahan

Tindakan invasife dapat diindikasikan pada klien dengan kanker

kronis atau dalam beberapa kasus nyeri benign kromis. Contoh

pembedahan : codiotomy, neurectomy, symphatectomy, dan

rhizotomy (prasetyo, 2010).

.3 Menstruasi dan Siklusnya

.3.1 Definisi menstruasi


Menstruasi adalah perdarahan periodik dari Rahim yang dimulai

setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan

endometrium uterus. Kondisi ini terjadi karena tidak ada pembuahan

sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim (endometrium)

yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh. Jika

seorang wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus menstruasi

akan terjadi setiap bulannya. Umumnya siklus menstruasi pada

wanita normal 28-35 hari dan lama haid antara 3-7 hari. Siklus

menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus haidnya

kurang dari 21 hari atau lebih 40 hari.2

.3.2 Tanda dan Gejala Menstruasi

Pembengkakan pada payudara, timbul jerawat, nafsu makan

meningkat, berat badan bertambah, perut terasa mulas dan kembung,

konstipasi (sembelit), sakit kepala, pegal linu, nyeri punggung, lemas

dan lesu, mudah lelah, mudah cemas, dan tersinggung, gangguan

tidur (insomnia), sulit berkonsentrasi.3

.4 Dismenore

.4.1 Definisi dismenore

Dysmenorrhe berasal dari Bahasa yunani : dys yang berarti sulit,

nyeri abnormal, meno berarti bulan, dan rrhes berarti aliran.

2
Ernawati Sinaga, Nonon Saribanon,dkk, Manajemen Kesehatan Menstruasi, Global One, Jakarta,2017,hlm:25
3
Ibid,hlm:36
Dysmenorrhea atau dismenore dalam Bahasa Indonesia berarti

nyeri pada saat menstruasi. 4

Dismenore disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi.

Dalam Bahasa inggris, dismenore sering disebut sebagai “painful

period” atau menstruasi yang menyakitkan. Nyeri menstruasi

terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar

hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas,

hingga betis.5

Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan

prostaglandin tertentu, prostaglandin F2 alfa, dari sel-sel

endometrium uterus. Dismenore dapat juga diartikan sebagai nyeri

haid yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul.

Selain itu dismenore juga memiliki arti sebagai nyeri uteri pada

saat menstruasi.6

.4.2 Klasifikasi dismenore

Secara klinis, dismenore dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Dismenore primer

Dismenore primer (idiopatik atau fungsional) muncul pada

permulaan menstruasi saat menarche, biasanya tidak terdapat

dasar organic untuk nyeri tersebut, yang diyakini disebabkan

oleh aktivitas abnormal saraf dan otot serviks uterus ataupun

4
Sanusi Vevi Nur ‘Afifah,2016,Gambaran Pengetahuan Remaja Madya (13-15 Tahun) Tentang Dismenore, diakses
dari http://repository.upi.edu/25358/TA_JKR_1306520_chapter1.pdf pada tanggal 03 april 2021 pukul 19.03 WIB
5
Ernawati Sinaga, Nonon Saribanon,dkk,Op,Cit.,hlm:58
6
Nurul Nurjannah,MTr.Keb,dkk,Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana, Buku Kedokteran EGC,2015,hlm:46
hormonal. Nyeri hadi ini sering dimulai pada waktu wanita

mendapatkan haid hari pertama dan sering dibarengi rasa mual,

muntah, dan diare. Dinamakan dismenore primer karena rasa

nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali.

2. Dismenore sekunder

Nyeri haid yang disebabkan oleh kelinan yang jelas

dinamakan dismenore sekunder. nyeri menstruasi dimulai lebih

lambat dan seringkali terkait dengan penyakit organik yang

mendasari. Nyeri haid yang baru timbul satu tahun atau lebih

sesudah haid pertama dapat dengan mudah ditemukan

penyebabnya melalui pemeriksaan yang sederhana. Apabila

wanita pada usia lebih dari 40 tahun mengalami gejala nyeri haid

yang tidak pernal dialami, pemeriksaan kesehatan menjadi

sangat penting.7

.4.3 Penyebab dismenore

a. Dismenore primer

1. Faktor kejiwaan

Para gadis-gadis secara emosional tidak stabil, mereka

tidak mendapatkan penerangan yang baik tentang proses haid

maka mudah timbul terjadinya dismenore.

2. Faktor konstitusi

Faktor konstitusi erat hubungannya dengan faktor kejiwaan dan


juga dapat menurunkan ketahanan rasa nyeri faktor-faktor seperti

7
Ibid,hlm:47
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenore.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Banyak wanita menderita dismenore tanpa stenosis servikalis
dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Mioma submukosum
bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore
karena otot-otot uterus berkontraksi.
4. Faktor endokrin
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan
kontraktilitas otot usus. Bahwa hormone esterogen merangsang
kontraktilitas uterus dan hormone posterogen menghambat
terjadinya dismenore.
5. Faktor alergi
Adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine
atau asma bronkhiale dapat menyebabkan alergi adalah toksin
haid.
b. Dismenore sekunder
Penyebab dismenore sekunder antara lain adalah :
1. Salfingitis kronis
Yaitu infeksi yang lama pada saluran penghubung rahim atau
uterus dengan kandung telur atau ovarium. Pengobatannya dengan
diberi antibiotika dan anti radang.
2. Endometriosis
Yaitu kelainan dimana endometrium (lapisan dalam dinding
rahim) yang masih berfungsi berada diluar rongga rahim.
Dismenore pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri yang
makin lama makin menghebat, hal ini terjadi karena ada
hubungannya dengan aktifnya pembuluh darah dan pendarahn
dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan sesudah
haid.8
.4.4 Tanda dan gejala dismenore
Tanda dan gejala dismenore meliputi :
1. Dismenore primer
a. Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
b. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
c. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
d. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama
atau kedua haid
e. Tidak di jumpai keadaan patologi pelvik
8
Anis Solekhah, 2011 Pemberian Kompres, diakses dari http://repository.ump.ac.id/7170/3/ainis%20solekhah
%20BAB%2011.pdf pada tanggal 03 april pukul 19.53 WIB
f. Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
g. Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
h. Pemeriksaan pelvik normal
i. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala
2. Dismenore sekunder
a. Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
b. Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
c. Nyeri sering terjadi terus-menerus dan tumpul
d. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan
keluarnya darah
e. Berhubungan dengan kelainan pelvik
f. Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
g. Sering kali memerlukan tindakan operatif
h. Terdapat kelainan pelvik9
.4.5 Penatalaksanaan dismenore
Penatalaksanaan primer dapat diatasi dengan inhibitor prostaglandin
yang bisa menghalangi sintesis dan metabolism prostaglandin. Obat
antiradang nonsteroid (nonsteroid anti-inflamatory drugs, NSAID) adalah
obat-obat yang efektif untuk menghambat sintesis prostaglandin.
Ibuprofen, Naproxen, dan Kateprofen adalah jenis obat NSAID.
Dismenore sekunder dapat diatasi dengan memperbaiki penyebab
organik. Bagi sebagian besar wanita obat antiradang nonsteroid yang
menghambat terbentuknya prostaglandin, seperti ibuprofen, dapat secara
efektif mengurangi kram. Asetaminofen kurang membantu, karena bekerja
dengan mekanisme yang berbeda dengan obat-obat antiradang terdahulu.
Inhibitor prostaglandin harus digunakan pada saat awal nyeri muncul atau
pada tanda pertama pengeluaran darah haid. Alasannya, kram akibat haid
yang kuat dapat menyebabkan terjadinya endometrosis atau pertumbuhan
jaringan uterus di luar uterus yang menyebabkan nyeri. Keluhan dismenore
harus selalu ditanggapi secara serius dan harus dilakukan upaya untuk
mengurangi insidennya.
Selain itu, penatalaksanaan menurut Sarwono (1999) adalah sebagai
berikut :
1. Penerangan dan nasihat. Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa
dismenore adalah gangguan yang tidak membahayakan kesehatan.
Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,
pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah
informasi mengenai haid atau adanya tabu “takhayul” mengenai haid
perlu dibicarakan. Nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang
cukup, dan olahraga mungkin berguna, dan terkadang diperlukan
psikoterapi.

9
Nurul Nurjannah,MTr.Keb, Op.Cit., hlm:48-49
2. Pemberian obat analgetik. Dewasa ini, banyak beredar obat analgesik
yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Apabila nyerinya
berat, diperlukan istirahat ditempat tidur dan kompres panas pada perut
bawah untuk mengurangi rasa nyeri. Obat analgesik yang sering
diberikan adalah fenasetin, dan kafein. Obat-obat faten yang beredar di
pasaran meliputi novalgin, ponstan, asetaminofen.
3. Terapi alternative, yang dilakukan melalui kompres handuk panas atau
botol air panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air hangat
juga dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit.10
Adapun nutrisi pada saat menstruasi yang harus seimbang yang
dapat mengatasi beberapa masalah. Berikut beberapa nutrisi yang baik
untuk dikonsumsi oleh seorang wanita sebelum dan selama
menstruasi:
1) Zat besi
Zat besi merupakan mineral penting untuk kesehatan darah.
Berkurangnya zat besi dapat menyebabkan kekurangan sel darah
merah terutama wanita hamil dan yang sering mengalami periode
menstruasi berat. Untuk mencegahnya, makan makanan yang
memiliki kandungan zat besi tinggi seperti buncis, brokoli,
manga, papaya, labu, wijen, kedelai, kacang merah, kacang hijau,
kacang mentega dan jenis kacang-kacangan lainnya.
2) Magnesium
Kekurangan magnesium di dalam sel dapat berdampak
terjadinya PMS. Contoh makanan yang mengandung magnesium
adalah apel, paprika, labu, bayam dan ubi.
3) Kalsium
Dalam kesehatan reproduksi fungsi kalsium sangat penting
yaitu mengurangi kram dan kejang akibat menstruasi. Sumber
kalsium utama adalah susu,keju, ikan kering, kacang-kacangan,
tahu, tempe dan sayuran hijau.
4) Rendah garam
Untuk mencegah dan mengurangi nyeri haid,konsumsilah
makanan rendah natrium, seperti buah dan sayuran segar.
5) Rendah lemak
Untuk mengatasi nyeri haid,hindari makanan yang digoreng
dan makanan siap saji yang cenderung memiliki nilai gizi rendah,
seperti junk food, cokelat, kopi, alcohol, minuman berkafein, dan
daging merah.
Selain asupan nutrisi yang di anjurkan untuk mengurangi
nyeri haid atau dismenore, ada juga beberapa jenis olahraga untuk
mengurangi rasa nyeri haid yaitu :

10
Nurul Nurjannah,MTr.Keb,Op.Cit., hlm: 49-50
1) Jalan kaki
Olahraga saat menstruasi yang paling mudah dilakukan
adalah jalan kaki. Berjalan kaki secara rutin dapat
meningkatkan kesehatan tubuh secara umum, terutama
meningkatkan kekuatan jantung dan paru-paru. Sedangkan
bari yang sedang mengalami dismenore aktivitas ini bia
menjadi pilihan olahraga saat menstruasi untuk
menguranginya.
2) Berenang
Berenang mampu meningkatkan sirkulasi darah dalam
tubuh serta meringankan sendi dan otot yang kaku.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
sakit perut saat menstruasi yaitu, kompres dengan botol
panas (hangat) tepat pada bagian yang terasa kram, mandi
dengan air hangat, boleh juga menggunakan aroma terapi
untuk menenangkan diri, minum-minuman hangat yang
mengandung kalsium tinggi, ambil posisi menungging
sehingga rahim tergantung kebawah, Tarik napas dalam
dalam secara perlahan untuk relaksasi.
.4.6Dampak Dismenore
Nyeri haid atau dismenore yang berlebihan bisa disebabkan oleh
adanya suatu penyakit pada organ reproduksi, seperti :
1) Endometriosis
Endometriosis yaitu, kondisi ketika jaringan yang membentuk
lapisan dalam dinding rahim tumbuh diluar rahim, misalnya di tuba
falopi (saluran telur) atau ovarium (indung telur).
2) Adenomiosis
Adenomiosis yaitu, kondisi ketika jaringan yang membentuk
lapisan dalam dinding rahim tumbuh ke dalam otot dinding rahim.
3) Miom
Yaitu tumor jinak pada dinding rahim.
4) Radang panggul
Akibat infeksi pada organ reproduksi wanita yang sudah menyebar
di dalam rongga panggul.
5) Penyempitan leher rahim
Yang menyebabkan darah menstruasi tidak bisa mengalir keluar
dari rahim.
.5 Terapi musik Mozart
.5.1 Sejarah terapi musik
Penggunaan musik untuk terapi sudah ada pada abad ke-19 musik
telah dipraktikan sebagai bagian dari intervensi keperawatan oleh Florence
nightingale (schou, 2008). Nightingale menemukan bahwa bungi-bunyian
bisa membantu sebagai milieu therapy dalam menyembuhkan karena
meningkatkan relaksasi. Pada saat menyembuhkan tentara yang
mengalami cedera atau sakit di perang krim, nightingale menggunakan live
musik karena belum ada tape recorder pada jaman itu (schou, 2008).
Nightingale menggunakan bunyi-bunyian natural seperti suara angina, air
mengalir. Jelaslah bahwa terapi musik digunakan sebagai bagian dari
terapi komplementer adalah kontribusi dari perawat.
.5.2Definisi terapi musik
Terapi terdiri dari dua kata “terapi” dan kata “musik” kata “terapi”
berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau
menolong seseorang. Sedangkan kata “musik” dalam terapi digunakan
secara khusus dalam rangkaian terapi (Djohan,2006).
Terapi musik adalah terapi kesehatan yang menggunakan musik di
mana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi
fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia
(Suhatini, 2008). Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi
kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberikan
rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi ingatan, belajar,
mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran
(Satiadarma, 2004 dalam suhartini 2008).
Musik menghasilkan rangsangan ritmis yang ditangkap oleh organ
pendengaran dan diolah didalam saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang
mengorganisasi intrepretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengar.
Ritme internal ini mempengaruhi metabolism tubuh manusi sehingga
prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Metabolism yang baik akan
mengakibatkan tubuh mampu membangun system kekebalan yang lebih
baik, dan dengan system kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih
tangguh terhadap kemungkinan rasa nyeri yang dialami.
Seorang terapis menggunakan musik dan sktifitas musik untuk
memfasilitasi proses terapi dalam membantu kliennya, digunakan untuk
memperjelas media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi.
Berbeda dengan berbagai terapi dalam lingkup psikologi yang justru
mendorong klien untuk bercerita tentang permasalahannya. Jenis musik
yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan,
seperti musik klasik, instrumentalia, dan slow musik (potter, 2005 dalam
effendi, 2009).
Menurut (Djohan 2006), fungsi terapi musik diantaranya adalah :
1. Membantu mengekspresikan perasaan.
2. Memberikan pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati.
3. Membantu mengatasi stress dan mengurangi nyeri.
.5.3Terapi musik klasik
Terapi musik membantu mengatasi berbagai keluhan gangguan
terutama intelektual dan kesulitan belajar namun mereka yang memiliki
gangguan cacat fisik juga bisa memperoleh manfaat terutama mereka yang
perlu meningkatkan kemampuan nafas atau ingin meningkatkan
kemampuan geraknya seperti pasien hipertensi yang menderita
kelumpuhan, tetapi hal ini tidak berlaku apabila seseorang tidak gemar
musik, karena hasil yang didapat tidak akan semaksimal dengan seseorang
yang gemar dengan musik ( James & Robbins, 2008 dalam ratih, 2014).
Dalam penelitian ini musik klasik yang digunakan untuk penelitian
adalah musik klasik Mozart karena dipenjelasan sebelumnya efek musik
klasik mampu mengurangi rasa nyeri dan relaksasi.
.5.4Manfaat terapi musik
Menurut (Erwin, 2015) musik mempunyai manfaat sebagai
berikut:
1) Relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan tarapi musik
adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih
fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan
pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna.
2) Meningkatkan motivasi, hal yang bisa dilahirkan dengan perasaan
mood tertentu, apabila ada motivasi semangat pun akan muncul dan
segala kegiatan bisa dilakukan.
3) Meningkatkan kemampuan mengingat, terapi musik bisa
meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal ini bisa
terjadi karena bagian otak memproses musik terletak berdekatan
dengan memori.
4) Mengurangi rasa sakit, musik bekerja pada system saraf otonom
dan fungsi otak yang apabila kedua system tersebut bereaksi
sensitif terhadap musik, jika mendengarkan musik secara teratur
membantu tubuh relaks secara fisik dan mental, sehingga
membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit.
Musik klasik Mozart memberikan ketenangan, memperbaiki
persepsi special dan kemungkinan pasien untuk berkomunikasi baik
dengan hati maupun pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki irama,
melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat merangsang dan menguatkan
wilayah kreatif dan motivasi di otak. Musik klasik Mozart memiliki
kekuatan yang membebaskan, mengobati dan menyembuhkan
(Musbikin, 2009).
.5.5Waktu yang dibutuhkan dalam pemberian terapi musik
Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam
pemberian terapi musik. Seringkali durasi yang diberikan dalam
pemberian terapi musik adalah selama 20-35 menit, tetapi untuk masalah
kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan dengan durasi 30
sampai 45 menit. Ketika mendengarkan terapi musik berbaring dengan
posisi yang nyaman, sedangkan tempo harus lebih lambat, 5-
7ketukan/menit, menggunakan irama yang tenang (schou, 2008).
Sedangkan bellavia (2010) mencatat penggunaan waktu yang ideal bagi
setiap pasien dalam melakukan terapi musik 10 menit hingga 30 menit
tiap harinya. Musik klasik Mozart merupakan salah satu jenis musik
relaksasi yang bertempo 60 ketukan per menit. Musik yang memiliki
tempo antara 60 sampai 80 ketukan per menit mampu membuat
seseorang yang mendengarkannya menjadi rileks Oritz yang
mempengaruhi pikiran dan tubuh dalam berbagai tingkatan.
Hal ini senada juga pada (Rihiantoro dalam yuhana 2010), dalam
waktu 30 menit mendengarkan musik lembut memiliki efek terapi yang
sama dengan menggunakan obat penenang valium 10mg.
Utomo (dalam yuhana, 2010) mengatakan bahwa karakteristik
musik klasik yang menimbulkan relaksasi adalah musik klasik yang
tempo lambat atau musik klasik yang mempunyai bunyi lebih panjang
dan lambat karena akan menyebabkan detak jantung pendengarannya
menjadi lebih lambat sehingga ketegangan fisik menjadi lebih rendah dan
menciptakan ketenangan fisik.
.5.6Pengaruh terapi musik klasik terhadap nyeri dismenore
Terdapat banyak teori, hipotesa, dan asumsi bagaimana musik
bekerja, Don Campbeli (2006) dalam bukunya “musik : physician for
times to come” mengemukakan bahwa stimulus musikk memeiliki efek
biologis pada perilaku manusia dengan melibatkan fungsi otak yang
spesifik seperti memori, belajar, mptivasi, emosi, dan stress. Campbeli
mengemukakan bahwa bunyi yang mengalir dalam bentuk gelombang
elektromagnetik melalui udara dan dapat diukur berdasarkan frekuensi
bunyi dan intensitas musik. Lebih jau dijelaskan efek musik dirasakan di
hemisfer kanan, akan tetapi hemisfer kiri akan mendapatkan fungsi analisis
yang luar niasa dari musik. Persepsi auditori dari musik bekerja dipusat
auditori di lobus temporal, yang akan mengirimkan sinyal ke thalamus,
otak tengah, pons, amigdala, medulla dan hipotalamus.

1. Gelombang Alpha:
2. Gelombang Beta:
3. Gelombang Theta:
4. Gelombang Delta:

Anda mungkin juga menyukai