Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tantangan profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan


pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi
aktif dalam sistem pelayanan kesehatan agarkeberadaannya mendapat pengakuan dari
masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus
memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan
lingkungan sosial.

B. Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa mengetahui tantangan dalam profesi keperawatan.


Agar memiliki tenaga keperawatan yang berkualitas. Agar perawat mengetahui
tanggungjawab dan tanggung gugat sebagai perawat. Memberi pedoman dan pendidikan
bagi tenaga keperawatan.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Tantangan profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan
pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi
aktif dalam sistem pelayanan kesehatan agarkeberadaannya mendapat pengakuan dari
masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus
memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan
sosial.
Tantangan internal profesi keperawatan adalah meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) tenaga keperawatan sejalan dengan telah disepakatinya
keperawatan sebagai suatu profesi pada lokakarya nasional keperawatan tahun 1983,
sehingga keperawatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang bersifat professional.
Tantangan eksternal profesi keperawatan adalah kesiapan profesi lain untuk
menerima paradigma baru yang kita bawa. Professional keperawatan adalah proses
dinamis dimana profesi keperawatan yang telah terbentuk (1984) mengalami perubahan
dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat.
B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari tantangan profesi keperawatan meliputi :
1. Terjadi pergeseran pola masyarakat Indonesia
a. Pergeseran pola masyarakat agrikultural ke masyarakat industri dan masyarakat
tradisional berkembang menjadi masyarakat maju.
b. Pergeseran pola kesehatan yaitu adanya penyakit dengan kemiskinan seperti
infeksi, penyakit yang disebabkan oleh kurang gizi dan pemukiman yang tidak
sehat, adanya penyakit atau kelainan kesehatan akibat pola hidup modern.
c. Adanya angka kematian bayi dan angka kematian ibu sebagai indikator derajat
kesehatan.
d. Pergerakan umur harapan hidup juga mengakibatkan masalah kesehatan yang
terkait dengan masyarakat lanjut usia seperti penyakit generatif.
e. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan urbanisasi, pencemaran kesehatan
lingkungan dan kecelakaan kerja cenderung meningkat sejalan dengan
pembangunan industry.

2
f. Adanya pegeseran nilai-nilai keluarga mempegaruhi berkembangnya
kecenderungan keluarga terhadap anggotanya menjadi berkurang.
g. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan penghasilan yang
lebih besar membuat masyarakat lebih kritis dan mampu membayanr pelayanan
kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Perkembangan IPTEK menuntut
kemampuan spesifikasi dan penelitian bukan saja dapat memanfaatkan IPTEK, tetapi
juga untuk menapis dan memastikan IPTEK sesuai dengan kebutuhan dan social
budaya masyarakat Indonesia yang akan diadopsi. IPTEK juga berdampak pada biaya
kesehatan yang makin tinggi dan pilihan tindakan penanggulangan masalah kesehatan
yang makin banyak dan kompleks selain itu dapat menurunkan jumlah hari rawat
(Hamid, 1997; Jerningan,1998). Penurunan jumlah hari rawat mempengaruhi
kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih berfokus kepada kualitas bukan hanya
kuantitas, serta meningkatkankebutuhan untuk pelayanan / asuhan keperawatan di
rumah dengan mengikutsetakan klien dan keluarganya. Perkembangan IPTEK harus
diikuti dengan upaya perlindungan terhadap untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang aman, hak untuk diberitahu, hak untuk memilih tindakan yang dilakukan dan hak
untuk didengarkan pendapatnya. Oleh karena itu, pengguna jasa pelayanan kesehatan
perlu memberikan persetujuan secara tertulis sebelum dilakukan tindakan (informed
consent)
3. Globalisasi dalam pelayanan kesehatan Globalisasi yang akan berpengaruh terhadp
perkembangan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan ada 2 yaitu ;
a. (Tersedianya alternatif pelayanan
b. persaingan penyelenggaraan pelayanan untuk menarik minat pemakai jasa pemakai
kualitas untuk memberikan jasa pelayanan kesehatan yang terbaik. Untuk hal ini
berarti tenaga kesehatan, khususnya tenaga keperawatan diharapkan untuk dapat
memenuhi standar global dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan.
Dengan demikian diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan professional
dengan standar internasional dalam aspekintelektual, interpersonal dan teknikal,
bahkan peka terhadap perbedaan social budaya dan mempunyai pengetahuan
transtrutural yang luas serta mampu memanfaatkan alih IPTEK.
4. Tuntutan profesi keperawatan Keyakinan bahwa keperawatan merpakan profesi harus
disertai dengan realisasi pemenuhan karakteristik keperawatan sebagai profesi yang
disebut dengan professional (Kelly & Joel,1995). Karakteristik profesi yaitu ;
3
a. Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan melalui penelitian
b. Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain
c. Pendidikan yang memenuhi standar
d. Terdapat pengendalian terhadap praktek
e. Bertanggug jawab & bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan
f. Merupakan karir seumur hidup
g. Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi.

Praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan professional masyarakat


penggunaan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu
keperawatan sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostik,
menyusun perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Selain memiliki kemampuan intelektual,
interpersonal dan teknikal, perawat juga harus mempunyai otonomi yang berarti
mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan mengatur
dirinya sendiri.

C. Pendidikan Dalam Keperawatan


Selaras dengan perkembangan ilmu dan teknologi, penduduk keperawatan
tahap demi tahap mengalami peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan.
Jenjang pendidikan keperawatan di Indonesia adalah SPK, Akademi atau Pendidik
Ahli Madya keperawatan dan Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program S2 yang
terkait dengan keperawatan
Pendidik tenaga keperawatan di Indonesia secara umum bertujuan untuk
menyediakan tenaga kesehatan dalam jumlah dan jenis yang sesuai yang memiliki ciri
yang berbeda, tangguh, cerdas, terampil, mandiri, memiliki rasa kesetiakawanan
bekerja keras, produktif, kreatif, inovatif, disiplin serta berorientasi ke masa depan
dengan asa profesionalisme masing-masing (Pusdiknakes,2001).

a. SPK
Dari 3 jenis jenjang pendidikan keperawatan, SPK merupakan institusi yang telah
menyumbang tenaga keperawatan dalam jumlah yang paling besar

4
SPK sebelumnya bernama SPR didirikan tahun 1960
Pada tahun yang sama juga mulai didirikan pendidik dengan jenjang yang lebih tinggi
yaitu akademi perawatan
Dasar pendidik keperawatan pada awal kemerdekaan adalah SD ditambah
keperawatan yang lamanya bervariasi. Pada 1960 mulai dikembangkan SPK dengan latar
belakang pendidikan SMP (Jahmono,1993).
Tujuan pendidikan SPK adalah meluluskan perawat kesehatan yang mampu
sebagai pelaksana maupun pengelola keperawat Lama pendidik 3thn
Pada masa tersebut pendirian SPK adalah untuk menencukupi kebutuhan jumlah
tenaga keperawatan
Sistem Kesehatan Nasional (2004) menyatakan bahwa penyelenggaraan pedidik
vokasi, sarjana dan profesi tingkat pertama adalah institusi yang telah di akreditasi oleh
asosiasi instansi pendidikan kesehatan yang bersangkutan. Dalam Sistansi Pendidikan
Nasional (UU RI No 20 thn 2003) dijelaskan apa yang dimaksud dengan pendidikan
akademik, profesi dan vokasi yang semuanya diselenggarakan melalui penduduk.

b. Program DIII Keperawatan


Adanyanya tuntutan bahwa perawat harus dipersiapka melalui penduduk yang
ditanggapi dengan mengkonversikan SPK menjd DIII Keperawatan. Penyelenggaraan
program DIII keperawatan merupakan salah satu upaya antisipasi terhadap perkembangan
pelayanan kesehatana. Program ini diselenggarakan di Bandung pada tahun 1960 dengan
berdirinya Akper Bandung.
Peserta didik harus memenuhi persyaratan antara lain lulusan SMU, SPR/SPK
yang sudah bekerja. Seperti halnya SPK secara administratif program ini juga dibawah
koordinasi Pusat Pendidik Tenaga Kesehatan, Depkes. Tujuan program DIII keperawatan
adalah menghasilkan tenaga perawat profesional pemula yang dapat sebutan ahli madya
keperawatan yang merupakan manajer menengah dalam keperawatan yang diharapkan
mampu sebagai pelaksana, pengelola, penduduk & partisipasi aktif dalam penelitian
ilmiah. Untuk meningkatkan karir lulusan DIII dapat melanjutkan ke program sarjana.
Adanya berbagai pendidikan kesehatan yang menawarkan berbagai program di
lingkungan depkes dinilai tidakk efisien, pada pertengahan tahun 1990-an, DepKes mulai
mengembangkan sistimultystrem academy dengan berbagai instansi pendidikan dalam
lingkungan yang dipadukan menjadi Pendidikan Satu Atap. Depkes bekerja sama
dengan Depdikbud melakukan pengkajian untuk mengembangkan akademi-akademi
5
tersebut dan dijadikan politeknik kesehatan. Hal tersebut dikukuhkan dengan
dikeluarkannya Keputusan dair Menkes dan Kesejahteraan Sosial RI No 298/Menkes-
Kesos/SK/IV/2001 (Pusdiknakes,2004).

6
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

A. KASUS
TANTANGAN PERAWAT PENDIDIK DALAM DUNIA KEPERAWATAN

B. PEMBAHASAN

Tantangan profesi perawat di Indonesia di abad 21 ini semakin meningkat.


Seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang di hargai profesi lain. Profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini tidak hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Pembenahan internal yang meliputi
empat dimensi dominan yaitu; keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan
keperawatan dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan
akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit,
peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan system
pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada supra system dan pranata lain
yang terkait.

Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua


pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan
keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Organisasi profesi
dalam menentukan standarisasi kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga
pendidikan dalam melahirkan perawat-perawat yang memiliki kualitas yang diharapkan
serta pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-peran strategis lainnya dalam
mewujudkan perubahan ini. Profesi memiliki beberapa karakteristik utama sebagai
berikut;

1. Suatu profesi memerlukan pendidikan lanjut dari anggotanya, demikian juga landasan
dasarnya.
2. Suatu profesi memiliki kerangka pengetahuan teoritis yang mengarah pada
keterampilan, kemampuan, pada orma-norma tertentu.
3. Suatu profesi memberikan pelayanan tertentu.
4. Anggota dari suatu profesi memiliki otonomi untuk membuat keputusan dan
melakukan tindakan.

7
5. Profesi sebagai satu kesatuan memiliki kode etik untuk melakukan praktik
keperawatan
Perawat mempunyai tantangan yang sangat banyak salah satunya yaitu menjalakan
tanggung jawab dan tanggung gugat yang besar. Tantangan dalam profesi
keperawatan salah satunya yaitu mempunyai tanggung jawab yang tinggi, tanggung
jawab tersebut tidak hanya kepada kliennya saja tetapi tanggung jawab yang
diutamakan yaitu tanggung jawab terhadap Tuhannya (Responsibility to God),
tanggung jawab tehadap klien dan masyarakat (Responsibility to Client and Society),
dan tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (Responsibility to Colleague
and Supervisor). Tanggung jawab secara umum, yaitu;

1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluargannya.


2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, prosedur atau obat-obatan
tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan orang-orang yang
tepat di tempat tersebut.
3. Menghargai setiap hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi.
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan
memberi informasi yang biasanya diberikan oleh dokter.
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada
orang yang tepat. Dan tanggung gugat yang menjadi salah satu tantangan dalam
profesi keperawatan didasarkan peraturan perundang-undangan yang ada.
Tanggung gugat bertujua untuk : (1). Mengevaluasi praktisi-praktisi professional
baru dan mengkaji ulang praktisi-praktisi yang sudaj ada, (2). Mempertahankan
standart perawatan kesehatan, (3). Memberikan fasilitas refleksi professional,
pemikiran etis dan pertumbuhan pribadi sebagai bagian dari professional
perawatan kesehatan, (4). Memberi dasar untuk membuat keputusan etis.
Tanggung gugat pada setiap tahap proses keperawatan, meliputi:

8
Tantangan utama yang dihadapi keperawatan Indonesia :
1. Tantangan pelayanan / praktik; mutu asuhan rendah, kondisi kerja buruk,
ketidaksetaraan dan keadilan gender, waktu kerja panjang dan beban kerja berat vs gaji
rendah, migrasi dan angka retensi perawat rendah.
2. Tantangan SDM Perawat; motivasi rendah, kepuasan kerja rendah, ketidaksesuaian
utilisasi jenis dan jenjang, kekurangan perawat dalam jumlah dan kualifikasi di tempat
kerja, tidak tertatanya sistem jenjang karir professional & penghargaan, citra keperawatan
rendah.
3. Tantangan Pendidikan; tidak berdasarkan kompetensi, kurang koordinasi antara
pendidikan & pelayanan, kurang skill mix, kapasitas dan metode pengajaran yang tidak
memadai, kurang fasilitas sumber pembelajaran, sistem pengendalian kualitas pendidikan
kurang tertata, kurang kaderisasi mahasiswa sebagai perawat pemimpin sedini mungkin.
4. Tantangan Kebijakan & Regulasi; pemberdayaan perawat, mutu asuhan dan pelayanan
publik yang aman, sistem registrasi, lisensi, sertifikasi perawat dan akreditasi institusi
pendidikan, pengakuan perawat Indonesia oleh negara lain, filterasi perawat asing bekerja
di Indonesia, otonomi profesi (self governance).
5. Tantangan Globalisasi; kekurangan perawat dan migrasi, kompetensi standar global dan
budaya, keragaman & SDM, manajemen keragaman, kesetaraan/keadilan social.
Beberapa tantangan tersebut diatas merupakan penyebab yang dapat
menimbulkan tidak sesuainya sebaran kebutuhan perawat di pasar global / Internasional,
sehingga dimungkinkan akan munculnya konsekuensi yang harus diterima oleh pengguna
jasa perawat, menurut (ICN, 2007); Distribusi perawat di manca negara tidak seimbang,
Rekrutmen tidak etis dan menindas (abuse) perawat, Kehilangan sumber daya di negara
asal, Kehilangan pengakuan dan martabat perawat karena masalah regulatori - legislatif
dan akulturasi.

9
BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Tantangan profesi perawat di Indonesia di abad 21 ini semakin meningkat.
Seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang di hargai profesi lain. Profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Salah satu dari tantangan tersebut
menjalankan tanggung jawab dan tanggung gugat sebagai perawat. Untuk menjawab
tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan
profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah
pentingnya peran serta pemerintah. Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan
yang sangat berat, diperlukan perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah
etik profesi. Upaya yang paling strategik untuk dapat menghasilkan perawat pofesional
melalui pendidikan keperawatan profesional.

B. SARAN
1. Diharapkan bagi perawat khususnya perawat pendidik menerima informasi tentang
ilmu pengetahuan
2. Diharapkan perawat pendidik mengikuti pelatihan atau seminar-seminar tentang
kesehatan agar dapat menambah pengetahuan dan menambah wawasan
3. Diharapkan para perawat pendidik setelah membaca makalah ini mampu
menyampaikan ilmu pengetahuan yang terbaru
4. Diharapkan perawat pendidik tidak membatasi ilmu pengetahuannya dan
kompetensinya. Dan diharapkan belajar kejenjang perguruan lebih tinggi lagi.

10

Anda mungkin juga menyukai