Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kesehatan Kerja mempunyai pengertian spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran berserta praktiknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun
sosial dengan usaha-usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap
penyakit yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit umum untuk menuju peningkatan produktivitas sebagaimana telah
diamanatkan dalam UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti yang telah
diketahui, kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga
menimbulkan kerugian bagi pekerja dan pengusaha, mengganggu proses produksi
perusahaan, dan merusak lingkungan yang akhirnya berpengaruh terhadap masyarakat
luas.
Oleh karena itu, upaya yang nyata untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja (PAK) harus dilakukan secara maksimal. Apabila analisis
dilakukan secara mendalam, maka kecelakaan kerja (seperti peledakan, kebakaran) dan
PAK umumnya disebabkan oleh ketidakpedulian akan sistem manajemen K3 (SMK3)
yang baik dan benar.
Ergonomi merupakan salah satu hazard yang dapat berpotensi menimbulkan
PAK. Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergos = kerja dan nomos = norma,
aturan. Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha menyerasikan pekerjaan
dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas
dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-
optimalnya.
Laporan kunjungan perusahaan di PT. MEGA ANDALAN KALASAN ini
dibuat sebagai salah satu syarat tugas pelatihan HIPERKES periode 30 April– 5 Mei
2018, dalam rangka mempelajari K3 khususnya aspek kesehatan dan ergonomi.

1
1.2. Dasar Hukum

Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha demi
tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada beberapa
landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :

1. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

2. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan.

3. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.

4. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja.

5. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja.

6. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja.

7. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan penanggulangan


HIV/AIDS di tempat kerja.

8. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan


narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja.

9. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi


dokter perusahaan.

10. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi


paramedic perusahaan.

11. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja


dalam penyelanggaraan keselamatan kerja.

12. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.

13. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang


makan.

14. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang


mengelola makanan bagi tenaga kerja.

15. Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada


kecelakaan di tempat kerja.

2
1.3 Profil Perusahaan
• Identitas Perusahaan
o Nama : PT. MEGA ANDALAN KALASAN
Sektor usaha : Manufacturing Hospital Furniture
o Alamat : jl. Tanjung tirto 34, tirto martani km.13, kalasan , kabupaten
sleman , daerah istimewa Yogyakarta
Berikut merupakan profil perusahaan dari PT. Mega Andalan Kalasan
(MAK):

a. Perusahaan
i. Nama Perusahaan : PT. Mega Andalan Kalasan
ii. Alamat Perusahaan :
a) Jl. Tanjung Tirto No. 34, Tirtimartani Km.13, Kalasan, Yogyakarta
b) Jl. Prambanan - Piyungan Km.7 Sumberharjo, Prambanan, Sleman
c) Jl. Prambanan Piyungan Km.1 Sumberharjo, Prambanan, Sleman
iii. Telepon : 0274-497068
iv. Fax: +62274496226
v. Penanggung jawab : Ir. Hendy Rianto dan Ir. Buntoro (pimpinan
perusahaan)
vi. Email: marketing@mak-techno.com
vii. Website: http://www.mak-techno.com

b. Marketing Office
i. Alamat:
a) Grand Rubina Business Park Lt. 22, Komplek Rasuna Epicentrum
b) Jl. H.R. Rasuna Said, Jakarta 12960
ii. Telepon : 021-837 00 55
iii. Fax: 021-837 00 335
iv. Email: mak@cbn.net.id atau www.mak-techno.com

PT. Mega Andalan Kalasan berdiri pada tanggal 18 Agustus 1997 Perusahaan ini
dipimpin oleh mr buntoro selaku Presiden Direktur. Perusahaan ini pada awalnya
bernama Mega Stee , dimulai dengan usaha membuat kursi lipat dari bahan besi yang
di las dengan menggunakan las karbit dan las listrik. Perusahaan ini berdiri pada tahun
3
1975 dan berlokasi di daerah bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Yogyakarta. Mega
Steel hanya mempunyai 7 orang pekerja. Dengan keberhasilan dalam pembuatan kursi
lipat, pada tahun 1978 Mega Steelmulai memproduksi bumper yang merupakan
komponen mobil karoseri. Perusahaan juga mendapatkan kontrak kerja dari karoseri
New Armada dan Gadjah Mada di jalan Magelang, Yogyakarta. Pada tahun 1987,
produksi bumpermengalami penurunan yang drastis. Hal itu disebabkan karena pada
saat itu Agen Tunggal Pemengang Merk (ATPM), seperti Astra Internasional dan
Indomobil mengaplikasikan teknologi full pressed body dan konstruksi mobil yang
terbangun lengkap.
Pada saat itu juga,Ir. Budi Atmoko dan Ir. Rianto mengajak 3 teman mereka,yaitu
Ir. Hendy Rianto, Ir. Panggih Suwito, dan Haryono untuk memasukan saham dan
bekerjasama memproduksi reclining seat. Tetapi, produksi reclining seat juga tidak
berhasil sesuai yang diperkirakan mereka berlima.
Pada tahun 1984, karena perusahaan Mega Steel sudah tidak mampu bertahan,
saham Ir. Budi Atmoko, Ir. Hendy Rianto, Ir. Panggih Suwito, dan Haryono dibeli oleh
Ir. Buntoro. Tahun1988 Ir. Buntoro dan Ir. Hendy Rianto mengalihkan usahanya di
bidang peralatan rumah sakit (Hospital Equipment) dan akhirnya bisa berkembang
pesat. Pada saat itu juga perusahaan berganti nama menjadi PT. Mega Adhi Karsa.
Usaha ini terus mengalami perkembangan yang pesat sehingga perusahaan perlu
meningkatkan jaringan pemasaran dengan membuka kantor 14 pemasaran dijalan
Gunung Sahari Raya 51/55, Jakarta 10610. Untuk memenuhi permintaan konsumen
yang terus mengalami peningkatan, perusahaan juga terus menambah jumlah karyawan
dan peralatan dalam rangka menambah kapasitas produksi.
Pada Tahun 1994, produk-produk dari perusahaan telah meraih sertifikat SNI
(Standar Nasional Indonesia). Pada tahun 1997, untuk meningkatkan produksinya,
perusahaan melakukan pengembangan usaha dengan mendirikan dua pabrik baru yang
lokasinya berdekatan (sekitar 400 meter) sebelah selatan pabrik pertama. Pabrik baru
tersebut berfungsi sebagai tempat perakitan dan pembuatan komponen plastik dengan
mesin injeksi.
Pada pertengahan tahun 1999, pihak manajemen PT. Mega Adhi Karsa
mengganti nama perusahaan menjadi PT. Mega Andalan Kalasan yang disingkat PT.
MAK. Pergantian nama itu dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kredibilitas
perusahaan dengan alasan utamanya adalah untuk lebih mengangkat nama kecamatan
Kalasan dikarenakan perusahaan ini berada di daerah Kecamatan Kalasan. PT. MAK
4
juga menambah variasi jenis produknya yaitu roda castor (castor wheels), timbangan
(weighing scale), komponen plastik (plastic wares), permesinan (machinery), dan
peralatan berat (heavy equipment).
Strategi untuk meningkatkan kualitas produk dan dalam rangka usaha untuk
menembus pasar ekspor maka pada tahun 2001 perusahaan berhasil memperoleh
sertifikasi sistem mutu ISO 9001: 1994 dan EN 46001: 1996. Pada tahun 2002 PT.
MAK berhasil lagi mendapatkan sertifikasi sistem mutu ISO 9001: 2000 dan EN: 2000.
Pada Tahun 2005, PT MAK mengembangkan perusahaan menjadi sebuah holding
company dalam sebuah grup MAK Indonesia dengan dibangunnya KIMAK (Kawasan
Industri Mega Andalan Kalasan) di jl. Prambanan-Piyungan km 5 dengan luas lahan
mencapai 8 hektar sebagai kawasan industri. Di KIMAK ada beberapa unit produksi,
yaitu unit Trendgate, unit TC (Training Center), PT. MAMI (Mega Andalan Motor
Indonesia), PT. MAMI adalah anak perusahaan dari PT. MAK.
Pada Tahun 2010, PT. MAK memperluas perusahaan dengan menambah pabrik
pembuatan tabung gas LPG 3 Kg. Perusahaan mendapat konrak order dari PT.
Pertamina. Pabrik tersebut dinamakan unit SIKMA (Sentra Industri Kecil Mega
Andalan). Unit SPIKMA berada di Jl. Prambanan-Piyungan Km 1. Tahun 2012
PT.MAK juga menambah 1 pabrik lagi yaitu unit MAEP (Mega Andalan Electro
Plating), yang juga berada di daerah Prambanan-Piyungan. PT. MAK saat ini telah
berhasil mengembangkan beberapa unit produksi, yaitu unit produksi HE (Hospital
Equipment), unit produksi KL (Komponen Logam), unit produksi machinery, Unit
MAO (Mega Andalan Otoparts), unit Trendgate, Unit MAEP, dan Unit TC (Training
Center) yang berfungsi sebagai tempat pembelajaran karyawan dan calon karyawan PT.
MAK.
Pada awal pertengahan Januari 2017 unit MAPP dan Unit Roda Castor berganti
menjadi PT. MAKP (Mega Andalan Komponen Plastik) dan PT. MARK (Mega
Andalan Roda Castor). Dan PT. MAMI (Mega Andalan Motor Industri) pada awal
Januari 2017 resmi ditutup karena target penjualan yang tidak tercapai.

a. Visi Perusahaan
“QUALITY AND MORALITY

5
b. Jumlah pegawai perusahaan
1. Pekerja Perusahaan
i. Jumlah pekerja : 600.000 orang karyawan
tetap, karyawan tidak tetap 30% dari
karyawan tetap
ii. Dokter perusahaan : tidak ada

c. Jam Kerja
Waktu kerja : Full time pukul 08:00-17:00
Pagi : Pukul 07.00 – 16.00
Siang : Pukul 15.00 – 23.00
d. Asuransi
• BPJS Ketenagakerjaan
• BPJS kesehatan

Dalam kasus emergensi perusahaan berkerja sama dengan Klinik dan RSUD
terdekat.

1.4 Alur Produksi

Mulai

Persiapan bahan Lapor pada bagian PPIC


baku

Proses Injeksi

Finishing

Quality Control

Penyimpanan Selesai

Gambar 1.1 Alur Proses Produksi PT Meruki Internasional Indonesia


6
1.5 Landasan Teori

ERGONOMI

Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (International Labor


Organization/ILO) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu
rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara
optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan
kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik),
serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi. Tujuan
dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan
produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga
kerja baik sektor formal, informal, maupun tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin, dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien,
selamat, dan nyaman. Dengan demikian, dalam penerapannya harus memperhatikan
beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, dan proses kerja. Adapun tujuan
penerapan ergonomi adalahsebagai berikut: (1) meningkatkan kesejahteraan fisik dan
mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah
penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja; (2) meningkatkan
kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kerjasama sesama pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam
tempat kerja; dan (3) berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek
teknik, ekonomi, antropologi, dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

7
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja
bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cidera, kepuasan kerja
meningkat. Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:

(1) Tekhnik
(2) Fisik
(3) Pengalaman psikis
(4) Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot
dan persendian;
(5) Anthropometri
(6) Sosiologi
(7) Fisiologi terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, oxygen up take
dan aktivitas otot;
(8) Disain; dan sebagainya.

Aplikasi Ergonomi pada Tenaga Kerja

a. Posisi kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.

8
b. Proses kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan
ukuran anthropometri barat dan timur.

c. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.


Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.

d. Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,


bahu, tangan, punggung, dan lain-lain. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot, dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.

SUPERVISI TENAGA KERJA

Semua pekerja secara kontinyu mendapat supervisi medis teratur. Supervisi


medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain:

a. Pemeriksaan sebelum kerja bertujuan untuk menyesuaikan pekerja baru


terhadap beban kerjanya.

b. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan


pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.

c. Nasihat harus diberikan tentang higiene dan kesehatan

9
KESEHATAN KERJA

Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban kerja,
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di lingkungan
perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.

10
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:


Mengembangkan perilaku kerja sehat


Menumbuhkan lingkungan kerja sehat


Menurunkan angka absensi sakit


Meningkatkan produktivitas kerja


Menurunnya biaya kesehatan


Meningkatnya semangat kerja

Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja


yang disebabkan oleh alat/mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan
kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja
dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian
gizi makanan bagi pekerja.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
bagi pekerja. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal. Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam
mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
11
Salah satu aspek yang harus diimplementasikan dalam kesehatan kerja adalah
adanya pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja, baik sejak awal sebelum bekerja,
selama bekerja, maupun sesudah bekerja. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan ini
ditujukan agar selain tenaga kerja yang diterima di awal berada dalam kondisi
kesehatan setinggi-tingginya,

12
juga untuk memantau status kesehatan pekerja dan juga meminimalisir dan
mendeteksi dini apakah ada penyakit akibat kerja yang ditimbulkan akibat proses
produksi.

Sarana P3K di tempat kerja diatur dalam Permenakertrans RI No.


15/MEN/VIII/2008. Dalam Permenakertrans tersebut, dijabarkan bahwa
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja (P3K) adalah upaya
memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja/buruh/dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami
sakit atau cidera di tempat kerja.

Fasilitas P3K yang dimaksud dalam Permenakertrans ini meliputi ruang P3K,
kotak P3K dan isinya sesuai standar, alat evakuasi dan alat transportasi, fasilitas
tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat kerja yang
memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus. Pengusaha wajib menyediakan
ruang P3K dalam hal proses produksi mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang
atau lebih atau kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya tinggi.

Ruang P3K juga diatur standarnya, salah satunya meliputi lokasi yang harus
dekat dengan toilet/kamar mandi, jalan keluar, mudah dijangkau, dan dekat dengan
tempat parkir kendaraan.

Kotak P3K juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu terbuat dari
bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang P3K
berwarna putih dengan lambang P3K berwarna hijau dengan isi kotak sesuai
dengan Permenakertrans yang mengatur. Penempatan kotak P3K juga harus pada
tempat yang mudah dilihat dan dijangkau dengan diberi tanda arah yang jelas dan
cukup cahaya serta mudah diangkat apabila digunakan dan disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja yang ada, dan dalam hal tempat kerja dengan unit kerja
berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak
P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

13
GIZI KERJA

Gizi kerja adalah gizi/nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi kerja
menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan pagi,
kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang gizi,
hanya mendapat uang makan, . Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah:

Pekerja tidak bekerja dengan maksimal


Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang


Kemampuan fisik pekerja yang berkurang

14

Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan

15

Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,


Pekerja tidak teliti


Efisiensi dan produktivitas kerja berkurang

Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan

timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke,


penyakit degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah
terserang infeksi akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan
bergizi dan peran perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau
pelaksanaan pemberian gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan
produktivitas yang setinggi-tingginya.

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat
Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.

Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23).

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja:

a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis

b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma


Bronkhogenik.

c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-


faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
16
d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan


pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International

17
Labour Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut Penyakit
Akibat Kerja sebagai berikut:

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang


spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri
dari satu agen penyebab yang sudah diakui.

Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan adalah penyakit yang


mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pekerjaan memegang
peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit
yang mempunyai etiologi kompleks

Penyebab beberapa penyakit tersebut timbul karena suatu faktor,


tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja
ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada
umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:

- Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang


sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

- Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,


maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas,
larutan, awan atau kabut.

- Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur

- Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan


cara kerja

- Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

18
Penyakit akibat kerja juga perlu dilakukan beberapa tahap diagnose,
yang sebelumnya perlu dilakukan pendekatan sistematis untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat yaitu sebagai
berikut :

1) Tentukan Diagnosis klinisnya

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan


fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk
mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat
dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan
atau tidak.

2) Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja


adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya.
Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat
dan teliti, yang mencakup:


Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita
secara khronologis


Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan Bahan yang diproduksi


Materi (bahan baku) yang digunakan


Jumlah pajanannya


Pemakaian alat perlindungan diri (masker)


Pola waktu terjadinya gejala


Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
19
serupa)


Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS,
label, dan sebagainya)

3) Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit


tersebut

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung


pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika
dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika
dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus
mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
(konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).

4) Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.

Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan

20
kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.

5) Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat


mempengaruhi

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya,


yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat
adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien
mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita
lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.

6) Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab
penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan
untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

7) Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan


berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah
ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa
melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan
menderita penyakit tersebut pada saat ini.

Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit


telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat penyakit

21
NARKOBA DAN HIV AIDS

Narkoba

Banyak sekali orang mendengar kata narkoba,tetapi mereka tak tahu apa itu
narkoba,banyak yang mengartikan narkoba adalah kepanajangan dari kata
narkotika dan obat berbahaya,namun itu kepnjangan yang salah,yang benar adalah
singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan aditif lainnya.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain


"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesiaa adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif .Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza",
mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi
penggunanya. Menurut pakar kesehatan,narkoba sebenarnya adalah
senyawasenyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat
hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.

Melalui pertolongan dokter, banyak jenis narkoba yang bermanfaat untuk


kesembuhan dan keselamatan manusia. Masalahnya, apabila narkoba
disalahgunakan, bukan manfaat yang didapat, melainkan malapetaka. Jadi,yang
harus hindari adalah penyalahgunaannya, bukan narkobanya. Jasa narkotika dan
psikotropika sangat besar dimasa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

Tindakan oprasi (pembedahan) yang dilakukan oleh dokter harus didahului


dengan pembiusan, padahal obat bius tergolong narkotika. Kemudian, Orang yang
mengalami stress atau gangguan jiwa diberi obat-obatan yang tergolong
psikotropika oleh dokter agar dapat sembuh.

Dengan perhatian seperti itu, narkoba tidak selalu memberikan dampak buruk.
Banyak sekali jenis-jenis narkoba yang bermanfaat dalam bidang kedokteran.
Maka, sikap anti narkoba adalah keliru, yang benar adalah anti penyalahgunaanya.
Jadi, yang harus kita hindari bukanlah narkoba, melainkan penyalahgunaannya.

22
Narkoba memiliki berbagai jenis diantaranya narkotika, psikotropika, dan
bahan aditif lainnya.

1. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau bahan tanaman,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa.

Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga
memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan), ketiga sifat
narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari
cengkramannya.

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alami maupun sintesis,
yang memiliki sifat proaktif melalui pengaruh selektif pda susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika
adalah obat yang dugunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan undang-undang no. 5 tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokan
ke dalam 4 golongan.

Golongan petama adalah psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang di teliti khasiatnya.
Contoh adalah Ekstasi.

Golongan kedua adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin, metamfetamin,
metakualon, dan sebagainya.

Golongan ketiga adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumbal, buprenorsina,
flenitrazepam, dan sebagainya.

23
Golonga keempat adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contonya adalah nitrazepan (mogadon,
dumolid), diazepam, dan lain-lain.

3. Prekursor narkotika

Prekursor narkotika adalah zat atau bahn pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika

4. Bahan adiktif lainnya

Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat yang dapat menimbulkan


ketergantungan. Contohnya rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang
memabukkan dan menimbulkan ketagihan, dan thinner dan zat-zat lainnya.
HIV/AIDS

Prinsip – prinsip kunci dari ILO tentang HIV/AIDS dan dunia kerja yang
berlaku bagi semua aspek pekerjaan dan semua tempat kerja, termasuk sektor
kesehatan:

1. Isu Tempat Kerja

HIV/ AIDS adalah isu tempat kerja, karena dia mempengaruhi angkatan kerja, dan
karena tempat kerja dapat memainkan peran vital dalam membatasi penularan dan
dampak epideminya.

2. Non Diskriminasi

Tidak ada diskriminasi terhadap pekerja berdasarkan status HIV yang nyata atau
dicurigai.

3. Kesetaraan gender

Hubungan gender yang lebih setara dan pemberdayaan wanita adalah penting untuk
24
mencegah penularan HIV dan membantu masyarakat mengelola dampaknya

4. Lingkungan kerja yang sehat

Tempat kerja harus meminimalkan risiko pekerjaan, dan disesuaikan dengan


kesehatan dan kemampuan pekerja.

5. DialogSosial

Kebijakan dan program HIV/AIDS yang sukses membutuhkan kerjasama dan


saling percaya antara pengusaha, pekerja dan pemerintah

6. Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan rekrutmen Tes HIV di tempat
kerja harus dilaksanakan secara sukarela dan rahasia, tidak boleh digunakan untuk
menskrining pelamar atau pekerja.

7. Kerahasiaan

Akses kepada data perseorangan, termasuk status HIV pekerja, harus dibatasi oleh
aturan dan kerahasiaan.

8. Melanjutkan hubungan aapekerjaan

Pekerja dengan penyakit yang berkaitan dengan HIV harus dibolehkan bekerja
dalam kondisi yang sesuai selama dia mampu secara medik.

9. Pencegahan

Mitra sosial mempunyai posisi yang unik untuk mempromosikan upaya pencegahan
melalui informasi, pendidikan dan dukungan bagi perubahan perilaku.

10. Kepedulian dan dukungan

Pekerja berhak mendapat pelayanan kesehatan yang terjangkau


25
BAB II

PELAKSANAAN

2.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan

Kunjungan perusahaan ke PT Mega Andalan Kalasan ini dilakukan pada hari


Rabu, 2 Mei 2018 pukul 09.00-12.00 WITA.

2.2 Lokasi Pengamatan

PT Mega Andalan Kalasan, Jl. Tanjung Tirto 34, Tirtomartani Km 13, Kalasan,
Tirtomartani, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55571

26
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di PT Mega Andalan Kalasan yaitu :

A) 1 Klinik kesehatan

Terdapat 1 klinik kesehatan dengan 1 orang dokter, 1 orang paramedis, dan 1


orang bidan.
B) Jaminan Kesehatan
Seluruh tenaga kerja telah diberikan jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan

3.2 Personil Kesehatan

A) 1 Dokter umum belum bersertifikasi

- Jam kerja dokter:

i. Hari: 3x/ minggu setiap

1. Hari Senin, Rabu,Jumat pukul 14.00 – 16.00

ii. selain jam kerja on call

B) Terdapat 1 paramedis dan bidan yang terlatih dan bersertifikasi Hiperkes.

i. jam kerja paramedis: senin sampai jumat pukul 08.00-17.00

27
3.3 Program Kesehatan

1. Program Promotif

a) Pemasangan poster di beberapa divisi seperti

1) Pemakaian alat pelindung diri,

2) Larangan merokok ditempat kerja,

Para pekerja belum memenuhi standar peraturan APD dan tata


tertib untuk bekerja di perusahaan sesuai dengan divisinya.
Pemeliharaan kesehatan hanya dilakukan dengan cara screening
kesehatan namun tidak ada upaya edukasi seperti penyuluhan secara
berkala pada pegawai sebagai upaya promotif dan preventif yang lain.
Saat ini preventifnya hanya dengan screening dan penggunaan APD,
namun wawasan faktor risiko dan penyakit lain yang mungkin diderita
oleh pegawai belum tersampaikan dengan baik.

2. Program Preventif

a) Perusahaan mengharuskan dilakukannya Medical Check Up


(MCU) disaat menerima pegawai baru dan dilakukan secara berkala
setiap dua kali setahun. Jika ditemukan kelainan dalam MCU berkala
maka dilakukan pemeriksaan khusus berupa audiometri dan spirometri
pada karyawan yang bekerja di sektor yang berisiko.

28
b) Perusahaan melakukan program preventif dengan menyediakan
kantin dengan gizi cukup untuk para pekerja dan sarana olahraga
seperti lapangan olahraga (futsal dan basket) yang ada di dalam
lingkungan perusahaan.

c) Program Kuratif

Perusahaan menyediakan poliklinik bagi karyawan yang ingin


memeriksakan kesehatan serta kerja sama dengan rumah sakit
rujukan terdekat untuk penanganan lebih lanjut. Rumah sakit ini
berfungsi jika terjadi kecelakaan kerja dan poliklinik perusahaan
tidak dapat menangani. Para pekerja juga di berikan jaminan
kesehatan berupa BPJS kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan.

d) Program Rehabilitatif

Apabila terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maka


karyawan tersebut akan diberikan kompensasi oleh perusahaan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

3.4 Sarana P3K

Perusahaan tidak menyediakan sarana P3K di setiap sektor, di setiap lantai dan
hanya ada di klinik. Adapun isi dari kotak P3K tersebut terdiri dari : pembalut steril
(kassa gulung steril), plester, betadine, kapas, gunting, alkohol 70% dan obat-obatan.
Kotak P3K digunakan jika terjadi kecelakaan akibat kerja yang dapat ditangani sendiri
dengan bantuan alat P3K atau sebelum dirujuk ke Rumah Sakit terdekat.

3.5 Pemeriksaan Kesehatan

Pada perusahaan melakukan pemeriksaan di awal, berkala maupun khusus.


Pemeriksaan kesehatan awal meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru, dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang
29
dianggap perlu sesuai dengan jenis pekerjaan. Perusahaan harus melakukan
pemeriksaan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen


paru-paru, dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang

30
dianggap perlu sesuai dengan jenis pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
dokter perusahaan secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.

3.6 10 Besar Penyakit Pada Pelayanan Kesehatan

1. 10 Besar Penyakit pada Pelayanan Kesehatan


Berikut ini daftar penyakit terbanyak yang ditemukan pada tenaga kerja di PT. Maruki
International Indonesia berdasarkan data tahun 2017 :

No. Jenis Penyakit Jumlah

1 Saluran Pernapasan 1013

2 Saluran Pencernaan 491

3 Penyakit Otot dan Tulang 371

Penyakit Gigi dan Rongga 296


4
Mulut

5 Penyakit Kulit dan Kelamin 277

Penyakit Jantung dan 201


6
Pembuluh Darah

7 Penyakit Mata 93

8 Hiperkolesterolemia 60

9 Gout 60

Penyakit Endokrin dan 36


10
Metabolik

Tabel 1.1 10 Besar Penyakit pada tenaga kerja di PT. Maruki International Indonesia

Periode Januari – Desember 2017

Berdasarkan keterangan dari dr. Aisyah sebagai dokter perusahaan PT. Maruki
International Indonesia, penyakit saluran pernapasan terbanyak yang diderita oleh
tenaga kerja adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
31
3.7 Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja yang terjadi di PT. Mega Andalan Kalasan sampai saat ini belum
ada pelaporan data.

3.8 Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba

Perusahaan tidak melakukan program pencegahan HIV/IDS dan narkoba.

3.9 Program Pemenuhan Gizi

Program Pemenuhan Gizi Pekerja, Kantin Dan Ruangan Makan

Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi
kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan pagi,
kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang gizi,
tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak diketahui. Efek
dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
 Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
 Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
 Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
 Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
 Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
 Pekerja tidak teliti
 Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi akut
seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran perusahaan
untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian gizi kerja yang
optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi – tingginya.

Gizi dan Kantin


32
Berdasarkan hasil penemuan kami dilapangan adalah sebagai berikut:
 Jumlah total tenaga kerja adalah 482 orang, dengan total pekerja di dapur sebanyak
8 orang.
 Perusahaan menyediakan jatah makan untuk para tenaga kerja pada pukul 12.00-
13.00.
 Fasilitas air minum mineral di dalam dispenser yang bebas dikonsumsi oleh
karyawan dengan menggunakan alat makan/minum sendiri.
 Ruang makan dibentuk oleh tembok berukuran ± 5 x 8 meter, dengan jumlah meja
makan panjang sebanyak 20 buah dan dilengkapi dengan 40 buah kursi panjang.
 Ruang makan memiliki 4 buah lampu dan 28 buah jendela, sehingga pencahayaan
di ruangan tersebut cukup baik.
 Tempat sampah tanpa tutup yang disediakan untuk membuang sampah makanan
secara teratur dibuang oleh petugas cleaning service ke tempat pembuangan limbah.
 Untuk mencuci tangan menggunakan toilet yang ada di dekat ruang makan.
 Pekerja tidak pernah mendapatkan penyuluhan maupun pelatihan mengenai gizi
kesehatan pekerja.
Namun saat melakukan observasi di lapangan, kami tidak bertemu secara langsung
dengan petugas ruang makan itu sendiri dikarenakan petugas di ruang tersebut sudah
pulang sehingga informasi yang kami dapatkan belum cukup mengenai pemenuhan zat
gizi bagi tenaga kerja di PT. Maruki Internasional Indonesia. Adapun tabel Evaluasi
Pemenuhan Gizi Tenaga Kerja Perusahaan PT. Maruki Internasional Indonesia yang
kami peroleh dari staf tenaga kerja di perusahaan tersebut.

Tabel Evaluasi Pemenuhan Gizi Tenaga Kerja Perusahaan PT. Maruki


Internasional Indonesia
No. Jenis Bobot Penilaian Berdasarkan DKBM
Makanan makanan Kalori Protein Lemak Karbohidrat
(gr) (gr) (gr) (gr)
1 nasi 300 1080 20,4 236,7 2,1
2 Ayam kari
-Ayam 76,7 145 15,34 9,204 0,00
-Santan 25 30,5 0,5 2,5 19
3 Sayur sop
-Kol 39,8 69,65 3,184 31,84 0,00
-Wortel 21,1 9,328 2,0655 0,066 0,266

33
4 Bihun
goring 39,8 139,3 3,184 31,84 0,00
-Bihun
5 Pisang
-Pisang 50 49,5 0,65 0,1 12,8
Lampung
Total kalori 1523,278 45,3235 312,25 34,166

4.0 Kesesuaian Pekerja dengan Alat

a. Sikap Kerja

Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja menunjukkan kurang
sesuai dengan aspek ergonomis, terbukti sebagian besar para pekerja bekerja dalam
posisi berdiri ±8 jam, dan juga ketidaksesuainya tinggi meja dan kursi dengan tubuh
pekerja sehingga posisi duduk agak membungkuk. Tidak disediakan kursi yang
adjustable tinggi dan pendeknya yang bisa disesuaikan dengan tinggi badan pekerja.

b. Cara Kerja

Hasil pengamatan mengenai cara kerja, tenaga kerja lebih banyak berdiri selama
proses kerja. Cara kerja yang diamati selama di lapangan yaitu;

1. Posisi kerja di bagian moddang/penghalusan kurang ergonomis karena


pekerja duduk dengan posisi agak membungkuk dan juga para pekerja
yang bekerja dalam posisi berdiri .

2. Proses kerja didapatkan masih banyak para pekerja yang tidak


menggunakan masker, sarung tangan tidak digunakan dengan alasan
membuat tangan tidak nyaman, hampir sebagian besar tidak memakai
pelindung telinga (baik ear plug maupun ear phone).

c. Beban Kerja

Hasil pengamatan didapatkan, setiap tenaga kerja PT. Maruki bekerja dari hari
senin sampai Jumat dengan jam kerja full time senin - jumat pukul 08.00 - 17.00

34
WIta. Waktu istirahat dari pukul 12.00 – 13.00 Wita. Total waktu bekerja adalah
8 jam dan 1 jam waktu istirahat. Setiap tenaga kerja mendapatkan 2 hari libur
sabtu dan minggu.

d. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja karyawan cukup luas sehingga karyawan dapat


bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat duduk juga sudah diatur sesuai
alur produksi, namun tidak disediakan pendingin ruangan dan juga pencahayaan
yang cukup. Lingkungan kerja karyawan pabrik dipenuhi dengan alat dan mesin
produksi sehingga menghasilkan kebisingan, debu, dan serbuk-serbuk kayu
sehingga diperlukan pemakaian APD selama bekerja di lingkungan kerja.

35
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

Dampak yang Upaya Pemecahan


No Unit Kerja Hasil Pengamatan Standar/PP
Terjadi Perusahaan Masalah
Terdapat unit pelayanan Menyediakan 1 Keputusan direktur Klinik perusahaan
kesehatan berupa klinik di klinik dan 1 orang jenderal pembinaan sudah memiliki
lingkungan perusahaan dokter, 1 orang pengawasan seorang dokter
yang dikepalai oleh paramedis, dan 1 ketenagakerjaan dan manager
seorang dokter bidan nomor kep. perusahaan yang
perusahaan. 22/DJPPK/V/2008 bertanggung
Fasilitas jawab dengan
pelayanan fasilitas klinik
1.
kesehatan kesehatan

Unit pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan Menyediakan 1 Perusahaan


dengan dokter jaga terhadap tenaga kerja dokter pengganti menambah jumlah
tersedia hanya pukul tidak maksimal jika dokter utama dan waktu kerja
14.00-16.00 tidak bisa hadir dokter dalam
(Senin,rabu,jumat) perusahaan

26
Didampingi oleh satu
paramedis dan 1 bidan
Tenaga kerja terdaftar - UU no.24 Langkah yang
dalam BPJS kesehatan tahun 2011 diambil pihak
dan ketenagakerjaan tentang BPJS perusahaan sudah
- UU no.40 tepat
tahun 2004
tentang
sistem
jaminan
sosial
nasional
Screening kesehatan Pekerja dapat tidak - Keputusan direktur Dilakukan
berkala dilakukan 2x mengetahui risiko jenderal pembinaan penyuluhan
setahun dan melibatkan kesehatan lain yang pengawasan kesehatan berkala
semua tenaga kerja, mungkin akan ketenagakerjaan bersamaan dengan
Program
2. namun tidak ada didapatkan. (low nomor kep. waktu screening
kesehatan
penyuluhan kesehatan educated) 22/DJPPK/V/2008 kesehatan.

Tidak Terdapat poster Pegawai belum PP no. 50 tahun Perusahaan


atau pemberitahuan mengetahui tata cara 2012 tentang memberikan

27
mengenai tata cara evakuasi jika ada penerapan sistem poster tata cara
evakuasi jika ada bahaya keselamatan dan evakuasi untuk
kecelakaan/bahaya di kesehatan kerja melindungi
lokasi kerja (SMK3) pekerja

Preventif :Dokter Dapat terjadi belum Perusahaan


perusahaan melakukan kecelakaan kerja menyediakan APD memberikan
pemantauan lingkungan sewaktu-waktu di yang lengkap di memberikan APD
kerja secara berkala. perusahaan setiap proses sesuai dengan
Penggunaan APD belum produksi kebutuhan pekerja
berjalan dengan baik di di setiap sektor.
perusahaan.
Kuratif: Dokter Upaya kuratif
perusahaan melakukan dilaksanakan
pengobatan dengan baik
untuk karyawan yang
berobat ke poliklinik

Rehabilitatif: Untuk Peraturan Program


pekerja yang mengalami Pemerintah No.43 rehabilitasi sudah
cacat karena pekerjaan, tahun 1998 tentang

28
dilakukan pengobatan upaya peningkatan berjalan dengan
berkala di poliklinik dan kesejahteraan social seharusnya
diupayakan agar dapat penyandang cacat
bekerja kembali di
lingkungan sebelumnya

3. Pencegahan Perusahaan belum Tingkat kesadaran Belum ada PER. Menjadwalkan


HIV, AIDS, mengadakan program dan pengetahuan 11/MEN/VI/2005 dan melakukan
dan narkoba pencegahan HIV, AIDS, tenaga kerja rendah tentang Pencegahan penyuluhan
dan narkoba dan Penanggulangan tentang narkoba
Penyalahgunaan dan dan HIV secara
Peredaran Gelap berkala
Narkotika, Menerapkan
Psikotropika, dan prosedur K3
Zat Adiktif Lainnya khusus untuk
di Tempat Kerja pencegahan dan
Kep. 68/MEN/2004 penanggulan
tentang Pencegahan HIV/AIDS
dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat
kerja

29
Medical Check Up - - Peraturan Menteri Sudah sesuai
dilakukan pada awal Tenaga Kerja Dan dengan prosedur
rekrutmen karyawan serta Transmigrasi No.
dilakukan berkala setiap 1 Per.02/MEN/1980
tahun dan datanya akan pasal 1 dan 2
disimpan oleh tim dokter
Pemeriksaan perusahaan.
Kesehatan Medical Check Up
4. (Medical Check dilakukan oleh RS yang
Up) bekerja sama dengan
perusahaan PT. Mega
Andalan Kalasan
Dari keterangan tenaga Penyakit akibat kerja - Peraturan Menteri Sudah dilakukan
kerja, terdapat diusahakan untuk Tenaga Kerja Dan sesuai aturan
pemeriksaan Medical dicegah sedini Transmigrasi No. yang ada
Check Up berkala mungkin Per.02/MEN/1980
Pasal 3 dan 4
Terdapat program Resiko PAK Peraturan Menteri Sudah disediakan
pemeriksaan kesehatan cenderung rendah Tenaga Kerja Dan program
khusus bagi karyawan, Transmigrasi No. pemeriksaan
bagi : audiometri, khusus bagi

30
spirometri, Per.02/MEN/1980 karyawan yang
pemeriksaanmata, dll. Pasal 5 berisiko dengan
penyakit terkait

5. Kesesuaian
pekerja dengan
alat
(Ergonomi)
6. Program Gizi perorangan tidak Tenaga kerja tidak Belum ada Peraturan menteri Menyediakan
pemenuhan gizi terpantau mendapatkan asupan kesehatan No.75 makanan yang
tenaga kerja, gizi yang sesuai tahun 2013 tentang sesuai dengan
kantin atau ruang dengan angka kecukupan kebutuhan gizi
makan kebutuhannya selama gizi yang dianjurkan untuk bekerja
8 jam kerja, hal ini bagi bangsa selama 8 jam
dapat menimbulkan indonesia
berkurangnya
produktifitas tenaga
kerja
7. 10 Besar Penyakit Penyakit saluran Produktivitas tenaga ISPA berkaitan UU no.1 th 1970 ttg Program
pada Pelayanan pernapasan, terutama kerja akan menurun erat dengan tenaga keselamatan kerja pelayanan
Kesehatan ISPA merupakan bila pasien sering kerja yang sering kesehatan

31
pernyakit terbanyak sakit dan akan terpajan debu dari promotif perlu
dialami tenaga kerja berdampak pada hasil pengolahan lebih digencarkan.
perusahaan perusahaan. kayu. Oleh karena Jika perlu
itu, perusahaan pengawasan
telah menyediakan terhadap tenaga
masker untuk kerja diperketat
tenaga kerja. dan diberikan
Namun, masih sanksi pada
banyak tenaga pekerja yang tidak
kerja yang tidak mengikuti aturan
menggunakan terkait K3.
masker dengan
alasan tidak
nyaman.
8. Penyakit Akibat Belum ada ada laporan Belum ada Belum ada Permenakertrans No Melakukan
Kerja yang mengenai penyakit akibat Per. 01/Men/1981 investigasi
Terjadi yang terjadi pada tenaga tentang kewajiban mendalam dan
kerja perusahaan lapor penyakit akibat memulai rekap
kerja data dalam hal
Keputusan menteri PAK yang terjadi
tenaga kerja No.333 sehingga

32
tahun 1989 tentang tindakan yang
diagnosis sesuai dapat
dan laporan penyakit dilakukan sedini
akibat kerja mungkin.

9. P3K Tidak terdapat ruang P3K Peraturan menteri Menyediakan


maupun Kotak P3K pada tenaga kerja dan ruang P3K
setiap sektor produksi transmigrasi ataupun kotak
Republik Indonesia P3K di sektor
Nomor: produksi yang
PER.15/MEN/VIII/2 sesuai dengan
008 tentang ketentuan
Pertolongan perundang-
Pertama Pada undangan
Kecelakaan Di
Tempat Kerja

33
Tidak ada personil P3K - Dapat terjadi Mengisi unit P3K
khusus, hanya dilakukan kesalahan ataupun dengan unit yang
oleh teman-teman tenaga kekeliruan dalam terlatih dan
kerja setempat memberikan memiliki sertifikat
pertolongan pelatihan
pertama pada
kecelakaan kerja

10. Personil Terdapat fasilitas Dengan dokter jaga Belum ada Peraturan menteri Langkah yang
kesehatan pelayanan kesehatan hanya berjumlah 1 tenaga kerja nomor diambil oleh
berupa klinik dengan orang yang hanya per 03/men/1982 pihak perusahaan
dokter jaga tersedia hanya jaga 3x dalam tentang pelayanan hendaklah
pukul 14.00-16.00 seminggu dan l kesehatan kerja menambah jumlah
(Senin,rabu,jumat) system oncall dokter dokter dan tenaga
Didampingi oleh satu jaga, dikhawatirkan Undang undang kesehatan karena
paramedis dan 1 bidan bilamana terjadi nomor 1 tahun 1970 jumlah yang ada
kegawatdaruratan tentang keselamatan sekarang terlalu
pekerja pada saat kerja sedikit
ditempat kerja yang dibandingkan
tidak bisa ditangani dengan jumlah
oleh perawat, akan tenaga kerja dan

34
menimbulkan membuat sistem
ancaman jiwa jaga untuk dokter
jaga selalu
standby.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil walkthough survey yang kami lakukan, maka kesimpulan yang dapat
ditarik adalah :

- Dari aspek ergonomi masih belum sesuai dengan tenaga kerja, sudah diakan
penyuluhan tentang kerja ergonomis namun tidak disediakannya kursi yang
bisa diatur tingginya sesuai dengan tinggi badan pekerja.

- Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, pekerja diberikan makan dengan gizi
seimbang yang diatur oleh tim menu dari kantin yang disediakan oleh
perusahaan.

- Dari aspek pemeriksaan kesehatan sudah sesuai dengan aturan, perusahaan


melakukan medical check up pada pemeriksaan kesehatan awal sebelum
menerima pekerja dan setiap setahun sekali pada pekerja. Dilakukan juga
pemeriksaan khusus pada karyawan yang berisiko tinggi.

- Dari aspek program kesehatan, perusahaan belum mengadakan penyuluhan


berkala untuk mengedukasi pekerja tentang risiko kesehatan lain yang
mungkin dapat diderita oleh pekerja.

- Dari aspek pencegahan HIV, AIDS, dan narkoba, perusahaan tidak


melakukan pemeriksaan pada pekerja sesuai peraturan pemerintah.

- Ditinjau dari segi sarana P3K sudah belum tersedia tersedia disetiap sektor
produksi

- Ditinjau dari segi personil kesehatan terdapat 1 dokter yang stand by selama
jam kerja dan on call diluar jam kerja, 1 paramedis yang stand by, dan 1
36
bidan.

- Ditinjau dari segi 10 besar penyakit akibat kerja yang dialami, angka
kejadian ISPA cukup tinggi.

- Ditinjau dari segi penyakit akibat kerja yang dialami, belum ada laporan
- Ditinjau dari segi fasilitas kesehatan, perusahaan memiliki 1 klinik
perusahaan dengan 1 orang dokter perusahaan, 1 paramedis, dan 1 bidan.

5.2 Saran

Dari hasil walkthrough survey yang kami lakukan, maka kami ajukan beberapa
saran yaitu :

- Dokter perusahaan standby setiap hari di perusahaan

- Melakukan sosialisasi dan pelatihan petugas kesehatan demi kelangsungan


program kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif)

- Pemberian kursi yang bisa diatur tingginya sesuai tinggi badan pekerja agar
lebih ergonomis.

- Perusahaan menyediakan dan memasang pemberitahuan tentang nama dan


lokasi P3K di tempat kerja pada tempat yang mudah terlihat.

- Perusahaan melaporkan setiap PAK yang terjadi.

37
BAB VI

PENUTUP

PT. Mega Andalan Kalasan adalah sebuah perusahaan yang menjalankan usaha dalam
bidang furniture dan mendapatkan akreditasi untuk:

• Sistem Manajemen Mutu

• Sistem Manajemen manajemen lingkungan

• Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja

PT. Mega Andalan Kalasan dari hasil walkthrough survey yang kami laksanakan,
perusahaan telah mengimplementasikan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
(SMK3), namun masih terdapat kekurangan.

Semoga makalah ini dapat membantu dalam menyikapi permasalahan yang ada dan
perbaikan perusahaan dalam aspek kesehatan dan keselamatan kerja.

38
39
40

Anda mungkin juga menyukai