Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II


“PEMBERIAN OBAT”

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

dr. Endra Nastiti Donasari

Disusun Oleh :

Nama : Mar’atus Sholihah

NIM : P1337425218002

Semester : IV

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

D IV TERAPIS GIGI DAN MULUT

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

TAHUN 2020
Dalam pemberian obat ada beberapa hal yang harus di perhatikan demi meminimalisir kesalahan
di antaranya :

 Prinsip 6 benar pemberian obat :


1. Benar pasien

Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien.

2. Benar obat

Selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan harus di periksa
minimal 3 kali.

3. Benar dosis

Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati dan
teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di lanjutkan
ke pasien.

4. Benar cara/rute

Ada banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati agar
tidak terjadi kesalahan pemberian obat.

5. Benar waktu

Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya bagi obat yang efektivitas tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan darah yang memadai, ada beberapa obat yang diminum
sesudah atau sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak oleh di berikan
bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar obat itu,sebelum dapat di
serap tubuh.

6. Benar dokumentasi

Setelah obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu di berikan, dan jika pasien menolak pemberian obat maka harus di
dokumentasikan juga alasan pasien menolak pemberian obat.
TUJUAN PEMBERIAN OBAT :

Memberikan obat sesuai dengan prosedur agar mendapatkan efek obat yang di inginkan
dan bisa memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan yang di
rasakan oleh seseorang.

Untuk mengetahui dengan lebih jelas, berikut adalah berbagai macam cara pemberian obat :

A. Pemberian obat secara Oral


1. Definisi oral
Oral adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat
iniOral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis,
paling nyaman dan aman.
Oral merupakan suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara
memberikan obat-obatan  sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Obat dapat juga
diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.. Kelemahan dari
pemberian obat secara oral adalah efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna
sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit
(rasa jadi tidak enak).

 
Gambar 1.1 gambar pemberian obat melalui oral
Gambar 1.2 gambar pemberian obat dengan usia beberapa tahun

2.  Tujuan pemberian
Tujuan dari pengobatan ini yaitu agar suatu obat dapat mencapai tujuan kesembuhan,
molekul obat harus dapat diabsorpsi pada saluran pencernaan dan masuk ke dalam sistem
sirkulasi dalam jumlah yang diinginkan. Karenanya pemberian obat yang paling menyenangkan
adalah pemberian secara oral. Hal tersebut dikatakan Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara (USU) Prof. Matheus Timbul Simanjutak.
Dari berbagai hasil penelitian memperlihatkan keberhasilan strategi untuk meningkatkan
absorpsi obat dengan pemberian melalui oral dengan merancang struktur molekul berdasarkan
mekanisme transpor obat melalui membran usus halus.

3. Persiapan alat
a. Baki berisi obat
b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c. Pemotong obat (bila diperlukan)
d. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e. Gelas pengukur (bila diperlukan)
f. Gelas dan air minum
g. Sedotan
h. Sendok
i. Pipet
j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
4. Prosedur kerja
a.     Siapkan peralatan dan cuci tangan
b.     Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya
program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
c.    Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan
laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
d. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang
diperlukan)Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan
dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga
kebersihan obat).

Gambar 1.3 peralatan pemberian obat

1)        Tablet atau kapsul


a.     Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
b.     Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang
diperlukan.
c.     Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil
dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian
farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat
mempengaruhi daya kerjanya.

Gambar 1.4 kapsul dan tablet

2) Obat dalam bentuk cair


a. Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat
yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
b. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup
botol bagian dalam.
c. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah
menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak
bisa dibaca dengan tepat.
d. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
e. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
f. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk
mengambilnya dari botol.

 Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.


1)        Identifikasi klien dengan tepat.
2)        Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh
klien.
3)        Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu
mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
4)        Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan
obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan
dan mencegah aspirasi.
5)        Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda
tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
6)        Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel
kemudian cuci tangan.
7)        Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.

Gambar 1.5 obat cair

B. Pemberian obat secara Sublingual


1. Definisi sublingual
Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah
agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan
pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan
hati dapat dihindari.
Gambar 1.6 Rute pemberian obat secara sublingual

Gambar 1.7 pemberian obat secara sublingual

Gambar 1.8 infeksi yang membutuhkan pengobatan sublingual


                         
2. Persiapan
  Cek perencanaan Keperawatan klien
   Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan Persiapan Alat
   Obat yang sudah ditentukan
    Tongspatel (bila perlu )
    Kasa untuk membungkus tongspatel

3. Pelaksanaan
   Perawat cuci tangan
   Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk
mengangkat lidahnya
   Meletakan obat dibawah lidah
   Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt
   Perawat cuci tangan
   Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat

C. Pemberian obat secara parentral


1. Definisi parenteral
Parenteral adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui
saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Pemberian obat parenteral merupakan
pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau
pembuluh darah dengan menggunakan spuit. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju
sasara. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif.
Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke
dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain
b. Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
c. Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)
d. Memberikan zat imunologi
Gambar 1.9 Pemberian obat secara parentral

Gambar 2.0 Perawatan pemberian obat secara parentral

Gambar 2.1 Lokasi injeksi


3. Jenis pemberian obat secara parenteral :
o   Intra cutan : menyuntikkan obat ke jaringan dermis dibawah epidermis
o   Sub cutan   : menyuntikkan obat ke jaringan  di bawah lapisan dermis
o   Intra muscular:   menyuntikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh
o   Intra vena: menyuntikkan obat ke dalam vena

Keuntungan :
  Bisa diberikan pada klien yang tak sadar/ tak kooperatif
  Bisa diberikan bila obat tidak dapat diabsorpsi melalui gastrointestinal
  Obat dapat diabsorpsi lebih cepat

Kerugian:
  Klien terutama anak merasa takut/ cemas
  Menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit
  Dapat menyebabkan infeksi, perlu teknik steril

INJEKSI INTRA CUTAN


Tujuan :
  Mendapatkan reaksi setempat
  Memberikan kekebalan/ imunisasi
Tempat Penyuntikkan :
  Lengan atas : 3 jari  dibawah sendi bahu, ditengah musculus deltoideus. Ex : bcg
  Lengan bawah :  bagian depan 1/3 dari lekukan siku, di kulit yang sehat jauh dari pembuluh
darah
Alat2 yang diperlukan :
 Spuit + obat
 Kom
 Kapas alkohol
 Bak instrumen
 Bengkok
Gambar 2.2 Injeksi Intra Kutan

Gambar 2.3 Injeksi intra kutan


Cara Kerja
1.      Tahap orientasi
 Beri salam, panggil klien
  Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2.      Tahap Kerja
  Cuci tangan
  Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
   Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
  Jaga privasi klien
   Pilih tempat penusukkan
   Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
   Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
   Desinfeksi daerah penyuntikkan
   Tegangkan kulit dengan tangan non dominan
  Masukkan jarum dengan sudut 15-20 derajat, posisi jarum menghadap ke atas
  Masukkan obat sampai terjadi gelembung berwarna putih pada kulit,tarik jarum
   Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
   Lingkari daerah penyuntikkan
  Buang spuit ke bengkok
   Rapikan klien
   Bereskan alat

3.      Tahap terminasi


 Evaluasi kegiatan
 Akhiri kegiatan
 Cuci tangan
 Dokumentasi
INJEKSI SUB CUTAN
Tempat penyuntikan
 Lengan atas sebelah luar 1/3 dari bahu
 Paha sebelah luar 1/3 dari sendi panggul
 Perut sekitar umbilical

Alat2 yang diperlukan :


  Spuit + obat
   Kom
   Kapas alkohol
   Bak instrumen
   Bengkok

Cara Kerja
1.      Tahap orientasi
 Beri salam, panggil klien
 Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2.      Tahap Kerja
  Cuci tangan
  Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
  Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
  Jaga privasi klien
  Pilih tempat penusukkan
  Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
  Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
  Desinfeksi daerah penyuntikkan
  Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan tangan non dominan
  Lakukan penyuntikkan dgn tangan dominan posisi jarum membentuk sudut 45 derajat,
  Tarik plunger, observasi adanya darah bila tak ada masukkan obat
  Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penyuntikkan
  Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
  Buang spuit ke bengkok
  Rapikan klien
  Bereskan alat
3.      Tahap terminasi
  Evaluasi kegiatan
  Akhiri kegiatan
  Cuci tangan
  Dokumentasi

Gambar 2.4 Injeksi Sub kutan


Gambar 2.5 Letak pemberian subkutan

INJEKSI INTRA MUSCULAR


Tempat Penyuntikkan :
 Musculus gluteus maximus kanan/kiri, 1/3 SIAS ke tulang ekor
 Otot paha
 Otot pangkal lengan
Alat2 yang diperlukan :
 Spuit + obat
  Kom
  Kapas alkohol
  Bak instrumen
  Bengkok
Cara Kerja
1.      Tahap orientasi
   Beri salam, panggil klien
    Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2.      Tahap Kerja
 Cuci tangan
 Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
  Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
  Jaga privasi klien
  Pilih tempat penusukkan
  Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
  Bebaskan daerah penyuntikkan dari pakaian
  Desinfeksi daerah penyuntikkan
  Tegangkan kulit pada otot yang akan disuntik dengan ibu jari dan tangan non dominan
  Lakukan penyuntikkan dgn tangan dominan posisi jarum membentuk sudut 90 derajat,
  Tarik plunger, observasi adanya darah bila tak ada masukkan obat
  Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penyuntikan
  Bersihkan tempat penyuntikkan dengan kassa steril secara perlahan
  Lingkari daerah penyuntikkan
  Buang spuit ke bengkok
  Rapikan klien
  Bereskan alat
3.      Tahap terminasi
  Evaluasi kegiatan
  Akhiri kegiatan
  Cuci tangan
  Dokumentasi

Gambar 2.6 Injeksi Intar muscular


INJEKSI INTRA VENA
Tempat penyuntikkan
   Lengan: vena mediana cubiti
   Tungkai: vena Xapheneus
    Leher : vena jugularis
    Kepala: vena frontalis, vena temporalis
Alat2 yang diperlukan :
 Spuit + obat
 Kom
  Kapas alkohol
  Bak instrumen
  Bengkok
  torniquet
  perlak
Cara Kerja
1.      Tahap orientasi
   Beri salam, panggil klien
   Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat
2.      Tahap Kerja
  Cuci tangan
   Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan dilakukan
   Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
   Jaga privasi klien
   Pilih tempat penusukkan
    Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih
    Letakkan alas /perlak di bawah bagian tubuh yang akan disuntik
    Pasang torniquet, anjurkan klien untuk mengepalkan tangan
   Desinfeksi daerah penyuntikkan
    Tegangkan kulit dengan tangan non dominan, tusukkan jarum ke dalam vena sejajar dengan
vena, jarum menghadap ke atas
    Anjurkan klien membuka kepalan sambil membuka torniquet, secara perlahan masukkan
obat
   Meletakkan kapas alkohol di atas jarum suntik, tarik spuit jika perlu beri plester
    Buang spuit ke bengkok
    Rapikan klien
    Bereskan alat
3.      Tahap terminasi
  Evaluasi kegiatan
  Akhiri kegiatan
  Cuci tangan
  Dokumentasi

Gambar 2.7 Injeksi intra vena

D.  Pemberian Obat Secara Anus/Rektum


1. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum,
dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian
obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada
daerah feses dan merangsang buang air besar.

Gambar Pemberian Obat melalui anus.


Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang
berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat
aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini
diberikan tepat pada dinding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada
pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Pemberian Obat yang dilakukan melalui anus atau rektum dengan tujuan memberikan
efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga pemberian obat supositorium.
Contoh pemberian yang memiliki efek lokal seperti pada obat dulkolak supositoria yang
berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi. Contoh efek sistemik adalah pemberian
obat aminofilin supositoria dengan fungsi mendilatasi bronkial. Pemberian obat supositoria ini
diberikan tepat pada dinding mukosa rektal yang melewati sfingter anus interna. Kontra indikasi
pada pasien yang mengalami pembedahan rektal. Suppositoria adalah sediaan padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui anus atau rektum. Umumnya berbentuk
torpedo dapat meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak
sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau
sistematik. (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Suppositoria merupakan obat luar karena penggunaannya tidak melewati mulut dan tidak
menuju ke arah lambung, hanya dimetabolisme dalam darah dan dinding usus.
  Salep (cream) adalah sediaan yang digunakan untuk pemberian topikal ke area perianal.
Sebagian besar digunakan untuk terapi kondisi lokal pruritis anorektal, inflamasi dan nyeri atau
ketidaknyamanan akibat wasir.
 Contohnya:
         Astrigents (Zinc oxide)
         Pelindung dan pelicin (cocoa butter dan lanolin)
         Anestesi lokal (Pramoxine HCl)
         Antipruritis serta agen antiinflamasi (Hidrokortisone)
Beberapa produk rectal cream, gel, dan ointment komersial yaitu : ANUSOL ointment,
TRONOLANE cream, ANALPRAM-HC cream, dan DIASTAT Gel.
Cair (larutan) Rektal adalah sediaan rektal yang sangat sedikit digunakan, karena tidak
menyenangkan dan kepatuhan pasien rendah. Dalam banyak kasus, sediaan ini digunakan untuk
memasukkan media atau agen untuk rontgen saluran pencernaan bagian bawah. Walaupun
absorpsi obat dari larutan lebih baik daripada dari suppositoria solid, tetapi penggunaan jarang
sekali. Contoh : ROWASA rectal suspension enema (mesalamine), ASACOL rectal suspension
enema (mesalazine).
Rektal aerosol atau busa rektal aerosol disertai dengan aplikator untuk memudahkan
penggunaannya.
Aplikator dimasukkan ke dalam wadah berisi produk, serta terdapat alat pengatur dosis obat
aerosol. Aplikator dimasukkan ke dalam anus dan obat dapat diberikan melalui rektal.
Beberapa contoh rektal aerosol : PROCTOFOAM HC (Hidrocortisone dan Pramoxine),
CORTIFOAM (Hidrocortisone).
2.  Tujuan
Memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces dan
merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.
3.  Alat Dan Bahan : 
1) Obat supositorium dalam tempatnya
2) Sarung tangan
3) Kain kasa
4) Vaselin/pelicin/pelumas
5) Kertas tisu
4.  Prosedur Kerja : 
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan 
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
5) Olesi ujung obat supositorium dengan pelicin
6) Minta pasien mengambil posisi tidur miring (sims) lalu regangkan bokong dengan tangan
kiri. Kemudian masukkan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter interna dan
mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm
untuk anak/bayi
7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu 
8) Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih 15 menit
9) Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakkan di bengkok
10) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 
11) Catat prosedur dan respons pasien

5.  Penyakit yang biasa terjadi pada rectum


Proktitis (radang lapisan rektum) DEFINISI Proktitis adalah peradangan pada lapisan rektum
(mukosa rektum).  Pada proktitis ulserativa, ulkus (luka) muncul pada lapisan rektum yang
meradang. Hal ini bisa mengenai rektum bagian bawah selebar 2,5-10 cm.  Beberapa kasus
sudah memberikan respon terhadap pengobatan; yang lainnya menetap atau kambuh dan
membutuhkan pengobatan jangka panjang.  Beberapa kasus akhirnya berkembang menjadi
kolitis ulserativa.

Gambar Radang Pada lapisan rectum

6.    Penyebab, Gejala,  Diagnosa dan Pengobatan


Penyebab
Proktitis memiliki beberapa penyebab :
1) Penyakit Crohn atau kolitis ulserativa
2) Penyakit menular seksual (gonore, sifilis, infeksi Chlamydia trachomatis, herpessimpleks,
infeksi sitomegalovirus), terutama pada laki-laki homoseksual.
3) Bakteri spesifik seperti Salmonella
4) Penggunaan antibiotik tertentu yang merusak bakteri usus normal dan memungkinkan
bakteri lainnya tumbuh
5) Terapi penyinaran pada rektum atau di sekitar rektum.
Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan memiliki resiko tinggi terhadap
terjadinya proktitis, terutama pada infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks atau
sitomegalovirus.

GEJALA
Proktitis terutama menyebabkan  perdarahan yang tidak nyeri atau pengeluaran lendir
dari rektum. Jika penyebabnya gonore, herpes simpleks atau sitomegalovirus, anus dan rektum
akan terasa sangat nyeri.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan proktoskop atau
sigmoidoskop dan hasil pemeriksaan dari contoh jaringan lapisan rektum.
Pemeriksaan laboratorium bisa menemukan jenis kuman, jamur atau virus yang menjadi
penyebabnya. Daerah lain dari usus juga bisa diperiksa dengan menggunakan kolonoskop atau
barium enema.

PENGOBATAN
Antibiotik merupakan pengobatan terbaik untuk proktitis yang disebabkan oleh infeksi
kuman spesifik.Jika proktitis disebabkan karena penggunaan antibiotik yang merusak flora
normal usus, bisa digunakan metronidazole atau vancomycin untuk menghancurkan kuman yang
merugikan. Bila penyebabnya adalah terapi penyinaran atau tidak diketahui, bisa diberikan
kortikosteroid (misalnya hydrocortisone dan mesalamine). Keduanya dapat diberikan sebagai
enema (cairan yang dimasukkan ke dalam usus/usus besar) atau sebagai suppositoria (obat yang
dimasukkan melalui dubur). Kortison diberikan dalam bentuk busa yang dimasukan dengan
bantuan alat khusus.Sulfasalazine atau obat serupa bisa diberikan per-oral (melalui mulut) dalam
waktu bersamaan

Anda mungkin juga menyukai