Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL PENELITIAN

OPINI MASYARAKAT TENTANG MALPRAKTEK


KEDOKTERAN
Hardisman

Bagian Anestesiologi,
Bagian Pendidikan Kedokteran,Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
email : hardisman@fk.unand.ac.id

Abstrak
Dalam menjalankan profesinya, dokter harus taat pada norma-norma
sosial, etika profesi dan hukum. Pelanggaran akan nilai-nilai tersebut dapat
menjadi sorotan masyarakat, dan bisa berlanjut kepada tuduhan malpraktek
kedokteran. Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana opini masyarakat
tentang malpraktek kedokteran yang dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip etika
kedokteran. Untuk menjawab tujuan penelitian ini telah dilakukan online survei
deskriptif dan kualitatif pada Bulan November 2009-Oktober 2010, dengan
menggunakan kuisioner terstruktur dan pertanyaan terbuka. Respoonden
didapatkan dengan teknik sampling non-probabilitas convenience sampling. Data
dianalisa menggunakan prinsip-prinsip etika kedokteran secara deskriptif. Data
kualitatif juga dilakukan analisa tematik serta ditampilkan dalam bentuk narasi.
Secara umum opini masyarakat tentang malpraktek kedokteran sesuai dengan
pandangan prinsip-prinsip etika kedokteran. Masyarakat berpendapat bahwa
terjadinya malpraktek ada unsur kesalahan prosedur atau diagnosis dan
penatalaksanaan. Namun, mereka cendrung pada filosofis konsekuentialis yang
lebih menitik beratkan kepada akibat yang dialami oleh pasien yang kurang
mempertimbangkan apa yang telah dilakukan dokter berdasarkan standar medis.
Bahkan, ungkapan responden yang dianggapnya sebagai malpraktek lebih
disebabkan karena ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan.
Ketidakpuasan tersebut timbul akibat rendahnya kualitas informasi dan sikap
komunikasi dokter dan petugas dalam melakukan pelayanan. Oleh karena itu,
untuk memperbaiki opini masyarakat dan mencegah berbagai tuduhan
malpraktek, dokter dan petugas kesehatan harus mentaati etika dan standar profesi
dalam melakukan pelayanan, serta memberikan informasi yang cukup dan
komunikasi yang baik dengan pasien.
Kata Kunci: Malpraktek kedokteran, etika, dan opini masyarakat.

Abstract
In providing services, medical professionals have to aware on social
norms, ethics and laws. The behaviours which against those regulations attract
public attention and can lead to medical malpractice allegations. This research
was conducted to explore public opinion on medical malpractice, which was
analyzed base on medical ethic principles. To answer the research question,
descriptive and qualitative online survey has been conducted from November

73
2009 to October 2010, which used structured and open ended questionnaire. The
participants were selected by employing non-probability convenience sampling.
Later, the quantitative data was analyzed descriptively, and the qualitative data
was also analyzed thematically and presented narratively. In general, public
opinion on malpractice is similar to the principles of medical ethics. They believe
that wrong procedures, diagnosis and treatments are factors of the malpractice.
However, the participants adopt more consequentialism philosophy, which
emphasize on effect on patients and lack of consideration what the doctors has
done base on medical standards. More over, participants' explanations on medical
malpractice are expression of dissatisfaction of medical services. The
dissatisfaction is as a result of low of quality of information and attitude of
doctors and other staffs in providing the services. Threfore, to improve public
opinion on medical service and prevent medical malpractice allegation, doctors
and other staffs have to obey professional standards and ethics, providing
adequate information and good communication.
Key word : Medical malpractice, ethics, and public opinion.

74
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juli 2012 75

Pendahuluan prinsip beneficence/non-maleficence


Dalam menjalankan profesinya, (memberikan manfaat/dan tidak
dokter harus berpedoman pada standar memperburuk keadaan), respect for the
dan etika profesi. Etika kedokteran autonomy (menghormati hak-hak
tersebut merupakan salah satu aplikasi pasien), justice (keadilan) and personal
dari filosofi etika. Oleh karena itu, integrity (integritas pribadi tenaga
teori-teori fislosofi etika menjadi medis).(6,7) Perilaku yang bertentangan
landasan berpijak dari etika kedokteran, dengan prinsip-prinsip tersebutlah yang
yaitu consequantialism (konsekuentia- merupakan suatu malpraktek kedok-
lisme), deontologism (deontologisme) teran.(6,7)
dan virtues of ethics (virtue etik).(1-4) Di Indonesia, masyarakat mulai
Konsekuentialis menilai baik mengkritisi dan memberikan perhatian
buruk suatu perbuatan berdasarkan serius terhada prilaku dan tindakan pro-
akibat dari perbuatan itu, bukan berda- fesional tenaga kesehatan. Banyak
sarakan proses atau prosedur tindakan masyarakat meningkat kesadarannya
yang dilakukan. Berdasarkan sudut akan hak-hak nya sebagai pasien saat
pandang konsekuantialis, suatu tindakan mendapatkan pelayanan kesehatan.
dikatakan salah jika efek yang ditimbul- Khususnya sejak dikeluarkannya
kannya adalah buruk. Sebaliknya, deon- Undang-Undang No. 29 tahun 2004
tologis melihat baik buruknya suatu tentang Praktek Kedokteran.(8) Dengan
perbuatan, berdasarkan prosedur atau merujuk pada UU tersebut, masyarakat
proses perbuatan tersebut. Dalam makin sadar bahwa dokter dapat ditun-
menilai benar atau salah suatu tindakan tut ke pengadilan bila dicurigai melaku-
medis, deontologis berpijak pada kan tindakan yang melanggar etika atau
standar profesi baku dari pada kondisi hukum.(9) Tentunya, bila kesadaran akan
pasien akibat tindakan tersebut. Sedang- hak dan tuntutan yang berlebihan
kan virtuis menilai bahwa baik buruk- tersebut bila tidak diiringi dengan
nya suatu tindakan dinilai berda-sarkan pemahaman yang cukup tentang sisitim
nurani atau niat dari sipelaku. Dalam dan kondisi pelayanan kesehatan, maka
hal ini, meskipun sulit dinilai, virtuis ketidakpuasan akan pelayanan keseha-
akan menilai suaru tindakan tersebut tan dengan mudah memberikan tuduhan
adalah salah jika niat dan tujuan malpraktek.
sipelaku melakukannya adalah untuk Penelitian ini dilakukan untuk
kejahatan, meskipun yang ia lakukan menilai bagaimana opini atau pan-
sesuai dengan prosedur yang benar dan dangan masyarakat tentang malpraktek
akhirnya tidak menimbulkan dampak kedokteran, yang dibandingkan atau
negatif.(1-4) Landasan filosofis ini perlu dianalisis dengan prinsip-prinsip etika
dimengerti untuk menilai dan mengana- kedokteran.
lisa pandangan masyarakat nantinya
terhadap tindakan medis. Tambahan Metode
lagi, karena dalam prakteknya, landasan Penelitian ini dilakukan pada
filosofis tersebut selau terkait satu sama Bulan November 2009 Oktober 2010.
lain dalam menilai suatu tindakan medis Metode pengumpulan data pada
yang diterapkan kasus-perkasus(5) atau penelitian ini adalah survei online,
bahkan sesuai norma dan hukum dengan fasilitas eSurveysPro dan
dimana kasus itu terjadi.(6) menggunakan kuisioner sebagai instru-
Etika kedokteran dan kode etik men pengumpulan data. Penelitian ini
profesi medis didasarkan atas prinsip- bersifat deskriptif dan kualitatif, yang
Hardisman, OPINI MASYARAKAT TENTANG MALPRAKTEK KEDOKTERAN 76

mana sebahagian data-data yang dikum- menggunakan metode ini, syarat etika
pulkan bersifat kualitatif, dengan meng- penelitian terpenuhi.
gunakan pertanyaan terbuka sehingga Sebelum dilakukan pengolahan
responden bisa mengemukakan panda- data, respon yang akan diolah harus
patnya secara bebas dan terbuka ter- memenuhi syarat untuk dilakukan
hadap isu yang ditanyakan, dan tidak pengolahan data, yaitu pengisian data
dibatasi pada isian atau skala teretentu. lengkap dan tidak terjadi pengisian
Responden penelitian didapat- ganda (yang ditandai dengan identitas
kan dengan menggunakan sampling responden dan IP address komputer
non-probabilitas convenience sampling, sama). Selain itu, untuk menghindari
yakni kesediaan responden secara bias opni masyarakat, responden yang
sukarela untuk berpartisipasi pada pene- berprofesi sebagai dokter juga dieks-
litian ini. Responden diundang untuk klusi dari pengolahan data.
berpartisipasi pada penelitian ini Selanjutnya data-data kuantitatif
melalui email langsung, mailing list dan dianalisa secara deskriptif, sedangkan
atau jejaring sosial facebook. data-data kualitatif dilakukan analisa
Alasan menggunakan metode tematik. Data-data kuat pendukuang
survei online dan metode sampling juga ditampilkan dalam bentuk narasi.
non-probabilitas convenience sampling Data-data dianalisa menggunakan pen-
adalah untuk mendapatkan cakupan dekatan prinsip-prinsip etika kedok-
yang lebih luas diseluruh Indonesia. teran.
Selain itu, karena sifat data yang diha-
rapkan adalah opnini atau pendapat Hasil
terbuka, sehingga reponden yang mau Didapatkan 146 responden yang
berpartisipsi pada penelitian ini adalah memenuhi syarat untuk dilakukan
mereka mau memberikan pendapat pengolahan data pada penelitian ini.
mereka tentang isu yang ditanyakan. Responden penelitian ini tersebar
Pertimbangan etika suatu penelitian hampir pada semua wilayah Indonesia,
juga menjadi alasan dipilihnya metode responden ada yang berada di Jakarta,
ini, karena untuk memberikan respon kota-kota di Pulau Jawa, Sumatera,
pada suatu penelitian sosio-medis, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa
seharusnya reponden memberikan per- Tenggara, Kepulaan Maluku dan Papua.
setujuan dan tanpa paksaan. Dengan dan terdapat juga berada di luar ngeri.
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juli 2012 77

Tabel 1. Karakteristik Responden

Variabel Jumlah (n=146)


f %
< 25 0 0,00 %
Umur
25 - 30 32 21,92 %
> 30 - 35 51 34,93 %
> 35 - 40 38 26,03 %
> 40 - 45 16 10,96 %
> 45 9 6,16 %
Jenis Kelamin Laki-Laki 83 56,85 %
Perempuan 63 43,15 %
Profesi Dosen 91 62,32 %
PNS (Non Guru/ Dosen) 30 20,54 %
Guru 5 3,43 %
Pegawai BUMN 5 3,43 %
Pegawai Perusahaan Swasta 5 3,43 %
Praktisi: Hukum atau Akuntan 3 2,05 %
Pegawai/ Aktifis LSM 2 1,37 %
Swasta Mandiri/ Enterprenuer 1 0,68 %
Lain-Lain 4 2,74 %

Responden berusia dari 25 hingga di- apa yang dimaksud dengan malpraktek
atas 45 tahun, dengan yang terbanyak kedokteran. Dari 138 responden ter-
berkisar >30-35 tahun (34,93%). sebut, 84,05% mengemukakan bahwa
Distribusi jender responden terdiri dari mereka mendapat pengetahuan tentang
56,85% laki-laki dan 43,15% perem- malpraktek dari media massa, seperti
puan. Sedangkan profesi responden yang dapat dilihat pada tabel 2.
terbanyak adalah dosen (62,32%) dan Berdasarkan informasi yang didapatnya
PNS Non-Guru/Dosen (20,54%), di media massa tersebut, umumnya
seperti yang dapat dilihat pada tabel 1. (81,16%) responden berpendapat bahwa
Dari total 146 responden ter- malpraktek cukup banyak terjadi.
sebut, 138 (94,5%) merasa tahu tentang
Hardisman, OPINI MASYARAKAT TENTANG MALPRAKTEK KEDOKTERAN 78

Tabel 2. Sumber Informasi tentang Malpraktek Kedokteran

Sumber Informasi Jumlah


f %
Media Massa 116 84,06 %
Pelajaran Sekolah/ Perkuliahan 10 7,25 %
Orang Lain (Teman, saudara dll) 6 4,35 %
Bacaan lainnya (Bukan media massa dan bukan bagian pelajaran 5 3,62 %
sekolah)
Lainnya 1 0,72 %
Jumlah 138 100 %

Secara umum responden berpendapat termasuk demi untuk memperoleh


bahwa malpraktek kedokteran merupa- uang semata tanpa memikirkan
kan kesalahan yang dilakukan oleh resiko dan akibat yang terburuk
dokter sehingga berakibat buruk bagi bagi pasien (R1).
pasien. Sebagaimana halnya responden
mengungkapkan, bahwa malpraktek Beberapa aspek tematik yang
kedokteran adalah: sering diungkapkan oleh responden
Adanya upaya dari tenaga medis yang disebut sebagai malpraktek adalah
yang mengadakan kegiatan praktek mengakibatkan kondisi pasien ber-
kedokteran yang tidak sesuai tambah buruk, kecacatan atau fatal
dengan ketentuan-ketentuan yang (34,06%), seperti terlihat pada tabel 3.
diatur didalam etika kedokteran,

Tabel 3. Opini Responden tentang Malpraktek

Tema Jumlah (n=138)


f %
Resiko buruk pasien, kecacatan atau kematian 47 34,06 %
Dilihat dari Aspek
Tidak menghargai hak-hak pasien 3 2,17 %
Pasien
Penanganan tidak dengan persetujuan 2 1,45 %
Tidak mendapatkan penjelasan tentang alternatif 1 0,72 %
pengobatan
Tidak mendapat penjelasan tentang resiko 1 0,72 %
pengobatan/ tindakan
Dilihat dari Aspek Tidak sesuai ketentuan etika kedokteran 22 15,95 %
Dokter/ Tenaga
Penanganan diluar atau tidak sesuai bidang 16 11,59 %
Medis
keahlian
Kurang teliti dan hati-hati atau kelalaian 14 10,14 %
(careless)
Mengharapkan keuntungan semata atau finansial 9 6,52 %
Tindakan ilegal (melawan hukum)/ 5 3,62 %
penyalahgunaan profesi
Dilihat dari Proses Kesalahan pengobatan atau penatalaksanaan 34 22,63 %
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juli 2012 79

Tindakan Kesalahan prosedur atau tidak sesuai SOP 31 22,46 %


Kesalahan pemeriksaan atau diagnosis 23 16,67 %
Tindakan coba-coba 3 2,17 %
Kesalahan administratif 1 0.72 %

Responden juga menilai bahwa pasien tsb meninggal akibat


malpraktek kedokteran ada unsur kesalahan pihak rumah sakit atau
kesalahan prosedur dalam pengobatan dokter dalam memberikan
(22,63%), tidak sesuai SOP (22,46%) penanganan atau diagnosa
ataupun keslahan dalam diagnosis dan terhadap penyakit tersebut
(R136).
pemeriksaan (16,67%). Sebagaimana
beberapa responden menerangkan:
Meskipun responden menilai
Kesalahan yg dilakukan oleh
tenaga paramedis, baik dokter bahwa malpraktek kedokteran ada unsur
atau perawat dalam menangani kesalahan prosedur atau pengobatan,
pasien, misalnya kesalahan tetapi selalu dititik beratkan adalah
pemberian suntikan dan dosis kondisi pasien yang menjadi lebih
obat (R78). buruk. Sebagaimana yang lainnya
Salah diagnosa dan salah ambil mengungkapkan:
tindakan karena kecerobohan Kesalahan tindakan ataupun
dokter/perawat (R126). prosedur yang dilakukan dokter /
tim dokter/para medis/rumah sakit
Akan tetapi responden menitik terhadap pasien, yang merugikan
beratkan kepada kondisi akhir pasien pasien yang sering berdampak fatal
tanpa penjelasan riwayat dan perjalanan seperti cacat permanen pada
penyakitnya. Responden menilai apa pasien atau malah meninggal
yang dipahaminya sebagai malpraktek dunia (R18).
Kesalahan prosedur dan atau
kedokteran berdasarkan akbibat yang tindakan medis yang dilakukan oleh
dialami oleh pasien, tanpa melihat seorang dokter terhadap pasiennya
tindakan yang telah dilakukan dokter. yang berefek buruk terhadap
Bahkan beberapa responden menegas- pasiennya (R133).
kan, bahwa malpraktek adalah:
Kesalahan dalam penanganan Berdasarkan pemahaman res-
pasien yang sakit sehingga pasien ponden apa yang dimaksudnya dengan
semakin parah atau meninggal malpraktek kedokteran, sebanyak 33
dunia. Kesalahan ini tentunya
responden (23,91%) mengaku pernah
tidak disengaja kalau disengaja
bukan malpraktek [namanya], tapi menjadi pihak korban dari mlapraktek
penganiayaan. (R3). kedokteran, baik yang dialami sendiri
ataupun yang dialami keluarganya.
Tindakan dokter yang semula Bentuk pengalaman terbanyak yang
dimaksudkan untuk dianggap sebagai malpraktek oleh
menyembuhkan suatu penyakit, responden secara tematik adalah kondisi
tetapi ternyata mengakibatkan pasien menjadi lebih buruk setelah
penyakit tersebut tambah parah pengobatan (21,21%), kesalahan diag-
atau timbul penyakit lain (R66). nosis (15,15%), dan kesalahan
pemberian obat (15,15%). Kasus-kasus
Keadaan dimana penyakit yang
lain, meskipun tidak banyak dilaporkan
dialami seorang pasien menjadi
semakin parah atau bahkan responden juga harus menjadi perhatian
Hardisman, OPINI MASYARAKAT TENTANG MALPRAKTEK KEDOKTERAN 80

misalnya kelengkapan alat atau bahan bedah tersebut tapi pada saat
medis untuk melakukan tindakan, kemo yang kedua tidak
tindakan tanpa persetujuan dan bahan didampingi oleh dokter bedah
atau alat kedokteran yang tertinggal tersebut, maka terjadinya
setelah tindakan. Selengkapnya dapat kerusakan jaringan sel di lengan
tempat penyuntikan kemo
dilihat pada tabel 4. tersebut sehingga kulit dan daging
di lengan tersebut hangus seperti
Sebahagian besar pengalaman kebakar, setelah komplain ke
yang dimaksudnya dengan malpraktek dokter tersebut hanya diberi obat
lebih menitik beratkan pada rasa tidak dan tidak ada pertanggungan
puas akibat pelayanan dan kondisi jawaban dokter tersebut
memburuk setelah dilakukan pengo- begitujuga RS tempat melakukan
batan atau penatalaksanaan. Tidak kemo. Pada kemo yang ke tiga,
jarang ungkapan responden tersebut juga di dampingi oleh dokter
jelas terlihat ketidakmengertiannya tersebut dan terjadi juga seperti
tentang penyakit yang diderita dan yang ke dua yang sampai
akhirnya lengan tersebut lama
pelayanan yang dilakukan. Sehingga kelamaan dagingnya mulai habis
ungkapan ketidakpuasan tersebut, dan mengeluarkan bau yang tidak
mengatakan kasus yang dialaminya sedap (RP7).
merupakan malpraktek. Misalnya:
Mertua saya sakit komplikasi Ayah saya terkena tumor usus
Jantung dan Diabetes. Dokter besar sehingga harus dilakukan
selalu memberi obat yang rekasi operasi untuk memotong tumor
obatnya hanya menghilangkan yang sepanjang 10 cm dari usus
rasa sakit dan pemberian obat besar hingga anus. Operasi
yang membuat ketergantungan. berjalan lancar dan dilanjutkan
Akibatnya sudah membuat oragan kemoterapi, namun kemudian
tubuh lain diserang penyakit yaitu urat saraf yang berhubungan
ginjal (RP2). dengan testis mungkin terpotong,
kenyataannya ayah saya
Anggota keluarga yang kena kemudian tidak dapat ereksi dan
Kanker Payudara yang harus tidak dapat berhubungan badan,
menjalani kemoterapi setelah hal ini akhirnya mengakibatkan
operasi disalah satu RS di kota P. ayah saya patah semangat, dan
Pada Kemoterapi pertama, kini ayah saya menderita
langsung dilakukan oleh perawat strooke (RP8).
yang didampingi oleh dokter

Tabel 4. Bentuk-Bentuk Kasus Mapraktek Menurut Pengalaman Responden

Kasus Jumlah (n=33)


f %
Kondisi pasien menjadi lebih buruk setelah pengobatan 7 21,21 %
Kesalahan diagnosis 5 15,15 %
Salah pemberian obat 5 15,15 %
Pananganan tidak sesuai keahlian 3 9,09 %
Efek samping berat tindakan infasif/ operasi 2 6,06 %
Kondisi fatal atau kematian setelah tindakan/ pengobatan 2 6,06 %
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juli 2012 81

Dokter tidak membrikan atensi yang cukup (kurang cermat, 2 6,06 %


tidak hati-hati atau tidak teliti).
Efek samping obat yang sangat jelek 2 6.06 %
Informasi yang diberikan dokter mempersulit keadaan 2 6,06 %
Terlambat penanganan 1 3,03 %
Dirawat tanpa persetujuan 1 3,03 %
Peralatan atau obat yang dibutuhkan pasien tidak siap/ tidak 1 3,03 %
tersedia
Bahan/ alat tertinggal setelah operasi/ tindakan 1 3,03 %
Dokter kurang cakap, kurang ilmu, seperti tidak tahu 1 3,03 %
Penatalaksanaan tidak tuntas 1 3,03 %
Pemeriksaan tidak tuntas 1 3,03 %

Penjelasan yang tidak baik atau tidak disarankan untuk tinggal, langsung
dipahami pasien, bila muncul kondisi membuka infus tanpa konsultasi
yang tidak diinginkan juga bisa terlebih dahulu, menakut-nakuti
menimbulkan tuduhan negatif atau kami sebaga orang tua. Yang mana
malah dianggap sebagai malpraktek. menurut pendapat saya lebih baik
dirawat di rumah dimana dia akan
Misalnya, sebagaimana responden
merasa aman dan cepat sembuh,
mengungkapkan: dibandingkan di suasana baru
Pada saat itu anak saya yang yang akan menambah stress anak
kalau tidak salah baru berumur dan memperlambat kesembuhan
kurang dari setahun (RP25).
mengeluarkan seperti 'usus'
setelah mencret, seperti benjolan
didubur karena panik dari
Diskusi
duburnya keluar sesuatu itu, saya Secara umum apa yang
bawa ke UGD..eh...langsung dipahami masyarakat sebagai
diinfus dan dirawat malpraktek kedokteran sesuai dengan
inap.
Kebetulan hari raya, dokter ga pandangan ilmu etika kedokteran, yaitu
perilaku yang bertentangan dengan
ada...dua hari dibolehin pulang,
para dokter ga bisa jelasin anak
prinsip kemanfaatan/tidak
saya kenapa..katanya prolap memperburuk keadaan, intergritas,
ususlah, dan lainnya ngomong menghormati hak-hak pasien, dan
berbelit-belit tak bisa dimengerti.
keadilan. Secara teoritis, responden
trus disuruh rawat jalan..ke dokter
menilai bahwa malpraktek kedok-teran
anak..dioper ke dokter bedah..ga
ada unsur kesalahan prosedur dalam
jelas hubungannya...karenanya
pengobatan (22,63%), tidak sesuai SOP
saya hentikan, karena sepertinya
(22,46%) ataupun keslahan dalam
prosedurnya ga jelas dan dokter-
dokter ga tau atau pura-pura diagnosis dan pemeriksaan (16,67%).
ngga tau apa sebab dan Akan tetapi mereka lebih menitik
bagaimana beratkan kepada kondisi akhir pasien
penanggulanginya..yang jelas,
tanpa penjelasan riwayat dan perjalanan
semua harus bayar mahal... penyakitnya. Sebahagiannya menilai
(RP30). apa yang dipahaminya sebagai mal-
praktek kedokteran berdasarkan akibat
Anak saya yang saat itu Demam yang dialami oleh pasien, tanpa melihat
berdarah pada usia 1 tahun
Hardisman, OPINI MASYARAKAT TENTANG MALPRAKTEK KEDOKTERAN 82

tindakan yang telah dilakukan dokter. banyak merupakan ungkapan


Meskipun unsur kesalahan prosedur ketidakpuasannya terhadap pelayanan
atau pengobatan dipertimbangkan, kesehatan (RP2, 7 dan 8). Masyarakat
tetapi selalu dititik beratkan adalah tidak mengerti tentang penyakit yang
kondisi pasien yang menjadi lebih diderita serta prosedur tindakan atau
buruk. pengobatan yang telah dilakukan.
Dengan demikian, terlihat Terlihat, rangkaian kali-mat yang
bahwa masyarakat lebih megadopsi diungkapkan responden antara satu
nilai filosofis konsekuentialis yang fakta (kalimat) dengan fakta berikutnya,
lebih menitik beratkan pada kondisi dalam pandangan ilmu kedokteran tidak
akhir pasien dan kurang memper- nyambung. Hal ini tentu adalah akibat
timbangkan prosedur dan tindakan yang dari rendahnya kualitas komunikasi dan
telah dilakukan oleh dokter berdasarkan penjelesan yang diberikan dokter
nilai-nilai moral dan standar medis. sebelum melakukan tindakan ter-sebut.
Sebaliknya, dalam prinsip etika Akibatnya, pasien mengira-ngira dan
kedokteran, penilaian tindakan sebagai bahkan menuduh kondisi jelak yang
malpraktek kedok-teran dilakukan muncul setelah itu adalah akibat
secara objektif. Kon-disi yang buruk tindakan tersebut. Pasien tentu tidak
setelah dilakukan pengobatan atau punya pengetahuan tentang perjalanan
tindakan operatif tidaklah dapat penyakit dan komplikasi penyakit
disimpulkan akibat kesalahan medis.(10- primernya. Sehingga bila ini tidak
12)
Kondisi yang memburuk setelah dijelaskan pada pasien, dan komplikasi
dilakukan piata-laksanaan tersebut tersebut muncul semasa pengobatan,
perlu dilihat apakah memang telah maka tentulah tidak tidak terlalu
terjadi kesalahan prosedur disalahkan bila pasien atau masyarakat
penatalaksanaan tersebut yang tidak menyalahkan dokter dan rumah sakit.
sesuai dengan standar medis untuk Begitu juga misalnya, reaksi
kasus tersebut, seperti obat yang tidak alergi obat yang menyebabkan beng-
sesuai, dosis yang tidak sesuai, dan efek kak lidah dan mulut bisa juga dituduh
samping obat akibat tidak adekuatnya sebagai tindakan malpraktek akibat
anamnesis pasien.(11) kelebihan obat (RP12). Pada-hal reaksi
Terdapat kasus-kasus yang ini bia terjadi akibat reaksi alergi obat,
menjadi perhatian dokter, rumah sakit, meskipun pengobatan teah tepat dosis.
dan petugas kesehatan lainnya, seperti Jika riwayat alergi obat telah ditanyakan
ketidaksiapan alat dan tidak adanya dan telah membrikan obat yang tepat,
persetujuan sebelum dilaku-kannya kemudian masih muncul reaksi alergi,
penatalaksanaan. Hal ini tentu perlu secara medis dokter telah melakukan
dicermati, karena tidak hanya sesuai standar. Jika hal ini tidak
menimbulkan tuntutan malpraktek dilakukan, tentunya inilah kesalahan
malah mencerminkan tidak bermutunya dokter tidak menggali riwayat alergi
pelayanan yang diberikan. Padahal, obat sebelum pemberian obat. Bukan
khususnya per-setujuan pasien atau seperti yang dituduhkan akibat
keluarga merupakan langkah sederhana kelebihan dosis.
yang dapat mengurangi berbagai Pada kasus anak diare dengan
tuntutan malpraktek.(13,14) keluar benjolan (RP30), terlihat jelas
Akan tetapi, pandangan mas- bahwa pasien tidak mendapatkan
yarakat tentang apa yang dimaksudnya penjelasan yang cukup terhadap
dengan pengalaman malpraktek lebih prosedur penatalaksanaan yang
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juli 2012 83

dilakukan. Sangat mungkin dokter yang Ketidakpuasan pasien dan


menanganinya menduka kasus ini masyarakat terhadap pelayanan yang
suspek atau diagnosa klinis suatu diberikan dokter dan rumah sakit selalu
prolapsus rektum, yang membutuh-kan akan selalu ada. Beberapa kepustakaan
pemeriksaan yang cermat dan menunjukkan bahwa selalu ada
konsultasi beberapa dokter ahli perbedaan ekspektasi pasien terhadap
termasuk spesialis anak dan spesialis dokter dengan apa yang seharusnya
bedah. Jika hal ini terjadi tentu dilakukan ber-dasarkan standar
membutuhkan tindakan operatif.(15,16) pelayanan medis.(23,24) Terlebih lagi,
Akan tetapi, karena orang tua pasien tindakan medis membutuhkan saintifik
tidak mendapatkan penjelasan yang sebe-lum berbagai tindakan invasif,
cukup, ia merasa dipermainkan dan tindakan diagnostik, medik, bedah dan
menuduh tindakan tersebut suatu berbagai pengobatan lainnya,(25) yang
malpraktek. sering kali tidak dipahami oleh
Begitu juga halnya dengan kasus masyarakat.
demam berdarah (RP25). Penjelasan Pemahaman respondent tentang
yang diberikan dokter dan perawat tidak malpraktek tersebut umumnya berdasar-
memberikan pemaha-man yang cukup kan pengetahuan yang didapatnya dari
bagi orang tua pasien sehingga ia media massa. Bahkan mereka menilai
mengganggapnya malah menakut- malpraktek banyak terjadi, seperti apa
nakuti. Demam ber-darah pada anak, yang sering dilaporkan di media massa.
yang disertai gangguan sirkulasi atau Dengan demikian terlihat bahwa media
telah terjadi syok berat (DBD derajat III massa memegang peranan penting
dan IV) membutuhkan perawatan, dalam membentuk opini masyarakat
peman-tauan serius dan pemberian tentang pelayanan kesehatan dan isu-isu
cairan parenteral (infus).(17) Orang tua malpraktek. Padahal penggambaran isu
pasien hanya mengirangira dengan di media tidak selalu mencerminkan
mengatakan Menurut pendapat saya realita yang sesungguhnya.(21)
yang mengindikasikan dia tidak Akan tetapi, pemberitaan dan
diberikan penjelasan yang cukup kritisi di media dapat mendidik
tentang kondisi penyakit anaknya. masyara-kat untuk meningkatkan
Oleh karena itu untuk men- kesadarannya tentang hak-hak dan
cegah terjadinya tuduhan malpraktek, tanggung jawabnya. Hal ini bisa
dokter harus memberikan informasi terwujud jika kritisi tersebut dilakukan
yang cukup dan dan dipa-hami oleh secara berimbang, karena hubungan
pasien tentang penyakitnya dan profesional dokter-pasien adalah kon-
penatalaksanaan yang akan dilakukan, trak pelayanan medis yang kedua belah
serta meminta persetujuan tertulis pihak harus menyadari akan hak dan
(informed consent) sebelum penata- tanggung jawabnya.(26) Begitu juga
laksanaan itu dilakukan.(13,14) Semua halnya bagi dokter, keterlibatan media
tindakan yang dilakukan tersebut harus dalam mengkritisi pelayanan kesehatan
dicatat dengan rapi,(18-20) terlebih lagi dapat meningkatkan akuntabilitas
jika terjadi pada kasus-kasus yang pelayanan tersebut secara sosial dan
beresiko tinggi untuk terjadinya tun- mencegahnya dari kelalaiaan dan
tutan, seperti di unit gawat darurat.(21) keteledoran (careless and negligence),
Komunikasi yang baik terhadap pasien serta dapat meningkatkan kesdaran
bisa mengurangi ketidakpuasan pasien mereka akan tanggung jawab
terhadap dokter.(13,22) profesional dan moral, kode etik,
Hardisman, OPINI MASYARAKAT TENTANG MALPRAKTEK KEDOKTERAN 84

penegakan hukum, dan hak-hak 2. Hyry M. Utilitarianism and


pasien.(27, 28) bioethics. In: Ashcroft RE, Dawson
A, Draper H, McMilllan JR.
Kesimpulan Principles of Health Care Ethics.
Opini masyarakat tentang Sussex, England: Johnson Willey
malpraktek kedokteran sesuai dengan and Son, 2007. p. 57-64.
pandangan ilmu etika kedokteran.
Masyarakat juga memahami bahwa 3. Mcnaughton DA, Rawling JP.
kesalahan prosedur, diagnosis dan Deontology. In: Ashcroft RE,
penatalaksanaan merupakan aspek Dawson A, Draper H, McMilllan
dalam terjadinya malpraktek. Namun JR. Principles of Health Care
masyarakat lebih menitik beratkan Ethics. Sussex, England: Johnson
kepada akibat yang dialami oleh pasien, Willey and Son, 2007. p. 65-71.
yang lebih megadopsi nilai filosofis
konsekuentialis dan kurang mempertim- 4. Oakley J. Virtue theory. In:
bangkan tindakan yang telah dilakukan Ashcroft RE, Dawson A, Draper H,
oleh dokter berdasarkan nilai-nilai McMilllan JR. Principles of Health
moral dan standar medis. Care Ethics. Sussex, England:
Beberapa pengalaman masya- Johnson Willey and Son, 2007. p.
rakat tentang malpraktek kedokteran 87-91.
terdapat kasus-kasus yang harus
menjadi perhatian dokter, rumah sakit, 5. Jonsen AR. Casuistical reasoning in
dan petugas kesehatan lainnya, seperti medical ethics. In: Ashcroft RE,
ketidaksiapan alat dan tidak adanya Dawson A, Draper H, McMilllan
persetujuan sebelum dilaku-kannya JR. Principles of Health Care
penatalaksanaan. Akan tetapi, lebih Ethics. Sussex, England: Johnson
umum pandangan masyarakat tentang Willey and Son, 2007. p. 51-56.
apa yang dimaksudnya dengan
pengalaman malpraktek merupakan 6. Sheehan M. Moral relativism. In:
ungkapan ketidakpuasannya terhadap Ashcroft RE, Dawson A, Draper H,
pelaya-nan yang didapatkan. Ketidak- McMilllan JR. Principles of Health
puasan tersebut muncul akibat Care Ethics. Sussex, England:
kurangnya komunikasi dan rendahnya Johnson Willey and Son, 2007. p.
kualitas informasi dari dokter atau 92-98.
petugas kesehatan. Oleh karena itu
untuk mencegah berbagai tuduhan mal- 7. Cullity G. Beneficence. In: Ashcroft
praktek, maka komunikasi yang baik RE, Dawson A, Draper H,
dan pemberian informasi yang cukup McMilllan JR. Principles of Health
mutlak dilakukan sebelum tindakan Care Ethics. Sussex, England:
pemeriksaan dan pengobatan dilaku- Johnson Willey and Son, 2007. p.
kan. 19-26.

KEPUSTAKAAN 8. Pemerintah Republik of Indonesia.


1. Rogers WA, Braunack-Mayer AJ. Undang-Undang Republik
Practical Ethics for General Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Practice, 2nd edition. Oxford: tentang Praktik Kedokteran. Jakarta:
Oxford University Press, 2009. Pemerintah Republik Indonesia,
2004.
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juli 2012 85

9. Murphy AM. The role of 17. Soedarmo SP. Infeksi virus Dengue.
Professional Organizations in Dalam Soedarmo SP, Garna H,
Indonesias Socio-political Hadinegoro SRS (Editor). Buku
Transformation. NBR Analysis. Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi
New York: Columbia University, dan Penyakit Tropis. Edisi Pertama.
2008. Jakarta: Bagian IKA FK-UI dan
IDAI, 2002. p. 176-208.
10. Gidwani S, Zaidi, SMR. Birchen
MD. Medical negligence in 18. Reynard J, Marsh, H. Unusual and
orthopedic surgery: areview of 130 so unusual ways of ending up in
consecutive medical negligence court: how to avoid litigation.
report. Journal of Bone and Joint British Journal of Urology 2009;
Surgery 2009; 91B: 151-156. 104: 586-589.

11. Madea B, Mushoff F, Presuss J 19. Kane SM, White RA. Medical
Medical negligegence in drug malpractice and sport medicine
associated death. Forensic clinician. Clinical Orthopedic and
International, 2009. pp. 190: 67-73. related Research 2009; 467: 412-
419.
12. Varetto L, Cargallo C. 20. Fishbain PA, Lewis, JE, Gao J, Cole
Intraabdominal needle: medical B. Rosemoff RS. Alleged medical
malpractice? Forensic International abandonment in chronic opioid
2009; 191: e11-e13. analgesics therapy. Pain Medicine
2009; 10(4): 272-279.
13. Kraushar MF. Toward more
effective risk prevention. Survey 21. Wu CY, Lai HJ, Chen RC. Patient
Ophthalmology 2009; 54(1): 150- characteristic predict occurrence
157. and outcome of complaints against
physician: a study from a medical
14. Martinez JA, Lyons JM, OLeary center Taiwan. Journal Form. Med
JP. Medical malpractice matters: Assc. 2009; 108(2): 126-134.
informed consent. Journal of
Surgical Education 2009; 66(3): 22. Robbenfolt JK. Apologies and
174-175. medical error. Clinical Orthopedic
and related Research 2009; 467:
15. Mellgren A, Pollack J, Schultz I. 376-382.
Rectal prolapse, rectal
intussusception, and solitary rectal 23. Lin PJ. Criminal judgments to
ulcer syndrome. In Bayless TM, medical malpractice in Taiwan.
Diehl, AM. Advanced Therapy in Legal Medicine 2009; 11: S376-
Gastrology and Liver Disease. 5th 378.
Edition, Hamilton Canada: B.C.
Decker Inc., 2005. p. 518-525. 24. Rahman MM, Rahman S, Begum N,
Asaduzzaman AKM, Shahjahan M,
16. Altomare DF, Pucciani F. Rectal Firoz A, Metul MS. Client
Prolapse: Diagnosis and Clinical expectation from doctors:
Management. 1st Edition. New Expectation reality gap.
York: Springer, 2007.
Hardisman, OPINI MASYARAKAT TENTANG MALPRAKTEK KEDOKTERAN 86

Kathmandu University Medical 27. Sloan F, Shade J. Is there empirical


Journal 2007; 5(4): 566-573. evidence for defensive medicine? A
reassessment. Journal of Health
25. Engel E, Livingston EH. Solving Economic 2009; 28: 481-491.
the medical malpractice crisis: use a
clear and convincing evidence 28. Taborda JGU, Abdalla FE, Dohler
standard. Archive Surgical 2009; C, Bins HDC. Legal control of the
145(3): 296-300. medical profession. Current
Opinion Psychiatry 2009; 22: 492-
26. Sacapulos M, Segal JJ. Limiting 496.
exposure ti medical malpractice
claims and defamatory cyber
posting via patient contract. Clinical
Orthopedic and Related Research
2009; 467: 427-433.

Anda mungkin juga menyukai