sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
4. Asas adil dan merata berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat
seluas-luasnya.
HAK DAN KEWAJIBAN
Setiap undang-undang selalu mengatur hak dan kewajiban, baik yang dimiliki oleh
pemerintah maupun warganya, demikian juga uu kesehatan. Hak dan kewajiban yang
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan
yang optimal.
masyarakat
UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
meliputi:
jiwa ibu dapat dilakukan aborsi. Aborsi atas indikasi medik tersebut dapat
b. Sebelumnya harus meminta pertimbangan lebih dahulu dari tim ahli yang
c. Harus ada informed consent dari wanita yang bersangkutan. Jika wanita
keluarganya.
kebidanan.
fasilitas yang memadai untuk kepentingan tersebut dan telah ditunjuk oleh
pemerintah.
isteri.
ketenagaan dan fasilitas yang memadai untuk itu dan telah ditunjuk
oleh pemerintah
Dengan adanya syarat tersebut maka upaya kehamilan dengan teknologi bayi tabung
tidak boleh menggunakan donor sperma atau ovum, donor embrio, dan ibu tumpang.
4. Diakuinya hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri pengakuan atas hak
informed consent merupakan refleksi bahwa HAM juga dijadikan acuan bagi
medik.
Mengenai masalah imunisasi, yang sebetulnya amat penting bagi upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat tidak disebut dalam UUK, yaitu termasuk wajib atau sukarela.
temurun, baik yang asli maupun dari luar negeri. Kebijakan seperti ini
kesehatan, maka perlu dibentuk Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan, yang akan
menentukan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga
psikologi, sosiologi, agama dan ahli hukum yang sekaligus bertindak sebagai
pencabutan izin untuk jangka waktu ttt atau hukukman lain sesuai dengan
7. Adanya payung bagi Program KB sebelum ada UUK banyak tenaga kesehatan
merasa ragu terhadap program KB, sebab meskipun secara materiil tidak lagi
dianggap sebagai tindak pidana namun secara formil masih. Dengan adanya
rangka menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis tidak lagi mrpkn tindak
pidana.
8. Ditetapkannya hukuman pidana yang yang sangat berat (Pasal 80-86) bisanya
dalam uu yang mengatur hal yang khusus (lex specialis) diatur juga ketentuan
Hubungan antara dokter dan pasien dalam ilmu kedokteran umumnya berlangsung
kegiatan pihak dokter sedangkan pasien tetap pasif. Hubungan ini berat sebelah dan
tidak sempurna, karena merupakan suatu pelaksanaan wewenang oleh yang satu
manusia, lebih dikehendaki hubungan yang mendekati persamaan hak antar manusia.
Jadi hubungan dokter yang semula bersifat paternalistik akan bergeser menjadi
hubungan yang dilaksanakan dengan saling mengisi dan saling ketergantungan antara
kedua belah pihak yang di tandai dengan suatu kegiatan aktif yang saling
partner. Sebenamya pola dasar hubungan dokter dan pasien, terutama berdasarkan
keadaan sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga pola
hubungan, yaitu:
1. Activity passivity.
Pola hubungan orangtua-anak seperti ini merupakan pola klasik sejak profesi
kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 S.M. Di sini dokter seolah-olah dapat
ini berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam, atau sedang tidak sadar,
2. Guidance Cooperation.
ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu berat misalnya penyakit infeksi baru atau
penyakit akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta
kemauan sendiri. la berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia
3. Mutual participation.
Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat dan
hak yang sarna. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara kesehatannya
seperti medical check up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien secara sadar dan
aktif berperan dalam pengobatan terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat diterapkan pada
pasien dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang rendah, juga pada anak atau
pasien dengan gangguan mental tertentu. Hubungan dokter dan pasien, secara hokum
umumnya terjadi melalui suatu perjanjian atau kontrak. Di mulai dengan tanya jawab
(anarnnesis) antara dokter dan pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik,
akhirnya dokter rnenegakkan suatu diagnosis. Diagnosis ini dapat merupakan suatu
working diagnosis atau diagnosis sementara, bisa juga merupakan diagnosis yang
definitif. Setelah itu dokter biasanya merencanakan suatu terapi dengan memberikan
resep obat atau suntikan atau operasi atau tindakan lain dan disertai nasihat-nasihat
yang perlu diikuti agar kesembuhan lebih segera dicapai oleh pasien. Dalam proses
pelaksanaan hubungan dokter pasien tersebut, sejak tanya jawab sampai dengan
(Rekam Medis). Pembuatan rekam medis ini merupakan kewajiban dokter sesuai
dengan dipenuhinya standar profesi medis. Dalam upaya menegakkan diagnosis atau
melaksanakan terapi, dokter biasanya melakukan suatu tindakan medik. Tindakan
medik tersebut ada kalanya atau sering dirasa menyakitkan atau menimbulkan rasa
tidak menyenangkan. Secara material, suatu tindakan medis itu sifatnya tidak
kedua syarat ini dapat juga disebut seba bertindak secara lege artis.
Secara yuridis sering dipermasalahkan apakah tindakan medis itu dapat dimasukkan
tersebut di atas hal ini menjadi jelas. Sebenarnya kualifikasi yuridis mengenai
tindakan medis tidak hanya mempunyai arti bagi hukum pidana saja, melainkan juga
yuridis untuk melaku tindakan medis. Dokter yang berpraktek harus mempunyai izin
Ditinjau segi hukum perdata, tindakan medis merupakan pelaksanaan suatu perikatan
(perjanjian) antara dokter dan pasien. Apabila tidak terpenuhinya syarat suatu
perikatan, misalnya pada pasien tidak sadar maka keadaan ini bisa dikaitkan dengan K
sukarela, yaitu suatu sikap tindak yang pada dasar nya merupakan pengambil-alihan