Anda di halaman 1dari 9

KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA UNTUK

PEMBEDAHAN ORTHOPAEDI PADA KASUS TRAUMA


SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
RSUD. DR. SOETOMO SURABAYA
Januari 2012

I. Pendahuluan
- Infeksi luka operasi ( ILO ) / Surgical site Infection ( SSI ), merupakan salah satu
problem infeksi tersering selama penderita dirawat di rumah sakit
- Pada operasi-operasi yang mempunyai resiko tinggi terjadinya infeksi ( mis : operasi
bersih terkontaminasi ), pemberian antibiotka profilaksis dapat menurunkan insiden
infeksi paska operasi
- Kadar antibiotika didalam darah yang tnggi pada daerah lapangan operasi
merupakan profilaksis yang esensial dan efektif selama berlangsungnya operasi
- Penelitian membuktikan bahwa penggunaan antibiotika setelah penutupan luka
operasi tidak dapat menurunkan angka infeksi dan bahkan dapat membahayakan.
- Penggunaan antibiotika yang tak terkontrol dapat meningkatkan prevalensi
terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika, yang pada akhirnya memicu
pemakaian antibiotika secara tidak rasional

II. Resiko terjadinya Infeksi


- Resiko terjadinya infeksi bergantung kepada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
dapat berasal dari penderita atau perlakuan pada saat operasi atau beberapa
merupakan gabungan dari kedua faktor tersebut.

Faktor Penderita Faktor Operasi

Usia Lamanya melakukan surgical scrub


Status Nutritional Pencukuran pre operasi
Diabetes Lama operasi
Perokok Antibiotika profilaksis yg tepat
Obesitas Ventilasi ruang operasi
Adanya sumber infeksi Sterilisasi instrumen operasi yg tdk
lain pada tubuh adequat
Adanya kolonisasi Benda asing pada daerah operasi
mikroorganisme
Pemakaian Pemakaian Drain paska operasi
Immunosupresan
Lama tunggu Manipulasi operasi
preoperasi
Adanya Penyakit berat Hipothermia paska operasi
yg menyertai
Keganasan Waktu pemberian antibiotic pre-op
lama pemakaian antibiotik

Selain daripada itu, faktor resiko juga dapat disebabkan adanya kontaminasi mikro
organisme pada lapangan operasi. Untuk itu perlu diketahui adanya penggolongan
jenis operasi berdasarkan adanya kontaminasi mikro-organisme, yaitu :

1
Jenis Operasi Definisi

Bersih Adalah operasi tanpa ada tanda inflamasi dan tidak


berhubungan dengan sistem Respiratori, Alimentari, dan
Genitourinari. Serta tidak terjadi pelanggaran cara tehnik
aseptik kamar operasi
Bersih Adalah operasi yang melibatkan sistem respiratori, sistem
terkontaminasi alimentari dan sistem genitourinari tetapi tanpa adanya
kebocoran yg signifikan
Kontaminasi Adalah operasi dimana terdapat tanda inflamasi akut,
atau adanya kontaminasi langsung pada luka operasi (
mis : kontaminasi dari rongga usus ) atau operasi pada
open fraktur yang kurang dari 4 jam
Kotor Adalah operasi dimana terdapat pus, operasi dimana
sebelumnya terdapat kebocoran organ berongga, dan
operasi pada open fraktur lebih dari 4 jam

o Selain faktor tersebut diatas, maka pada kasus open fraktur resiko terjadinya infeksi
dapat pula dipengaruhi oleh gradasi dari open fraktur nya, yaitu :

Jenis Definisi

Grade 1 Open fraktur dengan luka bersih, dengan panjang luka kurang
dari 1 cm
Grade 2 Open fraktur dengan luka terbuka lebih dari 1 cm, tetapi tanpa
kerusakan soft tissue yang ekstensive, tanpa skin flaps, atau
avulsi dan dengan garis fraktur transversal simpel, atau fraktur
oblique.
Grade 3 3 A : Kerusakan soft tissue yang ekstensiv, namun tulang
dapat ter ‘cover’ oleh soft tissue, segmental fraktur dan
gunshot wounds
3 B : Dengan kerusakan soft tissue yang luas, dengan
stripping periosteum dan devaskularisasi tulang yang
membutuhkan skin flaps atau free graft.
3 C : Terdapat lesi vaskuler yang memerlukan repair

III. Antibiotika Profilaksis

3.1. Waktu Pemberian


- Pemberian antibiotika profilaksis terlalu awal maupun terlalu lambat dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi luka operasi. Penelitian membuktikan bahwa
pemberian antibiotika yang efektif adalah diberikan minimal 60 menit sebelum
incisi kulit ( Cefazolin, Cefuroxime, dan Clindamycin )
- Secara praktis pemberian antibiotika sebaiknya sebelum dilakukan induksi
anaesthesi, dan pembedahan dimulai kurang dari 60 menit setelahnya
- Antibiotika diberikan sebelum tourniquet dikembangkan.

2
3.2. Pemberian dosis tambahan antibiotika intra-operative
- Dosis antibiotika tinggi pada daerah operasi, selama operasi merupakan hal yang
efektif dan esensial sebagai profilaktif
- Penderita dengan jumlah perdarahan lebih dari 1500 ml yang diikuti dengan
penambahan cairan, memerlukan penambahan dosis antibiotika profilaksis
- Operasi yang lebih dari 4 jam, memerlukan tambahan dosis antibiotika profilaksis
intra operatif

3.3. Post Operative profilaksis Antibiotika


- Penelitian membuktikan bahwa pemberian antibiotika tambahan profilaksis paska
operasi tidak dapat menurunkan resiko terjadinya ILO. Oleh karena itu, pemberian
Antibiotika lanjutan 24 jam paska operasi hanya diberikan pada kasus-kasus yang
membutuhkan terapi antibiotika, kecuali terdapat pelanggaran tata prosedur
operasi.

3.4. Regimen Antibiotika profilaksis


3.4.1. Standar regimen
 Operasi Bersih tanpa pemasangan prosthesis / implant
Pada operasi ini sebenarnya tidak memerlukan pemakaian
antibiotika dengan pertimbangan tertentu
 Operasi Bersih dengan pemasangan Prosthesis / internal fiksasi
Cephalosporin generasi 1 ( Cefazolin ) 2 g ( Penderita dgn berat
badan > 86 kg )
 Operasi Bersih potensial Terkontaminasi
Cephalosporin generasi 1 ( Cefazolin ) + Aminoglikosida

3.4.2. Regimen Alternatif utk penderita allergi penisillin ringan


 Operasi Bersih tanpa pemasangan Prosthesis / implant
Tidak memerlukan pemakaian Antibiotika profilaksis
 Operasi Bersih dengan pemasangan Prosthesis / internal fiksasi
Cefuroxime 1,5 g IV.
Penambahan intra operatif : 750mg IV
 Operasi Bersih potensial terkontaminasi
Cefuroxime 1,5 g IV + Aminoglikosida

3.4.3. Regimen Alternatif utk penderita allergi penisillin berat


 Operasi Bersih tanpa pemasangan Prosthesis / implant
Tanpa Antibiotika
 Operasi Bersih dengan pemasangan Prosthesis / internal fiksasi
Vancomycin 1 g, IV diberikan < 120 menit sebelum incisi

3
Berikut adalah resume pemberian Antibiotika Profilaksis di bidang Orthopaedi

Rekomendasi penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Operasi Orthopaedi


_____________________________________________________________________
Pilihan Antibiotika
Cephalosporin (cefazolin, cefuroxime)
If β-lactam allergy, use clindamycin or vancomycin
Consider preoperative screening for MRSA colonization
If infected or colonized with MRSA, use vancomycin
Waktu Pemberian
Start up to 60 min before incision: cefazolin, cefuroxime, clindamycin
Start up to 120 min before incision: vancomycin
Infusion completed 10 min before tourniquet inflation
Dosis
Cefazolin, 1-2 g (2 g for patient weighing >86 kg)
Cefuroxime, 1.5 g
Vancomycin and clindamycin dosing based on patient mass
Pediatric dosing based on patient mass
Lama Pemberian
Single preoperative dose
Redose antimicrobial intraoperatively for prolonged procedure or
significant blood loss
When using postoperative doses, discontinue within 24 h after wound
Closure
______________________________________________________________________
MRSA = methicillin-resistant Staphylococcus aureus

4
IV. PEMBERIAN ANTIBIOTIKA TERAPI
Pengobatan terapi antibiotia ditujukan pada penderita dengan luka infeksi atau pada
operasi dengan kontaminasi, Termasuk didalamnya adalah open fraktur. Pada
penanganan open fraktur, pemakaian antibiotika digunakan bersama-sama dengan
prosedur debridement untuk mengurangi kontaminasi kuman pada soft tissue.
Penggunaan terapi antibiotika parenteral tersebut dapat mengurangi resiko terjadinya
infeksi paska trauma. Efektifitas dan keberhasilan penggunaan antibiotika pada kasus
open fraktur tergantung kepada :
Jenis Antibiotika, cara pemberian, dan lamanya pemberian

(1) Cara pemberian


Pemberian antibiotika pada semua jenis open fraktur, sebaiknya tidak lebih dari 3
jam setelah terjadinya trauma. Diberikan sebelum dilakukan operasi debridement.
Resiko infeksi semakin meningkat bila diberikan > 3 jam setelah trauma.

(2) Jenis dan lama pemberian antibiotika

Jenis open Antibiotika Lama Pemberian


fraktur
Grade 1 Cephalosporin gen 1 3 hari
Cefazolin
Grade 2 Cephalosporin gen 1 / Cephalosporin gen 2 / 3 hari
Quinolon.
Cefazolin, Cefuroxime, ciprofloxacin
Grade 3 Cephalosporin gen 3 + Aminoglycosida + 5 hari
Penicillin*
Cetriaxone, gentamycin, Penicillin
*Penicillin diberikan bila luka terkontaminasi kemungkinan adanya kuman Clostridia
Sp

Sekiranya diberikan data surveilence untuk keperluan antibiotika dari penelitian :

5
Penggunaan
Antibiotika
Utk Operasi
Orthopaedi

Profilaksis Terapi
Operasi Bersih Operasi Kontaminasi
Operasi Bersih kontaminasi Operasi kotor

Bersih : Open Fracture

Cefalosporin Gen 1 ( Cefazolin ) ( Standar ) Grade 1


Cefalosporin Gen 2 ( Cefuroxime ) ( alternatif ) Cefalosporin Gen 1 ( Cefazolin )
Vancomycin ( alternatif )
Grade 2
Bersih kontaminasi : Cefalosporin Gen 1 ( Cefazolin )
Cefalosporin Gen 2 ( Cefuroxime )
Cefalosporin Gen 1 ( Cefazolin ) + Quinolon ( Ciprofloxacin )
Aminoglikosida
Cefuroxime + Aminoglikosida Grade 3
Cephalosporin Gen 3 ( Ceftriaxone )
+
Aminoglikosida ( Gentamycin )
+
Penicillin

Surabaya, 16 Januari 2012


Mengetahui
Kepala SMF Orthopaedi & Traumatologi
RSUD. Dr. Soetomo Surabaya,

Dr. Ferdiansyah, dr, SpOT(K)

6
7
8
9

Anda mungkin juga menyukai