Anda di halaman 1dari 27

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ADHD

(Attention Deficit Hyperaktivity Disorder)

Oleh
Ni Kadek Dian Kusuma Erawati
183212879
A.12-B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas rahmat dan karunia-Nya tulisan yang
berjudul “KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ADHD
(Attention Deficit Hyperaktivity Disorder)” ini dapat diselesaikan tepat
waktunya.
Tulisan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawataan Anak II dalam menempuh pendidikan Program Studi Keperawatan
Program Sarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali pada
Semester V tahun 2020, yang diampu oleh Ibu Ns. I Gusti Ayu Putu Satya
Laksmi,S.Kep.,M.Kep
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentu tidak luput dari bantuan
beberapa pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempura, oleh
karena itu segalah kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya –
karya penulis berikutnya. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.

Denpasar, 30 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi ......................................................................................................3
2.2 Etiologi ......................................................................................................3
2.3 Klasifikasi ..................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis ......................................................................................6
2.5 Patofisiologi ...............................................................................................8
2.6 Komplikasi .................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan ...............................................................................................9
2.8 Penatalaksanaan .........................................................................................10
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................13
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan ................................................................................................22
3.2 Saran ..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas telah ditemukan dalam literatur
selama bertahun-tahun dengan beragai istilah. Pada awal 1900-an, anak yang
impulsif, terdisinhibisi, dan hiperaktif banyak diantaranya memiliki cedera
neurologis yang disebabkan oleh ensefalitis dikelompokkan di bawah label
“sindrom hiperaktif”. Pada tahun 1960-an suatu kelompok heterogen anak-anak
dengan koordinasi buruk, ketidakmampuan belajar, dan labilitas emosional tetapi
tanpa cedera neurologis spesifik digambarkan menderita cedera otak minimal.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan
Pemusatan Perhatian dan/atau Hiperaktivitas atau Gangguan Hiperkinetik dalam
PPDGJ-III (F90) (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III,
1993) adalah suatu diagnosis untuk pola perilaku anak yang berlangsung dlam
jangka waktu paling sedikit 6 bulan, dimulai sejak berusia sekitar 7 tahun, yang
menunjukkan sejumlah gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau
sejumlah gejala perilaku hiperaktif-impulsif, atau kedua-duanya.
Para ahli percaya bahwa setidaknya tiga dari seratus anak usia 4-14 tahun
menderita ADHD. Orang dewasa juga terpengaruh oleh ADHD, tetapi kerusakan
yang ditimbulkan terhadap kehidupan anak sering kali jauh lebih besar karena
efeknya terhadap keluarga, teman sekelas dan guru. ADHD dapat menyebabkan
anak-anak tidak punya teman, sering membuat kekacauan di rumah dan sekolah
dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaan rumah mereka.
Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa
dewasa(Townsend, 1998). Hiperaktivitas pada anak penderita ADHD seringkali
mulai menjadi perhatian ketika anak-anak mulai berjalan. Satu dari tiga anak
digambarkan hiperaktif oleh orangtuanya. Para guru menilai satu dari lima murid
mereka hiperaktif. Bahwa anak dinilai hiperaktif tidak selalu berarti mereka
menderita ADHD. Untuk dapat disebut menderita ADHD, anak hiperaktif perlu
memiliki karakteristik yang lebih banyak.

iv
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang disebut dengan gangguan ADHD?
2. Apakah penyebab dari gangguan ADHD?
3. Apa saja tipe (klasifikasi) gangguan ADHD?
4. Magaimana manifestasi klinis dari ADHD?
5. Bagaimana perjalanan penyakit ADHD?
6. Apa saja komplikasi dari ADHD?
7. Apa saja pemeriksaan pada gangguan ADHD?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari gangguan ADHD?

1.3 Tujuan
Berikut merupakan tujuan dari penyusunan makalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan ADHD.
2. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan ADHD.
3. Untuk mengetahui tipe (klasifikasi) gangguan ADHD.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ADHD.
5. Untuk mengetahui perjalanan penyakit ADHD.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari ADHD.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan pada gangguan ADHD.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gangguan ADHD.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak
yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku yang
ditandai dengan kurang konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas.
Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kekurangan
perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis,
kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficitand hyperactivity
disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik.
Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa
perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai
berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam
bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah
anak hiperaktif adalah: Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku
yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau
diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau
impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya
berbeda-beda.

2.2 Etiologi
Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1. Faktor neurologik

vi
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum
atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di
samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang
lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak
dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak
yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk
memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di
daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah
orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
2. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat,
ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat
hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang
tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.
Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
4. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya.

2.3 Klasifikasi
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)

vii
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif
atau impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini
kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki cirri-
ciri: tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu
mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain
hal, sering melamun dan dapat digambarkan sedang berada “diawang-
awang”, tidak bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena
perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi
bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak-anak
kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari
kesana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara,
berisik.
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja
bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran.
Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan
tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran
3. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini
mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan
mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah
terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan
impulsif.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak
hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan
atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan
perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka

viii
seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik yang dapat dilihat pada anak hiperaktif adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi awal anak hiperaktif umumnya terjadi pada anak usia taman
kanak-kanak atau sekolah dasar. Para guru mereka akan melaporkan
bahwa anak tersebut tidak dapat dikendalikan, tidak dapat duduk diam,
memasuki ruangan-ruangan serta mengganggu kegiatan anak-anak yang
lain, suka ribut dan tidak mempunyai perhatian, tidak bersedia mengikuti
petunjuk atau perintah yang diberikan, seolah-olah tidak mendengar, tidak
mau belajar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat dimasa lalu serta
tidak memberikan tanggapan terhadap peraturan yang ada.
2. Ukuran obyektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena
gangguan ini memperlihatkan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika
dibandingkan dengan anak-anak control yang normal, tetapi gerakan-
gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta
mereka selalu resah dan gelisah.
3. Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta
bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa
mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan mereka tersebut.
4. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan
secara emosional suasana hatinya sangat labil, beberapa menit terlihat
gembira, mendadak marah-marah dan ngambek serta  mudah terangsang,
perhatiannya gampang teralihkan, tidak tahan fustasi, dan kurang dapat
mengontrol diri.
5. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau
bertentangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka
bersikap kaku, bersifat permusuhan dan negatif.
6. Mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta
mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi.

ix
7. Mengalami kegagalan dalam akademik dan kadang perkembangan motorik
dan bahasanya juga terlambat, seperti ketidakmampuan belajar membaca,
matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat
tertinggal 1-2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesungguhnya
diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur.
8. Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan, anak cepat sekali beralih
dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.
9. Gejala lainnya, adalah tidak mampu mengontrol gerakan, tidak bisa duduk
tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat
duduk dan sepertinya tidak kenal lelah, seakan energinya digerakan oleh 
mesin, kalau anak lain diam karena capek sehabis berlarian, ia paling cuma
minum lalu bergerak lagi.
Sedangkan menurut Betz, Cecily, 1996 dalam buku Ilmu Keperawatan
Anak, terdapat dua macam gejala hiperaktif, yakni gejala kurang konsentrasi
dan gejala hiperaktivitas impulsif, adalah sebagai berikut :
1. Gejala kurang konsentrasi meliputi :
a) Gagal memberi perhatian secara penuh pada hal-hal yang mendetail
atau membuat kesalahan sembrono dalam tugas-tugas sekolah,
pekerjaan atau aktivitas lainnya.
b) Sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada tugas
atau aktivitas bermain.
c) Sering tampak tidak mendengarkan bila di ajak bicara langsung.
d) Sering tidak mentaati instruksi dan tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan rumah,tugas atau pekerkaan ditempat kerja (bukan karena
sikap menentang atau karena tidak mengerti intruksi).
e) Sering mengalami kesulitan dalam mengatur tugas-tugas aktivitas
f) Sering menghindar, tidak menyukai atau enggan terlibat dalam tugas-
tugas yang memerlukan usaha mental terus-menerus (seperti pekerjaan
sekolah atau pekerjaan rumah).
g) Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan
tugas atau aktivitas (misal : mainan, tugas sekolah, pensil,  buku, atau
alat-alat sekolah )

x
h) Sering mudah terdistraksi oleh stimulus luar.
i) Pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

2. Gejala Hiperaktivitas impulsive, meliputi :


a) Tangan dan kaki sering tidak bisa diam karena gelisah atau menggeliat
di tempat duduk.
b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain
atau dalam situasi lain yang seharusnya tidak diperkenankan.
c)  Sering berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak
semestinya.
d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam
aktivitas dalam waktu senggang dengan tenang.
e) Sering tampak repot atau sering seperti diburu-buru.
f) Bicara sering berlebihan.
g) Sering menjawab pertanyaan tanpa pikir sebelum pertanyaan belum
selesai.
h) Sering tidak sabar menunggu giliran.
i) Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (memotong
percakapan atau permainan orang lain)

2.5 Patofisiologi
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan
gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti
yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta
yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang
baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf
pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang
berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–
potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit.
Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian

xi
mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas.
Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik
menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru
mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

2.6 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit
ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan
mengejakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan)

2.7 Pemeriksaan
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang
bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan
adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi
penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis
oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak itu.
1. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan
diagnosis gangguan hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang lambat yang bertambah
banyak pada elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG yang dianalisis oleh
komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak.
2. Alat-alat berikut ini dapat untuk mengidentifikasi anak-anak dengan
gangguan ini.
a. Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean)

xii
b. Daftar periksa gangguan (misal: Copeland symptom checklist for
attention. Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation
Scale)
3. Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering
digunakan, sering terlihat kesulitan meniru rancangan.

2.8 Penatalaksanaan
A. Keperawatan
1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak
tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.
2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan
rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
3. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai
setelah bermain  terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik
yang kuat dan keras
4. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan
cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-
permainan yang keras dan jungkir balik.
5. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6. Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa
bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam
tingkah laku mereka.
B. Medis

xiii
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami
gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah
dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat
tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit.
Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan
modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang
perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan
mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya,
maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan
dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari
untuk menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar
hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur
penderita.
a. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan
usia masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak
berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg
pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada
respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan
selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun
dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak
yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai 40
mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari.
Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian
obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih
dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5
cm dari tinggi yang diharapkan.
b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan
(showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah
10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita

xiv
hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu
sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis
metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam.
c. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal
sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk
menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat
tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta
kejutan otot yang meningkat.
d. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang
bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta
distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut
diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan,  nyeri perut bagian
atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap
celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat serta
penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan
dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan

xv
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang
mengalami AttentionDeficytHiperactivityDisorder (ADHD) antara lain:
4. Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan
yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku
overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu
sebagian besar tidak berhasil.
5. Penampilan umum dan perilaku motorik
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke
topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat
perkembangannya
6. Mood dan afek
a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

xvi
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan.
7. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat
perkembangan.
8. Sensorium dan proses intelektual
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab,
saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada
pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang
yang mampu menyelesaikan tugas.
9. Penilaian dan daya tilik diri
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang
buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang
tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak
kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai
jika dibandingkan dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari
sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.

xvii
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang
menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan
kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.
10. Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapi secara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah,
mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh
11. Peran dan hubungan
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun
sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala
dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang
didiagnosis dan diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak
terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak
barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
12. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat
duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur

xviii
juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
13. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan
gangguan hiperaktif mencakup :
a. Rambut yang halus
b. Telinga yang salah bentuk
c. Lipatan-lipatan epikantus
d. Langit-langit yang melengkung tinggi serta
e. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
f. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis
serta permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang
halus.

B. DIAGNOSA
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas
perkembangan (hiperaktivitas).
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
3. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
4. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit
mental (hiperaktivitas), kurang konsentrasi.

xix
C. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Peningkatan sosialisasi,
interaksi sosial keperawatan selama 3 x 24 aktivitas keperawatan :
berhubungan jam diharapkan 1. Kaji pola interaksi
dengan Keterampilan interaksi social antara pasien dan orang lain
disabilitas pasien kembali normal, 2. Anjurkan pasien untuk
perkembangan dengan kriteria hasil : bersikap jujur dalam
(hiperaktivitas). 1) Menunjukan perilaku berinteraksi dengan orang
yang dapat meningkatkan lain dan menghargai hak
atau memperbaiki orang lain.
interaksi social 3. Identifikasi perubahan
2) Mendapatakan atau perilaku yang spesifik.
meningkatkan 4. Bantu pasien
ketrampilan interaksi meningkatkan kesadaran
social (misalnya: akan kekuatan dan
kedekatan, kerja sama, keterbatasan dalam
sensitivitas dan berkomunikasi dengan
sebagainya). orang lain.
3) Mengungkapkan 5. Berikan umpan balik
keinginan untuk yang positif jika pasien
berhubungan dengan dapat berinteraksi dengan
orang lain. orang lain.

2. Perubahan Setelah dilakukan asuhan Pengelolaan Konsentrasi,


proses pikir keperawatan selama 3 x 24 aktivitas keperawatan :
berhubungan jam diharapkan Pasien dapat 1. Berikan pada anak yang
dengan berkonsentrasi secara penuh membutuhkan ketrampilan
gangguan terhadap obyek atau benda- dan perhatian
kepribadian. benda disekitarnya 2. Kurangi stimulus yang
Kriteria Hasil : berlebihan terhadap orang-
1) Menunjukan proses orang dan lingkungan dan
pikir yang logis, orang/bebda-benda

xx
terorganisasi. disekitarnya.
2) Tidak mudah 3. Berikan umpan balik
terganggu / focus yang positif dan perilaku
terhadap sesuatu yang sesuai.
3) Berespon dengan 4. Bantu anak untuk
baik terhadap stimulus. mengidentifikasikan benda-
benda disekitarnya seperti,
memberikan permainan-
permainan yang dapat
merangsang pusat
konsentrasi.
5. Kolaborasi medis dalam
pemberian terapi obat
stimulan untuk anak dengan
gangguan pusat konsentrasi.

3 Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan Mencegah Jatuh, aktivitas


berhubungan keperawatan selama 3 x 24 keperawatan :
dengan jam diharapkan Klien dapat 1. Identifikasikan factor
psikologis terhindar dari resiko cedera yang mempengaruhi
(orientasi tidak Kriteria Hasil : kebutuhan keamanan,
efektif) 1) Mengubah gaya misalnya: perubahan status
hidup untuk mengurangii mental, keletihan setelah
resiko. beraktivitas, dll.
2) Pasien/keluarga akan 2. Berikan materi
mengidentifikasikan pendidikan yang
resiko yang dapat berhubungan dengan strategi
meningkatkan kerentanan dan tindakan untuk
terhadap cedera. mencegah cedera.
3) Orang tua akan 3. Berikan informasi
memilih permainan, mengenai bahaya
memberi perawatan dan lingkungan dan
kontak social karakteristiknya (misalnya :

xxi
lingkungannya dengan naik tangga, kolam renang
baik. jalan raya, dll )
4. Hindarkan benda-benda
disekitar pasien yang dapat
membahayakan dan
menyebabkan cidera.
5. Ajarkan kepada pasien
untuk berhati-hati dengan
alat permainannya dan
intruksikan kepada keluarga
untuk memilih permainan
yang sesuai dan tidak
menimbulkan cedera.

4 Resiko Pasien tidak mengalami Meningkatan Perkembangan


keterlambatan keterlambatan perkembangan 1. Lakukan pengkajian
perkembangan Kriteria Hasil: kesehatan yang seksama
berhubungan 1) Anak akan mencapai (misalnya, riwayat anak,
dengan penyakit tahapan dalam temperamen, budaya,
mental perkembangan yaitu tidak lingkungan keluarga,
(hiperaktivitas), mengalami keterlambatan skrining perkembangan)
kurang 25 % atau lebih area untuk menentukan tingkat
konsentrasi. sosial/perilaku fungsional.
pengaturan diri atau 2. Berikan aktivitas
kognitif , bahasa, bermain yang sesuai,
keterampilan motorik dukung beraktivitas dengan
halus dan motorik kasar. anak lain.
3. Kaji adanya faktor
resiko pada saat prenatal dan
pasca natal.
4. Berkomunikasi dengan
pasien sesuai dengan tingkat
kognitif pada

xxii
perkembangannya.
5. Berikan penguatan yang
positif/umpan balik terhadap
usaha-usaha
mengekspresikan diri.
6. Ajarkan kepada orang
tua tentang hal-hal penting
dalam perkembangan anak.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan
pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/ketergantungan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.

E. EVALUASI
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak
teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan
dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
 S (Subjective)    : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari klien setelah tindakan diberikan.
 O (Objective)  : adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat
setelah tindakan dilakukan.
 A (Analisis)     : adalah membandingkan antara informasi
subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian

xxiii
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian,
atau tidak teratasi.
 P (Planning)        : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa.

xxiv
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Karakteristik anak-anak dengan ADHD yang tersering dinyatakan
dalam urutan frekuensi: hiperaktivitas, gangguan motorik perseptual, labilitas
emosional, defisit koordinasi menyeluruh, gangguan atensi (rentang atensi
yang pendek, distraktibilitas, keras hati, gagal menyelesaikan hal, inatensi,
konsentrasi yang buruk), impulsivitas (bertindak sebelum berpikir, mengubah
perilaku denga tiba-tiba, tidak memiliki organisasi, meloncat-loncat di
sekolah), gangguan daya ingat dan pikiran, ketidakmampuan belajar spesifik,
gangguan bicara dan pendengaran, dan tanda neurologis dan iregularitas EEG
yang samar-samar.
Laporan tentang insiden ADHD di Amerika Serikat adalah bervariasi
dari 2 sampai 20 persen anak-anak sekolah dasar. Anak laki-laki memiliki
insidensi yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan, dengan rasio 3
berbanding 1 sampai 5 berbanding 1. Gangguan paling sering ditemukan pada
anak laki-laki yang pertama. Orangtua dari anak-anak dengan ADHD
menunjukkan peningkatan insidensi hiperkinesis, sosiopati, gangguan
penggunaan alkohol, dan gangguan konversi.
Karena simtom-simtom ADHD bervariasi, DSM-IV-TR
mencantumkan tiga subkategori, yaitu tipe predominan inatentif: anak-anak
yang masalah utamanya adalah rendahnya konsentrasi, tipe predominan
Hiperaktif-Impulsif: anak-anak yang masalah utamanya diakibatkan oleh
perilaku hiperaktif-impulsif, dan tipe kombinasi: anak-anak yang mengalami
kedua rangkaian masalah diatas.
Beberapa penyebab ADHD di antaranya adalah faktor predisposisi
yaitu faktor biologi: genetik, perinatal dan prenatal, serta racun lingkungan;
faktor psikologi dan sosial dan faktor presipitasi yaitu: peristiwa pasca
kelahiran, gangguan bahasa dan pembelajaran, dan sebagainya.

xxv
3.2 Saran
Kami menganjurkan untuk lebih menambah khasanah pengetahuan
tentang ADHD dengan membaca jurnal-jurnal tentang ADHD. Perlu
penelitian lebih lanjut mengenai penyebab dan cara penanggulangan untuk
menekan angka penderita ADHD dan agar anak yang terkena gangguan
ADHD dapat diperlakukan dengan benar. Di samping itu agar mencari
alternatif terapi (penatalaksanaan) untuk penderita ADHD

xxvi
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid 3.
Yogyakarta: MediAction
Bulechek, Gloria, dkk. 2013. Nursing Intervensions Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Mosby: Elsevier Inc.
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Siburian, Apriliani. 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Anak Kesehatan
Masyarakat Pada Pasien Sindrom Nefrotik Di Lantai 3 Selatan Rsup
Fatmawati. http://www.google.com/lib.ui.ac.id (Diunduh pada tanggal 30
November 2020)

xxvii

Anda mungkin juga menyukai