(TROMBOFEBRITIS,ENDOMETRITIS,MASTITIS)
DISUSUN OLEH :
1
Daftar isi :
2
BAB 1
PENDAHULUAN
kandungan kembali normal seperti sebelum hamil.Selama masa pemulihan berlangsung, ibu
bersifat fisiologi, namun jika tidak ada pendampingan melalui asuhan kebidanan,
akanberubah menjadi patologis. Sehingga sudah menjadi tujuan para tenaga kesehatan untuk
yang mungkin saja akan menjadi komplikasi masa nifas ( Purwati, 2012).
kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaansosial ekonomi,
Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan
fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah
1.3 TUJUAN
3
1. Mengetahui Apa itu infeksi Puerperium dan macam-macam infeksi Puerperium ?
diberikan ?
4
BAB 2
1. Pengertian Tromboflebitis
melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada
vena. Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan
(thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada
masa nifas.
5
2. Etiologi
endometrium.
reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada
keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan
tromboplebitis.
3. Obesitas
Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat
serta kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu
tromboflebitis.
6
Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yangmengakibatkan
5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi
Pada proses persalinan tekanan pada arahbawah lebih tinggi sehingga mengakibatkan
terjadinya tromboflebitis
6. Trauma
tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau
7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena.
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang
terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas
7
vena) dan terasa hangat sampai panas.Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan
agak luas, nyeri terjadi bila menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot
tertentu.Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut,
pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai
tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup.
Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi
pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan
sebagai malaise.
Secara Khusus:
a. Pelvio Tromboflebitis
1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul
a) Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan
interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil
b) Suhu badan naik turun secara tajam (36 C menjadi 40 C) yang diikuti penurunan
3. Gambaran darah
8
b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
b. Tromboflebitis femoralis
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan
nyeri sekali.
2. Pada salah satu kaki yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha
bagian atas
d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
f) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.
4. Patofisiologi
Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat dari stasis
maupun endotelial.Stasis vena sering dialami oleh orang-orang imobil maupun yang istirahat
di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran
9
darah.Statis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan
lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil. Stasis aliran
darah vena terjadi ketika aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama (imobilisasi)
seperti yang telah disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada pompa vena
makin banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis
dapat saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen.
1. Statis Vena
Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama
pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama.
Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat
vena, melalui :
10
b. Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel.Endotel yang
kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan
menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat pada
jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikro-fibril.
Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan
yang akan merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk dan
saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem
pembekuan darah.
darah meningkat, seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III,
5. Pathway
11
TROMBOFEBRITIS
pada vena
Peradangan
pada vena
TROMBOFLEBITIS
12
6. Penatalaksanaan
a) Pelvio tromboflebitis
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik
b) Tromboflebitis femoralis
2. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
3. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih
dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah
4. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena
5. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi
13
7. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
8. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
9. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi,
pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga
10. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena
11. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya pendarahan pada gusi,
bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa
menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi
7. Pencegahan
pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi penderitajuga sangat menentukan seperti diet
14
harus memenuhi kebutuhankehamilan dan nifas, harus seimbang dan mengandung cukup
vitamin.
2. Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan, ada 4usaha penting
b. Membatasi perlukaan
c. Membatasi perdarahan
penting, jika terjadi perdarahan yang banyak, darahhilang ini hendaknya segera diganti
5. Dalam nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kumankarena adanya
perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kuman-kuman karena vulva tertutup.
Untuk mencegah infeksi janganlah membuka vulva atau memasukan jari ke dalam vulva
8. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonograf Doppler
Doopler dilakukan dengan cara meletakkanprobe Doppler di atas vena yang tersumbat.
15
Bacaan aliran doopler tampaklebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama
sekali. Metodeini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif.
ekstremitas.
2. Pemeriksaan hematokrit
3. Pemeriksaan Koagulasi
faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, ujiactivated partial thromboplastin time
4. Biakan darah
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan
6. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada
16
ASUHANKEPERAWATAN TROMOBOFLEBITIS
1. Pengkajian
1. Identitas klien
mempermudah penanganan dan siapa yang bertanggung jawab atas perawatan klien
a. Nama: Nama dikaji hanya untuk mengetahui identitas klien saja, tidak ada
b. Umur: Tromoflebitis sering terjadi pada klien yang berusia diatas 30 tahun
c. Jenis kelamin : Sering terjadi pada wanita post partum atau masa nifas,namun
tromboflebitis.
tingkatpengetahuanklien,tingkatpengetahuanakanmempengaruhi terjadinya
tromboflebitis
duduk lama
mempengaruhiterjadinya tromboflebitis
2. Keluhan utama
17
Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri yang pada daerah
pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan kaki mengalami edema
3. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit terdahulu yang dikaji mengenai penyakit klien terdahulu apakah
sebelumnya pernah melahirkan atau tidak, jika pernah melahirkan apakah pasca
melahirkan mengalami tromboflebitis atau tidak, dikaji pula apakah klien pernah
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan pasien pada saat ini misalnya
ditanyakan kepada klien kapan pertama kali pasien mengeluh nyeri yang dialami
Dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang memiliki resiko tinggi
d. Riwayat psikososial
18
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pada pasien dengan tromboflebitis umumnya tidak ada gangguan pada pola nutrisi
dan metabolik namun dikarenakan adanya nyeri maka pasien tidak mau makan
ketika nyeri timbul dan jika nyeri sudah menghilang pola makan klien kembali
kepada semula
c. Pola eliminasi
Pasien akan berkurang dalam beraktivitas, karena pasien akan lebih berfokus pada
rasa nyeri yang dialami, pasien juga akan merasa lemah karena selain nyeri tanda
Tidur dan istirahat pasien akan terganggu ketika pasien mengalami nyeri
Klien yang diberikan pengobatan penyakit ini akan merasa cemas akibat
19
bermasyarakat klien.
Pola ini akan terganggu pada pasien, hal ini bisa disebabkan karena nyeri
Stres akan meningkat pada pasien ketika pasien memiliki koping yang
kurang bagus dan lingkungan yang tidak mendukung kondisi yang dialami
klien. Adanya keterbatasan aktivitas, pola seksual dan perubahan peran juga
Pasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya akan
5. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 nnHg
klien
20
Suhu : biasanya klien mengalami demam, suhu antara 36-40 derajat C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : umumnya tidak ada gangguan pada kepala (normal), mulai dari
rambut, wajah mata, telinga, hidung, mulut dan daerah sekitar kepala tidak
terganggu
b. Leher : umumnya tidak ada gangguan pada leher seperti tidak ada benjolan,
warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak ada nyeri tekan (normal)
c. Dada : umumnya tidak ada gangguan pada pemeriksaan fisik dada, pada hasil
pemeriksaan fisik pergerakan dada simetris kanan-kiri pada saat inspirasi dan
susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada nyeri,
e. Abdomen : TFU (tinggi fundus arteri) 2 jari dibawah pusat, terdapat striae
f. Genitalia : Tidak terdapat luka pada perineum, tidak ada varises pada vagina,
pengeluaran darah pervaginam normal, tidak ada oedema, kotor oleh lendir
21
h. Ekstrimitas bawah : pada ektremitas bawah (kaki) klien tromboflebitis pada
inspeksi terdapat warna kemerahan, edema. Pada palpasi terdapat nyeri tekan,
6. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonograf Doppler
vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih kecil di banding tungkai
Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif.
lingkar ekstremitas.
b. Pemeriksaan hematocrit
pembentukan trombus
c. Pemeriksaan Koagulasi
aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial
d. Biakan darah
22
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu.Organisme yang
didalam darah
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
kompeten
f. Venografi
2. Diagnose keperawatan
3. Intervensi
Dx Intervensi Rasional
23
1. Ketidakefektifanperfusi -Lihat ekstremitas untuk 1. Mengetahui adanya gangguan atau
jaringan periver b.d gangguan warna kulit, adanya kelianan pada ektremitas
alira darah vena (statis vena) edema. Catat kesimetrisan 2. Distensi vena dapat terjadi karena
betis, ukur dan catat aliran balik melalui vena
lingkar betis percabangan
-Kaji ekstremitas untuk 3. Pembatasan aktivitas menurunkan
penonjolan vena yang jeas. kebutuhan oksigen dan nutrisi pada
Palpasi perlahan untuk ekstremitas yang sakit dan
tegangan jaringan lokal, meminimalkan kemungkinan
regangan kulit, ikatan atau penyebaran trombus atau
penoonjolan vena. pembentukan emboli
-Tingkatkan tirah baring 4. Menurunkan pembengkakan
selama fase akut jaringan dan pengosongan cepat vena
-Anjurkan klien untuk superfisial dan tibial, mencegah
meninggikan kaki bila distensi berlebihan yang
ditempat tidur atau duduk dapatmeningkatkan aliran balik vena
sesuai indikasi. Secara 5. Tindakan ini dilakukan untuk
periodik tinggikan kaki meningkatkan aliran balik vena dari
dan letak kaki lebih tinggi ekstremitas yang lebih rendah dan
daripada jantung menurunkan stasis vena, juga
-Anjurkan klien untuk memperbaiki tonus otot umum atau
melakukan latihan aktif regangan
atau pasif sementara 6. Pembatasan fisik terhadap
ditempat tidur misal sirkulasi mengganggu aliran darah
seperti fleksi ekstensi dan meningkatkan stasis vena dan
-Peringatkan klien untuk pelvis,
menghindari menyilang popliteal, dan pembuluh kaki,
kaki atau hiperfleksi lutut jadi meningkatkan pembengkakan
(posisi duduuk dengan dan
kaki menggantung atau ketidaknyamanan
berbaring dengan posisi 7. Aktivitas ini berpotensial
menyilang) memecahkan atau menyebarkan
-Anjurkan klien untuk trombus, meningkatkan embolisasi
menghindari pjatan atau dan
mengurut ekstremitas yang meningkatkan resiko komplikasi
sakit. 8. Dapat diberikan untuk
-Anjurkan untuk meningkatkan vasodilatasi dan aliran
melakukan kompres balik vena dan
hangat pada ekstremitas perbaikan edema lokal
yang sakit bila diianjurkan 9. Membantu mengatasi masalah
-Kolaborasi dengan tim dengan medikasi
medis untuk pemberian
terapi.
24
2.Nyeri b.d proses inflamasi 1. kaji tingkat nyeri yang 1. derajat nyeri secara langsung dapat
dialami klien berhubungan dengan luasnya
2. Atur posisi yang kekurangan sirkulasi,proses
nyaman bagi klien inflamasi, derajat hipoksia ,dan
3. Pertahankan tirah baring edema luas sehubungan dengan
selama fase akut terbentuknya trombus
4. Anjurkan kompres 2. Posisi yang nyaman akan
hangat pada daerah yang membantu memberikan kesempatan
nyeri pada otot untuk relaksasi seoptimal
5. Berikan health mungkin
education tentang 3. Menurunkan ketidaknyamanan
penyebab nyeri yang sehubungan dengan kontraksi otot
dialami dan gerakan
pasien 4. Mengurangi nyeri yang dilami
6. kolaborasi denga dokter klien
untuk terapi medis 5. Pemahaman pasien tentang
penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan
memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan
tindakan
6. obat analgesik dapat membantu
mengurangi nyeri pasien
1. Pengertian
25
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).(Manuaba, I.
B. G., 1998).
Endometritis adalah peradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh
Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahanradang , waktu yang
merusak fungsi dari glandula endometrium dan ataumerubah lingkungan uterus dan
2. Etiologi
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila
sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.Penyebab
lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita
adalah:
26
f. Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
3. Klasifikasi
1. Endometritis akut
Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan
tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus sertadaerah
27
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luarpartus
kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakahendometritis akut tetap berbatas pada
a. Gejalanya :
Demam
flouryang purulent.
b. Terapi :
Uterotonika.
Antibiotika.
2. Endometritis konik
28
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak
pelepasan lapisan fungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan
tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam
endometrium.
1. Pada tuberculosis
meradang menahun.
organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, danterbentuklah apa yang
29
terus-menerus karenaadanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam
kavum uteri.
a. Gejalanya :
b. Terapi :
4. Patofisiologi
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan
waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium.Pada infeksi dengan kuman yang
sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis serta cairan.Pada batas antara daerah yang
meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit.Pada infeksi yang
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari penyebaran infeksi dari saluran
panggul dan prosedur invasive adalah predisposisi yang paling umum untuk endometritis
30
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita dan derajat trauma pada jalan lahir.Kadang-kadang lokhea tertahan oleh darah
sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan dibatasi.Uterus pada
endometrium agak membesar, serta nyeri padaperabaan, dan lembek. Pada endometritis
31
yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri,
mulai hari ke 3 suhu meningkat,nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu
dan nadi menurun, dandalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali,
c. Menggigil
32
f. Sub involusi.
g. Distensi abdomen.
i. Awitan 3-5 hari pasca partm, kecuali jika disertai infeksi streptococucus
6. Penatalaksanaan
terapi.Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti
lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untukmemberikan nutrisi
yang memadai.
c. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortusatau post
partum.
33
7. Pemeriksaan Diagnostik
b. Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat meningkat pada adanya
infeksi.
organismepenyebab.
j. Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderungmeningkat
k. Foto abdomen
34
ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRITIS
1. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Malaise, letargi.
2. Sirkulasi
Takikardi.
3. Eliminasi
4. Integritas ego
Anoreksia, mual/muntah.
6. Neurosensori
Sakit kepala.
7. Nyeri/ketidaknyamanan.
Nyeri/kekakuan abdomen.
8. Pernapasan
35
Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik).
9. Keamanan
Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar 24 jam
Pascapartum.
Demam ringan.
Menggigil.
Infeksi sebelumnya.
Pemajanan lingkungan.
10. Seksualitas
Hemorargi pascapartum.
2. Diagnosa
tidak adekuat.
pada proses pertalian, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri
36
3. Intervensi
37
kondisi klien tidak dengan memaksakan
memungkinkan keadaan atau kondisi
5. Kolaborasi dengan medis 5. Pemberian obat sesuai
dengan advis dokter
1. Pengertian
terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri biasanya masuk
melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka. Pada infeksi yang berat atau tidak
diobati, dapat terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam payudara). Mastitis
adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional
atau mastitis puerperalis.Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak
beban penyakit bertambah berat (Sally I, Severin V.X, 2003 dalam Anonim, 2013).
2. Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal dari mulut bayi
38
yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit pada puting
susu.Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis
a. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi mastitis.
b. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak.
d. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah terkena
infeksi.
menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu. Perubahan hormonal di
dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang
mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami
infeksi.Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi.Stasis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi.Guther
pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh
stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat
mencegah keadaan tersebut.Ia menyatakan bahwa bila terjadi infeksi, bukan primer,
39
Thomsen,dkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang pentingnya stasis
ASI. Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari payudara dengan tanda
a. Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini
terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi
tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak
ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih. Statis ASI dapat
membaik hanya dengan terus menyusui, tentunya dengan teknik yang benar.
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut:Adanya bercak
panas/nyeri tekan yang akut, bercak kecil keras yang nyeri tekan, dan tidak terjadi
demam dan ibu masih merasa baik-baik saja.Mastitis non infeksiosa membutuhkan
c. Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut: lemah, nyeri kepala
seperti gejala flu, demam suhu > 38,5 derajat celcius, ada luka pada puting payudara,
kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau mengkilat, terasa keras dan tegang,
payudara membengkak, mengeras, dan teraba hangat, dan terjadi peningkatan kadar
natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang terasa asin. Mastitis
infeksiosa hanya dapat diobati dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik. Tanpa
40
pengeluaran ASI yang efektif, mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi
a. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang terasa nyeri.
b. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi rata.
c. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI
d. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa dingin dan
e. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara
yang terkena.
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak karena
b. Teraba keras
c. Tampak kemerahan
d. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah– pecah,
dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya
di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila didapat
sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan permukaan
41
kulit tidak pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis.Bila terasa sakit pada payudara
namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka hal tersebut bukan
4. Patofisiologi
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena proses
infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses infeksi. Mastitis
akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal. Namun karena sebab-
sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pengeluaran ASI atau yang
biasa disebut sebagai stasis ASI.Hal ini membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan
tidak dapat keluar dengan lancar.Akibatnya mammae menjadi tegang.Sehingga sel epitel
meningkat, beberapa komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari
plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri, terutama bakteri Staphylococcus aureus
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi akibat
proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul fisura/robekan/perlukaan pada
puting yang terbentuk saat awal laktasi akan menjadikanport de entry/tempat masuknya
42
5. Pathway
43
6. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut
(Soetjiningsih, 1997):
c. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada
puting susu
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mastitis,
yaitu:
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain:
• Penggunaan dot;
44
• Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi siapuntuk
• Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya untuk
• Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki
tanpa batas.
ASI
d. Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu harus
• Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan menyusui.
• Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk:beristirahatdi
tempat tidur bila mungkin, sering menyusui pada payudara yang terkena, mengompres
panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air hangat/pancuran, memijat
dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir
dari daerah tersebut, mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya.
45
e. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu mengalami
• Nyeri/puting pecah-pecah
• Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi melepaskan
payudara)
• Bayi yang tidak puas, menyusu sangat sering, jarang atau lama
• Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya tidak cukup
• Menggunakan dot
f. Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering sebelum
dan setelah kontak dengan bayi.Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabung bayi
dengan ibu merupakan jalan penting untuk mengurangi infeksi rumah sakit.
46
ASUHAN KEPERAWATAN MESTITIS
1. Pengkajian
a. Identitas klien :
1. Nama : jelas dan lengkap, jika perlu tanyakan nama panggilan sehariharinya agar
2. Umur : wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami mastitis daripada
wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan di atas 35 tahun. Umur <21 tahun
psikisnya juga belum siap. Sedangkan umur >35 tahun akan rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas. Hal tersebut akan memicu terjadinya mastitis
ini.
5. Pendidikan : biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan banyak yang
mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak mengetahui tentang penyakit serta
pengobatan dan teknik perawatan payudara yang benar untuk kesehatan. Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan keperawatan yang akan
diberikan, sehingga perawat dapat memberi asuhan keperawatan dan konseling yang
47
6. Pekerjaan : wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier) saat
berisiko tinggi mengalami mastitis. Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus penyakit mastitis ini.
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonomi pasien, karena hal itu dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan
post perawatan
b. Riwayat kesehatan
predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah, sehingga dapat dengan
yang tidak adekuat dan lebih banyak mengandung garam dan lemak juga
dapat memicu terjadinya mastitis, adanya riwayat trauma pada payudara juga
kelenjar dan saluran susu. Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang
pasti seperti stasis ASI karena bayi yang susah menyusu, adanya luka lecet di
area puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepat/teralalu ketat juga dapat
besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan oleh wanita. Infeksi
48
mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat menjadi penyebab terjadinya
mastitis.
Pasien biasanya kelihatan lemah, suhu tubuh meningkat (>38 derajat celcius),
tidak ada nafsu makan, nyeri pada daerah mammae, bengkak dan merah pada
infeksi jamur.Oleh sebab itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan yang tepat,
c. Pengkajian Keperawatan
Persepsi: masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang sering
muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal, dimana tidak perlu
biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama pada area payudara dan
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis.
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI, sehingga bayi tidak mau
49
menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan ASI dalam payudara (Stasis ASI) yang dapat memicu
mengalami mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga hal itu
seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri dan
3. Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang spesifik
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur, mengeluh nyeri. Pasien
50
Kurang mengetahui kondisi yang dialami, anggapan yang ada hanya nyeri
biasa.Pasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui dapat
pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk pemenuhan
Biasanya akan mengalami gangguan, namun hal itu juga tergantung pada
masing-masing individu, kadangkala ada individu yang lebih rajin ibadah dan
mendekatkan diri kepada Tuhan.namun di lain sisi juga ada individu yang
d. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
51
b) Derajat kesadaran : pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya adalah compos
mentis.
a) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah: pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal 120/80
mmHg
Suhu: suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan suhu badan
yaitu tidak lebih dari 37,2ᵒ C dan pada ibu dengan mastitis, suhu mengalami
b) Kulit
Tidak ada gangguan, kecuali pada area panyudara sehingga perlu pemeriksaan
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan.Namun biasanya ibu dengan mastitis
d) Wajah
e) Mata
52
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis. Dimana anemia merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis, karena seseorang dengan anemis
f) Hidung
Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi (-/-).
g) Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (-), kering (-). Tidak ada gangguan pad area
ini.
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-).Tidak ada gangguan ada area ini.
i) Tenggorokan
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan fisik.
pembesaran.pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
l) Panyudara
darah terlihat jelas di permukaan kulit, terdapat lesi atau luka pada puting
53
panyudara, panyudara teraba keras dan tegang, panyudara teraba hangat, terlihat
m) Toraks
Cordis:
Pulmo:
n) Abdomen
1) Inspeksi: dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post partum
3) Perkusi: tympani
e. Pemeriksaan penunjang
54
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium/rontgen
ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena adanya reaksi inflamasi.
Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan beberapa bakteri penyebab
2. Diagnosa Keperawatan
penyakit
3. Intervensi
55
antibiotik 5. Antibiotik untuk
6. Kolaborasi dalam mencegah penyebaran
melakukan insiden infeksi secara berlebih
biopsy jika ada abses dan analgetik untuk
mengurangi nyeri
6. Mencegah komplikasi
seejak awal
1. Mencegah terjadinya
iritasi lanjut pada puting
2. Meminimalkan luka
1. Anjurkan ibu untuk pada puting susu ibu
Ketidakefektifan mengoleskan baby oil 3. Dengan perawatan yang
pemberian ASI b.d pada puting sebelum dan tepat , dapat mengatasi
terhentinya sesudah menyusui masalah menyusui
menyusui sekunder 2. Ajarkan cara menyusui 4. Untuk mencegah
akibat ibu yang yang tepat agar tidak terjadinya iritasi lanjut
sakit , bayi tidak terjadi luka pada puting pada puting
mau menyusu 3. Lakukan perawatan
payudara dan anjurkan
ibu untuk melakukan
perawatan payudara
secara tepat
4. Anjurkan ibu menyusui
dengan menggunakan
puting susu secara
perlahan-lahan
56