Anda di halaman 1dari 4

lMATERI

A. Pengertian Stress
Stres adalah kondisi seseorang dengan rasa tegang dan cemas, takut dan
khawatir yang disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara tuntutan
dan kemampuan manusia yang disertai dengan ketegangan emosional dan
mempunyai pengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis(mental) seseorang.
(Amin dan Al-fandi, 2007)
Stres adalah reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi jika seseorang
merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan
kemampuan untuk mengatasi tuntutan tersebut. (Cranwell- Ward, 1990). Stres
terjadi saat seseorang menilai satu atau beberapa stimulus yang diterimanya
dari kehidupan sehari-hari sebagai bahaya, ancaman, atau tantangan.

B. Faktor Penyebab Stress


Faktor individu, khususnya faktor kepribadian dapat mempengaruhi
penilaian terhadap stres. Faktor-faktor tersebut mencakup intekletual, motivasi,
karakteristik kepribadian, penyakit, dan konflik. Satu contoh yang berkaitan
dengan self esteem, yaitu bila seseorang mempunyai kepercayaan diri tinggi
akan yakin bahwa mereka mempunyai sumber-sumber daya untuk menghadapi
tuntutan yang memerlukan kekuatan yang mereka miliki. Jika mereka merasa
suatu peristiwa sebagai stressfull, mereka akan menginterpretasikannya sebagai
tantangan daripada suatu ancaman. Contoh lain berkaitan dengan motivasi,
semakin penting suatu tujuan mengancam, semakin lebih stres seseorang akan
merasakannya. Jika yang berkaitan dengan keyakinan seseorang irasional, yang
akan menambah stres karena hampir segala kesalahan atau ketidakenakan akan
dinilai sebagai membahayakan atau mengancam (Ellis, dalam Sarafino, 1990).
Faktor eksternal seperti keluarga dan lingkungan. Lingkungan dapat
menyebabkan stres pada lansia, seperti halnya para lansia yang berada dalam
panti jompo penyebab stres mereka antara lain kangen dengan keluarga mereka
karena jarang dijenguk, tidak cocok dengan teman sepanti, dan merasa tidak
dipedulikan sanak saudara serta keluarga mereka. Namun patut diperhitungkan
bahwa lansia kadang sukar beradaptasi terhadap lingkungan maupun suasana
baru dan kadang lebih menyukai tinggal di rumahnya sendiri.

C. Tanda dan Gejala Stress


a) Gejala Fisik : mudah lelah, sakit kepala, ketegangan, mudah terserang
penyakit (seperti maag), nyeri otot,
b) Gejala Emosi : rasa cemas berlebihan, rasa takut, frustasi, menjadi lebih
sensitive.
c) Gejala Kognitif : sulit berkonsentrasi, kehilangan motivasi, mudah lupa,
sulit mengambil keputusan.
d) Gejala Perilaku : perubahan pola tingkah laku seperti menarik diri,
perubahan pola makan dan tidur, kehilangan nafsu makan, kurang
produktifitas.

D. Dampak Stress
Gejala stress pada aspek fisik, emosi, kognitif, dan perilaku tentunya
dapat menyebabkan individu mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Stress yang berkepanjangan dapat berkontribusi terhadap
munculnya gangguan psikologis yang lebih berat seperti depresi, gangguan
tidur, gangguan kecemasan. Maka, penanganan sejak dini penting dilakukan
untuk mengurangi risiko munculnya masalah psikologis yang sifatnya akut.

E. Pengendalian dan Pencegahan Stress


Cara mengendalikan stres yang bisa dilakukan oleh lansia dengan
melakukan istirahat yang cukup, mengungkapkan perasaan dengan teman di
panti yang bisa dipercayai, bersikap positif dalam manjalani hidup dan
mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga mampu memberikan ketenangan
batin, karena melakukan ibadah (berdoa) dapat memenuhi beberapa kebutuhan
psikologis yang penting pada lansia, membantu mereka menghadapi kematian,
memperoleh dan memelihara rasa berarti dalam hidupnya, serta penerimaan
terhadap berbagai kehilangan yang tidak dapat dihindarkan pada masa lanjut
usia (Azizah, 2011). Selain itu, yang harus dilakukan lansia sendiri dalam
mencegah stress yang dialaminya seperti sering melakukan kontak sosial
seperti berkumpul dengan banyak orang atau teman-teman sebaya dengan
melakukan komunikasi dan mendapatkan informasi dalam membangkitkan
semangat untuk hidup, melakukan aktivitas untuk menghindari rasa bosan
seperti menonton televisi, membaca koran, mendengar radio dan berolahraga
dan berfikir secara positif seperti mengendalikan perasaan dan fikiran agar
tetap tenang dengan cara tidak memikirkan banyak keluhan dalam keluarga dan
hidup.
Pencegahan stress pada lansia yang dilakukan pihak keluarga seperti
memberikan perhatian dengan cara melakukan pendekatan diri dengan lansia
seperti melakukan interaksi yang berkelanjutan pada saat waktu luang dengan
mengajak untuk jalan-jalan dan memberikan semangat dan motivasi dengan
cara sering menanyakan kebutuhan lansia serta mencukupi kebutuhannya agar
lansia merasa hidup lebih berguna dan dibutuhkan dalam anggota keluarga.

F. Manajemen Stress
Manajemen stres adalah adalah usaha seseorang untuk mencari cara yang
paling sesuai dengan kondisinya guna mengurangi stres yang dialaminya. Jadi,
semuanya bergantung pada kondisi masing masing individu, tingkatkan stres
yang ada, dan kejadian yang menjadi sumber stresnya.
a) Terapi Origami (Seni Lipat Kertas)
Terapi bermain origami yang diberikan pada lansia yang mengalami stress
akan memberikan perasaan senang dan nyaman. Kondisi ini menyebabkan otot
menjadi rileks, sistem imun meningkat dan kadar oksigen dalam darah naik
sehingga dapat membuat seseorang cenderung mengantuk dan dapat
beristirahat dengan tenang.
b) Terapi Musik
Musik memiliki efek pengaruh besar pada kondisi psikologi sosial lansia
karena musik mampu memberikan efek relaksasi, dan mengurangi ketegangan,.
Music merupakan cara mudah untuk mengalihkan stress. Ketika menghadapi
masalah atau tekanan berat music dapat membantu menghilangkan stress.
Musik yang dipilih bisa seperti musik klasik atau musik yang disukai oleh
individu. Music dapat meningkatkan, memulihkan dan memelihara kesehatan
fisik, emosional, sosial, dan spiritual. Setiap music yang didengarkan akan
bepengaruh pada otak.
c) Terapi Reminiscence
Terapi bertujuan untuk meningkatkan harga diri, membantu individu
mencapai kesadaran diri, memahami diri, beradaptasi dengan stress,
meningkatkan kepuasan hidup. Terapi ini menggunakan memori untuk
memelihara kesehatan mental. Terapi ini dilakukan dengan mengenang kembali
kejadian yang membahagiakan di masa lalu, sehingga dapat digunakan sebagai
motivasi bagi lansia untuk menjalani kehidupan.

REFERENSI :

Indriana, Y., Kristiana, I. F., Sonda, A. A., & Intanirian, A. (2010). Tingkat Stres
Lansia Di Panti Wredha “Pucang Gading” Semarang. Jurnal Psikologi
Undip, 8(2).

Komari, M. N. (2008). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Terjadinya


Stress Pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta (Doctoral
dissertation, Universitas Muhmmadiyah Surakarta).

Purbowinoto, S. E., & Kartinah, K. (2017). Pengaruh Terapi Musik terhadap


Perubahan Tingkat Depresi pada Lansia di PSTW (Panti Sosial Tresna
Wredha) Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul Yogyakarta. Berita Ilmu
Keperawatan, 4(1).

Putri, R. D. (2012). Perbedaan Tingkat Stres pada Lansia yang Bertempat Tinggal
di Rumah Dan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bondowoso. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Jember.

Rahman, S. (2016). Faktor-Faktor yang Mendasari Stres pada Lansia. Jurnal


Penelitian Pendidikan, 16(1).

Widari, N. P., & Taji, M. E. (2017). Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi terhadap
Tingkat Stres Pada Lansia. Jurnal Keperawatan, 6(1), 9-Pages.

Anda mungkin juga menyukai