Anda di halaman 1dari 19

RESENSI “IF YOU KNOW WHY”

KARYA INDRIYA

Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia semester IV

Nama : Rivany Triany Dewi


NISN :
Kelas : XI IPA 3

SMAN 54 JAKARTA
Kompleks Pendidikan Rawa Bunga, Jl. Jatinegara Timur IV, Jatinegara, Jakarta
Timur, DKI Jakarta, Indonesia
TAHUN AJARAN 2017/2018
RESENSI

1. Judul Resensi
“Tidak Sekuat yang Kamu Lihat.”

2. Identitas Buku

Judul Buku : If You Know Why


Pengarang : Indriya
Penerbit : PT Cahaya Duabelas Semesta
Tahun Terbit : 2017
Halaman : 525 halaman
3. Garis Besar Cerita
Apa jadinya bila seorang cewek yang mempunyai sifat periang, cerewet, dan gak
bisa diam berubah menjadi sosok yang sangat pendiam, murung, dan ketus?

Vanilla Ernesya, cewek cantik blasteran Jerma-Indo yang usianya belum genap 16
tahun itu, harus menghadapi pahitnya kehidupan semenjak kecelaaan nahas yang
menimpanya pada masa lalu.
Banyak yang tidak kalian ketahui tentang dirinya. Dia bagaikan sebuah manekin
hidup yang hanya bisa mengedipkan mata tanpa bisa bergerak.
Tapi, semenjak menginjak SMAdan bertemu dengan Dava, semangat hidupnya
kembali hadir. Ia erusaha melupakan masa lalunya dan mencoba untuk menyembuhkan
penyakit yang dideritanya.
Jangan berpikir hidupnya akan berjalan sesuai harapan. Pada kenyataannya,
masalah tak henti – henti menimpa Vanilla. Hingga suatu saat ia merasa lelah dan
memilih untuk menyerah. Apakah Vanilla juga harus menyerah akan penyakit yang
dideritanya?

4. Penilaian Buku
Novel yang berasal dari wattpad ini memang novel unggulan yang dapat
menguras emosi para pembaca. Indriya yang merupakan penulis novel ini benar – benar
dapat merangkai kata – kata di dalamnya dan membuat para pembaca dapat merasakan
apa yang dirasakan tokoh utama.

Mengisahkan Vanilla Arnesya dengan segala permasahan di hidupnya. Diawali


dengan kesan misterius yang membuat pembaca sangat penasaran akan langkah apa yang
akan diambil Vanilla dalam menyelesaikan setiap masalah yang tak henti – henti
menghadang.

Di lihat dari cover dan blurb yang tertera, dapat membuat para pembaca
penasaran dengan kisah novel ini. Seorang gadis yang sedang menutup matanya,
menghiasi cover depan novel ini, disertai dengan kalimat “I’m not as strong as you see”
seperti mewakilkan pribadi Vanilla yang terlihat tegar, namun ia tak setabah yang orang
lain kira.

Kisah ini dimulai ketika Vanilla dan kembarannya, Vanessa, juga teman –
temannya akan pergi berlibur. Namun, sungguh naas karena mobil yang mereka
tumpangi jatuh ke jurang dan membuat salah seorang dari mereka harus meregang
nyawa.

Dari situlah, semua yang ada di kehidupan Vanilla berubah, hampir 180 ̊ . yang
membuat Vanilla menjadi sosok baru yang tak dikenal. Menjadi sosok dingin tak
tersentuh. Ketika satu persatu misteri mulai terjawab, semua masalah yang terjadi dalam
hidupnya mulai terungkap. Di situlah Vanilla merasa lelah dengan semuanya. Entah
apakah ia akan menyerah atau tidak.

Novel yang mengajarkan kita tentang menghadapi semua masalah kehidupan, dari
sosok Vanilla. Bagaimana perjuangan Vanilla beruang untuk bertahan hidup dan
’berperang’ dengan penyakitnya, di saat orangtuanya tidak peduli dengan dirinya.

Pembaca akan dibuat penasaran dan kesal dengan perilaku beberapa tokoh di
dalam novel ini. Kata – kata yang ringan namun cukup membuat pembaca menumpahkan
air matanya. Dalam setiap chapte di novel ini yang memberi kesan ‘gantung’ membuat
pembaca dengan semangat ingin menyelesaikan bacaannya untuk segera mengetahui apa
yang terjadi selanjutnya.

Buku yang dicetak pada tahun 2017 ini mendapat banyak apresiasi dari para
pembaca terbukti pada cetakan kedua, buk ini dilabeli National Book Best Seller. Dan
pada cetakan ketiga, sudah dilabeli ‘Akan segera difilmkan’. Di tambah, ada visual
character yang tersedia di dalamnya, membuat pembaca semakin semangat untuk
memburu novel terbitan Loveable ini.

Namun, setiap karya pasti ada kekurangannya, pada cetakan pertama, terdapat
beberapa kesalahan penulisan yang ada di novel ini. Itu memang wajar, mengingat
pembuatan naskah tidaklah mudah.

Buku ini memang sangat direkomendasikan sekali untuk para pembaca,


khususnya para remaja yang menyukai kisah teen fiction yang mengharu – biru. At all,
semua yang ada di buku ini memang patut di acungi jempol.

5. Keunggulan dan Kelemahan Novel


a. Keunggulan
● Alur cerita sangat bagus.
● Pembaca mudah masuk dalam cerita tersebut.
● Sangat membuat penasaran yang berujung ingin cepat-cepat diselesaikan.
b. Kelemahan
● Alurnya agak bertele-tele
● Banyak kesalahan penulisan dalam novel.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
yang berjudul “ Laporan Resensi Buku Haji Agus Salim ” ini dengan baik tanpa ada halangan.
Laporan Resensi salah satu buku biografi ini berisi mengenai sosok pahlawan bangsa
yakni Haji Agua Salim.
Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibu Puji Lestari selaku
guru mata pelajaran Bahasa Indonesis yang telah banyak membantu kami dalam penyelesaian
tugas ini.
Selain itu, kami berharap semoga laporan resensi buku biografi Haji Agus Salim ini
dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan menjadi referensi untuk menambah pengetahuan
umum.
Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi. Kami mohon maaf setulus-tulusnya atas kesalahan
maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Jakarta, 18 April 2018

Rivany Triany Dewi


DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………………………… 1


Ringkasan ……………………………………………………………………………………….2
Analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik ………………………………………………………….8
Resensi ………………………………………………………………………………………….14
Ringkasan Novel “If You Know Why”

Hiruk pikuk para penumpang, terlihat jelas di pandangan mata Vanilla saat menginjak
Bandara Soekarno-Hatta setelah dua tahun lamanya pergi bersama oragtua angkatnya. Ia
memerhatikan sekeliling. Ia sangat merindukan keramaian seperti yang dilihatnya saat ini.
Sembari menunggu kakak angkatnya, Vanilla berjalan ke sebuah bangku yang terletak di
sudut koridor. Di pasangnya earphone, berwarna, biru yang sedari tadi menggantung di lehernya,
lalu memutarlah alunan lagu Sunday Morning yang dinyanyikan oleh Adam Levine.
Makanya sempet terpejam selama beberapa menit untuk merilekskan tubuh dan juga
pikirannya. Untung saja suara merdu dari penyanyi favoritnya itu dapat menenangkannya. Jika
tidak, ia pasti akan berjalan kesana kemari karena bosan dan tidak nyaman dengan suasana di
sekitarnya. Sebutlah ini terlalu berlebihan, tetapi itu memang fakta. Ia sama sekali tidak suka jika
berlama-lama dikeramaian.
Tak lama, seorang cowo berusia sepantaran dengannya datang dengan seorang pria
bertubuh kekar mengenakan seragam berwarna hitam. Cowok itu menggoyangkan bahunya yang
sedang duduk sembari memejamkan mata. Ia pun membuka matanya saat merasa ada seseorang
yang mengguncang bahunya.
“Pak Rahmat udah nungguin kita di parkiran.’ Vanilla membalasnya dengan anggukan.
Dengan setengah malas, Vanilla bangkit dan mengikuti cowok yang berjalan di depan.
Sedangkan, pria berbaju hitam itu berjalan di belakangnya dengan menyeret dua buah koper
berwarna hitam dan juga biru laut.
Selama perjalanan, Vanilla hanya diam dan memandang keluar jendela. Ia memerhatikan
setiap kendaraan yang berlawanan arah dengan mobil yang di tumpanginya. Entah mengapa
rasanya ia malas mengeluarkan suara meski hanya sepatah kata.
“Yakin untuk kembali?”
“Jangan diingat lagi. Oke?” Vanilla mengangguk tanda bahwa ia mengerti apa maksud
dari ucapan kakak ankatnya, Rey.
“I’m gonna miss you so bad princess,” kata Rey tak rela jika Vanilla berpisah dengannya.
Karena, ia harus kembali ke negara tempat tinggalnya, di Jerman.
“Me too.”
Rey mengusap lembut rambut Vanilla yang duduk di sebelahnya. Vanilla membalasnya
dengan pelukan hangat dari samping dan membenamkan wajahnya di lekukan leher kakak
angkatnya.
Kurang lebih dua puluh menit perjalanan, akhirnya mobil itu berhenti tepat di samping
sebuah toko bunga. Vanilla turun dan berjalan ke arah toko bunga langganannya. Ia membeli
sebuket bunga lily sebelum ia pergi menemui seseorang yang sudah lama dirindukannya. Meski
Vanilla tidak terlihat selama dua tahun belakangan ini, namun si pemilik toko masih mengingat
jelas dirinya.
Vanilla mengecek kembali satu per satu perlengkapannya. Mulai dari papan nama,
rambut yang dikepang dua, tali sepatu berwarna merah dan biru, kaos kaki belang-belang, dan
juga topi kerucut yang terbuat dari kertas karton berwarna merah muda. Sejujurnya ia sedikit
tidak suka dengan penampilannya yang terkesan seperti orang gila. Namun, mau bagaimana lagi,
ia harus berpenampilan seperti itu jika tidak mau memberi kesan buruk di hari pertamanya
menjadi salah satu siswi SMA Nusa Bangsa.
Saat ingin berangkat sekolah Vanilla ke ruang makan untuk sarapan tetapi tatapan sinis
kakak kandungnya, Zero membuat nafsu makan Vanilla pagi itu hilang. Lalu Vanilla langsung
berangkat sekolah menggunakan kendaraannya sendiri tanpa berpamitan kenapa orang tua
angkatnya yang sudah sangat meng-enegkan.
Disekolah, Vanilla bertemu dengan kakak osis yang sangat dingin. Tetapi di balik
kedinginannya itu, ketika upacara berlangsung, Vanilla tidak kuat kemudian pingsan, hanya
Dava satu-satulah yang siap siaga menggangkat Vanilla kedalam UKS.
Tanpa Dava dan Vanilla ketahui, kelima teman mereka sedang mengintip dari balik pintu
dan melihat seluruh adegan yang dilakukan oleh Vanilla dan Dava. Reza, Elang, dan Vino
memang sudah curiga dengan tingkah Dava yang pamit begitu saja. Maka dari itu, mereka
bertiga memutuskan untuk mengikuti Dava secara diam-diam. Saat Dava memasuki ruang UKS,
mereka bertiga mengintip di balik jendela dan juga pintu yang tidak tertutup rapat.

Libur telah tiba, liburan kali ini, Vanilla memutuskan untuk pergi menyegarkan pikiran
dari segala masalah. Sejujurnya, ia lelah dengan semua sandiwara yang tercipta. Namun, dirinya
bukan sosok pengecut yang harus selalu bersembunyi, serta lari dari kenyataan. Vanilla percaya
bahwa suatu hari nanti semuanya akan terbongkar dan saat itulah ia baru bisa pergi dengan
tenang.
Mobil Rey berhenti tepat di depan pintu rumah kediaman keluarga Bharmantyo. Dari
depan rumah saja, Rey sudah tau bahwa sama sekali tidak ada orang di dalamnya kecuali satpam
dan asisten rumah tangga rumah itu. Ditambah lagi, dengan garasi mobil yang hanya terdapat
sebuah jazz putih milik Vanilla. Bahkan, mobil yang biasa digunakan untuk mengantar Vanilla
sekolah pun tak ada.
Suasana pagi hari di kediaman keluarga Bahharmantyo adalah hal yang paling
membosankan bagi Zero. Tak ada lagi suara riuh kedua adiknya yang berebut kursi agar bisa
duduk di sebelahnya. Tak ada lagi canda tawa yang dilontarkan Vanilla ataupun papanya. Yang
ada hanya kesunyian.
Dari tangga, Vanilla bisa melihat keluarganya yang sedang sarapan tanpa ada satu suara
pun yang mereka keluarkan. Cewek itu sudah sangat menarik diri dari keluarganya sendiri
sehingga ia sengaja melakukan lebih banyak aktivitas di luar rumah.
Zero hanya bisa mematung melihat adiknya yang melangkah memasuki audi putih. Ia
benar-benar menyesali perbuatannya yang membuat Vanilla semakin gencar untuk membenci
dirinya. Namun, cowok itu tidak bisa mengontrol emosinya apabila sedang berhadapan dengan
Vanilla. Apalagi, jika melihat Vanilla yang memasang tampang meremehkan. Hal itu membuat
emosinya meledak-ledak sehingga ia bisa membentak, bahkan menamparnya.
Pada saat jam pelajaran olahraga berlangsung, lagi-lagi Vanilla jatuh pingsan, dan lagi-
lagi Davalah yang pertama kali menangkap Vanilla dan membawanya ke UKS. Setelah
menunggu Vanilla siuman, Dava tiba-tiba berbicara serius kepada Vanilla dan mengutarakan
semua perasaannya, Dava mulai mencintai dan menyayangi Vanilla. Sayang lebih dari sekedar
teman ataupun adik kelas.

Vanilla diam tak bersuara. Hatinya telah lama mati. Setelah semua yang terjadi, Vanilla
takut Dava juga akan pergi meninggalkannya di saat dirinya sudah menaruh harapan besar
kepada cowok itu. Cowok itu menangkap wajahnya sehingga Vanilla harus menatap mata indah
itu. Ia terus berusaha mencari kebohongan di dalam mata Dava, sayang sekali Vanilla sama
sekali tidak menemukannya dan saat itulah mereka resmi berpacaran.
Sesampainya dirumah, hati Vanilla sangaaat senang. Tetapi selang beberapa menit semua
berubah, ketika kembarannya, Vanessa menyapanya. Jangankan membalas ucapan Vanessa,
tersenyum saja tidak. Ia langsung berlari ke kamar dan menguncinya agar Vanessa tidak bisa
masuk sesuka hatinya. Dirinya sudah tak sanggup lagi menangis. Pasokan air matanya seolah
habis. Tembok yang dibangunnya sudah terlalu tinggi dan sangat kuat sehingga tak satu orang
pun yang mampu menyelinap masuk ke dalam benteng pertahanannya.
Masih dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya, Vanilla turun dari taksi tepat
di depan sebuah rumah sakit milik keluarga angkatnya. Ia merindukan Rey sehingga ia rela
datang ke tempat yang di bencinya hanya untuk bertemu dengan kakak angkatnya itu.
Sebenarnya, ia lebih merindukan Jason. Namun, Jason sedang sibuk dan kabar yang terakhir
Vanilla dapatkan mengenai Jason, adik kandung Rey, kakak angkat Vanilla, akan melanjutkan
sekolahnya di Milan, Italia.
Ketika Vanilla, Dava, dan kelima teman yang lainnya sedang makan malam di restoran,
mereka bertemu dengan keluarga Bharmantyo yang tidak lain tidak bukan adalah keluarga
kandung Vanilla. Vanilla hanya terdiam. Dava pun hanya memandang Vanilla. Cowok itu
memang tahu bahwa Vanilla mempunyai saudara kembar, tetapi Dava tidak tahu-menahu
mengenai Vanilla yang mempunyai keluarga angkat.
Tak ada hal lain yang Vanilla pikiran selain apa yang akan terjadi selanjutnya. Semua
kenangan masa lalunya terus menyeruak berebut tempat di dalam pikirannya. Mungkin benar,
dirinya sudah gila karena semua suara yang saling bersahutan itu. Mulai suara Vanessa yang
merintih kesakitan hingga suara Zero yang membentak juga menamparnya.
“Vanilla, dont be afraid.”
“Janji sama gue, lo harus bisa lupain gue dan jangan pernah tangisin kepergian gue.”
“Mungkin dulu gue bangga punya lo. Tapi setelah kejadian itu, bahkan gue pengen lo
hilang dari hadapan gue untuk selamanya.”
“Lo adalah hal nyata yang selalu dianggap bayangan oleh orang-orang disekitar lo.”
‘Vanilla help! Vanilla help me!”
“Vanilla! Vanilla help me! She’s try to kill me.”
suara -suara itu saling bersahutan bersama dengan lagu yang sedang di dengarnya. Sekuat
mungkin, ia berusaha membuka mata. Namun, seperti ada lem yang menmpel dimatanya
sehingga sangat sulit untuk dibuka.
Vanilla memiliki alter ego, yaitu berkepribadian ganda. Alter ego itu muncul setelah
meninggalnya Kevin, sahabat Vanilla dalam kecelakaan yang membuat Vanilla sangat terpuruk
saat itu.
Masalah demi masalah selalu bermunculan bergantian. Dimulai dari kakak kelasnya yang
selalu memojokkannya karena dia berpacaran dengan Dava, munculnya Britney mantan
tersayang Dava, datangnya teror-teror yang sangat membuat Vanilla ketakutan, dan ancaman
yang ada di dalam teror tersebut.
Saat mendapat teroran pertama yang berupa katak yang disembelih dengan penuh darah,
Vanilla dilarikan ke rumah sakit dan dirawat selama beberapa hari. Dava sangat khawatir dengan
apa yang terjadi dengan Vanilla, Dava belum mengenal betul sosok Vanilla dan apa yang sedang
terjadi dalam dirinya. Vanilla dirawat dirumah sakit milik orang tua angkatnya, orang tua
kandung Vanilla tidak diberitahu dan tidak ada yg mengetahui keberadaan Vanilla sekarang.
Teroran kedua, yaitu pada saat Vanilla disekolah, ketika dia membuka lokernya matanya
langsung tertuju pada surat berwarna merah yang persis diterimanya seminggu yang lalu.
Diambilnya surat tersebut dan dibacanya kata demi kata. Vanilla meremas surat tersebut hingga
kuku-kuku jarinya memutih. Ia tak suka. Sangat tidak suka dengan orang yang ingin bermain-
main dengannya. Bukan karena kemauannya sendiri, melainkan kemauan dari seseorang yang
selama ini mendiami pikirannya.
Teroran ketiga yaitu melalui Alan, ketua kelas Vanilla. Alan membawa bunga yang
dititipkan seseorang untuk Vanilla. Di selipan bunga itu terdapat post script. Setelah membaca isi
pesan singkat itu, pandangan matanya kembali tertuju ke buket bunga yang tergeletak di mejanya
itu. Ia baru menyadari bahwa buket bunga itu berisikan rangkaian bunga mawar putih. Seketika,
ia terdiam dengan raut wajah yang menegang.
Teroran keempat kembali setangkai bunga mawar putih sudah berada di dalam lokernya
beserta pesan singkat dalam kertas memo. Vanilla seperti orang yang ketakutan. Ia pun berjalan
dengan buru-buru seraya berusaha menenangkan pikirannya agar tidak kembali mengingat
tentang kecelakaan dan juga teror yang belakangan ini semakin menghantuinya.
Teroran-teroran itu semakin hari semakin jadi. Rey dan Jason menyadari ada yang
membuat Vanilla ketakutan, maka dari itu mereka bekerja sama untuk menemui siapa orang
dibalik teror tersebut.
Sore itu langit terlihat mendung. Sejenak Vanilla terdiam ketika ia berdiri persis di
samping makam Kevin yang di balut rerumputan hijau yang tertata rapi. Ia selalu berpikir,
seharusnya dirinyalah yang berada di dalam sana, nukan sahabatnya. Ia memang pantas
disalahkan atas semuanya, karena permasalahan itu berawal darinya. Mungkin ini akibat yang
harus ditanggungnya.
Vanilla menarik napas sebelum mulai bercerita. “Vin, satu hal yang gue takutkan. Gue
takut apa yang udah lo lakuin semua hancur karena gue. Apa yang dulu pernah kita rencanain
sia-sia. Gue gak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi gue yakin dia--ada kaitannya dengan
semua ini. Firasat gue mengatakan bahwa dia kembali membawa dendam masa lalu. Sampai
kapanpun dia gak akan pernah berhenti ngincar gue sebelum dia dapat apa yang dia inginkan.
Gimana kalau semua itu benar? Dia gila, Vin. Otaknya hanya dipenuhi rencana jahat untuk
membalaskan dendamnya. Gue takut ekspetasi gue menjadi kenyataan dan orang-orang disekitar
gue terancam karena dia. Dia--”
Ucapan Vanilla terhenti ketika setelah ia merasa seperti ada seseorang yang berbisik dan
mengatakan seseorang sedang mengikutinya. Pandangannya langsung menatap liar seluruh
penjuru makam, tetapi ia tidak menemukan satu orang pun yang ia rasa mengikutinya. Hanya ada
beberapa orang yang sedang mengunjungi makan keluarga ataupun kerabat mereka.
Banyak hal yang dirindukan Vanilla pada masa lalunya. Vanilla merindukan kenangan-
kenangan indah sat ia masih bisa tertawa lepas tanpa beban sedikit pun. Vanilla merindukan
masa dimana ia masih bisa merasakan kasih sayang kedua orangtuanya. Ia merindukan keluarga
harmonis seperti dulu. Bahkan, dirinya rindu berkumpul bersama kedua keluarga besarnya.
Berlibur bersama serta merayakan pesta-pesta lainnya.
Teroran-teroran masih saja menghantui Vanilla. Semakin lama malah semakin menjadi.
Teroran itu tertuju untuk Vanilla agar dia menjauhi semua teman-teman terdekatnya, Dava,
termasuk keluarga angkatnya yaitu Rey dan Jason.
Lambat laun Vanilla mengetahui siapa dalang dalam peneroran itu. Dia adalah Dirga, dari
keluarga Dirgantara, pemilik salah satu saham perusahaan terbesar dan teman dekat keluarga
kandung dan keluarga angkat Vanilla. Ternyata firasatnya selama ini benar, Dirga kembali lagi
untuk membalaskan dendamnya kepada Vanilla yang sudah menjebloskan ayahnya ke penjara
hingga dia meninggal di dalam penjara. Dirga datang sebagai orang yang di anggap psikopat.
Polisi sudah mengenalinya dan menjadi salah satu orang yang dicari di dalam dunia kepolisian.
Dirga sudah membunuh lebih dari 10 orang untuk mendapatkan apa yang dia mau. Dia seorang
psikopat sejak jatuhnya perusahaan ayahnya dan kematian ayahnya.
Tekad Vanilla sudah bulat. Dirinya harus mengakhiri semuanya malam ini juga. Bahkan,
ia telah menyusun rencana dengan waktu yang begitu singkat untuk membebaskan Ferrio, Emily,
dan Kiki yang kini menjadi tawanan Dirga. Vanilla berusaha mengecoh Dirga dengan
mendatanginya secara terang-terangan dan mengalihkan perhatian Dirga. Sedangkan dirinya
sudah menghubungi Britney untuk bekerja sama membebaskan Ferrio dan yang lain.
“DIRGA! KELUAR SEKARAN JUGA! JANGAN JADI PENGECUT LO!”
Semenjak kedatangan Vanilla ke gubuk milik Dirga, Vanilla lebih berani untuk melawan
kejahatan Dirga.
Malam harinya, saat Vanilla sedang menyusuri jalan menggunakan mobilnya, ada truk
yang mengikutinya yang ternyata pengendaranya adalah Dirga. Vanilla menancap gas pedal
lebih dalam, Vanilla membelokkan setirnya ke arahn jurang dan truk tersebut menghantam keras
mobilnya sehingga mobil Vanilla masuk ke dalam jurang.
Keesokan harinya polisi datang ke kediaman keluarga Bharmantyo dan menyatakan
bahwa Vanilla sudah meninggal di tempat.

Tepat di hari ulangtahunnya yang ke 16, Vanilla Arnesya pergi untuk selama-lamanya.
Meninggalkan sanak saudara dengan kenangan indah dan penyesalan orang-orang terkasihnya.
Tidak ada satu pun yang tidak meneteskan air mata duka saat peti coklat yang berisi jenazah
Vanilla dimasukkan ke dalam tanah. Di kubur bersama ribuan kenangan dan ditutupi oleh
banyaknya taburan bunga. Tidak ada satu pun yang percaya bahwa cewek ceria yang menyimpan
sejuta rahasia itu telah pergi meninggalkan mereka. Semua orang terdekatnya merasa bahwa
Vanilla masih berada disini, di sisi mereka, dan akan terus bersama mereka.

Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik

1. Unsur Intrinsik
a. Tema
Cobaan kehidupan.
Bukti : “seorang cewek yang mempunyai sifat periang, cerewet, dan gabisa diem
berubah menjadi sosok yang sangat pendiam, murung, dan ketus.”
b. Alur
Campuran
Bukti : karena di pertengahan cerita ketika keluarga Vanilla dan Rey sedang
berkumpul disitu awal mula diceritakannya kembali mengapa ayah Vanilla tega
menjual anaknya sendiri kepada keluarga Rey.
c. Tokoh dan Penokohan
1) Vanilla
● Alter ego (berkepribadian ganda)
Bukti : “Vanilla memiliki penyakit alter ego semenjak meninggalnya
Kevin pada kecelakaan masa lalunya”
● Periang
Bukti : “Vanilla anak yang sangat periang dan ceria, tapi karna masa lalu
yang sangat mengganggunya itu, dia berubah menjadi ketus dan dingin.”
● Selalu mementingkan teman-temannya
Bukti : Vanilla rela menjauhi teman-temannya agar mereka tidak ikut
dalam permasalahan dia dengan Dirga.
● Suka dengan anak kecil
Bukti : setiap sore Vanilla selalu ke taman dekat rumahnya sendiri untuk
bermain bersama anak-anak yang sedang berada disana.

2) Tyo ( ayah kandung Vanilla )


● Tega
Bukti : “tega ya kamu yo, kamu sangat tega menjual anakmu sendiri hanya
karna perusahaanmu ingin bangkrut. Aku benar-benar tidak habis pikir
dengan jalan pikiranmu.”
● Tidak adil memberikan kasih sayang
Bukti : “kenapa hanya Vanessa pah? Kenapa selalu Vanessa? Aku juga
anak papah”
● Mementingkan diri sendiri
Bukti : “tega ya kamu yo, kamu sangat tega menjual anakmu sendiri hanya
karna perusahaanmu ingin bangkrut. Aku benar-benar tidak habis pikir
dengan jalan pikiranmu.”
3) Jason ( kakak angkat Vanilla )
● Penyayang
Bukti : “gue sayang banget sama lo, makanya gue kayak gini, Van.”
● Pintar
Bukti : kabar terakhir yang Vanilla dapatkan, Jason akan melanjutkan
kuliah dan mendapatkan beasiswanya di Milan, Italia.
4) Rey (kakak angkat Vanilla )
● Penyayang
Bukti : “keluarga gue udah bener-bener nganggep lo kayak keluarga
kandung. Gue kayak gini bukan karna kasian sama lo, gue beneran sayang
dan mau ngejaga lo.”
● Bijakana
Bukti : “gue gamau ngasih tau Jason dulu karna gue tau dia orangnya
kayak gimana kalo menyangkut Vanilla. Jadi kita jalanin dulu rencana kita
tanpa Jason ketahui.”

5) Dava
● Setia
Bukti : “Britney masa lalu gue Van. lo harus percaya gue sayang banget
sama lo. Gue gak akan ninggalin lo cuma karna Britney balik lagi kesini.
Lo percata sama gue ya?”
● Dingin
Bukti : “lo tuh nyebelin Dav, dingin banget jadi orang. Tapi gapapa, gue
seneng dengan cara lo sendiri lo bisa bikin gue bahagia kalo lagi sama lo.”
● Ketus
Bukti : “ketus lo yang bikin gue kangen.”
6) Zero (kakak kandung Vanilla)
● Emosian
Bukti : “sebenernya gue kangen lo banget Van, tapi hati gue selalu kebawa
emosi. Gue gengsi. Maaf banget kemaren sempet nampar lo”
● Penyayang
Bukti : “sekali lo nyakitin mama, gabakal gue biarin lo.”
● Ketus
Bukti : “Jadi Zero itu beneran kakak kandung lo? Plis deketin gue van, dia
dingin banget ketus banget, gue takut. Pliss.”
7) Dirga
● Psikopat
Bukti : Dirga telah menjadi psikopat setelah kematian ayahnya. Dia telah
membunuh lebih dari 10 orang untuk memenuhi apa yang dia mau.
● Pendendam
Bukti : “gue dateng lagi buat ngebales ayah gue buat lo, Vanilla.”

d. Latar
● Hiruk pikuk para penumpang, terlihat jelas di pandangan mata Vanilla saat
menginjak Bandara Soekarno-Hatta setelah dua tahun lamanya pergi bersama
orangtua angkatnya. Ia memerhatikan sekeliling. Ia sangat merindukan keramaian
seperti yang dilihatnya saat ini.

Latar Waktu Latar Tempat Latar Suasana

- Bandara Soekarno-Hatta Ramai

● Sesampainya di ruang makan ingin sarapan, hal yang pertama kali di lihatnya
adalah makanan yang sama sekali belum disentuh. Senyum yang awalnya terukir
di sudut bibirnya hilang begitu saja dan digantikan dengan helaan napas.

Latar Waktu Latar Tempat Latar Suasana

Pagi hari Ruang makan Kecewa

● Dava terus memerhatikan Vanilla yang hanya melamun memandang luar jendela
mobil dengan tatapan kosong. Sebenernya, ia ingin sekali bertanya kepada cewek
itu, tetapi niatan itu ia urungkan karena tak ingin membuat keadaan Vanilla
semakin buruk.

Latar Waktu Latar Tempat Latar Suasana

- Dalam mobil Tegang

● Sore itu langit terlihat mendung. Sepertinya hujan hendak turun, tetapi itu tidak
membuat Vanilla mengurungkan niatnya untuk mengunjungi makam sahabatnya.
Saat ia mendatangi tempat itu, kakinya selalu saja bergetar.

Latar Waktu Latar Tempat Latar Suasana

Sore hari Makam Sedih

e. Sudut Pandang
Orang ketiga
Bukti : penulis menggunakan nama “Vanilla” sebagai tokoh utama dalam novel
tersebut.
f. Gaya Bahasa
● Sederhana dan mudah dimengerti.
● Tidak ada majas.
● Perumpamaan kata maupun diksi.
g. Amanat
Sejahat atau seburuk apapum keluarga kita mereka tetaplah keluarga kita, maka
kita tidak boleh membenci dan memaafkan kesalahan sebesar apapun itu.

2. Unsur Ekstrinsik
a. Nilai yang terkandung
● Nilai Religi
Selalu mendoakan orang yang sudah meninggal agar bahagia di alam sana.
● Nilai Moral
Tidak membenci orangtua walaupun sudah melalukan kesalahan yang sangat
besar.
● Nilai Sosial
Selalu mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri,
● Nilai Budaya
Merayakan acara-acara adat yang sudah di tradisikan sejak jaman dahulu.
b. Latar Kepengarangan Penulis
Penulis ingin menunjukkan konflik pada masa lalunya agar pembaca mengerti
asal usul ceritanya.

c. Masyarakat Pembaca
Pembaca dapat mengambil hikmah dari cerpen tersebut bahwa sebesar apapun
kesalahan orang lain kepada kita, kita harus memaafkannya dan tidak mengambil kesimpulan
orang itu salah sebelum mereka sendiri yang menjelaskan.

Anda mungkin juga menyukai