Anda di halaman 1dari 12

ANAEROBIC DIGESTER

Antita Kusuma P., Elsa Krisdiana, Rosalia Mustika H., Bella Pratiwi, Agus Jatmiko

Anaerobic digester adalah proses biokimia dimana bahan organik terurai tanpa adanya
oksigen oleh berbagai jenis mikroorganisme anaerob. Proses AD banyak terjadi di
lingkungan seperti, sedimentasi air laut, rawa gambut. Instalasi biogas, hasil dari proses AD
adalah biogas dan digestate. Jika substrat AD adalah campuran homogen dari dua atau lebih
bahan baku, maka proses tersebut disebut co-digestion dan umumnya sebagian besar
digunakan aplikasi biogas pada saat ini.
3.1.1. Substrat pada AD
Berbagai jenis biomassa dapat menggunakan substrat untuk produksi biogas dari AD
(gambar 3.1 dan gambar 3.2). Contoh substrat yang biasa digunakan pada biogas dan bisa
digunakan pada proses AD :
1.
Pupuk kandang dan bubur.
2.
Residu pertanian dan produk
3.
Limbah organik hasil olahan dari industri makanan dan industri pertanian (seperti
tumbuhan dan hewan)
4.
Fraksi sampah organik dari kota atau produksi katering
5.
Mendedikasikan tanaman energi (jagung, semanggi)

Gambar 3.1 sampah kota yang dipasok ke pabrik biogas Jerman (RUTZ 2008)

Gambar 3.2 Sampah ketering (RUTZ 2007)

Gambar 3.3
Pemanfaatan pupuk kandang dan slurry sebagai bahan baku untuk AD memiliki
beberapa keuntungan karena sifat mereka:
1.
Secara alamiah berisi mikroorganisme anaerob.
2.
Kandungan air yang tinggi (4-8% DM dalam lumpur), bertindak sebagai pelarut untuk
lainnya co-substrat dan memastikan pencampuran biomassa yang tepat dan mengalir
3.
Harga murah
4.
Aksesibilitas tinggi, dikumpulkan sebagai residu dari peternakan.
Selama beberapa tahun terakhir, bahan baku kategori baru untuk AD telah diuji dan
diperkenalkan di banyak negara, tanaman yang berdedikasi energi (DEC) yang merupakan
tanaman yang ditanam secara khusus sebagai energi di produksi biogas. DEC dapat menjadi
Herba (seperti rumput, jagung, raps) begitu juga tanaman berkayu (seperti willow, poplar)
meskipun tanaman berkayu perlu dilakukan pre-treatment khusus dulu.
Substrat untuk AD dapat diklasifikasikan ke berbagai kriteria: keasliaanya, bahan
keringnya (DM), dan hasil metananya. Tabel 3.2 memberikan gambaran tentang karakteristik
untuk beberapa jenis bahan baku yang dihasilkan dari proses AD. substrat yang didalamnya
mengandung DM lebih rendah dari 20% digunakan untuk digester yang sering disebut
fermentasi basah. kategori ini meliputi lumpur dan kotoran hewan serta berbagai limbah
organik basah dari industri makanan. Bila konten DM setinggi 35%, hal itu fermentasi kering,
dan itu pada tanaman energi dan siliges. pilihan jenis dan jumlah bahan baku untuk
campuran AD substrat tergantung pada konten DM mereka serta kandungan gula, lemak, dan
protein. Substrat yang mengandung jumlah lignin tinggi , selulosa dan hemiselulosa dapat
juga menjadi co-digester, tapi sebuah pre-treatment biasanya diterapkan dalam kasus ini
untuk meningkatkan daya cerna mereka.

Tabel 3.2 karakteristik dari beberapa tipe bahan baku digester (AL SEADI 2001)
TIPE
KANDUNGAN C:N D VS
Hasil
Kotoran
Bahan lain
BAHAN
ORGANIK
ratio M
%
Biogas
fisik yang
yang tidak
3
BAKU
%
of m *kg
tidak
diinginkan
1
D
VS
diinginkan
M
Bubur babi
Karbohidrat,
3-10 3-8 700,25- Kayu
Antibiotiks,
protein, lemak
80
0,50
asahan,
disinfektan
bulu, air,
pasir, kabel,
jerami
Bubur ternak Karbohidrat,
6-20 5- 80
0,20- Bulu,air,
Antibodi,
protein, lemak
12
0,30
jerami,kayu disinfektan,
asahan,
NH4+
tanah
Bubur
Karbohidrat,
3-10 10- 80
0,35- Butiran
Antibodi,
unggas
protein, lemak
30
0,60
batu, bulu,
disinfektasn
pasir
, NH4+
Isi usus
Karbohidrat,
3-5 15 80
0,40- Jaringan
Antibiotik,
protein, lemak
0,68
hewan
disinfektan
Air sisa
75-80% laktosa
8- 90
0,35- Pencemaran
pembuatan
20-25% protein
12
0,80
transportasi
keju dari
susu
lumpur
65-70% protein
Jaringan
Logam,
30-35% lemak
hewan
disinfektan,
polutan
organik
Air bekas
karbohidrat
4-10 1-5 800,35cucian ragi
95
0,78
jerami
Karbohidrat
80- 70- 800,15- Butiran
lemak
100 90 90
0,35
batu, pasir
Sampah
100- 60- 90 0,20=0, Tanah,
pestisida
taman
150 70
50
selulosa
rumput
12- 20- 90
0,55
Butiran batu pestisida
25
25
Sampah buah
35 15- 75
0,2520
0,50
Minyak ikan 30-50% lemak
mentega
90% lemak
sayur
alkohol
40% alkohol
Sampah
10 80
0,50- Tulang,
Disinfektan
organik di
0,60
plastik,
, logam,
rumah-rumah
logam,kayu, polutan
kaca,
organik
patung

Potensial hasil metana adalah salah satu kriteria penting dari evaluasi perbedaan
substrat AD (Gambar 3.4). Itu terlihat, bahwa pupuk kandang memiliki hasil metana lebih
rendah. Oleh karena itu, kotoran hewan tidak dicerna sendiri saja, tapi dicampur dengan
co-substrat lainnya, hingga menghasilkan metana yang tinggi, dalam rangka untuk
meningkatkan produksi biogas. Cummon co-substrat, ditambahkan untuk co-pencernaan
dengan pupuk kandang dan lumpur, adalah residu berminyak dari makanan, perikanan dan
pakan industri, limbah alkohol, dari tempat pembuatan bir dan gula industri, atau tanaman
energi bahkan khusus dibudidayakan.

Gambar 3.4 Tolak ukur spesifik gas metana (PRAL 2007)


Bahan baku untuk AD bisa mengandung kontaminasi kimia, biologi dan fisika.
Kontrol kualitas dari semua jenis bahan baku sangat penting dalam rangka untuk memastikan
daur ulang yang aman dari digester seperti pupuk. Kontaminasi untuk beberapa jenis bahan
baku AD umum ditunjukkan dalam Tabel 3.3. Limbah yang berasal dari hewan memerlukan
perhatian khusus jika digunakan sebagai substrat untuk AD.

3.2 Proses Biokimia pada AD (Anaerobic Digester)


AD (Anaerobic Digester) adalah proses mikrobiologi dekomposisi bahan atau zat
organik tanpa ada oksigen. Produk utama yang dihasilkan dari proses ini adalah biogas dan
digester. Biogas adalah gas yang mudah terbakar terdiri dari metana dan CO2. Digester
adalah substrat yang telah membusuk yang dihasilkan dari produksi biogas.
Pada AD, hanya sedikit panas yang digunakan dibandingkan dengan dekomposisi
aerobik (terdapat oksigen) seperti pada kompos. Energi yang berikatan secara kimia dengan
substrat berubah menjadi biogas yang diproduksi yaitu berupa metana.
Proses pembentukan biogas adalah hasil dari beberapa tahap proses, dimana material
asalnya dibagi menjadi unit yang lebih kecil. Mikroorganisme spesifik ada pada setiap
individual tahap, dimana organisme secara beriringan membusukan produk dari proses
sebelumnya. Diagram sederhana dari proses AD dapat digambarkan pada gambar 3.2.1 ,
dimana mempunyai empat proses utama yaitu hydrolysis, acidogenesis, acetogenesis, dan
metagonesis.

Karbohidrat

Gula

Asam Karbon
Alkohol

Asam Lemak

Lemak

Protein

Asam Amino

Acidogenesis

Hydrolisis

Metana
CO2

AsaeCO2
Hidrogen
Hidrogen
NH3
CO2

Acetogenesis

Methanogenesis

Gambar 3.2.1 Diagram alir proses biokimia pada anaerobic DIgester


Proses tahap yang ditampilkan pada gambar 3.2.1 , secara paralel bekerja terhadap
waktu dan tempat pada digester tank. Kecepatan dari proses total dekomposisi ditentukan
oleh reaksi yang paling lambat pada ikatan. Pada plan biogas , proses vegetable substrate
terdiri dari selulosa, hemi-selulosa, dan lignin. Hidrolisis adalah penentu kecepatan pada
proses. Pada hidrolisis, biogas yang diproduksi hanya dalam jumlah yang sedikit. Puncak dari
produksi biogas adalah ketika proses metanogenesis.
3.2.1. Hidrolisis
Secara teori, hidrolisis adalah tahap pertama pada proses AD, dimana zat organik
kompleks (polimer) dibusukan kedalam unit yang lebih kecil (mono dan oligomers). Pada
saat hidrolisis, polimer seperti karbohidrat, lemak, asam nukleus dan protein diubah menjadi
glukosa, gliserol, purine, pyridine. Mikroorganisme hidrolitik menghasilkan enzim hidrolitik,
dan diubah menjadi biopolimer yang lebih sederhana dan bahan padat yang dapat dilarutkan
seperti pada reaksi dibawah ini :
Lemak
Polysaccharide
Protein

asam lemak, gliserol


monosaccharide
asam amino

Bermacam-macan mikroorganisme pada hydrolisis dihasilkan oleh exoenzim. Produk


yang dihasilkan pada hydrolisis adalah untuk pembusukan lanjutan oleh mikroorganisme
yang ada dan digunakan untuk proses metabolismenya sendiri.

3.2.2. Acidogenesis
Pada acidogenesis, produk dari hidrolisis diubah oleh bakteri acidogenic (fermentasi)
menjadi substrat metanogenik. Gula, asam amino dan asam lemak diubah menjadi asetat,
CO2, dan hidrogen (70%) serta menjadi volatile fatty acids (VFA) dan alkohol (30%).
3.2.3. Acetogenesis
Produk dari acidogenesis, yang tidak bisa secara langsung diubah menjadi metana oleh
bakteri metanogenik, diubah menjadi substrat metanogenik ketika proses acetogenesis, VFA,
dan alkohol dioksidasi menjadi substrat metanogenik seperti asetat, hidrogen, dan CO2, VFA
dengan rantai karbon yang lebih panjang dari dua unit dan alkohol dengan rantai karbon lebih
panjang dari satu unit yang dioksidasi menjadi asetat dan hidrogen. Produksi dari hidrogen
meningkatkan sebagian tekanan dari hidrogen. Dapat dikatakan sebagai produk habis pakai
dari acetogenesis dan menghambat proses metabolisme dari bakteri acetogenic. Pada
metanogenesis, hidrogen diubah menjadi metana. Acetogenesis dan metanogenesis berjalan
secara paralel sebagai simbiosis dari dua kelompok organisme.
3.2.4. Metanogenesis
Produksi dari metana dan CO2 dari produk intermediate dilakukan oleh bakteri
metanogenik. Persentase pembentukan metana dari asetat adalah 70% dan 30% sisanya
diproduksi dari hidrogen dan CO2, sesuai dengan persamaa berikut :
Asam asetik
Hidrogen + CO2

metana + CO2
metana dan air

Metanogenesis adalah tahap penting pada proses anaerobic DIgester, dimana proses
ini adalah proses reaksi biokimia yang paling lambat. Metanogenesis mempunyai pengaruh
yang penting pada kondisi operasi. Komposisi dari feedstock, feeding rate, suhu, dan pH
adalah contoh faktor yang mempengaruhi proses metanogenesis. Ketika tanki digester
overloading, suhu akan berubah atau kelebihan oksigen akan mempengaruhi hasil akhir dari
proses metana.
3.3. Anaerobic Digester (AD) Parameters
Efisiensi dari AD dipengaruhi oleh ketersediaan kondisi yang sesuai untuk
mikroorganisme anaerobik. Pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme anaerobik secara
signifikan dipengaruhi oleh:
Kadar oksigen (tidak boleh ada oksigen)
Temperatur yang konstan
Nilai pH
Persediaan nutrient
Intensitas pengadukan
Kadar dan keberadaan penghambat (contoh: amonia)
3.3.1 Temperatur
Proses AD dapat berlangsung pada beberapa rentang temperatur yang terbagi menjadi:
Psychrophilic ( <25 oC)
Mesophilic (25 oC - 25 oC)

Thermophilic (45 oC - 70 oC)

Thermal Stage
Psychrophilic
Mesophilic
Thermophilic

Tabel 3.1 Hubungan temperatur dan HRT


Process Temperature
Minimum Retention Time
<20 oC
70 to 80 days
o
30 to 42 C
30 to 40 days
43 to 55 oC
15 to 20 days

Proses AD menggunakan satu nilai temperatur yang sudah ditetapkan sebagai set point.
Pertimbangan penetapan temperatur ini adalah feedstock yang digunakan. Untuk kontrol
temperatur biasanya digunakan sistem pemanasan dinding, didalam digester. Gambar 1.1
menunjukkan hubungan antara laju relatif produksi biogas dan temperatur dan HRT.

Gambar 1.1 Hubungan laju relatif produksi biogas dengan T dan HRT
Banyak proyek biogas modern beroperasi pada temperatur thermophilic. Berikut
kelebihan dari proses thermophilic :
Efektif menghancurkan pathogen.
Laju pertumbuhan bakteri methanogenic lebih tinggi di temperatur lebih tinggi
Mengurangi HRT, membuat proses lebih cepat dan lebih efisien
Meningkatkan digestibility dan ketersediaan substrat
Lebih baik mendegradasi substrat padat dan lebih baik dalam penggunaan substrat
Kemungkinan pemisahan substrat cair dan padat lebih baik.
Kerugian proses thermophilic:
Tingkat ketidakseimbangan yang tinggi
Butuh energi yang besar untuk menjaga temperatur
Resiko terdapat amonia lebih tinggi
Daya larut dari berbagai macam senyawa (NH3, H2, CH4, H2S, dan VFA) juga dipengaruhi
temperatur. Hal ini dapat berpengaruh secara signifikan terhadap material yang sifatnya
menghambat proses.

Tabel 3.2 Hubungan antara temperatur dan daya larut gas di air
Gas
Temperatur (oC)
Solubility
Changed Solubility
(mmol/l water)
50 oC 35 oC
H2
35
0,749
3,3%
50
0,725
CO2
35
26,6
36%
50
19,6
H2S
35
82,2
31%
50
62,8
CH4
35
1,14
19%
50
0,962
Kekentalan substrat AD berbanding terbalik terhadap temperatur. Ini berarti substrat
akan lebih cair di temperatur tinggi dan difusi dari material terlarut terfasilitasi. Temperatur
thermophilic menghasilkan laju reaksi kimia yang lebih cepat, sehingga menyebabkan
produksi metana dengan efisiensi yang lebih baik, daya larut lebih tinggi dan kekentalan lebih
rendah.
Sangat penting untuk menjaga temperatur konstan selama proses digestion untuk
mendapatkan produksi metana yang optimum. Perubahan temperatur atau fluktuasi akan
berpengaruh negatif terhadap produksi biogas. Bakteri thermophilic lebih sensitif terhadap
fluktuasi temperatur 1oC dan membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi pada
temperatur baru. Bakteri mesophilic lebih tidak sensitif daripada thermophilic. Flukstuasi
temperatur 3oC masih dapat ditoleransi, tanpa pengurangan yang signifikan terhadap
produksi metana.
3.3.3. Asam Lemak Volatil (VFA)
Stabilitas dari proses AD dapat dilihat dari konsentrasi seperti VFA. VFA merupakan
intermediate compounds (asetat, propanat, butirat, laktat), yang dihasilkan selama proses
acidogenesis, dengan rantai karbon mencapai enam atom. Di beberapa kasus, proses AD
tidak stabil akan menyebabkan penimbunan VFA di dalam digester, dimana penimbunan ini
dapat menyebabkan penurunan nilai pH. Namun, penimbunan VFA tidak akan selalu ditandai
dengan penurunan nilai pH, karena terdapat buffer di digester. Pupuk dari kotoran hewan
yang memiliki alkalinitas tinggi, yang berarti penimbunan VFA melebihi tingkat tertentu,
sebelum terdeteksi penurunan nilai pH yang signifikan. Pada titik tersebut, konsentrasi VFA
pada digester sangat tinggi, sehingga proses AD sudah sangat terhambat.
Berdasarkan penelitian bahwa dua digester yang berbeda dapat berperilaku sama sekali
berbeda dalam hal konsentrasi VFA yang sama, sehingga satu dan konsentrasi yang sama dari
VFA bisa optimal untuk satu digester, tapi dapat menghalangi untuk yang lain. Salah satu
fakta menjelaskan bahwa komposisi populasi mikroorganisme bervariasi dari digester ke
digester. Untuk alasan ini, dan seperti dalam kasus pH, konsentrasi VFA tidak dapat
direkomendasikan sebagai parameter pemantauan proses yang berdiri sendiri.
3.3.4. Amonia
Amonia merupakan senyawa yang mempunyai fungsi penting untuk proses AD. NH3
merupakan nutrient yang penting, berfungsi sebagai bahan makanan pendahulu dan pupuk

dan biasanya ditemui sebagai gas, dengan bau menyengat. Protein adalah sumber utama
amonia untuk proses AD.
Konsentrasi amonia terlalu tinggi di dalam digester, terutama amonia bebas (ammonia
yang tidak terionisasi), adalah penyebab
penghambatan proses yang terjadi. Biasanya
sumber AD yang berasal dari kotoran hewan mempunyai konsentrasi tinggi yang berasal dari
urine. Untuk mencegah efek tersebut, konsentrasi amonia harus tetap dibawah 80 mg/l.
Bakteri methanogenic sangat sensitif pada penghambatan amonia. Konsentrasi pada free
amonia sebanding dengan temperatur. Jadi bila beroperasi pada suhu termophilic akan
meningkatkan resiko pada proses amonia inhibition, dibandingkan dengan suhu mesophilic .
Konsentrasi free amonia dapat dihitung menggunakan persamaan :
[NH3] =
dimana [NH3] dan [T-NH3] adalah konsentrasi free amonia dan total konsentrasi
amonia, dan ka adalah parameter disosiasi, dimana nilainya akan meningkat sebanding
dengan temperature. Ini berarti bahwa peningkatan pH dan peningkatan suhu akan
menyebabkan meningkatnya penghambatan (inhibition), dan karena faktor-faktor ini akan
meningkatkan fraksi pada free amonia. Ketika proses dihambat oleh amonia, peningkatan
konsentrasi VFA akan menyebabkan pH menurun. Ini akan menetralkan efek amonia karena
penurunan kosentrasi free amonia.
3.3.5. Macro- dan micronutrient (trace elements) dan senyawa racun
Bahan mikro (trace elements) seperti iron, nikel, kobalt, selenium, molibdenum atau
tungsten merupakan senyawa penting untuk pertumbuhan dan keberlangsungan hidup
mikroorganisme AD sebagai macronutrient karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur. Rasio
optimal untuk macronutrient (C:N:P:S) adalah 600:15:5:1. Ketersedian nutrisi yang kurang
dan trace elementer, serta terlalu tinggi pencernaan substrat bisa menghambat dan
menimbulkan gangguan pada proses AD.
Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme anaerobic adalah senyawa
racun. Senyawa racun tercampur ke dalam sistem AD bersamaan dengan dimasukan substrat
ke dalam digester atau dihasilkan selama proses. Menentukan jumlah senyawa racun yang
ditoleransi adalah sulit, di satu sisi karena banyak material yang berhubungan dengan proses
kimia dan
di sisi lain karena kemampuan mikroorganisme anaerobic untuk
mengadsorbsi, dengan beberapa batas, kondisi lingkungan, dari hal itu kita dapat mengetahui
keberadaan senyawa racun.
3.4. Parameter Operasional
3.4.1. Organic Load
Hasil biogas yang optimum diperoleh dengan mencerna substrat, yang memerlukan
waktu tinggal substrat di digester dan bergantung ukuran digester. Pemilihan desain sistem
(ukuran dan tipe digester) atau penentuan waktu tinggal berdasarkan analisis produksi biogas
yang optimal dan plan yang ekonomis. Organic load merupakan parameter operasional yang
mengindikasi berapa jumlah bahan organik kering yang dimasukan ke dalam digester, per
volume dan satuan waktu, berdasarkan persamaan berikut,

Dimana,
: organic load [kg/d*m3]
: massa substrat yang dimasukan per satuan waktu [kg/d]
: konsentrasi organik kering [%]
: volume digester [m3]
3.4.2. Hydraulic Retention Time (HRT)
HRT merupakan rata-rata interval waktu ketika substrat berada di dalam tangki
digester. HRT berhubungan dengan volume digester dan volume substrat yang dimasukan
per satuan waktu, berdasarkan persamaan berikut,
Dimana,
: Hydraulic Retention Time [hari]
: volume digester [m3]
: volume substrat yang dimasukan per satuan waktu [m3/d]
Berdasarkan persamaan diatas, kenaikan organic load dapat menurunkan HRT. Laju
penggandaan bakteri anaerobic biasanya 10 hari atau lebih. HRT yang singkat memberikan
laju aliran substrat yang baik, tetapi sedikit gas yang dihasilkan. Hal tersebut sangat penting
untuk menyesuaikan laju dekomposisi spesifik yang digunakan pada substrat. Target HRT,
input bahan baku harian, dan laju dekomposisi substrat, hal tersebut memungkinkan untuk
menghitung volume digester yang diperlukan
3.4.3. List Parameter
Beberapa parameter (Tabel 3.6) bisa digunakan untuk mengevaluasi plan biogas dan
untuk membandingkan pada sistem yang berbeda.
Dua kategori pada parameter yang bisa ditemukan,
1. Data operasi, dimana akan ditentukan dari pengukuran
2. Parameter, yang akan dihitung dari data pengukuran
Untuk mengevaluasi kinerja kemampuan plan biogas, sebuah analisis multi-kriteria yang
harus dilakukan.

Tabel 3.6 Parameter operasional pada plan biogas


Parameter
Suhu
Tekanan operasional
Kapasitas
Volume reaktor
Kualitas gas
Waktu tinggal

Simbol
T
P
V
VR
V per hari;
V per tahun
HRT
MGRT

d
kg oTS/m3*d

Organic load
Konsentrasi metana pada
biogas
Specific biogas yield

Satuan
o
C
mbar
m3/d; t/d
m3
3
m /d; m3/a

CH4

%
%

Specific biogas
production
Gross energy

m3/ m3

Produksi listrik

kWh

Output ke grid

kWh

Efesiensi BTTP

kWh

Station supply
termal/electric
Specific station supply
termal/electric
Produksi energi

Efisiensi plan

%
kWh
kWh/ m3 input
Koh/GV
kWh

Availability

Utilization

Total investment

Subsidi

Persentase subsidi

Investasi spesifik

/m3 reaktor
/GV
/m3 input
/GV

Specific treatment cost

Ketentuan
Pengukuran selama beroperasi
Pengukuran selama beroperasi
Pengukuran
Ditentukan oleh konstruksi
Pengukuran selama beroperasi
dan konversi ke Nm3
Perhitungan dari data
operasional
Perhitungan dari data
operasional
Pengukuran selama beroperasi
Perhitungan dari data
operasional
Perhitungan dari data
operasional
Ditentukan dari kualitas
konsentrasi biogas dan metana
Pengukuran pada generator
BTTP
Pengukuran setelah setelah
generator BTTP
Perhitungan dari data
operasional
Basis planning, setelah itu
pengukuran selama beroperasi
Perhitungan dari data
operasional
Jumlah energi yang dapat
dimanfaatkan. Perhitungan dari
data operasional
Energi bersih yang diambil
dari gross energi
Persentasi jam dalam setahun
dimana plan berfungsi penuh
Rasio imput kuantitas real
untuk kapasitas proyek
Seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk plan biogas
Telah ditentukan
Persentase semua subsidi
dengan hubungan untuk semua
investasi
Hanya kebijakan ketika
kotoran hewan digunakan
Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai