Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

P3K

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kepramukaan yang


Diampu Oleh Tety Nur Cholifah, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 9 :

Catri Maulidiyah (1786206011)

Kutipah (1586206033)

Lilik Indah Rahayu (1786206033)

Siska Devi Arista (1786206054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
DESEMBER 2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji syukur kami panjatkan kehadirat


Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan
kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan
makalah secara terstruktur dengan judul P3K. Pada kesempatan ini dengan
kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Raden Rahmat Malang yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti kegiatan
perkuliahan.
2. Ibu Tety Nur Cholifah, M.Pd selaku dosen Pengampu Mata Kuliah
Pendidikan Kepramukaan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
yang sangat bermanfaat bagi kami dalam menyusun tugas terstruktur ini.
3. Semua pihak yang sudah membantu dan memberikan saran serta nasehat pada
kami untuk menyelesaikan tugas terstruktur ini.
Makalah ini memberikan sedikit gambaran tentang P3K. Akhir kata kami
berharap akan saran dan pendapat dari para pembaca terhadap makalah ini agar
menjadi lebih baik lagi. Semoga bermanfaat. Amin ya robbal alamin

Malang, 03 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengetahuan tentang P3K..................................................................................3

2.2 Pokok-pokok Tindakan Pertolongan.................................................................4

2.3 Pembalutan & Pembidaian............................................................................... 6

2.4 Evakuasi dan Transportasi...............................................................................11

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan ....................................................................................................13


1.2 Saran...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan Pramuka bermakna proses pendidikan sepanjang hayat
menggunakan tata cara kreatif, rekreatif dan edukatif dalam mencapai sasaran dan
tujuannya melalui kegiatan yang menarik, menyenangkan, tidak menjemukan, penuh
tantangan, serta sesuai bakat dan minatnya. Pertolongan pertama pada kecelakaan
adalah pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang mendapat
kecelakaan mendadak sebelum mendapat pertolongan dari dokter maupun ahlinya
(Hasan, 2005). Pertolongan pertama ini sangat penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya hal yang dapat memperparah keadaan penderita kecelakaan.
Keterampilan Pertolongan Petama pada Kecelakaan (P3K) merupakan salah
satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal
pengalaman: a) kewajiban diri untuk mengamalkan kode kehormatan pramuka; b)
kepeduliannya terhadap masyarakat; c) kepeduliannya terhadap usaha meningkatkan
citra Gerakan Pramuka di masyarakat. Keterampilan P3K merupakan seperangkat
keterampilan dan pengetahuan kesehatan yang praktis dalam memberikan bantuan
pertama kepada orang lain yang sedang mengalami musibah, antara lain pada pasien
yang: a) berhenti bernafas; b) pendarahan parah; c)shock; d) Patah tulang.
Keterampilan P3K praktis tentang kesehatan merupakan alat pendidikan bagi para
pramuka sesuai selaras dengan perkembangannya agar mampu menjaga kesehatan
dirinya dan keluarganya serta lingkungannya, dan mempunyai kemampuan yang
mantap untuk menolong orang lain yang mengalami kecelakaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sajakah pengetahuan mengenai P3K?
2. Apa sajakah pokok-pokok tindakan pertolongan?
3. Bagaimana pembalutan dan pembidaian itu?
4. Bagaimana transportasi dalam kepramukaan?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengetahuan mengenai P3K.

1
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pokok-pokok tindakan pertolongan dalam
kepramukaan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pembalutan dan pembidaian.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan transportasi dalam kepramukaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengetahuan Tentang P3K

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan yang sering di singkat dengan P3K


adalah tindakan pertama yang harus dilakukan pada saat terjadi atau menemui
kejadian yang tidak diinginkan (kecelakaan) untuk menghindari bertambah
parahnya korban yang bisa mengakibatkan kematian. Ada berbagai macam hal
yang perlu diperhatikan dalam P3K diantaranya adalah jenis-jenis kecelakaan
yang di derita korban, cara penanganan korban, dan peralatan yang digunakan
atau yang harus disediakan pada saat kondisi-kondisi tersebut mungkin terjadi.
(Leksono, dkk. 2011).

Salah satu hal penting dalam pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) menurut Leksono, dkk (2011) adalah memeriksa Bahaya, Respon, Saluran
Udara, Pernafasan, dan Sirkulasi, atau dalam bahasa Inggrisnya disingkat DRABC
(Danger, Response, Airway, Breathing, and Circulation).

1. Memeriksa Bahaya
a) Untuk diri sendiri : jangan membahayakan diri sendiri dalam
memberikan pertolongan pertama (misal : P3K untuk korban sengatan
listrik, kecelakaan lalu lintas, terbakar dll)
b) Untuk orang lain : jangan biarkan orang lain terancam bahaya
c) Untuk korban : jauhkan korban dari bahaya (misal : sumber listrik,
jalan raya, sumber api dll)
2. Memeriksa Respon
a) Memeriksa keadaan korban, ia memberikan respon terhadap tindakan
atau tidak dengan cara menggoyang dan berteriak.
b) Memeriksa kesadaran korban.
c) Memastikan apakah korban setengah sadar / bingung atau tidak.
d) Memeriksa apakah korban tidak sadar tapi memberikan reaksi
terhadap tindakan atau tidak.
e) Memeriksa apakah korban sadar dan bereaksi atau tidak sama sekali.

3
3. Saluran udara
a) Memeriksa terbuka atau tidaknya saluran udara korban.
b) Memeriksa nafas korban, bernafas atau tidaknya korban.
c) Memeriksa ada tidaknya benda yang dapat menyumbat saluran udara,
misalnya seperti darah / untah.
4. Pernafasan : Memeriksa apakah korban bernafas dengan cara :
a) Melihat naik turunnya dada korban
b) Mendengarkan bunyi nafas korban
c) Merasakan pernafasan dengan meletakkan tangan pada dada
5. Sirkulasi :
a) Memeriksa ada atau tidaknya denyut nadi leher.
b) Memeriksa kuat dan beraturan atau tidaknya denyut nadi leher.
c) Memeriksa apakah korban kehilangan darah yang banyak atau tidak.

2.2 Pokok-pokok Tindakan Pertolongan

Ada beberapa pokok penting yang harus diperhatikan dan diingat oleh seorang
penolong korban kecelakaan, antara lain: (Leksono, dkk. 2011)
1. Tidak boleh panik
Dalam hal ini, bertindak dengan cekatan tetapi tetap tenang. Apabila
kecelakaan bersifat massal, korban yang menderita luka ringan dapat
membantu dengan tetap memperhatikan petunjuk-petunjuk secara tenang
dan jelas.
2. Pernafasan korban
Mungkin kita masih sempat menyelamatkan jiwa penderita, jika Anda
memperhatikan hal ini. Bila pernapasan korban terhenti lakukan
pernapasan dari mulut ke mulut.  sebelum memberikan pernapasan buatan
yang paling penting adalah memperhatikan jalan napas, dan perhatikan
apakah ada kelainan pada leher atau tidak kalau curiga ada kelainan
sebaiknya tidak menggerakan kepala sama sekali. Dan yang paling
penting dalam suatu kecelakaan massal adalah triage yaitu pemilihan
kondisi pasien apakah dalam keadaan gawat darurat (merah), gawat (putih
atau abu), darurat (kuning), tidak gawat tidak darurat (hijau), atau mati

4
(hitam) dan ini menggambarkan dengan cara memprioritaskan live saving.
Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah:
- Airways open: Bebaskan jalan napas, dari segala yang menyumbat
- Breathing Restored: Memberikan nafas buatan apabila korban tidak
bernafas. Sampai saat ini metode yang paling efektif adalah dari mulut
ke mulut
- Circulation Maitained: Jika denyut nadi menghilang (negatif), lakukan
resusiasi jantung dan paru
3. Pendarahan
Darah yang keluar dari pembuluh-pembuluh darah besar dapat membawa
kematian dalam waktu 3-5 menit. Dengan mempergunakan sapu tangan
atau kain yang bersih, tekanlah tempat perdarahan kuat-kuat dengan
tangan Anda. Kemudian ikatlah sapu tangan dengan dasi, baju, atau apa
pun juga yang dapat menekan luka itu. Letakkan bagian perdarahan lebih
tinggi dari bagian tubuh lainnya, kecuali kalau keadaannya tidak
mengizinkan.
4. Tanda-tanda keterkejutan (shock)
Korban ditelentangkan dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh
lainnya. Apabila korban muntah-muntah dalam keadaan setengah sadar,
baringkanlah telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian
tubuh lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang
dikhawatirkan akan tersedak darah, muntahan atau air ke dalam paru-
parunya. Apabila korban mengalami cedera di dada dan menderita sesak
napas (dalam keadaan masih sadar), letakkannlah dalam keadaan setengah
duduk.
5. Tidak boleh memindahkan korban secara terburu-buru
Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan
jenis serta keparahan secera yang dialaminya. Kecuali apabila tempat
kecelakaan tidak memungkinkan korban dibiarkan di tempat tersebut
(misalnya di tempat kebakaran) Apabila korban hendak di usung, terlebih
dahulu perdarahan harus dihentikan, serta tulang-tulang yang patah harus
dibidai. Dalam mengusung korban, usahakanlah supaya kepala korban

5
tetap terlindung. Dan setiap kali harus diperhatikan jangan sampai
saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan. Jika
korban diusung oleh dua orang, letakkanlah kepalanya di dekat
pengusung yang di belakang. Dengan demikian pengusung akan dapat
memperhatikan hal-hal tadi. Dalam kecelakaan massal, urutan prioritas
korban yang diusung ke tempat pertolongan lanjutan adalah sebagai
berikut:

a) Korban dengan luka di dada dan leher yang disertai sesak napas.
b) Korban dengan luka di dada atau perut yang disertai perdarahan dalam
rongga-rongga tersebut.
c) Korban dengan luka terbuka di perut.
d) Korban yang diberi torniket (balutan yang menjepit sehingga aliran
darah di bawahnya terhenti sama sekali.)
e) Korban dengan cedera di kepala.
f) Korban dengan luka bakar yang lebih dari 20% luasnya.
g) Korban dengan patah tulang pinggul, paha, dan betis.

2.3 Pembalutan dan Pembidaian

Pengertian Pembalutan dan Pembidaian


A. Pembalutan
Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki. Yang bertujuan
untuk: Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya, Mencegah
terjadinya pembengkakan, Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah
agar bagian itu tidak bergeser, Menutup agar tidak kena cahaya, debu dan kotoran.
Pembalutan adalah, suatu usaha pertolongan terhadap luka dengan menggukan
sehelai kain atau pembalut. - Pembalut adalah, bahan dari kain yang tidak
berkapur (mori) kelihatannya tipis dan kelihatannya lemas serta keadaannya kuat.
1.  Tujuan pembalutan
1) Mengurangi kerusakan jaringan yang luka.
2) Mengurangi rasa sakit dan nyeri pada luka.
3) Mencegah dari bahaya cacat dan infeksi.

6
4) Menghindari bahaya maut.
2.      Manfaat pembalutan
1) Menutupi luka dari cahaya dan kotoran.
2) Sebagai penekan, penarik, penahan, pengunci, dan imobilisasi (anggota
tidak bergerak).
3) Menunjang pembidaian.
3.      Yang harus diperhatikan dalam pembalutan
1) Awasi muka korban
2) Balutan tidak boleh kendor, karena dapat bergeser. Dan tidak boleh terlalu
kencang karena dapat menghalangi peredaran darah.
3) Sedapat mungkin pembalutan dilakukan dengan pasien tidur atau duduk.
4) Jangan memegang luka.
4.      Macam-macam pembalutan
1) Pembalutan segitiga: mitela, platenga, dan punda.
2) Pembalutan gulung.
3) Pembalutan cepat.
5.      Macam-macam pembalutan
1) Pembalutan bagian kepala: pembalutan kapitem dan post paket.

2) Pembalutan bagian mata: pembalutan monokolus (mata satu), dan dikolus


(mata dua). 

3) Pembalutan bagian telinga: pembalutan satu telinga dan dua telinga.

7
4) Pembalutan patah tulang hidung.
5) Pembalutan bagian badan: pembalutan punda (untuk luka robek pada dada),
dan pembalutan ransel (untuk patah tulang punggunng).
6) Pembalutan bagian anggota gerak: dislokasi, pucuk rebung, dan silang.

Pembalutan pada Kaki dan Tangan


1. Alat dan Bahan
Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
a. Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki
dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50 – 100 cm.
b. Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau
untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera
c. Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung tangan

2. Cara-cara Membalut kaki (Membalut seluruh kaki)


a) Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap.
b) Mulailah dengan salah satu ujung mitella yang diletakkan pada alas kaki
menuju ke punggung kaki dan menutupi sepanjang bagian tubuh kaki.
c) Putar  mitela hingga dapat menutupi tumit
d) Bebatkan terus mitella dengan bebatan saling menyilang dan tumpang
tindih antara bebatan satu dengan bebatan berikutnya.
e) Pastikan bahwa perban tergulung kencang.
f) Selesaikan dengan membuat balutan lurus, kunci dengan plester.

8
3.      Cara membalut dengan mitela :
a.  Letakkan mitela diatas tangan
b.  Lipat menyilang ujung kanan mitela melingkari tangan kesebelah kiri
c.  Lipat menyilang ujung kiri mitela melingkari tangan kesebelah kanan
d.  Lipat menyilang kedua ujung mitela melingkari pergelangan tangan.
e.  Lipat kembali satu lipatan pada pergelangan ke arah berlawanan.
f.  Ikatkan kedua ujung mitela atau bisa direkatkan oleh plester.

B. Pembidaian 
Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk menghindari pergerakan,
untuk melindungi serta menstabilkan bagian tubuh yang cedera.
Pembidaian bertujuan untuk:
1) Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah
2) Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah
3) Mengistirahatkan anggota badan yang patah
4) Mengurangi rasa nyeri
5) Mengurangi perdarahan
6) Mempercepat penyembuhan
Macam-macam bidai:
1) Bidai keras
Bahan yang sering dipakai adalah kayu, alumunium, karton, plastik, dan
lain-lain
2) Bidai yang dapat dibentuk
Jenis bidai ini dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi untuk
disesuaikan dengan bentuk cedera. Contohnya selimut, bantal, bidai kawat,
dan lain-lain.
3) Gendongan/belat dan bebat

9
Pembidaian ini dilakukan dengan menggunakan kain pembalut, biasanya
menggunakan mitella (kain segitiga) dan gendongan lengan. Prinsipnya
adalah dengan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk
menghentikan pergerakan bagian yang cedera
4) Bidai improvisasi
Bila tidak tersedia bidai apapun, maka penolong dituntut untuk mampu
berimprovisasi membuat bidai yang cukup kuat dan ringan untuk
menopang bagian tubuh yang cedera. Misalnya majalah, koran, karton,
dan lain-lain
Panduan pembidaian
Meskipun bidai yang dipakai seadanya, tetap saja ada beberapa pedoman yang
harus diikuti untuk meminimalisir kecelakaan saat pembidaian
1) Beritahukan pada penderita tindakan yang akan dilakukan.
2) Pastikan bagian yang cedera dapat dilihat, dan hentikan perdarahan (bila
ada) sebelum melakukan pembidaian.
3) Siapkan alat seperlunya seperti bidai dan kain segitiga (mitella).
4) Jangan mengubah posisi yang cedera.
5) Jangan memasukkan bagian tulang yang patah.
6) Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah (sebelum dipasang,
bidai harus diukur terlebih dahulu pada anggoda badan penderita yang
tidak mengalami patah tulang).
7) Jika ada tulang yang keluar, Anda dapat menggunakan mitella dan
membentuknya seperti donat atau menggunakan benda apapun yang
lunak dan memiliki lubang, lalu masukkan tulang di dalam lingkaran
donat tersebut agar tulang tidak tersenggol (sesuaikan lingkaran dengan
diameter tulang yang keluar).
8) Lapisi bidai dengan bahan yang lunak bila memungkinkan.
9) Gunakan beberapa mitella untuk mengikat bidai (jika di bagian kaki,
masukkan mitella melalui celah di bawah lutut dan di bawah pergelangan
kaki).
10) Ikat juga “donat” yang telah Anda pakai pada tulang yang keluar dengan
mitella.

10
11) Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu longgar.
12) Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak melakukan
gerakan, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
13) Jangan membidai berlebihan, jika anggota tubuh penderita yang
mengalami patah tulang sudah tidak dapat melakukan gerakan itu berarti
Anda sudah melakukan pembidaian dengan baik.
14) Bawa penderita ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.

2.4 EVAKUASI DAN TRANSPORTASI


1. Evakuasi
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat
lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-
daerah yang sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong harus
melakukan evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan.
1) Cara pengangkutan korban:
Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual. Pada umumnya
digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban cedera ringan,
dianjurkan pengangkatan korban maksimal 4 orang bisa dengan
pengangkutan dengan alat (tandu)
a) Rangkaian pemindahan korban:
- persiapan,
- pengangkatan korban ke atas tandu,
- pemberian selimut pada korban
- Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.
b) Prinsip pengangkatan korban dengan tandu:
Pengangkatan korban, harus secara efektif dan efisien dengan dua
langkah pokok; gunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban
serapat mungkin dengan tubuh korban.
c) Sikap mengangkat
Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.
Posisi siap angkat dan jalan.

11
Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi dari
kaki, kecuali;
- menaik, bila tungkai tidak cedera,
- menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,
- mengangkut ke samping,
- memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
- kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.

2. Transportasi
Merupakan kegiatan pemindahan korban dari tempat darurat ke tempat yang
fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi
pasien/ korban cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter.
Tata cara pemindahan korban:
1) Dasar melakukan pemindahan korban; aman, stabil, cepat, pengawasan
korban, pelihara udara agar tetap segar.
2) Syarat pemindahan korban:
a) korban tentang keadaan umumnya cukup baik
b) tidak ada gangguan pernapasan
c) pendarahan sudah di atasi
d) luka sudah dibalut
e) patah tulang sudah dibidai
3) Sepanjang pelaksanaan pemindahan korban perlu dilakukan pemantauan
dari korban tentang:
a) keadaan umum korban
b) sistem persyarafan (kesadaran)
c) sistem peredaran darah (denyut nadi dan tekanan darah)
d) sistem pernapasan
e) bagian yang mengalami cedera.

12
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan yang sering di singkat dengan P3K
adalah tindakan pertama yang harus dilakukan pada saat terjadi atau
menemui kejadian yang tidak diinginkan (kecelakaan) untuk menghindari
bertambah parahnya korban yang bisa mengakibatkan kematian. Ada
berbagai macam hal yang perlu diperhatikan dalam P3K diantaranya
adalah, perlengkapan jenis-jenis kecelakaan yang di derita korban, cara
penangannan korban, dan peralatan yang digunakan atau yang harus
disediakan pada saat kondisi-kondisi tersebut mungkin terjadi.. Salah satu
hal penting dalam pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) adalah memeriksa Bahaya, Respon, Saluran Udara, Pernafasan, dan
Sirkulasi, atau dalam bahasa Inggrisnya disingkat DRABC (Danger,
Response, Airway, Breathing, and Circulation).
2. Ada beberapa pokok penting yang harus diperhatikan dan diingat oleh
seorang penolong korban kecelakaan, antara lain: 1) tidak boleh panik; 2)
pernafasan korban; 3) pendarahan; 4) tanda-tanda keterkejutan; 5) tidak
boleh memindahkan korban secara terburu-buru.

3.2 Saran

Sebagai calon guru kita hendaknya terus meningkatkan kemapuan dalam memberi
tindakan pertolongan pertama pada kecelakaaan disekolah. Dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan P3K yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait, terus
meningkatkan pembelajaran tentang P3K misalnya dengan kegiatan simulasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Hidayat, A. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Leksono, dkk. 2011. Aplikasi Ponsel untuk Panduan P3K Menggunakan Bahasa
Pemrograman Java J2ME. https//epprints.undip.ac.id (online) diakses pada
tanggal 29 November 2020.

Nadine, S. 2011. Semua yang Harus Anda Diketahui tentang P3K. Yogyakarta:
Pall Mall.

Syahrizal, dkk. 2015. Kemampuan Guru Pendidikan Jasmani dalam Memberi


Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di SMAN Se-
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireun. https//www.jim.unsyiah.ac.id
(Online) diakses pada tanggal 29 November 2020.

14

Anda mungkin juga menyukai