Anda di halaman 1dari 29

RELASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika 1


Yang diampu oleh Dyah Ayu Pramoda, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok IV Semester IV

1. Catri Maulidiyah (1786206011)

2. Faisal Rozi (17862060…)

3. Triya Intan Fandini (1786206059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RADEN RAHMAT MALANG
Maret 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyesaikan
makalah berjudul “Relasi” ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini telah
kami susun secara maksimal atas bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa
selesai dengan lancar. Pada kesempatan ini pula dengan kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Raden Rahmat


Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis selama
mengikuti kegiatan perkuliahan.
2. Kepada dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan yang besar sekali manfaatnya bagi penulis dalam penyusunan
tugas testruktur.
3. Semua pihak yang sudah membantu dan memberikan saran serta nasehat
pada penulis dalam menyelesaikan tugas testruktur.
Kami menyadari, makalah yang kami buat jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, guna menghasilkan makalah yang lebih baik dan
benar. Kami berharap, makalah berjudul “Relasi” yang kami susun ini bisa
memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

Malang, 29 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Relasi............................................................................... 3
2.2 ........................................................................................................... 7
2.3 ........................................................................................................... 8
2.4 ........................................................................................................... 10
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan perencanaan pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting
yang akan menjadi ukuran berhasil tidaknya suatu proses. Dalam pembahasan
nanti kita diharapkan dapat ; (1) menjelaskan pengertian dan konsep dasar
perencanaan pembelajaran (2) memahami perlunya perencanaan pembelajaran (3)
memahami tujuan dan fungsi perencanaan pembelajaran (4) memahami cakupan
dan ruang lingkup perencanaan pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat diambil
adalah :
1. Apakah pengertian relasi?
2. Apakah pengertian product set?
3. Bagaimana membuat representasi relasi?
4. Bagaimana komposisi relasi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian relasi.


2. Untuk mengetahui pengertian product set.
3. Untuk mengetahui membuat representasi relasi.
4. Untuk mengetahui komposisi relasi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Relasi

1
Relasi adalah suatu aturan yang memasangkan anggota himpunan ke
himpunan lain. Suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah pemasangan
atau perkawanan atau korespondensi dari anggota-anggota himpunan A ke
anggota-anggota himpunan B.
Cara menyatakan Relasi
Suatu relasi biasanya dapat dinyatakan dengan diagram panah, diagram
Cartesius (grafik), dan himpunan pasangan berurutan.
1. Diagram Panah
A : {Eko, Rina, Tono, Dika}
B : { merah, hitam, biru}
R : suka dengan warna
2. Himpunan Pasangan Berurutan
Sebuah relasi juga dapat dinyatakan dengan menggunakan pasangan beruturan.
Artinya kita memasangkan himpunan A dengan himpunan B secara berurutan.
Misalnya :
Eko menyukai warna merah
Rina menyukai warna hitam
Tono menyukai warna merah
Dika menyukai warna biru
Relasinya dapat dinyatakan dengan pasangan berurutan sebagai berikut:
(eko, merah), (rina, hitam),(tono, merah),(dika, biru). Jadi relasi antara himpunan
A dengan himpunan B dapat dinyatakan sebagai pasangan berurutan (x,y) dengan
x ∈ A dan y ∈ B.
3. Diagram Cartesius
Relasi antara dua himpunan dapat dinyatakan ke dalam pasangan
berurutan yang kemudian dituangkan dalam dot (titik-titk) dalam diagram
cartesius. Contoh dari relasi suka dengan warna di atas dapat digambarkan dalam
bentuk diagram cartesius sebagai berikut:
Himpunan warna
Himpunan nama orang
2.1.1 Macam-macam Relasi
1. Relasi Refleksif

2
Sebuah relasi R dalam A di sebut memiliki sifat refleksif, jika setiap
elemen A berhubungan dengan dirinya sendiri.
Contoh : P{1,2,3}
R: {(1,1),(1,2),(1,3),(2,1),(2,2),(2,3),(3,1),(3,2),(3,3)} Refleksif
R1 : {(1,1)(1,2)(1,3)(2,3)(3,3)(3,2)} Bukan refleksif
2. Relasi Simetrik
Relasi R dalam A di sebut memiliki sifat simetrik, jika setiap
pasangan anggota A berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain, jika a
terhubung dengan b, maka b juga terhubung dengan a. Jadi terdapat
hubungan timbal balik.
Contoh : P {1,2,3}
R1 : PxP (Relasi Refleksif dan Simetris)
R1 : {(1,1),(1,2),(1,3),(2,1),(2,2),(2,3),(3,1),(3,2),(3,2)}
3. Relasi Anti-Simetrik
Jika setiap a dan b yang terhubung hanya terhubung salah satunya
saja(dengan asumsi a dan b berlainan).
4. Relasi Transitif
Jika a berhubungan dengan b, dan b berhubungan dengan c, maka a
berhubungan dengan c secara langsung, atau dengan kata lain (a,b) , (b,c) =
(a,c)
5. Relasi Ekuivalen
Relasi ekuivalen merupakan relasi yang memenuhi sifat refleksif,
simetris, dan transitif.
Contoh :
R1 : {1,2,3}
R2 : {(1,1), (1,2), (1,3), (2,1), (2,2), (2,3), (3,1), (3,2), (3,3)
Refleksif karena ada {(1,1), (2,2), (3,3)}
Simetris karena ada (1,2) berpasangan dengan (2,1), (1,3) berpasangan
dengan (3,1), dst.
Transitif karena (1,1) , (1,2) = (1,2) bisa kita chek di R2, (1,2) , (1,3) =
(1,3), dst.

3
Antara elemen-elemen dari dua buah himpunan seringkali terdapat suatu
relasi atau hubungan tertentu.
Misalnya :
A = { 2, 3, 5 }
B = { 1, 4, 7, 10, 14 }
Akan kita tinjau relasi “ adalah faktor dari “ antara elemen-elemen
himpunan A dengan elemen-elemen himpunan B. Tampaklah bahwa :
2 adalah faktor dari 4
2 adalah faktor dari 10
2 adalah faktor dari 14
5 adalah faktor dari 10
Sedangkan 3 A tidak berrelasi dengan suatu elemenpun dari himpunan B.
Relasi tersebut dapat digambarkan dengan diagram panah. Gambarlah
Diagram Panah tersebut! Relasi itu dikatakan sebagai suatu relasi dari
himpunan A ke himpunan B. Perhatikan bahwa suatu relasi mempunyai arah
tertentu. Dalam diagram diatas arah itu dinyatakan dengan anak panah.
Relasi tersebut juga dapat dinyatakan sebagai himpunan pasangan terurut.
Elemen dari himpunan A yang berrelasi dengan elemen dari himpunan B di
susun menjadi suatu pasangan terurut, diman elemen dari A pada urutan
pertama dan elemen dari B pada urutan yang kedua. Jadi kalau relasi “
adalah faktor dari “ tersebut diberi nama R, maka :
R = { (2, 4), (2, 10), (2, 14), (5, 10) } Jelaslah bahwa R  A x B
Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu relasi dari himpunan A ke
himpunan B merupakan himpunan bagian dari AXB (produk Cartesius A
dan B). sehingga dapat didefinisikan:

R adalah suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B bhb. R  A x B

A disebut daerah asal (domain) dan B disebut daerah kawan (kodomain) dari
relasi R tersebut.

4
Jika (x,y)  R, maka dikatakan bahwa ”x berelasi dengan y” (ditulis ”xRy”).

Jika R adalah suatu relasi dari B ke A dengan R 1 = {(y, x) (x,y)  R},

maka jelaslah bahwa R 1  B x A


Contoh :
A = { -3, 3, 4, 7, 10 }
B = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 }
Relasi “berselisih 2 dengan” antara elemen-elemen himpunan A dengan
elemen-elemen himpunan B dapat disajikan sebagai himpunan bagian dari A
x B, yaitu :
R = { ( x,y ) x A, y B, x  y = 2 }

= { (3,5), (4,2), (4,6),(7,5),(10,8) }  A X B


( 4,6 )  R, maka dikatakan bahwa “ 4 berelasi dengan 6 “ ( 4 berselisih
2 dengan 6 ) atau 4R6.
R 1 = { (5,3),(2,4),(6,4),(5,7),(8,10)}
2.1.2 Relasi-relasi Khusus
Jika A = B maka relasinya disebut sebagai relasi pada himpunan A.
1. Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi refleksif bhb setiap
elemen dari A berrelasi R dengan dirinya sendiri.

R refleksif pada A bhb. (  xA). (x,x)  R


(  xA). x R x

Contoh :
A adalah suatu keluarga himpunan. R adalah relasi ”himpunan bagian”

yaitu: R ={ (x,y) xA, yA, x  y }

R adalah relasi refleksif pada A karena untuk setiap xA berlakulah


bahwa x  x, yaitu (xA). (x,x) R
2. Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi non- refleksif bhb. ada
elemen dari A yang tidak berrelasi R dengan dirinya sendiri.
R non-refleksif pada A bhb. (  x  A).( x,x)  R (  xA). x R x

5
Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi irrefleksif bhb. Setiap
elemen dari A tidak berelasi R dengan dirinya sendiri.
R irrefleksif pada A bhb. (  xA).( x,x)  R (  xA). x R x
Perhatikan bahwa suatu relasi yang irrefleksif dengan sendirinya
adalah non-refleksif, tetapi sebaliknya belum tentu.
Contoh :
A = himpunan semua bilangan nyata.
Relasi “ > “ adalah suatu relasi yang irrefleksif (jadi juga non-
refleksif ) pada A karena setiap bilangan nyata tidak lebih besar dari
pada dirinya sendiri.
A = himpunan semua manusia
Relasi “ dapat menguasai” adalah relasi yang non – refleksif pada A
( karena ada orang yang tidak dapat menguasai dirinya sendiri),
tetapi bukan relasi yang irrefleksif ( karena tidak semua orang tidak
dapat menguasai dirinya sendiri)
b) Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi simetris bhb. Untuk
setiap dua elemen x dan y dalam A, jika x berrelasi R dengan y,
maka y berrelasi R dengan x.
R simetris pada A bhb. (  x,yA) (x,y)  R  (y,x)  R ( 
x,yA) (x,y)  R  (x,y)  R 1 (  x,yA) xRy  yRx
Contoh :
A = himpunan semua garis lurus pada bidang datar.
Relasi “ sejajar” adalah relasi yang simetris pada A, karena untuk
setiap dua garis lurus x dan y, di mana x//y, maka pastilah y//x
Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi non – simetris bhb.
Ada sepasang elemen x dan y  A dimana x berrelasi R dengan y
tetapi y tidak berrelasi R dengan x.
R non- simetris pada A bhb. (  x,yA). (x,y) R  ( y,x ) R
(  x,yA). (x,y) R  ( y,x ) R 1 (  x,yA). xRy  y R x
Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi asimetris bhb. Untuk
setiap pasangan elemen x dan yA di mana x berrelasi R dengan y,
maka y tidak berrelasi R dengan x.

6
R asimetris pada A bhb. (  x,yA). (x,y) R  ( y,x ) R
(  x,yA). (x,y) R  ( y,x ) R 1
(  x,yA). xRy  y R x
Jelas bahwa suatu relasi yang asimetris pada himpunan A pasti juga
non-simetris pada A, tetapi sebaliknya belum tentu.
Contoh:
A = Keluarga himpunan.
Relasi “ himpunan bagian sejati” adalah suatu relasi yang asimetris
pada A (jadi juga non-simetris ) karena untuk setiap dua himpunan x
dan yA dimana x  y, maka pastilah bahwa y  x
A = himpunan semua manusia.
Relasi “mencintai” adalah relasi yang non simetris pada A, tetapi
bukan relasi yang asimetris pada A.
Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi anti-simetris bhb.
Untuk setiap pasang elemen x dan y  A, jika x berrelasi R dengan y
dan y berrelasi R dengan x, maka x = y.
R antisimetris pada A bhb.
(  x,yA). (x,y)  R  ( y,x ) R  x = y
(  x,yA). (x,y)  R  ( y,x ) R 1  x = y
(  x,yA). xRy  y R x  x = y
Contoh:
A = keluarga himpunan.
Relasi “ himpunan bagian” adalah relasi yang antisimetris pada A, karena
untuk setiap dua himpunan x dan y, jika x  y dan y  x, maka x = y.
c). Suatu relasi R pada himpunan A disebut transitif bhb. Untuk setiap tiga
elemen x,y dan z  A, jika x berrelasi R dengan y dan y berrelasi R dengan
z , maka x berrelasi R dengan z. R transitif pada A bhb.
(  x,yzA). (x,y) R  ( y,z ) R  (x,z) R
(  x,yzA). xRy  yR z  x Rz
Contoh:
A = himpunan semua bilangan nyata.

7
Relasi “adalah faktor dari” adalah relasi yang transitif pada A. Suatu relasi
R pada himpunan A disebut relasi non-transitif bhb. Ada tiga elemen x,y dan
z A dimana x berrelasi R dengan y dan y berrelasi z, tetapi x tidak
berrelasi R dengan z.
R non-trasitif pada A bhb :
(  x,yzA). (x,y) R  ( y,z ) R  (x,z) R
(  x,yzA). xRy  yR z  x R z
Jelaslah bahwa relasi yang intransitif pada himpunan A pasti juga non-
transitif pada A.
Contoh:
A = himpunan semua garis lurus pada bidang datar.
Relasi “ tegaklurus” adalah relasi yang intransitif pada A (jadi juga non-
transitif) karena untuk setiajp tiga garis x,y dan z, jika x tegak lurus y dan y
tegaklurus z maka pastilah bahwa x tidak tegak lurus z.
A = himpunan semua manusia.
Relasi “ mengenal” adalah relasi yang non – transitif tetapi bukan relasi
yang intransitif pada himpunan A tersebut.
d) Suatu relasi R pada himpunan A yang sekaligus bersifat refleksif,simetris
dan transitif disebut relasi ekuivalensi pada A.
Contoh:
A = himpunan semua segitiga.
Relasi “sebangun” adalah relasi ekuvalensi pada A sebab relasi tersebut
sekaligus bersifat refleksif, simetris dan transitif pada A
A = himpunan semua bilangan bulat
Relasi “kongruen” (lambangnya “  ”) dalam suatu modulo m (m =
bilangan asli ) yang didefinisikan sbb :
x  y ( mod.m ) bhb. x – y = k. m, dimana
k adalah suatu bilangan bulat, adalah suatu relasi ekuivalensi pada A,
karena:
(1) Untuk setiap bilangan bulat x :
x – x = 0.m, sehingga x  x ( mod.m )
Jadi relasi kongruensi bersifat refleksif.

8
(2) Untuk setiap pasang bilangan bulat x dan y dimana
x  y ( mod.m ), maka :
x – y = k.m(k = bilangan bulat)
Sehingga y – x = - (k.m) = (-k).m
Dimana –k adalah bilangan bulat sebab k adalah bilangan bulat.
Jadi : x  x ( mod.m ).

Maka : (  x,yA). x  y  y  x
Jadi relasi kongruensi bersifat simetris.
(3) Untuk setiap tiga bilangan bulat x,y dan z diman x  y ( mod.m )

dan y  z ( mod.m ) maka : x – y = k 1 .m (k 1 = bilangan bulat).

y – z= k 2 .m (k 2 = bilangan bulat).

( x – y ) + ( y – z ) = k 1 .m + k 2 .m

x– z = (k 1 + k 2 ).m

x– z = k 3 .m

dimana k 3 = k 1 + k 2 = bilangan bulat sebab k 1 dan k 2 masing-

masing adalah bilangan bulat. Jadi x  z ( mod.m ).

Maka (  x,yz  A). x  y  y  z  x  z


Jadi relasi kongruensi bersifat transitif. Karena relasi kongruensi sekaligus
bersifat refleksif, simetris dan transitif, maka relasi tersebut adalah relasi
ekuivalensi.

Cara yang paling mudah menyatakan hubungan antara elemen dari dua
himpunan adalah dengan himpunan pasangan terurut. Himpunan pasangan
terurut diperoleh dari perkalian kartesian (cartesian product) antara dua
himpunan.

Kita tulis kembali definisi perkalian kartesian. Perkalian kartesian dari


himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua pasangan
terurut yang mungkin terbentuk dengan komponen pertama dari himpunan A
dan komponen kedua dari himpunan B.

9
Notasi : A×B= {(a,b) | a є A dan b є B}

Definisi 2.1.

Relasi biner R antera A dan B adalah himpunan bagian dari A×B

Notasi : R (A×B)

Jika (a, b) є R , kita gunakan notasi a R b yang artinya a dihubungkan


dengan b oleh R, dan jika (a, b) Є R, kita gunakan notasi a R b yang artinya
a tidak dihubungkan oleh b oleh relasi R.

Himpunan A disebut daerah asal (domain) dan R dan himpunan B disebut


daerah hasil (range) dari R.

Contoh 2.1.

Misalkan A = {Amir, Budi, Cecep} adalah himpunan nama mahasiswa, dan


B = {IF221, IF251, IF342, IF323} adalah himpunan kode mata kuliah di
jurusan Teknik Informatika. Perkalian kartesian antara A dan B
menghasilkan himpunan pasangan terurut yang jumlah anggotanya adalah |
A| . |B|= 3.4=12 buah, yaitu A×B = {(Amir, IF221), (Amir, IF251), (Amir,
IF342), (Amir, IF323), (Budi, IF221), (Budi, IF251), (Budi, IF342), (Budi,
IF323), (Cecep, IF221), (Cecep, IF251), (Cecep, IF342), (Cecep, IF323)}
Misalkan R adalah relasi yang menyatakan mata kuliah yang diambil oleh
mahasiswa pada Semester Ganjil, yaitu R={(Amir, IF251), (Amir, IF323),
(Budi, IF221), (Budi, IF251), (Cecep, IF323). Kita dapat melihat bahwa R
(A×B), A adalah daerah asal R, dan B adalah daerah hasil R. Oleh karena
(Amir, IF251) ϵ R, kita dapat menuliskan Amir R IF251, tetapi (Amir,
IF323) R sehingga kita menuliskan Amir IF323.

Contoh 2.2.

Misalkan P = {2, 4, 8, 9,15} dan Q = {2, 3, 4}. Jika kita definisikan relasi R
dari P ke Q dengan (p, q) є R jika p habis dibagi q Maka kita peroleh R =
{ (2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }Daerah asal dan daerah

10
hasil relasi bisa saja merupakan himpunan yang sama. Ini berarti relasi
hanya didefinisikan pada sebuah himpunan. Ini dikemukakan dengan
definisi berikut:

Definisi 2.2.

Relasi pada himpunan A adalah relasi dari A×A.

Dengan kata lain, relasi pada himpunan A adalah himpunan bagian dari
A×A. Contoh 2.3 mengilustrasikan relasi semacam ini.

Contoh 2.3.

Misalkan R adalah relasi pada A = {2, 3, 4, 8, 9} yang didefinisikan oleh (x,


y) є R jika x adalah faktor prima dari y. Maka

R = {(2,2), (2,4), (2,8), (3,3), (3,9)}

2.2 Representasi Relasi

Selain dengan himpunan pasangan terurut, ada banyak cara lain untuk
merepresentasikan relasi biner. Di sini hanya disajikan 3 cara yang lazim, yaitu
tabel, matriks, graf berarah.

1. Representasi Relasi Bengan Tabel

Jika relasi direpresentasikan dengan tabel, maka kolom pertama tabel


menyatakan daerah asal, sedangkan kolom kedua menyatakan daerah hasil.
Relasi R pada Contoh 2.1 dapat dinyatakan dengan tabel 2.1, relasi R pada
Contoh 2.2 dinyatakan dengan

Tabel 2.1

A B

Amir IF251

Amir IF323

11
Budi IF221

Budi IF251

Cecep IF323

Tabel2.2
P Q
2 2

4 2

4 4

8 2

8 4

9 3

15 3

2. Representasi Relasi dengan Matriks

Misalkan R adalah relasi dari A = {a1, a2,…, am} dan B = {b1, b2,…, bn}.
Relasi R dapat disajikan dengan matriks M= [mij],

M=

yang dalam hal ini

mij=

12
Dengan kata lain, elemen matriks pada posisi (i, j) bernilai 1 jika ai
dihubungkan dengan bj, dan bernilai 0 jika ai tidak dihubungkan dengan bj.

Relasi R pada Contoh 2.1 dapat dinyatakan dengan matriks

yang dialami hal ini, a1 = Amir, a2 = Budi, a3 = Cecep, dan b1 = IF221,


b2 = IF251, b3 =IF342, dan b4 = IF323.

Relasi R pada Contoh2.2 dapat dinyatakan dengan matriks

yang dialami hal ini , a1 = 2, a2 = 4, a3 = 8, a4 = 9, a5 = 15, dan b1 =2, b2


= 3, b3= 4.

Relasi R pada Contoh 2.3 dapat dinyatakan dengan matriks

dalam hal ini, a1 = 2, a2 = 3, a3 = 4, a4 = 8, a5 = 9, dan b1 =2, b2 = 3, b3=


4, b4= 8, b5= 9.
3. Representasi Relasi dengan Graf Berarah
Representasi dengan graf berarah (directed graph atau digraph) merupakan
representasi relasi secara grafis.Tiap elemen himpunan dinyatakan dengan

13
sebuah titik (simpul atau vertex), dan tiap pasangan terurut dinyatakan
dengan busur (arc) yang arahnya ditunjukan dengan sebuah panah. Dengan
kata lain, jka (a, b) ϵ R, maka sebuah busur dibuat dari simpul a ke simpul
b. Simpul a disebut simpul asal (initial vertex) dan simpul b disebut simpul
tujuan (terminal vertex).
Pasangan terurut (a, a) dinyatakan dengan busur dari simpul a ke simpul a
sendiri. Busur semacam itu disebut gelang atau kalang (loop).

2.2.1 Sifat-sifat Relasi Biner

1. Refleksif (reflexive)

Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika (a, a) ϵ R untuk setiap a ϵ


A.

Contoh 2.4

Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada


himpunan A , maka

(a) R = { (1, 1), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) bersifat
karena terdapat elemen relasi yang berbentuk (a, a), yaitu (1, 1), (2,
2), (3, 3) dan (4, 4).

(b) R= { (1, 1), (2, 2), (2, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4)} tidak bersifat reflektif
karena (3, 3) R.

2. Setangkup (symmetric)

Relasi R pada himpunan A disebut setangkup jika untuk semua a, b Є A,


jika (a, b) Є R, maka (b, a) Є R. Sebaliknya, R disebut tak setangkup
(antisymmetric) jika untuk a, b Є A , jika (b, a) Є R dan a ≠ b, maka (b, a)
R.

Contoh 2. 5

14
Misalkan A = { 1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada
himpunan A, maka

(a) R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4)} bersifat setangkup
karena jika (a, b) Є R maka (b, a) juga Є R. Disini (1, 2) dan (2, 1)
Є R, begitu juga (2, 4) dan (4, 2) Є R.

(b) R = { (1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2)} tidak bersifat setangkup karena (3, 2)
R.

3. Menghantar ( transitive )

Relasi R pada himpunan A disebut menghantar bilamana (a, b) Є R dan (b,


c) Є R, maka (a, c) Є R, untuk a, b, c Є A .

Contoh 2. 7.

Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R dibawah ini didefinisikan pada


himpunan A, maka

(a) R = {(2, 1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (4, 3)} bersifat menghantar.

Pasangan berbentuk

(a, b) (b, c) (a, c)

(3, 2) (2, 1) (3, 1)

(4, 2) (2, 1) (4, 1)

(4, 3) (3, 1) (4, 1)

(4, 3) (3, 2) (4, 2)

(b) R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2)} tidak bersifat menghantar karena (2, 4)
dan (4, 2) ϵ R, tetapi (2, 2) R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3) ϵ R, tetapi (4,
3) R.

15
(c) R = {(4, 5)} bersifat menghantar.

2.2.2 Set, Elemen (Unsur)


Set adalah suatu konsep yang terdapat dan selalu ada di dalam semua
cabang matematika. Secara intuitif, suatu set adalah sesuatu yang
didefinisikan dengan tepat atau suatu koleksi dari obyek-obyek dan
dinotasikan oleh huruf �, �, �, �, Obyek-obyek yang terdapat di dalam
suatu set disebut elemen-elemen (unsur) atau anggota-anggota dan biasanya
dinotasikan dengan huruf kecil �, �, �, �, Pernyataan “� �𝑑�𝑙�ℎ 𝑒𝑙𝑒𝑚𝑒�
𝑑�𝑟� �” �𝑡�� “� 𝑡𝑒𝑟𝑚�𝑠�� 𝑑� 𝑑�𝑙�𝑚 �” dinotasikan “� ∈ �”.
Negasi dari � ∈ � ditulis “� ∉ �” dan ini berarti “p bukan elemen A
atau p tidak termasuk di dalam A”. Ada dua cara untuk menyatakan suatu
set, yaitu:
a. Bila mungkin semua anggota ditulis (cara Roster), missal � = {�, �, �, 𝑒,
�}
b. Menyatakan suatu set dengan notasi pembentuk set (cara Rule), misal � =
{�: � ��𝑙��𝑔�� ��𝑙�𝑡}
Interval pada garis real yang didefinisikan berikut sering muncul
dalam matematika. Berikut ini
a dan b bilangan real dengan � < � :
 Interval buka dari a sampai b = (�, �) = {�: � < � < �}
 Interval tutup dari a sampai b = [�, �) = {�: � ≤ � ≤ �}
 Interval buka-tutup dari a sampai b = (�, �] = {�: � < � ≤ �}
 Interval tutup-buka dari a sampai b = [�, �) = {�: � ≤ � < �}
Interval buka-tutup dan tutup buka disebut juga interval setengah
buka.
Dua set A dan B disebut sama, ditulis � = �, bula A dan B mempunyai
unsur-unsur sama, A. Negasi dari A = B adalah � ≠ �. Suatu set disebut
terhingga (finite), bila set tersebut memuat n unsur (elemen) yang berbeda,
dimana sebarang bilangan bulat positif, yang lainnya disebut tak hingga
(infinite). Set yang memuat tepat satu anggota disebut set singleton.
2.2.3 Subset & Superset

16
Set A disebut subset dari B atau b adalah superset dari A, ditulis � ⊂
� �𝑡�� � ⊃ �, bila dan hanya bila setiap unsur dari A terdapat di dalam B
atau bila � ∈ � maka � ∈ �. Juga dapat dikatakan bahwa A termuat di
dalam B atau B memuat A. Negasi dari � ⊂ � 𝑑�𝑡�𝑙�𝑠 � ⊄ � �𝑡�� � ⊅ �
dan dinyatakan bahwa: Ada � ∈ � 𝑠𝑒𝑑𝑒𝑚����� ℎ��𝑔𝑔� � ∈ �.
Contoh:
 Apabila N adalah set bilangan bulat positif, Z adalah set semua bilangan
bulat, Q adalah set semua bilangan rasional dan R adalah set semua bilangan
real maka � ⊂ � ⊂ � ⊂ �
 Diketahui � = {1,3,5,7, … }, � = {5,10,15,20, … } dan � = {�: ��𝑟�𝑚�,
� > 2}
Apakah : a. � ⊂ � (berikan alasannya!)
b. � ⊄ � (berikan alasannya!)
Definisi:
Dua set A dan B adalah sama bila dan hanya bila � ⊂ � 𝑑�� � ⊂ �. Dalam
hal � ⊂ � tetapi
� ≠ �, dikatakan bahwa A adalah subset murni dari B atau B memuat A.
Teorema I:
Bila A, B dan C sebarang set maka:
a. � ⊂ �
b. ��𝑙� � ⊂ � 𝑑�� � ⊂ � 𝑚��� � = �
c. ��𝑙� � ⊂ � 𝑑�� � ⊂ � 𝑚��� � ⊂ �
2.2.4 Set Universal Dan Set Kosong
Dalam teori set, semua set dibentuk oleh subset-subset dari suatu set
tetap. Set tetap seperti itu disebut set universal atau semesta pembicaraan
dan dinotasikan dengan U. Ada pula set yang tidak mempunyai anggota dan
set ini disebut set kosong dengan notasi ∅ �𝑡�� { }, yang merupakan set
terhingga dan merupakan subset dari setiap set. Jadi untuk sebarang set A
maka ∅ ⊂ � ⊂ �.
Contoh:
 Dalam geometri bidang, set universalnya berisi semua titik pada bidang.
 Bila � = {�: �2 = 4, �𝑔��𝑗�𝑙} , maka tentukan anggota A!

17
 Bila � = {∅}, maka � ≠ ∅, mengapa?
2.2.5 Kelas, Koleksi, Famili Dan Ruang
Anggota-anggota dari suatu set adalah set, misalnya tiap-tiap garis di
dalam suatu set dari garis-garis adalah set dari titik-titik. Set yang
anggotanya terdiri dari set-set disebut Kelas, Koleksi atau Famili, misalkan
� = {{�, �}, �} bukanlah kelas karena mengandung elemen c yang bukan
set (himpunan).
Pada umumnya koleksi atau family digunakan untuk member nama dari set
yang anggotanya kelas-kelas. Pengertian subkelas, subkoleksi, dan
subfamili mempunyai arti yang sama dengan subset. Misalkan A adalah
suatu set. Set Kuasa (Power Set) dari A ditulis �(�) atau 𝟐� adalah kelas
dari semua subset dari A. Umumnya, apabila A terhingga dengan n unsur
di dalamnya maka �(�) = 𝟐� anggota.
Kata ruang (spaces) artinya suatu set yang tidak kosong yang anggotanya
beberapa bentuk struktur matematika, seperti ruang vektor, ruang metrik
atau ruang topologi.
Contoh:
 Anggota dari kelas {{2,3}, {2}, {5,6}} adalah set-set {2,3}, {2}, {5,6}
 Bila � = {�, �, �} maka tentukan �(�)!
2.2.6 Operasi-Operasi Pada Set
Gabungan dari dua set A dan B ditulis � ∪ � adalah set dari semua
unsur yang termasuk ke dalam A atau B yaitu � ∪ � = {�: � ∈ � �𝑡�� � ∈
�}. Gabungan dari dua set A dan B ditulis � ∪ � = {�: � ∈ � �𝑡�� � ∈ �}.
Irisan dari dua set A dan B ditulis � ∩ � adalah set yang unsur-
unsurnya termasuk di dalam a dan B yaitu � ∩ � = {�: � ∈ � 𝑑�� � ∈ �}.
Bila � ∩ � = ∅, yaitu bila A dan B tak mempunyai anggota persekutuan
maka A dan B disebut lepas (disjoint) atau tak beririsan. � adalah kelas
dari set-set disebut kelas lepas (disjoint) dari set-set, bila tiap-tiap pasangan
set-set yang berbeda di dalam � adalah lepas.
Komplemen relatif dari set B terhadap set A atau selisih A dan B
ditulis A – B adalah set yang anggota-anggotanya termasuk A tetapi tidak
termasuk B yaitu � − � = {�: � ∈ �, � ∉ �}.

18
Perhatikan bahwa A – B dan B adalah lepas yaitu (� − �) ∪ � = ∅.
Komplemen absolute atau disebut komplemen dari suatu set A ditulis
AC adalah set yang anggota-anggotanya bukan anggota dari A yaitu �� =
{�: � ∈ �, � ∉ �}. Dapat dikatakan pula bahwa AC selisih U dan A.
Teorema 2:
Hukum-hukum Aljabar set:
1. Hukum sama kuat: � ∪ � = � , � ∩ � = �
2. Hukum Asosiatif: (� ∪ �) ∪ � = � ∪ (� ∪ �) , (� ∩ �) ∩ � = � ∩ (� ∩
�)
3. Hukum Komutatif: � ∪ � = � ∪ � , � ∩ � = � ∩ �
4. Hukum Distributif: � ∪ (� ∩ �) = (� ∪ �) ∩ (� ∪ �) , � ∩ (� ∪ �) = (�
∩ �) ∪ (� ∩�)
5. Hukum Identitas: � ∪ ∅ = � , � ∩ � = � , � ∪ � = � , � ∩ ∅ = ∅
6. Hukum Komplemen: � ∪ �� = � , � ∩ �� = ∅ , (�� )� = � , �� = ∅ ,
∅� = �
7. Hukum De Morgan: (� ∪ �)� = �� ∩ �� , (� ∩ �)� = �� ∪ ��
Teorema 3: � ⊂ � bila hanya bila:
a. � ∩ � = �
b. � ∪ � = �
c. �� = ��
d. � ∩ �� = ∅
e. � ∪ �� = �
2.2.7 Produk Dari Set-Set
Misalkan A dan B adalah set-set tertentu. Produk dari set A dan B
ditulis �𝑿�, memuat semua pasangan terurut (a,b) dengan � ∈ � 𝑑�� � ∈ �
���𝑡� � � � = {(�, �): � ∈ � , � ∈ �}.
Produk suatu set dengan dirinya sendiri, misalkan � � � dinotasikan dengan
�2.
Contoh: � = {1,2,3} 𝑑�� � = {�, �}, tentukan � � �!
2.2.8 Relasi
Relasi biner (relasi) R dari set A ke set B menentukan tiap pasangan
(�, �) di dalam � � � tepat memenuhi satu pernyataan berikut:

19
 a berelasi dengan b ditulis � � � & a tak berrelasi dengan b ditulis � � �
Suatu relasi dari set A ke set A lagi disebut relasi di dalam A.
Relasi A ke B secara khusus didefinisikan sebagai subset R* dari A X B
sebagai berikut: � ∗= {(�, �): ���}, sebaliknya sebarang subset R* dari A x
B didefinisikan sebagai suatu relasi R dari A ke B sbb: ��� ��𝑙� 𝑑��
ℎ���� ��𝑙� (�, �) ∈ � ∗.
Korespondensi antara relasi-relasi R dari A ke B dengan subset-subset dari �
� � didefinisikan “Suatu Relasi R dari A ke B adalah subset dari � � �.
Domain (daerah asal) dari relasi R dari A ke B adalah set dari koordinat
pertama pasangan di dalam R dan range (daerah hasil) adalah set dari
koordinat kedua di dalam R yaitu:
 Domain � = {�: (�, �) ∈ �} & Range � = {�: (�, �) ∈ �}
Invers dari R ditulis �−1 adalah relasi dari B ke A didefinisikan: �−1 = {(�,
�): (�, �) ∈ �}
Relasi identitas di dalam suatu set A ditulis Δ �𝑡�� Δ� adalah semua
pasangan dalam � � � dengan koordinat sama yaitu: Δ�= {(�, �): � ∈ �}
Contoh: Relasi � = {(1,2), (1,3), (2,3)} di dalam � = {1,2,3} .
Tentukan domain, range dan invers dari R!
1.8. RELASI EQUIVALEN
Suatu relasi R di dalam set A yaitu subset dari A X A disebut relasi
equivalen bila hanya bila memenuhi ketiga aksioma berikut:
a. Untuk tiap � ∈ �, (�, �) ∈ � sifat refleksif
b. Bila (�, �) ∈ �, 𝑚��� (�, �) ∈ � sifat simetris
c. Bila(�, �) ∈ � 𝑑�� (�, �) ∈ �, 𝑚��� (�, �) ∈ � sifat transitif
Secara singkat dapat dikatakan bahwa suatu relasi disebut relasi equivalen
bila dan hanya bila relasi tersebut refleksif, simetris dan transitif.
Contoh:
 Apakah relasi ⊂ (subset dari) didalam suatu set inklusi merupakan relasi
equivalen?
 Didalam geometri Euclid, kesebangunan segitiga-segitiga adalah relasi
eqiuvalen.
Buktikan!

20
Bila R suatu relasi equivalen di dalam A maka kelas equivalen dari � ∈ �
𝑑�𝑡�𝑙�𝑠[�] adalah set dari elemen-elemen yang berrelasi dengan a yaitu: [�]
= {�: (�, �) ∈ �}.
Koleksi dari kelas-kelas equivalen dari A ditulis A/R disebut faktor
(quotient) A oleh R yaitu A/R={[�]: � ∈ �}.
Set faktor A/R memenuhi sifat-sifat berikut:
a. Teorema 4.
Misal R adalah relasi equivalen di dalam A dan [�] adalah kelas equivalen
dari � ∈ � maka:
1. Untuk setiap � ∈ � 𝑚��� � ∈ [�]
2. [�] = [�] bila dan hanya bila (a,b) ∈ �
3. Bila [�] ≠ [�] 𝑚��� [�]⋂[�] = �
Suatu kelas � dari subset-subset tidak kosong dari A disebut partisi dari A
bila dan hanya bila :
1. Tiap � ∈ � termasuk anggota dari �
2. Anggota-anggota dari � sepasang-sepasang saling lepas (disjoint)
b. Teorema 5.
Bila R suatu relasi equivalen dalam A maka set faktor (quotient) A/R adalah
partisi dari A.
2.4 KOMPOSISI DARI RELASI
Misal U adalah relasi dari A ke B dan V suatu relasi dari B ke C yaitu � ⊂
��� 𝑑�� � ⊂ ��� maka relasi dari A ke C sedemikian hingga untuk sebarang �
∈ �.
(�, �) ∈ � 𝑑�� (�, �) ∈ � disebut komposisi dari U dan V ditulis � ∘ �.
Notasi pembentuk set, komposisi dari U dan V ditulis � ∘ � = {(�, �): � ∈ �, � ∈
�, � ∈ �, 𝑠𝑒ℎ��𝑔𝑔� (�, �) ∈ �, (�, �) ∈ �}.
Contoh: Misalkan � = {1,2,3,4}, � = {�, �, �, �}, � = {5,6,7,8}
� = {(1, �), (1, �), (2, �), (3, �), (4, �)} dan � = {(�, 5), (�, 6), (�, 8), (�, 7)}
U adalah relasi dari A ke B dan V adalah relasi dari B ke C.
Gambarkan kedua relasi tersebut dan tentukan � ∘ �!
Soal – soal:
1. Bila � = {�: 3� = 6}, apakah A = 2?

21
2. Apakah ∅ = {0} = {∅} ?
3. Manakah yang merupakan set kosong?
a. � = {�: �2 = 9,2� = 4} b. � = {�: � + 8 = 8}
4. Misal � = {1,2,3, … ,8,9}, � = {1,2,3,4}, � = {2,4,6,8} 𝑑�� � = {3,4,5,6}
Carilah:
a. �� b. (� ∩ �)� c. � − � d. (� ∪ �)�
5. Misal R relasi < dari � = {1,2,3,4} �𝑒 � = {1,3,5} yaitu (�, �) ∈ � bila dan
hanya bila � < �
a. Tulislah R sebagai set pasangan terurut
b. Gambarlah R pada diagram koordinat � � �
c. Carilah domain dari R, range R, dan R-1
d. Carilah � ∘ �−1
Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, dan S adalah
relasi dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi R dan S, dinotasikan dengan S
ᴑ R, adalah relasi dari A ke C yang didefinisikan oleh
S ᴑ R = {(a,c) | a ϵ A, c ϵC, dan untuk beberapa b ϵ B, (a, b) ϵ R dan (b, c) ϵ S }

Contoh. Misalkan

R = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)} adalah relasi dari himpunan {1, 2,
3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan S = {(2, u), (4, s), (4, t), (6, t), (8, u)} adalah
relasi dari himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan {s, t, u}.

Maka komposisi relasi R dan S adalah

S ᴑ R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }

Komposisi relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan diagram panah:

1 2 s
4 t
2
6 u
3
8

22
Jika relasi R1 dan R2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan MR2,
maka matriks yang menyatakan komposisi dari kedua relasi tersebut adalah

MR2 ᴑ R1 = MR1 ‧ MR2

yang dalam hal ini operator “.” sama seperti pada perkalian matriks biasa, tetapi
dengan mengganti tanda kali dengan “˄” dan tanda tambah dengan “˅”.

Contoh : Misalkan bahwa relasi R1 dan R2 pada himpunan A dinyatakan oleh


matriks

1 0 1 0 1 0

R1 = 1 1 0 dan R2 = 0 0 1

0 0 0 1 0 1

maka matriks yang menyatakan R2ᴑ R1 adalah

MR2 ᴑ R1 = MR1 ‧ MR2

(1˄0)˅(0˄0)˅ (1˄1) (1˄1)˅ (0˄0)˅ (1˄1) (1˄0)˅ (0˄1)˅ (1˄1)

= (1˄0)˅(1˄0)˅ (0˄1) (1˄1)˅ (1˄0)˅ (0˄0) (1˄0)˅ (1˄1)˅ (0˄1)

(0˄1)˅(0˄0)˅ (0˄1) (0˄1)˅ (0˄0)˅ (0˄0) (0˄0)˅ (0˄1)˅ (0˄1)

1 1 1

= 0 1 1

0 0 0

23
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Relasi adalah sebuah hubungan antara dua himpunan. Perkalian kartesian


dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua pasangan terurut
yang mungkin terbentuk dengan komponen pertama dari himpunan A dan
komponen kedua dari himpunan B.

Ada banyak cara unutk menyajikan sebuah relasi, seperti representasi


relasi dengan table, representasi relasi dengan matriks, dan representasi dengan
graf berarah. Selain itu terdapat sifat-sifat relasi biner yaitu refleksif (reflexive),
setangkup (symmetric) dan menghantar (transitive).

3.2 Saran
Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pembelajarannya
berhasil dengan optimal. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu
ialah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya.
Setelah membaca makalah ini kita diharapkan dapat menjelaskan pengertian relasi
memahami cakupan dan ruang lingkup dalam materi pembelajaran matematika
dengan pembahasan tentang relasi sebagai bekal untuk mempersiapkan diri
menjadi pendidik muslim professional sehingga bisa berperan dalam
mensukseskan tujuan pendidikan nasional.

25
DAFTAR PUSTAKA

BBM 6. Model Perencanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


https://www.file.upi.edu/pdf (online) diakses tanggal 25 Maret 2019.

Dirjendikdasmen, Kemdikbud. 2018. Modul Pelatihan Kurikulum 2013 SD/MI.


Jakarta: Kemdikbud

Dirjendiksamen, Kemdikbud. 2016. Panduan Penilaian untuk SD. Jakarta:


Kemdikbud

Martiyono. 2012. Perencanaan Pembelajaran Suatu Pendekatan Praktis


Berdasarkan KTSP Termasuk Model Tematik. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.

Saleh, Chairati. 2013. Perencanaan Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah.


https://www.digilib.uinsby.ac.id/pdf (online) diakses tanggal 27 Maret 2019.

26

Anda mungkin juga menyukai