Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DAN


KODE ETIK BIMBINGAN DAN KONSELING
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bimbingan & Konseling)

Dosen Pengampu:
Dra. Fatmawaty, M.Pd.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6

Ayu Dwi Putri (1920201072)


Amran Hakim Alfauzan (1920201073)
Nuriyani (1920201076)
Khoiri Wahyudi (1920201077)
Muhammad Arian Faza (1920201080)
Mia Audina (1930201079)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatu.

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Prinsip-pinsip bimbingan dan konseling di sekolah dan
kode etik bimbingan dan koseling” guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Bimbingan Konseling. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dra. Fatmawaty, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling atas
bimbingan yang diberikan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami sebagai
penulis dan pemateri hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen atau
teman-teman seperjuangan, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini telah disusun oleh penyusun dari berbagai sumber yang ada baik jurnal,
artikel, ebook maupun buku, dan sebagainya.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Pembaca dapat memberikan kritik dan saran terhadap penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada penulis dan pembaca untuk
kebahagiaan di dunia dan akhirat, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Palembang, April 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling ....................................................................... 2
B. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah .............................................. 2
1. Pengertian Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling ..................................... 3
2. Macam-Macam Prinsip Bimbingan dan Konseling ......................................... 4
C. Kode Etik Bimbingan dan Koseling .......................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 21
B. Saran .......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti layaknya sebuah pembelajaran bimbingan dan konseling juga
membutuhkan apa yang dinamakan strategi dalam pelaksanaanya. Dalam melayani
klien, seorang konselor tidak boleh mengambil langkah atau tindakan yang
sembarangan. Oleh karena itu, seorang konselor perlu mengetahui prinsip-prinsip
bimbingan konseling dan perlu mengatahui kode etik untuk menjalankan profesinya
tersebut dalam proses konseling. Konseling merupakan salah satu pekerjaan profesional
yang salah satu ciri pekerjaan ini memiliki kode etik. Setiap konselor harus itu harus
mempelajari sekaligus melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada kode etik.
Prinsip-prinsip pelayanan BK berkenaan dengan kondisi diri siswa, program
pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan, mengacu pada pelayanan yang
efektif dan efisien, untuk berkehidupan yang cerdas dan berkarakter. Kode etik
dibutuhkan ketika seseorang konselor hendak membimbing seorang atau individu
(konseli) kearah pengembangan pribadinya. Peran kode etik yaitu sebagai acuan dan
tuntunan dalam memberikan masukan-masukan kepada konseli agar masukan yang
diberikan oleh konselor tidak menyeleweng atau keluar dari aturan-aturan, norma-
norma yang berlaku dimasyarakat maupun di kalangan konselor sendiri. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai Prinsip dan Kode Etik Bimbingan
dan Konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling?
2. Apa yang dimaksud dengan Prinsip-prinsip dalam Bimbingan dan Konseling?
3. Apa saja Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling?
4. Apa saja Kode Etik dalam Bimbingan dan Konseling?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Bimbingan dan Konseling.
2. Mengetahui pengertian prinsip-prinsip Bimbingan dan Konsleing.
3. Mengetahui Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling.
4. Mengetahui Kode Etik dalam Bimbingan dan Konseling.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan dan konseling.
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance berasal
dari kata kerja to guide yang mempunyai beberapa makna. Sertzer dan stone (1966: 3)
mengemukakan bahwa guide mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer,
artinya: menunjukkan, mengarahkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan.
(Victoria Neufeldt, Ed., 1988: 599). 1
Jadi yang dimaksud dengan bimbingan adalah sebuah proses pemberian bantuan
yang berkelanjutan dari seorang pembimbing(orang yang ahli) kepada individu yang
membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya
secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan
sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. 2
Adapun istilah konseling berasal dari bahasa Latin to consilium yang secara
etimologis berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau
memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari sellan
yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.
Kemudian muncul pertanyaan dibenak kita, apakah yang dimaksud dengan
konseling? Konseling adalah proses pemberian bantuan berkelanjutan yang dilakukan
melalui wawancara dan tatap muka konselor kepada individu(klien) yang sedang
mengalami sesuatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh klien.3

B. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling


Dalam menguraikan prinsip-prinsip Bimbingan dan konseling, Anas Salahudin
mengutip dari blog Imran Fauzi (imronfauzi.wordpress.com), yang menyatakan bahwa
manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mempunyai pengetahuan dan
berpikir. Manusia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahkuk lain dalam

1
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 13.
2
Hallen A., Bimbingan & Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 8-9.
3
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2009), h.
105
2
perkembangannya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki
kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan
keunakan atas tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari
sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk membantu setiap
individu mencapai perkembangnnya yang sehat di dalam lingkungannya.
Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk
menunjukkan perkembangan manusia secara optimal, baik secara kelompok maupun
individu sesuai dengan hakikat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan
dan kekurangan, kelemahan serta permasalahannya.
Selanjutnya, Imran Fauzi menguraikan lebih jauh bahwa dalam dunia pendidikan,
bimbingan dan konseling juga sangat diperlukan karena dapat mengantarkan siswa pada
pepncapaiaan standard dan kemampuan professional dan akademis, serta
perkembangan diri yang sehat dan produktif. Dalam bimbingan dan konseling, selain
ada pelayanan, ada pula prinip-prinsip berikut.

1. Pengertian Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling


Prinsip berasal dari asal kata “prinsipra” dapat diartikan “sebagai permulaan
yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain” (M.I Soelaeman: 1989:
15). Prinsip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritis dan teori lapangan
yang terarah dan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan. (Halaen, 2002:63).
Prinsip Bimbingan dan konseling menguraikan pokok-pokok dasar pemikiran
yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti
dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai
perangkat landasan praktis atau peraturan main yang harus diikuti dalam
pelaksanaan bimbingan dan sekolah.
Prayitno mengatakan, “Prinsip Merupakan hasil kajian teoritis dan telaah
lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan,” Dari Pendapat ini dapat dinyatkaan bahwa prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan praktik yang
dirumuskan dan dijadikan pedoman, sekaligus dasr bagi penyelengaraan pelayanan.

3
2. Macam-macam Prinsip Bimbingan dan Konseling
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling , prinsip yang digunakan
bersumber dari kajian filosofis dari hasil penelitian dan pengakaman praktis
tnetnag hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks
social budayanya, pengertian dan tujuan, fungsi, dan proses penyele ngaraan
bimbingan dan konseling.
Dalam bukunya, Anas Salahudin mengutarakan beberapa prinsip pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Diantaranya sebagai berikut.
a) Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya
b) Bimbingan bertitik tolak (berfokus )pada individu yang dibimbing
c) Bimbingan diarahakan kepada individu dan tiap individu memeiliki
karakteristik sendiri
d) Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkunan lembaga
hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang
menyelesaikannya.
e) Bimbingan dimuali dengan identifikasi kebutuhan yang diraskan oleh individu
yang akan dibimbing.
f) Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarajkat
g) Program bimbingan di lingkugngan lembaga pendidkan tertentu harus sesuai
dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
h) Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh ornag yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berda di dalam ataupun di
luar lembaga penyelenggara pendidikan
i) Program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan
program. (Nurihsan, 2006:9)

Adapun menurut Sutirna (Bimbingan dan Konseling, 2013: 24) terdapat


beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi
pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis
tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau

4
bimbingan, baik di sekolah/madrasah maupun luar sekolah. Prinsip-prinsip itu
dikutipnya dari AKBIN (2008: 202-204) yang berbunyi sebagai berikut:

1. Bimbingan dan Konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti
bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli, baik yang bermasalah
maupun yang tidak bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan lebih
bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif), dan
lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan.
2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat
unik (berbeda satu sama lainnya) dan melalui bimbingan, konseli dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti
bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun hanya
pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataannya masih ada
konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, kerena
bimbingan dipandang satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru (tutor) dan
kepala sekolah/madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka
bekerja sebagai team work.
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan
konseling. Bimbingan diarahkan membantu konseli agar dapat melakukan
pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan menpunyai peranan untuk
memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan
oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk mempertimbangkan,
menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan
keputusan yang tepat. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat
bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan.

5
Tujuan utama bimbingan mengembangkan kemampuan konseli untuk
memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
6. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan)
kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung
disekolah/madrasah saja, tetapi juga dilingkungan keluarga, perusahaan/industri,
lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang
pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi,
sosial, pendidikan, dan pekerjaan. 4

C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling


Kode etik merupakan etika profesi yang harus dipegang kuat oleh setiap konselor.
Kode etik juga merupakan moralitas para konselor dalam menjalankan profesinya.
Bagaimana kode etik profesi bimbingan dan konseling, sesungguhnya, dan
berkaitan dengan apa saja yang menyangkut etika profesi tersebut. Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia (ABKIN) menjelaskan sebagai berikut :
1. Dasar/Landasan
Landasan kode etik konselor adalah a) Pancasila, mengingat bahwa profesi
konseling merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut
membina warga negara yang bertanggung jawab. b) tuntunan profesi, mengacu pada
kebutuhan dan kebahagian klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

2. Kualifikasi dan kegiatan profesional konselor


a. Kualifikasi
Konselor harus memiliki 1) nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam
bidang profesi konseling, dan 2) pengakuan atas kewenangannya sebagai
konselor.
b. Kegiatan profesional konselor
1) Nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan
a) Untuk memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konseor harus terus-
menerus berusaha menguasai dirinya. Ia harus mengerti kekurangan-
kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri yang dapat

4
Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (CV. ANDI OFFSET: Yogyakarta, 2013), h. 24-27.
6
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan
rendahnya mutu layanan profesional serta merugikan klien.
b) Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus
memperhatikan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji,
dapat dipercaya, jujur, dan tertib.
c) Konselor harus memilki rasa tanggungjawan terhadap saran ataupun
peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan-rekan
seprofesi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan
tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam Kode Etik ini.
d) Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu
kerja yang setinggi mungkin. Untuk itu, ia harus menggunakan teknik-
teknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar
kaidah-kaidah ilmiah.
2) Pegakuan kewenangan
Untuk bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan, keahlian, kewenangan
oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya oleh
pemerintah.
3) Kegiatan Profesional
a) Penyimpanan dan penggunaan informasi
Catatan tentang klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat-
menyurat, perekaman, dan data lain, merupakan informasi yang bersifat
rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Pengguna
data/informasi untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor
dimungkinkan sepanjang identitas dirahasikan. Penyampaian informasi
mengenai klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain, harus
atau persetujuan klien atau pihak lain untuk kepentingan klien dan tidak
merugikan klien.
b) Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan kepada
orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.
c) Kewajiban konselor untuk menangani klien berlangsung selama ada
kesempatan antara klien dan konselor. Kewajiban berakhir jika hubungan
konseling berakhir, klien mengakhiri hubungan kerja, atau konselor tidak
lagi bertugas sebagai konselor.
4) Testing
7
a) Suatu jenis tes hanya diberikan oleh petugas yang berwenang
menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Konselor harus selalu memeriksa
dirinya apakah ia mempunyai wewenang yang dimaksud.
b) Testing diperlukan bila dibutuhkan data tentang sifat atau ciri kepribadian
yang menuntut adanya perbandingan dengan sampel yang lebih luas.
c) Data yang doperlukan dari hasil testing itu harus diintegrasikan dengan
informasi lain yang telah diperoleh dari klien sendiri atau dari sumber lain.
d) Data hasil testing harus diperlakukan setaraf data dan informasi lain
tentang klien.
e) Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai
alasan digunakannya tes dan apa hubungannya dengan masalah. Hasilnya
harus disampaikan dengan klien dengan disertai penjelasan arti dan
kegunaannya.
f) Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh pihak
yang diberi tahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien
dan tidak merugikan klien.
g) Pemberian suatu jenis tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang
berlaku bagi tes yang diberlakukan.
5) Riset
a) Dalam melakukan riset, karena menyangkut manusia dengan masalahnya
sebagai subjek, hal-hal yang dapat merugikan subjek yang bersangkutan
harus dihindari.
b) Dalam melakukan hasil riset, karena menyangkut klien sebagai subjek,
identitas subjek harus dirahasiakan.
6) Layanan individual : hubungan dengan klien
a) Konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan
klien.
b) Konselor harus menempatkan kliennya diatas kepentingan pribadinya.
c) Konselor tidak mengadakan pembedaan atas dasar suku, bangsa, warna
kulit, kepercayaan, atau status sosial ekonomi.
d) Konselor tidak memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang dan
tidak boleh mencampuri urusan pribadi orang lain, tanpa izin dari orang
yang bersangkutan

8
e) Konselor boleh memilih siapa yang akan diberi bantuan, tetapi di ahrus
memerhatikan setiap permintaan bantuan, lebih-lebih dalam keadaan
darurat atau apabila banyak orang yang menghendakinya.
f) Konselor tidak akan melalaikan klien, walinya atau orang yang
bertanggung jawab pada klien ketika sudah turun tangan membantu
seseorang.
g) Konselor harus menjelaskan kepada klien sifat hubungan yang sedang
dibina dan batas-batas tanggungjawab masing-masing, khususnya sejauh
mana dia memikul tanggungjawab terhadap klien.
h) Hubungan konselor mengandung kesetiaan ganda kepada klien,
masyarakat, atasan, dan rekan-rekan sejawat. Apabila timbul masalah
dalam soal kesetiaan ini, konselor harus memperhatikan kepentingan
pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya sebagai konselor.
Dalam hal ini, terutama sekali, harus diperhatikan kepentingan klien.
i) Apabila timbul masalah antara kesetiaan kepada klien dan lembaga tempat
konselor bekerja, konselor harus menyampaikan situasinya kepada klien
dan atasannya. Dalam hal ini, klien harus diminta untuk mengambil
keputusan apakah dia akan meneruskan hubungan konseling dengannya.
j) Konselor tidak akan memberikan bantuan profesional kepada sanak
keluarga, teman-teman karibnya, sehingga hubungan profesioanl dengan
orang-orang tersebut mungkin dapat terancam oleh mengaburkan peranan
masing-masing.
k) Klien sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor,
meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang konkret.
Sebaliknya, konselor tidak akan melanjutkan hubungan dengan klien
apabila klien tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu.
7) Konsultasi dan hubungan dengan rekan atau ahli lainnya
a) Dalam rangka pemberian layanan kepada klien, kalau konselor merasa
ragu-ragu tentang sutu hal, ia harus berkonsultasi dengan rekna-rekan
selingkungan profesii. Akan tetapi, ia harus mendapat izin terlebih dahulu
dari kliennya.
b) Konselor harus mengakhiri hubungan konseling dengan seseorang klien
bila pada akhirnya dia menyadari bahwa dia tidak dapat memberika

9
pertolongan kepada klien tersebut, baik karena kurangnya
kemampuan/keahlian maupun keterbatasan pribadinya.
c) Bila pengirim disetujui klien, konselor bertanggungjawab untuk
menyarankan kepada klien, orang atau badan yang mempunyai keahlian
tersebut.
d) Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim ke ahli lain, tetapi klien
menolak kepada alhi yang disarankan oleh konselor, konselor
mempertimbangkan baik buruknya kelau hubungan tersebut diteruskan
lagi.

3. Hubungan kelembagaan dan hak serta kewajiban konselor


a. Jika konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu keluarga, harus ada
pengertian dan kesepakatan yang jelas antara konselor dan pihak lembaga, dan
juga dengan klien yang menghubungi konselor ditempat lembaga itu. Sebagai
seorang konslutam, konselor harus mengikuti dasar-dasar pokok profesi dan tidak
bekerja tas dasar komersil.
b. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam layanan individual, khususnya tentang
penyimpangan serta penyebaran informasi tentang klien dan hubungan
konfidensial antara konselor dank lien, berlaku juga bile konselor dalam hubungan
kelembagaan.
c. Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan turut bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan peraturan kerja sama dengan pihak atasan atau
bawahannya, terutama dalam rangka layanan konseling dengan menjaga rahsia
pribadi yang dipercayakan kepadanya.
d. Peraturan-peraturan kelembagaan yang diikuti oleh semua petugas dalam lembaga
harus dianggap mencerminkan kebijaksanaan lembaga itu dan bukan atas
pertimbangan pribadi. Konselor harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya
kepada atasannya. Sebaliknya, dia berhak pula mendapat perlindungan dari
lembaga itu dalam menjalanlan profesinya.
e. Setiap konselor yang menjadi staf suatu lembaga harus mengetahui program-
program yang berorientasii pada kegiatan-kegiatan dari lembaga itu dari pihak
lain. Pekerjaan konselor harus dianggap sebagai sumbangan khas dalam mencapai
tujuan lembaga tersebut.

10
f. Jika dalam rangka pekerjaan dalam suatu lembaga, konselor tidak cocok dengan
ketentuan-ketentuan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang erlaku dilembaga
tersebut, dia harus mengundurkan diri dari lembaga tersebut.
g. Konselor yang tidak bekerja dalam hubungan kelembagaan diharapkan menaatii
kode etik jalannya sebagai konselor dan berhak untuk mendapat dukungan serta
perlindungan dari rekan-rekan seprofesi.
h. Kalau konselor merasa perlu untuk melapirkan suatu hal tentang klien kepada
pihak lain (misalnya pimpinan badan tempat ia bekerja), atau kalau dia diminta
keterangan tentang klien oleh petugas sutau badan diluar perofesinya, dan ia harus
juga memberikan informasi itu, dalam memberikan informasi tersebut, konselor
harus bertindak bijaksana mungkin dengan berpedoman pada prinsip bahwa
dengan berbuat begitu, klien tetap dilindungi dan tidak dirugikan
i. Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya untuk maksud mencari
keuntungan pribadi atau maksud-maksud lain yang dapat merugikan klien, atau
menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang kurang wajar.
j. Konselor harus selalu mengkaji tingkah laku dan perbuatannya agar tidak
melanggat kode etik ini.
4. Personlity Guru Pembimbing

Modal dasar sebagai ciri personal yang harus dimiliki oleh guru pembimbing
diantaranya sebagai berikut :
a. Berwawasan Luas
Memilki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama tentanb perkembangan siswa
pada usia sekolahnya, perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi/kesenian dan
proses pembelajarannya, serta pengaruh lingkungan dan modernisasi terhadap siswa.
b. Menyayangi anak
Memiliki kasih sayang yang mendalam terhadap siswa. Rasa kasih sayanng ini
ditampilkan dari hati sanubarinya (tidak bepura-pura) sehingga siswa secara
langsung merasakan kasih sayang itu.
c. Sabar dan bijaksana
Tidak mudah marah dan atau mengambil tindakan keras dan emosional yang merugikan
siswa serta tidak sesuai dengan kepentingan perkembangan mereka. Segala tindakan
yang diambil oleh guru pembimbing didasarkan pada pertibangan yang matang.
d. Lembut dan baik hati

11
Tutur kata dan tindakan guru pembimbing selalu mengenakan hati, hangat, dan siap
menolong.
e. Tekun dan teliti
Guru pembimibing setia mengikuti tingkah laku dan perkembangan siswa sehari-hari
dari waktu-kewaktu , dengan memperhatikan berbagai aspek menyertai tingkah dan
perkembangan tersebut.
f. Menjadi contoh
Tingkah laku, pemikiran, pendapat, dan ucapan-ucapan guru pembimbing tidak tercela
dan mampu menarik siswa untuk mengikutinya dengan senang hati dan sukarela.
g. Tanggap dan mampu mengambil tindakan
Guru cepat memberikan perhatian terhadap yang terjadi dana atau mungkin terjadi pada
diri siswa, serta mengambil tindakan secara tepat untuk mengatasi dana atau
mengantisipasi yang akan terjadi dana atau mungkin terjadi.
h. Memahami dan bersikap positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling
Guru memahami fungsi dan tujuan serta seluk-beluk pelayanan bimbingan dan
konseling, dan dengan senang hati berusaha sekuat tenaga melaksanakannya secara
profesional sesuai dengan kepentingan dan perkembangan siswa.
i. Mempunyai modal profesional
Mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dalam
bidang kajian bimbingan dan konseling. Semua itu dapat diperoleh melalui
pendidikan dana tau pelatihan khusus dalam program bimbingan dan konseling.
Dengan modal profesional tersebut, seorang guru pembimbing akan mampu secara
nyata melaksanakan kegiatan pembimbing dan konseling menurut kaidah-kaidah
keilmuan, teknologi, dank ode etik profesinya.

5. Kompetensi Guru Pembimbing/Konselor Sekolah


a. Kompetensi Personal
1) Betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengahayati kode etik dan proses pemnagmbilan keputusan secara etis.
3) Menampilkan rasa hrmat terhadapt keragaman individu.
4) Menampilkan struktur nilai dan sistem keyakinan pribadi.
5) Menampilkan keterbukaan, fleksibilitas, sikap mengasihani, dan toleran di
dalam melakukan interaksi profesional yang mengarah kepada pertumbuhan
dan perkembangan diri sendiri dan orang lain.
12
6) Menampilkan arah diri dan otonomi kedirian yang mantap.
7) Bertindak secara konsisten dengan sistem nilai etis pribadi dank ode etik
profesional dalam hbungan profesionalnya.
8) Menunjukkan penampilan diri yang menarik.
9) Mampu menyesuaikan diri secara edukat.
10) Memiliki keprcayaan dan keyakinan diri untuk bisa memberikan layanan
bantuan.
11) Memilki keikhlasan dalam menyelenggarakan pelayanan.
b. Kompetensi keilmuan
1) Wawasan kependidikan dan profesi
a) Memilki wawasan pedagogis dalam melaksanakan layanan profesional
konseling
b) Memahami dengan baik landasan-landasan keimuan bimbingan dan
konseling
c) Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara etis
d) Mengetahui dengan baik standard an prosedur legal yang relevan dengan
setting kerjanya
e) Aktif melakukan kolaborasi profesional dan mempelajari litelaturnya
f) Menunjukkan komitmen dan dedikasi pengembangan profesional dalam
berbagai setting dan kegiatan
g) Menampilan sikap open minded dan profesional dalam mengjadapai
masalah klien
h) Memantapkan prioritas (bidang layanan) profesionalnya
i) Mengorganisasikan kegiatan sebagai wujud prioritas profesionalnya
j) Merumuskan perannya sendiri sesuai dengan setting dan situasi kerja yang
dihadapi
2) Pemahaman individu dalam membangun interaksi efektif
a) Memahami teori-teori perkembangan manusia
b) Mengidentifikasi komponen promer nilai-nilai orang lain
c) Memilahkan/membedakan wilayah sruktur nilai pribadi yang tidak sejalan
dengan struktur nilai kelompok yang teridentifikasi
d) Merespos dan berinteraksi dengan orang lain atas dasar kesadaran pikiran
serta perasaan sendiri, keterbukaan, kepekaan terhadap pikiran dan orang
lain.
13
c. Konseling
1) Menghayati dan menerapkan teori konseling
2) Mengembangkan kerangka piker manusia efektif sejalan dengan kerangka
piker profesionalnya
3) Menunjukkan kecakapan mengkaji hubungan antara teori konseling,
kepribadian, belajar dan asesmen psikologis
4) Menguasai berbagai metode dan rasional untuk mengawali proses konseling
yang sesuai dengan kepedulian klien
5) Menyadari berbagai variabel kepribadian dirinya yang mempengaruhi proses
konseling
6) Mengkomunikasikan kepada klien tentang masalah perkembangan perilaku
7) Mendikripsikan proses konseling yang dipahami klien
8) Menyatakan kembali masalah klien dalam cara yang akurat dan dapat diterima
klien
9) Memilih dan melakukan kemungkinan tindakan berikut dalam menghadapi
klien:
a) Melanjutkan dan memilih stategi konseling tertentu
b) Merujuk kepada sumber-sumber nonkonseling
c) Merujuk kepada konselor lain
d) Mengakhiri konseling
10) Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam mengembangkan situasi belajar
untuk klien tertentu
11) Menunjukkan arah tindakan dalam menghadapi masalah resistensi,
permusuhan, depedendim keengganan klien
12) Menerapkan gaya konseling yang menyenangkan dalam menghdapai klien
tertentu
13) Mempertahankan pendekatan konseling pilihannya atas dasar pengalaman dan
pengetahuannya sendiri
14) Merespons secara tepat ekspresi perasaan klien

6. Konseling Multikultural dalam Konseling


a. Memahami dan menyadari kekuatan konteks kelutural dalam proses konseling
b. Mengidentifikasi dinamika psikologis (motivasi, kecemasan, orientasi nilai) dalam
berbagai konteks subcultural
14
c. Mendiskripsikan dinamika sosiologis dalam berbagai konteks
subkultural(keluarga, tradisi, bahasa, agama)
d. Mengokohkan hubungan antarpribadi secara profesioanl dalam berbagai konteks
subcultural
e. Memahami implikasi isu-isu sosial masa kini terhadap klien
f. Menampilkan sikap open minded dan profesional dalam menghadapi kepdulian
dan konflik sosial
g. Mengintervensi sistem sosial dalam perannya sebagai agen perubahan
h. Menunjukkan kesadaran akan pengaruh factor gender dalam pelayanan
profesionalnya
i. Secara kritis menguji kekuatan dan kelemahan teknik dan metode konseling yang
dilakukannya
j. Menyadari kesulitan dalam menghadapi isu-isu social

7. Asesmen Lingkungan
a. Terampil menghimpun dan menganalisa data atau informasi individu
b. Mengakses factor lingkungan yang berkontribusi terhadap perkembangan
kesehatan mental
c. Memberi pengaruh terhadap kebijakan dan prosedur kelembagaan yang dapat
menumbuhkan kesempatan bagi para anggotanya
d. Memahami organisasi formal dan informal dalam berbagai pola sistem sosial
e. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan sistem sosial yang perlu diperbaiki
f. Mendeskripsikan hal-hal perkembangan yang relevan dengan masalah konseling
individu
g. Mendeskripsikan dampak interaktif berbagai masalah perkembangan di dalam
proses kelompok

8. Asesmen Individual
a. Mengidentifikasi secara tepat kriteria dan sumber instrument asesmen untuk
pengkuran kelompok dan individual
b. Mengidentifikasi tes bakat, prestasi, kepribadian yang cocok untuk kepentingan
sekolah dan lembaga lain sesuai dengan individu atau populasi yang akan dilayani
c. Mengembangkan instrument asesmen untuk kepantingan pemahaman individu
dala konteks layanan bimbingan dan konseling
15
d. Meampilkan kecakapan meng administrasikan instrument tes baku sesuai dengan
standar pelaksanaan tes
e. Menganalisis, mengorganisasikan, dan menyisintesikan hasil tes yang diperoleh
dari tes baku baik, secara verbal maupun tertulis
f. Mengaitkan hasil tes dengan tujuan, aspirasi, kecakapan, dan lingkungan klien
g. Menghimpun dan menyintesiskan informasi klien dengan menggunakan teknik
asesmen non tes

9. Proses dan Strategi Kelompok


Menampilkan respons sebagai berikut ;
a. Pemahaman empatik terhadap ekspresi masalah perasaan anggota
b. Meningkatkan kesadaran anggota akan perasaannya dan bagaimana perasaan itu
mempengaruhi perilakunya
c. Meningkatkan pemahamn anggota akan keadaan perasaan saat ini
d. Menampilakn ketepatan mengambil resiko sebagai pimpinan dan anggota
kelompok dalam kelompoj tertentu
e. Menganalisis aspek-aspek nonteknis proses kelompok dalam merespons
keingintahuan anggota
f. Melakukan kegiatan konseling kelompok untuk menyampaikan informasi pribadi,
pendidikan, dan pekerjaan
g. Menilai secara kritis,kekuatan dan kelemahan kepemimpinannya sendiri atas
kelompok yang dipilihnya
h. Memilih dan mempertahankan strategi intevensi kelompok yang dipilhnya
i. Memfasilitasi pertumbuhan pengambilan keputusan karir dalam berbagai
kelompok usia dengan menyediakan informasi karir dan menerapkan teori
perkembangan manusia
j. Memahami hakikat maslah keterampilan belajar dan mengembangkan startegi
yang tepat untuk penyembuhan dan pencegahan

10. Layanan Konsultasi dan Mediasi


a. Mendeskripsikan perilaku situasi konsultasi yang tepat dan memadai
b. Menyatakan rambu-rambu hubungan konsultatif
c. Melaporkan situasi dengan tingkatan pihak-pihak yang berkonsultasi

16
d. Menjelaskan metode atau prosedur untuk tindak lanjut perannya sebagai penyedia
layanan konsultasi

11. Riset dan Konseling


a. Mengidentifkasi rujukan yang bersumber pada hasil riset
b. Menganalisi hasil riset konseling, mengkaji hipotesis, keterbatasan, dan
kesimpulannya
c. Merancang riset, melaksanakan, dan menggunakan hasilnya
d. Mengidentifkasi wilayah profesi keonseling yang memerlukan riset untuk
mendalaminya
e. Mengembangkan satu atau dua alternative rancangan riset yang akan diterapkan
dalam pemecahan masalah
f. Mengembangkan strategi riset-riset yang relevan untuk pengembangan diri,
profesi, dan keberfungsian peran
g. Menerjemahkan atau memanfaatkan hasil riset ke dalam implikasi “praktis”

12. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Konseling


a. Memanfaatkan teknologi informasi sebagai sumber informasi bagi pengembangan
diri dan kemampuan profesional
b. Terampil menggunakan perangkat teknologi informasi untuk layanan bimbingan
dan konseling
c. Memanfaatkan teknologi informasi untuk layanan dan pengembangan
profesionalnya dengan berpegang kepada standar etik
d. Mengkomunikasikan prosedur dan langkah kerja yang dipilihnya kepada klien
atau populasi layanannya

13. Manajeman dan Sistem Pendukung


a. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti
layanan bimbingan dan konseling
b. Mengorganisasikan dan mengaloksikan sumber daya (resources) bagi
perkembangan individu
c. Merancang program pembelajaran dan pelatihan staf
d. Terampil mengajar dan melatih staf lain dalam konteks layanan profesinya
e. Melakukan supervise dan evaluasi program pengajaran atau pelatihan
17
f. Mampu mengatur pekerjaan dan prosedur kerja
g. Melakukan supervise dan evaluasi program layanan bimbingan dan konseling
h. Melaporkan proses dan layanan bimbingan dan konseling

14. Kompetensi sosial


a. Berkomunikasi efektif dalam interaksi dengan pihak terkait dengan layanan
bimbingan konseling
b. Mengembangkan interksi produktif
c. Mengembangkan, mengokohkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan
pihak terkait dengan layanan bimbingan dan konseling
d. Memilki kemampuan untuk memahami orang lain
e. Mengembangkan hubungan dan jaringan kerja (net work) dengan berbagai pihak
terkait
f. Memanifestasikan kepekaan dan toleransi terhadap perasaan manusia dalam
berbagai setting interaksi.5

Zainal Aqib dalam bukunya yang berjudul ikhtisar Bimbingan dan Konseling di
sekolah yang dikutipnya dari Winkel (1992) menyatakan bahwa “Kode etik ialah pola
ketentuan/aturan/tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas
suatu profesi”. Kode etik dalam suatu jabatan bukan merupakan hal baru. Tiap-tiap
jabatan pada umumnya mempunyai kode etik sendiri-sendiri, sekalipun tetap ada
kemungkinan bahwa kode etik itu tidak secara formal diadakan. 6

Kode etik dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan
konseling tetap dalam keadaan baik, serta diharapkan akan menjadi semakin baik, lebih-
lebih di Indonesia di mana bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode etik ini
mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan tanpa
membawa akibat yang tidak menyenangkan.
Berikut beberapa rumusan kode etik yang dikutip dari Bimo Walgito (1980).
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan
konseling harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

5
Anas Salahudin, op.cit., h. 48-61.
6
Bimo Walgito, bimbingan+konseling (Studi & Karier), (Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, 2010), hlm. 36
18
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang
sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Oleh karena
itu, pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang dan tanggung jawab yang bukan
wewenang atau tanggung jawabnya.
3. Karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan kehidupan pribadi orang,
maka seorang pembimbing harus:
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c. Menghargai bermacam-macam klien. Jadi, dalam menghadapi klien, pembimbing
harus menghadapi klien dalam derajat yang sama.
d. Pembimbing tidak diperkenankan:
• Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
• Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
• Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang
tidak baik bagi klien.
• Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
e. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemampuan dan keahliannya
atau di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam bimbingan dan konseling.
f. Pembimbing harus selalu menyadari tanggung jawabnya yang berat, yang
memerlukan pengabdian sepenuhnya.

Disamping rumusan tersebut, berikut ini dikemukakan rumusan kode etik


bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia,
yang dikutip oleh Syahril dan Riska Ahmad (1986), yaitu:
a. Pembimbing/Konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien.
b. Pembimbing/Konselor menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi
Pembimbing/Konselor sendiri.
c. Pembimbing/Konselor tidak membedaakan klien atas dasar suku bangsa, warna kulit,
kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d. Pembimbing/Konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti
kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangkanya yang ada pada dirinya yang
dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan
klien.

19
e. Pembimbing/Konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati,
sederhana, sabar, tertib dan percaya pada paham hidup sehat.
f. Pembimbing/Konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan kepadanya,
dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana
dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
g. Pembimbing/Konselor Memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan orang-
orang yang dilayani maupun terhadap profesinya
h. Pembimbing/Konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkiin. Dalam hal ini
dia perlu menguasai keterampilan dan menggunakan teknik-teknik dan prosedur-
prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar ilmiah.
i. Pembimbing/Konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat dan
tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan guna
memberikan layanan dengan sebaik-baiknya.
j. Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembinmbing menjaga kerahasiaan ini. data ini hanya dapat disampaikan kepada orang
yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya, dan hanya dapat diberikan atas
dasar persetujuan klien.
k. Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunaan dan
menafsirkan hasilnya.
l. Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang
membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf intelegnsi, minat,
bakat dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
m. Data hasil tes psikologi harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh
dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi lainnya itu.
n. Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya
tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien.
o. Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai alasan-alasan
tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan pada pihak lain, sejauh pihak
yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak
merugikan klien sendiri. (Soetjipto, 1999: 82-85)

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan dua hal yang saling terikat, namun memiliki
sedikit perbedaan. Adapun pengertian dari bimbingan yaitu sebuah proses pemberian
bantuan yang berkelanjutan dari seorang pembimbing(orang yang ahli) kepada
individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik
bimbingan sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun
lingkungannya. Sedang pengertian dari konseling adalah proses pemberian bantuan
berkelanjutan yang dilakukan melalui wawancara dan tatap muka konselor kepada
individu(klien) yang sedang mengalami sesuatu masalah yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling berbicara tentang pokok-pokok dasar


pemikiran yang dijadikan pedoman/landasan dalam program pelaksanaan atau aturan
main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan. Beberapa
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya yaitu:

a) Sasaran pelayanan
b) Permasalahan klien/individu
c) Program pelayanan
d) Tujuan dan pelaksanaan pelayanan

Kode etik merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat sehingga dalam bimbingan dan konseling kode etik merupakan
etika profesi yang harus dipegang kuat oleh setiap konselor. Kode etik juga
merupakan moralitas para konselor dalam menjalankan profesinya. Dasar/landasan
kode etik BK tercantum didalam Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling
merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina
warga negara yang bertanggung jawab. Tuntunan profesi, mengacu pada kebutuhan
dan kebahagian klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Beberapa rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, yaitu:

21
a) Pembimbing/Konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan
klien.
b) Pembimbing/Konselor menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan
pribadi Pembimbing/Konselor sendiri.
c) Pembimbing/Konselor tidak membedaakan klien atas dasar suku bangsa, warna
kulit, kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d) Pembimbing/Konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk
mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangkanya yang ada pada
dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan
serta merugikan klien.
e) Pembimbing/Konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati,
sederhana, sabar, tertib dan percaya pada paham hidup sehat.
f) Pembimbing/Konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan
kepadanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku
profesional sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
g) Pembimbing/Konselor Memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan
orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya
h) Pembimbing/Konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkiin. Dalam
hal ini dia perlu menguasai keterampilan dan menggunakan teknik-teknik dan
prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar ilmiah.
i) Pembimbing/Konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang
hakikat dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan
bimbingan guna memberikan layanan dengan sebaik-baiknya.
j) Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembinmbing menjaga kerahasiaan ini. data ini hanya dapat disampaikan kepada
orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya, dan hanya dapat
diberikan atas dasar persetujuan klien.
k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunaan dan
menafsirkan hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan
lain yang membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf
intelegnsi, minat, bakat dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi
seseorang.

22
m) Data hasil tes psikologi harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang
diperoleh dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi
lainnya itu.
n) Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan
digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi
klien.
o) Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai alasan-alasan
tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan pada pihak lain, sejauh
pihak yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan
tidak merugikan klien sendiri.

B. Saran

Pada era sekarang seorang guru bukan hanya dituntut untuk mengajar yaitu
mengedepankan kecapaian materi yang telah disampaikan kepada siswa. Namun, guru
juga sebaiknya menjadi seorang yang lebih bersahabat, karena tidak dapat dipungkiri
seiring berkembangnya zaman dan fasilitas yang ada akan membuat siswa lebih
teralihkan fokusnya kepada hal lain yang lebih mengasikkan dan cenderung akan
membuat siswa mempunyai kendala dalam belajar serta akan lebih sering membuat
masalah. Sehingga sebagai seorang guru pula kita dapat menempatkan Bimbingan dan
Konseling menjadi salah satu solusi guna memahami dan memberikan pendekatan
kepada siswa yang cenderung bermasalah tersebut

Kami pemakalah tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Pemakalah akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
para pembaca. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat dalam menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca, dan tentunya bermanfaat bagi kami sendiri. Terima
kasih.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2012. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: YRAMA
WIDYA.

A., Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.

Prayitno. dan Erman Amti. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.

Sutirna. 2013. Bimbingan dan Konseling. CV. ANDI OFFSET: Yogyakarta.

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia.

Walgito, Bimo. 2010. bimbingan+konseling (Studi & Karier). Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET.

24

Anda mungkin juga menyukai