PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ujung tombak keberhasilan pendidikan formal adalah guru. Di tangan gurulah siswa
sebagai generasi penerus ditempa dengan berbagai pengalaman belajar. Melalui upaya-upaya
instruksional itu diharapkan siswa dapat berkembang seluruh potensi dirinya secara optimal.
Karena itu guru biasa disebut sebagai pendidik profesional.
Selain sebagai pendidik profesional, guru juga sering disebut sebagai pendidik pembantu
karena guru menerima limpahan sebagian tanggungjawab orang untuk menolong dan
membimbing anaknya. Di sini guru menjadi perantara yang akan menjembatani antara anak
didik dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan, karena itu seorang guru paling tidak
harus sudah memiliki kedewasaan dalam berpikir (berumur 18 tahun ke atas atau sudah kawin),
sehat jasmani dan rohani, mempunyai keahlian dan skill tertentu berakhlak dan berdedikasi
tinggi serta mampu untuk memberikan kepada anak didiknya. (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiati,
2001: 241-246)
Andi Hakim Nasution (dalam Rama Furqona, 2002: 147) mengatakan bahwa guru yang
mengajar di sekolah juga akan membimbing dan mengarahkan potensi kecerdasan intelektual
(IQ) dan kecerdasan emosional (EQ), sehingga kedua hal yang ini dapat tumbuh berkembang
dengan seimbang. Di sinilah peran guru akan sangat tampak, yaitu akan memberi warna pada
subyek yang sedang belajar dan berkembang, yaitu anak didik atau siswa. Peran ini adalah
sangat strategis terutama dalam kaitan dengan penciptaan lingkungan belajar yang
memungkinkan siswa gemar belajar dan belajar secara benar
Di negara-negara Timur, guru merupakan sosok yang dihormati oleh masyarakat. Di
India, dahulu guru dianggap sebagai “orang suci” dan “sakti”. Di Jepang, guru disebut “sensei”
yang artinya orang yang lebih dulu lahir atau yang lebih tua. Sedangkan di Inggris guru
dikatakan “teacher” dan di Jerman disebut “der Lehre”, keduanya berarti “pengajar” (Zakiah
Daradjat, dkk., 1992: 39-40). Meski dalam sejarah dahulu guru sangat dihormati dan dipatuhi,
namun dalam perkembangan selanjutnya, nampaknya guru telah menjadi sosok yang tidak jauh
berbeda dengan para pekerja ataupun buruh.
Di banyak negara, sosok guru saat ini merupakan sosok invisible yang dianggap
diperlukan tetapi selalu tersisih, tak terperhatikan, dan tersembunyi di balik tembok sekolah.
Juga di Indonesia, guru adalah sosok "pahlawan tanpa tanda jasa", karena sebagai sebuah
profesi jasa guru tidak mendapatkan penghargaan selayaknya. (Darmaningtyas, dalam Kompas,
1 Mei 2003: 4). Citra guru yang demikian akan terasa kontradiktif jika dibanding citra guru
pada masa pra-kemerdekaan atau awal kemerdekaan. Pada masa itu, guru dipandang dan
diperlakukan bukan hanya sebagai pendidik yang pantas digugu lan ditiru, tetapi juga
pemimpin masyarakat yang dihormati dan disegani. Status ekonominya relatif tinggi. Hal itu
tidak terlepas dari imbal jasa yang memadai dan kredibilitas profesional guru di mata
masyarakat yang tinggi.
Perubahan paradigma manajemen sumber daya manusia (Human Resources
Management) dari yang semula menempatkan faktor manusia sebagai aspek fungsional menjadi
aspek strategis, membawa konsekuensi bagi para pengambil keputusan, pelaku bisnis, dan
pengelola organisasi—khususnya yang membidangi masalah personalia—untuk lebih jeli dalam
mengarahkan human asset-nya guna mendukung tercapainya tujuan organisasi termasuk
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang mampu me-manage personalianya– pendidik
dan tenaga kependidikan–dengan baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang unggul
dan kompetitif, memiliki loyalitas dan komitmen guru yang tinggi, dan selalu berada pada
performance kerja yang optimal.
Ditinjau dari perspektif manajemen SDM, setiap lembaga pendidikan yang telah
melaksanakan semua fungsi manajemen SDM diharapkan mampu menciptakan rasa aman dan
memberikan kepuasan kerja bagi karyawannya (Quality of Work Life). Terciptanya QWL pada
suatu organisasi merupakan salah satu usaha dalam mewujudkan komitmen guru bagi para
karyawannya.
Dari sini dapat dibayangkan bahwa setiap organisasi atau instansi manapun yang ingin
sukses, senantiasa membutuhkan pegawai yang memiliki komitmen. Komitmen tersebut
mengandung tanggung jawab dari tugas yang dilaksanakan. Kenyataannya, komitmen tidak
nampak dalam perwujudannya. Meskipun menghabiskan banyak waktu di tempat kerja,
pegawai tanpa komitmen tidak akan menghasilkan apa-apa. Dia hanya patuh melakukan
pekerjaan dengan tangan dan kakinya. Pikiran dan hatinya jauh di luar dunia kerja.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka sudah seharusnya dilakukan usaha yang terus-
menerus untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, dan komitmen guru sehingga mereka
menjadi guru profesional. Hal inilah yang mengharuskan memberikan deskripsi tugas pada
suatu satuan pendidikan, sehingga kinerja anggota organisasi menjadi lebih jelas.
A. Kepala Sekolah
Berpedoman pada 12 langkah kepemimpinan:
1. Mengetahui tugas pokoknya sendiri,
2. Mengetahui jumlah pembantunya,
3. Mengetahui nama-nama pembantunya,
4. Mengetahui tugas masing-masing pembantunya,
5. Memperhatikan kehadiran pembantunya,
6. memperhatikan peralatan pembantunya,
7. Memberi penilaian/DP-3 pada pembantunya,
8. Mengambil tindakan-tindakan,
9. Memperhatikan karier pembantunya,
10. Memperhatikan kesejahteraan pembantunya,
11. Menciptakan suasana kekeluargaan,
12. Memberikan laporan pada atasannya.
4. Tugas-tugas lain
a. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah dalam
menyusun program pembelajaran, penyajian program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi
dan penilaian, penyusunan dan pelaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
b. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah apabila
mengalami kesulitan atau hambatan dalam mengkaji materi suatu mata pelajaran.
c. Membantu kepala sekolah dalam usaha bimbingan dan peningkatan mutu guru secara
optimal,
d. Menjadi contoh/suri tauladan bagi guru-guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda
Tk. I III/b ke bawah dalam hal disiplin kerja, disiplin sikap dan perilaku, kewibaan guru,
cara berpakaian, dan berkepribadian.
4. Tugas-tugas lain
a. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah dalam
menyusun program pembelajaran, penyajian program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi
dan penilaian, penyusunan dan pelaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
b. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah apabila
mengalami kesulitan atau hambatan dalam mengkaji materi suatu mata pelajaran.
c. Membantu kepala sekolah dalam usaha bimbingan dan peningkatan mutu guru secara
optimal,
d. Menjadi contoh/suri tauladan bagi guru-guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda
Tk. I III/b ke bawah dalam hal disiplin kerja, disiplin sikap dan perilaku, kewibaan guru,
cara berpakaian, dan berkepribadian.
2. Urusan Kesiswaan
a. Bertanggung jawab dalam nilai kenaikan siswa yang telah dibuat guru kelas,
b. Bertanggung jawab atas pendaftaran siswa baru maupun mutasi siswa
c. Membantu kepala sekolah untuk meningkatkan guru kelas dalam mengisi buku induk siswa.
d. Membantu kepala sekolah dalam perolehan nilai rapor per mata pelajaran yang telah dibuat
guru, sebelum ditandatangani kepala sekolah,
e. Membantu kepala sekolah untuk mengoreksi pengisian buku laporan pendidikan sebelum
ditandantangani kepala sekolah,
f. Menghitung persentase kenaikan kelas secara keseluruhan,
g. Menyimpan administrasi pencapaian target kurikulum dan daya serap siswa yang dibuat
guru,
h. Bertanggung jawab sebagai pengganti kepala sekolah jika kepala sekolah berhalangan,
terutama dalam bidang kesiswaan.
i. Menandatangani surat keluar apabila keadaan mendesak terutama dalam bidang
Keuangan dan Pembiayaan.
j. Mewakili kepala sekolah dalam rapat dinas apabila kepala sekolah berhalangan,
k. Membantu kepala sekolah menjaring data dan mengelola informasi, terutama dalam bidang
kesiswaan.
l. Membantu kepala sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi di sekolah.
m. Membantu kepala sekolah mengawasi kelancaran administrasi.
3. Ekstrakurikuler Olahraga
a. Bertanggung jawab atas kegiatan olahraga terutama bulu tangkis,
b. Bertanggungjawab atas sarana prasarana olahraga, terutama bulu tangkis
c. Menginventarisir alat-alat olahraga, terutama bulu tangkis
d. Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan lomba usia dini, terutama bulu tangkis
e. Memberikan arahan kepada siswa tentang pentingnya olahraga, terutama bulu tangkis.
4. Tugas-tugas lain
a. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah dalam
menyusun program pembelajaran, penyajian program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi
dan penilaian, penyusunan dan pelaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
b. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah
apabila mengalami kesulitan atau hambatan dalam mengkaji materi suatu mata pelajaran.
c. Membantu kepala sekolah dalam usaha bimbingan dan peningkatan mutu guru
secara optimal,
d. Menjadi contoh/suri tauladan bagi guru-guru yang memiliki pangkat/golongan
Penata Muda Tk. I III/b ke bawah dalam hal disiplin kerja, disiplin sikap dan perilaku,
kewibaan guru, cara berpakaian, dan berkepribadian.
3. Ekstrakurikuler Olahraga
a. Bertanggung jawab atas kegiatan olahraga terutama bulu tangkis,
b. Bertanggungjawab atas sarana prasarana olahraga, terutama bulu tangkis
c. Menginventarisir alat-alat olahraga, terutama bulu tangkis
d. Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan lomba usia dini, terutama bulu tangkis
e. Memberikan arahan kepada siswa tentang pentingnya olahraga, terutama bulu tangkis.
4. Tugas-tugas lain
a. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah dalam
menyusun program pembelajaran, penyajian program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi
dan penilaian, penyusunan dan pelaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
b. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah apabila
mengalami kesulitan atau hambatan dalam mengkaji materi suatu mata pelajaran.
c. Membantu kepala sekolah dalam usaha bimbingan dan peningkatan mutu guru secara
optimal,
d. Menjadi contoh/suri tauladan bagi guru-guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda
Tk. I III/b ke bawah dalam hal disiplin kerja, disiplin sikap dan perilaku, kewibaan guru,
cara berpakaian, dan berkepribadian.
4. Tugas-tugas lain
a. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah dalam
menyusun program pembelajaran, penyajian program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi
dan penilaian, penyusunan dan pelaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
b. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah apabila
mengalami kesulitan atau hambatan dalam mengkaji materi suatu mata pelajaran.
e. Membantu kepala sekolah dalam usaha bimbingan dan peningkatan mutu guru secara
optimal,
f. Menjadi contoh/suri tauladan bagi guru-guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda
Tk. I III/b ke bawah dalam hal disiplin kerja, disiplin sikap dan perilaku, kewibaan guru,
cara berpakaian, dan berkepribadian.
4. Tugas-tugas lain
a. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah dalam
menyusun program pembelajaran, penyajian program pembelajaran, pelaksanaan evaluasi
dan penilaian, penyusunan dan pelaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
b. Membantu guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda Tk. I III/b ke bawah apabila
mengalami kesulitan atau hambatan dalam mengkaji materi suatu mata pelajaran.
g. Membantu kepala sekolah dalam usaha bimbingan dan peningkatan mutu guru secara
optimal,
h. Menjadi contoh/suri tauladan bagi guru-guru yang memiliki pangkat/golongan Penata Muda
Tk. I III/b ke bawah dalam hal disiplin kerja, disiplin sikap dan perilaku, kewibaan guru,
cara berpakaian, dan berkepribadian.