UNIVERSITAS TADULAKO
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
Hidaya-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini didalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan , petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan dalam profesi keguruan.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, meningkat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan penyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyekesaikan makalah ini.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................. i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
itulah yang dinamakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Berdasarkan contoh tersebut, dapat
kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat
kuantitatif,
2. Penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu
berdasarkan criteria baik-buruk dan bersifat kualitatif, sedangkan
3. Evaluasi ialah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian (Putra, 2013: 12-14).
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kelulusan. Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menetukan
keberhasilan proses dan hasil belajar, bukan hanya sebagai cara yang digunakan untuk
menilai hasil belajar (Arifin, 2014:4-5).
Penilaian atau asesmen merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan
penddikan. Penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
tentang individu. Penlaian berfocus pada individu, sehingga keputusannya juga terhadap
individu. Untuk menilai prestasi peserta didik, peserta didik mengerjakan tugas-tugas,
mengikuti ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Penilaian memerlukan data
yang akurat, sedangkan data diperoleh dari kegiatan pengukuran, sehingga diperlukan
alat ukur yang baik (Mardapi, 2017:10).
Evaluasi adalah suatu prosesbukan suatu hasil (Produk). Hasil yang diperoleh
dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau
arti, sedangkan kegiatan untuk sampaipada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi.
Membahas tentang evaluasi berarti mempelajari bagaimana proses pemberian
pertimbangan mengenai kualitas sesuatu. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan
konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut tentu dilakukan
dengan cara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti terencana, sesuai dengan prosedur
dan prinsip serta dilakukan secra terus-menerus (Arifin, 2014:5-6).
Menurut Sudaryono (2012:37-38) secarakhusus, ada beberapa pengertian yang
telah dikemukakan oleh para pakar, sebagai berikut:
1. Edwin Wandt dan Gerald W. Brown (1997) mengemukakan: istilah evaluasi
menunjukan pada suatu pengertian, yaitu suatu tindakan atau proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu.
2. Ten Brink dan Terry D (I994) mengemukakan: evaluasi adalah proses mengumpulkan
informasi dan menggunakannya sebagai bahan untuk pertimbangan dalam membuat
keputusan.
3. Suharsimi Arikunto ( 2004) mengemukakan: evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu
yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari
informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur,
serta alternative strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dengan demikian, evaluasi berarti menentukan sampai seberapa jauh sesuatu itu
berharga, bermutu, atau bernilai.
4
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merecanakan, memperoleh dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau
penilaian merupakan suatu proses yang sengaja yang direncanakan untuk memperoleh
informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu
keputusan (Purwanto, 2013:3).
Penilaian harus memberikan hasil yang dapat diterima oleh semua pihak, baik yang
dinilai, yang menilai, maupun pihak lain yang akan menggunakan hasil penilaian
tersebut. Hasil penilaian akan akurat bila instrumen yang digunakan untuk menilai,
proses penilaian, analisis hasil penilaian, dan objektivitas penilai dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk itu perlu dirumuskan prinsip-prinsip penilaian yang dapat
menjaga agar orientasi penilaian tetap pada framework atau rel yang telah ditetapkan.
Penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1. Sahih
Agar sahih (valid), penilaian harus dilakukan berdasar pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur. Untuk memperoleh data yang dapat mencerminkan
kemampuan yang diukur harus digunakan instrumen yang sahih juga, yaitu instrumen
yang mengukur apa yang seharusnya diukur.
2. Objektif
Penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Karena itu perlu dirumuskan
pedoman penilaian (rubrik) sehingga dapat menyamakan persepsi penilai dan
meminimalisir subjektivitas, apalagi dalam penilaian kinerja yang cakupan, otentisitas,
dan kriteria penilaiannya sangat kompleks. Untuk penilai lebih dari satu perlu dilihat
reliabilitas atau konsistensi antar penilai (interraterreliability) untuk menjamin
objektivitas setiap penilai.
3. Adil
Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, gender, dan hal-hal
lain. Perbedaan hasil penilaian semata-mata harus disebabkan oleh berbedanya capaian
belajar peserta didik pada kompetensi yang dinilai.
5
4. Terpadu
Penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan proses untuk mengetahui
apakah suatu kompetensi telah tercapai. Kompetensi tersebut dicapai melalui serangkaian
aktivitas pembelajaran. Karena itu penilaian tidak boleh terlepas apalagi melenceng dari
pembelajaran. Penilaian harus mengacu pada proses pembelajaran yang dilakukan.
5. Terbuka
Prosedur penilaian dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat diketahui oleh
siapapun. Dalam era keterbukaan seperti sekarang, pihak yang dinilai dan pengguna hasil
penilaian berhak tahu proses dan acuan yang digunakan dalam penilaian, sehingga hasil
penilaian dapat diterima oleh siapa pun.
6. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan
peserta didik atau peserta didik. Instrumen penilaian yang digunakan, secara konstruk
harus merepresentasikan aspek yang dinilai secara utuh. Penilaian dilakukan dengan
berbagai teknik dan instrumen, diselenggarakan sepanjang proses pembelajaran, dan
menggunakan pendekatan assessment as learning, for learning, dan of learning secara
proporsional.
7. Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah
baku. Penilaian sebaiknya diawali dengan pemetaan. Dilakukan identifikasi dan analisis
KD, dan indikator ketercapaian KD. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis tersebut
dipetakan teknik penilaian, bentuk instrumen, dan waktu penilaian yang sesuai.
8. Beracuan kriteria
Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi menggunakan acuan kriteria. Artinya
untuk menyatakan seorang peserta didik telah kompeten atau belum bukan dibandingkan
terhadap capaian teman-teman atau kelompoknya, melainkan dibandingkan terhadap
kriteria minimal yang ditetapkan. Peserta yang sudah mencapai kriteria minimal disebut
tuntas, dapat melanjutkan pembelajaran untuk mencampai kompetensi berikutnya,
sedangkan peserta didik yang belum mencapai kriteria minimal wajib menempuh
remedial.
9. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
6
hasilnya. Akuntabilitas penilaian dapat dipenuhi bila penilaian dilakukan secara sahih,
objektif, adil, dan terbuka, sebagaimana telah diuraikan di atas. Bahkan perlu dipikirkan
konsep meaningful assessment. Selain dipertanggungjawabkan teknik, prosedur, dan
hasilnya, penilaian juga harus dipertanggungjawabkan kebermaknaannya bagi peserta
didik dan proses belajarnya.
7
Dalam kegiatan evaluasi gur hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, seperti
orang tua peserta didk, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didik
itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi,
dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai.
5) Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun
alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu
harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.
Untuk mendapatkan tes, pengukuran dan evaluasi yang baik terdapat beberapa karakteristik.
Sudijono (2006: 93) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan tes yang baik harus memiliki
karakteristik diantaranta (1) valid, (2) reliabel, (3) obyektif, (4) praktis.
A. Validitas
Sebuah tes, pengukuran dan evaluasi yang baik harus mempunyai sifat valid atau memiliki
validitas. Pengertian valid sendiri menurut Sudijono (2006: 93) kata “Valid”sering diartikan
dengan: tepat, benar shahib, absah; jadi kata validitas dapat diartikan dengan ketepatan,
kebenaran keshahihan atau keabsahan. Apabila kata valid itu dikaitkan dengan fungsi tes, sebagai
alat ukur maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar ,
secara shahih atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah data atau
informasi yang valid apabila sesuai dengan keadaan senyatanya. Contohnya informasi tentang
seseorang yang bernama A menyebutkan bahwa si A pendek karena tingginya tidak lebih dari
140 CM. Data tentang A ini dikatakan valid apabila memang sesuai denga kenyataan, yakni
bahwa tinggi A kurang dari 140 CM.
B. Realibilitas
Untuk mendapatkan tes, pengukuran dan evaluasi yang baik salah satunya tes telah memiliki
reliabilitas atau bersifat reliabel. Menurut Sudijono (2006: 95) kata “ reliabilitas” sering
diterjemahkan dengan keajegkan (= stability) atau kemantapan (=consistency). Pendapat di atas
juga sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arifin (2012: 64) Reliabel, artinya suatu alat ukur
dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Apabila
8
kata tersebut dikaitkan dengan fungsi tes, pengukuran dan evaluasi sebagai alat ukur maka dapat
dikatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dihasilkan dengan menggunakan tes,
pengukuran dan evaluasi tersebut secara berulang kali terhadap subyek yang sama, senantiasa
menunjukkan hasil yang sama atau sifatnya ajeg atau stabil.
C. Objektifitas
Ciri yang ketiga dari dari tes, pengukuran dan evaluasi yaitu memiliki sifat objektif. Dikatakan
objektif menurut Sudijono (2006: 96) yaitu dalam penyusunanya dapat dilaksanakan menurut apa
adanya. Objektivitas berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan kata dari
objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang memperngaruhi. Sebuah tes,
pengukuran dan evaluasi dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaanya tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhi. Penilaian yang bersifat objektif tidak memandang dan
membeda-bedakan latar belakang peserta didik, namun melihat kompetensi yang dihasilkan oleh
peserta didik tersebut, bukan atas dasar siapa.
D. Ekonomis
Pelaksanaan tes, pengukuran dan evaluasi tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang
banyak dan waktu yang lama. Dalam penyusunan maupun pelaksanaan tes, pengukuran dan
evaluasi hendaknya memperhatikan biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan. Ekonomis inilah
yang menjadi faktor supanya tes mudah dilaksanakan.
E. Praktibilitas
Sebuah tes, pengukuran dan evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri mudah dilaksanakan.
Menurut Matondang (2009: 27) Jika alat ukur itu sudah memenuhi syarat tetapi sukar digunakan,
berarti tidak praktis. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari pembuat alat ukur (guru), tetapi
juga bagi orang lain yang ingin menggunakan alat ukur tersebut.
Dalam penyusunan tes, pengukuran dan evaluasi tentunya diharapkan untuk memudahkan
penggunaanya, baik untuk diri sendiri orang lain yang menggunakan maupun objek yang akan
dipergunakan. Maka diperlukan petunjuk pelaksanaan guna mempermudah tes, pengukuran
maupun evaluasi. Tes, pengukuran dan evaluasi tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk
mengenai bagaimana cara mengerjakannya, kunci jawabannya dan pedoman scoring serta
9
penentuan nilainya. Petunjuk pelaksanaan tidah hanya ditujukan kepada siswa yang mau
melaksanakan tes akantetapi bagaimana tata cara pelaksanaan tes dapat dimengerti dan
dilaksanakan dengan baik oleh orang lain yang akan melaksanakan tes tersebut.
G. Mempunyai Norma
Berdasarkan pendapat Matondang (2009: 27) alat ukur harus memiliki norma tertentu agar dapat
mengukur objek dengan tepat, misalnya untuk kelompok umum tertentu atau ciri-ciri tertentu
yang akan diukur sehingga dapat menggambarkan penilaian dengan lebih objektif. Norma tes,
pengukuran dan evaluasi akan menghasilkan hasil yang objektif. Karena apabila pengukuran
bersifat subyektif tidak akan menghasilkan suatu tes yang sebenarnya.
H. Menarik
Karakteristk tes, pengukuran dan Evaluasi yang terakhir yaitu menarik. Tidak hanya menarik
bagi guru yang akan melaksanakan tes, pengukuran dan evaluasi akan tetapi juga menarik untuk
para siswa yang mengikuti proses tes, pengukuran dan evaluasi tersebut. Sehingga siswanya
nyaman dalam mengikutinya dan disertai dengan rasa senang.
10
kelemahannya. Denagn diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah ndicari cara
untuk mengatasinya.
c). Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendirisendiri,sehingga pelajaran akanlebih efektif
apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan
sarana dan tenaga,pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali
dilaksanakan.Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pengajaran
secara kelompok. Untuk dapat menentukan denga pasti dikelompok mana seorang siswa harus
ditempatkan digunakan suatu penilan. Sekelompok siswa yang mempunyai penilaian yang sama,
akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
d). Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Maksud dari fungsi penilaian sebagai pengukur yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan. keberhasilan program ditentukan oleh beberapa factor yaitu,factor
guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan system administrasi.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tujuan evaluasi pengajaran terbagi menjadi dua, yaitu tujuan secara umum dan secara
khusus. Adapun fungsi evaluasi pengajaran antara lain mengukur kemajuan, menunjang
penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.
3.2 SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Karya
13
14