Anda di halaman 1dari 29

ADMINISTRASI, EVALUASI DAN PENILAIAN PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi Pendidikan

Dosen Pengampu Sandi Saparudin, S.Pd., M.Pd.I

Oleh :

Muhammad Amin Budiyanto

Asep Sopandi

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


QURROTA A’YUN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
Jl. Raya Samarang No. 114, Kp Cikamiri Desa Sirnasari Kecamatan Samarang
Kabupaten Garut Prop. Jawa Barat
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang setia membimbing
hamba-Nya. Atas bantuan dan tuntunan-Nya penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah administrasi
pendidikan yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Keberhasilan dan kesuksesan dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan teman-teman dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Aamiin.
 

Samarang,  November 2020

Penyusun

 
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL …………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………… 1

 A. Latar Belakang …………………………………………........ 1


 B. Rumusan Masalah ………………………………………....... 1
 C. Tujuan Penulisan ………………………………………......... 1

BAB II PEMBAHASAN …………………………...................................... 2

 1. Penilaian Pendidikan……………………………………...........2
 2. Standar Penilaian Pendidikan ……………………................ 14
 3. Administrasi penilaian pendidikan di negara
India………………………………………................................ 22

BAB III PENUTUP ……………………………………............................. 17

 A. Simpulan …………………………………………………… 27

DAFTAR PUSTAKA ………………………………….............................. 28


BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia sehingga harus dipenuhi dan
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Menurut Syah (2010:10) telah
mendefinisikan pendidikan bahwa “Pendidikan dapat diartikan sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”. Pendidikan sangat berhubungan
dengan proses belajar dan pembelajaran baik di sekolah ataupun luar sekolah.

Maka dari itu untuk melihat hasil atau kemajuan dari pendidikan tersebut diperlukan
penilaian untuk menjadi tolak ukur apakah pendidikan tersebut mendapatkan hasil
yang baik atau kurang baik. Penilaian harus dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan,
tetapi penilaian ini memiliki administrasi yang harus diikuti oleh suatu lembaga
pendidikan. Standar Penilaian Pendidikan telah diatur oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia sehingga hal ini dapat dijadikan acuan untuk
melakukan penilaian baik diluar sekolah ataupun sekolah.

Kita sebagai seorang calon guru harus mengetahui adminitrasi penilaian pendidikan.
Hal ini dimaksudkan ketika suatu saat kita terjun kelapangan kita sudah mengetahui
cara melakukan penilaian yang benar dan mengikuti acuan dari pemerintah. Tetapi
penilaian tersebut juga harus disesuaikan dengan keadaan siswa dan lingkungan
sekolah itu sendiri. Kita dapat belajar atau mengambil hal yang positif dari Negara
luar tentang administrasi penilaian pendidikan yang dilakukan oleh mereka. Sehingga
kita bias menerapkannya disekolah ataupun luar. Salah satu Negara yang dapat kita
pelajari ialah Negara India.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud penilaian pendidikan secara umum?
2. Bagaimana standar penilaian pendidikan menurut peraturan menteri pendidikan
dan kebudayaan republik indonesia ?
3. Bagaimana administrasi penilaian pendidikan di Negara India?
 

3. Tujuan
1. Mengetahui secara umum mengenai penilaian pendidikan.
2. Mengetahui standar penilaian pendidikan menurut peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia.
3. Mengetahui administrasi penilaian pendidikan di Negara India.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENILAIAN PENDIDIKAN
A. Pengertian Pengukuran, Penilaian, Dan Evaluasi
Untuk memahami persamaan, perbedaan atau hubungan antara
ketiganya, dapat dipahami melalui contoh-contoh di bawah ini :

1. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita, dan kita
disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja
kita akan memilih yang “panjang”. Kita tidak akan memilih yang “pendek”
kecuali ada alasan yang sangat khusus.
2. Pasar, merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual
dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang
pembeli akan memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut
ukurannya. Apabila ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning
dan kulitnya halus. Semuanya itu dipertimbangkan karena menurut pengalaman
sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasanya akan manis .
Sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau, dan kulitnya agak kasar, biasanya
macam rasanya.
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa sebelum menemukan
pilihan, kita mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih.
Untuk dapat mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih
dahulu. Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk
kita itulah yang disebut mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai.
Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.
Jadi menurut Arikunto ( 2009 : 3 )[1] menyatakan bahwa,
 Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran
bersifat kuantitatif.
 Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatau dengan ukuran
baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
 Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan
menilai.
Sedangkan menurut Hasan (2006)[2];
 Mengukur adalah membandingkan sesuatau dengan ukuran tertentu (bersifat
kuantitatif).
 Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik atau buruk (bersifat kualitatif).
 Assesment adalah memperkirakan, menjajaki atau ingin mengetahui atau
judgement.
 Evaluasi meliputi mengukur, menilai dari assesment.
Di dalam istilah asingnya pengukuran adalah measurement sedang
penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata
Indonesia evaluasi yang berarti menilai ( tetapi dilakukan dengan mengukur
terlebih dahulu ).

B. Penilaian Pendidikan
Menurut Raiph Tyler ( dalam Arikunto, 2009 : 3 ) mengatakan bahwa “
evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika
belum bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas
kemudian dikemukakan oleh Cronbach dan Stufflebeam bahwa proses evaluasi
bukan sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk
membuat keputusan.[3]
Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah guru patu dibekali dengan
evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil
belajar siswa. Karena pencapaian tujuan pembelajaran berupa prestasi belajar.
Tetapi pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi
belajar karena prestasi merupakan hasil kerja yang keadaanya sangat kompleks.

Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan


calon siswa diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari seklah itu
dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap di gunakan. Maka istilah
inovasi untuk tempat pengolah ini disebut transformasi.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut :

 Input
Bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi . dalam dunia sekolah
yang maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang
baruakan memasuki sekolah, calon siswa itu dinilai dahulu kemampuannya.
Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti
pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.

 Output
Output atau keluaran adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi.
Pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan .

 Transformasi
Mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam
dunia sekolah sekolah itulah yang dimaksud dengan transformasi. Sekolah itu
sendiri trdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya
sebagai transformasi.

Unsur-unsur yang berfungsi sebagai faktor penentu dalam kegiatan


sekolah tersebut antara lain :

1. Siswa sendiri
2. Guru dan personal lainnya
3. Bahan pelajaran
4. Metode mengajar dan sistem evaluasi
5. Sarana penunjang
6. Sistem administrasi
 Umpan Balik
Segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi. Umpan
balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun transformasi.
Lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan akan
menggugah semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan
penyebab kurang vemutunya lulusan.

Penyebab- penyebab tersebut antara lain :

1. Input yang kurang baik kualitasnya.


2. Guru dan personal yang kurang tepat
3. Materi yang tidak atau kurang cocok
4. Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai
5. Kurangnya sarana penunjang
6. Sistem administrasi yang kurang tepat.
Oleh karena itu di sekolah meliputi banyak sgi, yang secara garis besar
dilihat dari calon siswa, lulusan dan proses pendidikan secara menyeluruh. Di
dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian mempunyai
makna ditinjau dari berbagai segi :

1. Makna bagi siswa


 Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal itu menyenangkan ,
tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu.
Akibatnya siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar
lebih giat agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi. Keadaan
sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan hasil yang
diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali.

 Tidak memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain
kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia belajar giat. Namun demikian .
keadaan sebaliknyadapat terjadi. Ada beberapa siswa yang lemah kemauannya,
akan menjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang telah
diterimanya

2. Makna bagi guru


 Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahuis siswa-
siswa mana yang sudah behak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil
menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil
menguasai bahan.
 Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa
sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu
diadakan perubahan
 Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum.
Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada penilaian yang
diadakan mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang
kurang tepat. Apabila demikian halnya maka guru harus mawas diri dan
mencoba mencari metode lain dalam mengajar.
3. Makna bagi sekolah
 Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil
belajar, siswa-siswanya dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang
diciptakan oleh sekolah sudah sesuia dengan harapan atau belum. Hasil belajar
merupakan cermin kualitas sesuatu sekolah.
 Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat
merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa
yang akan datang.
 Informasi hasil penilaiaan yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan
sebagai pedoman bagi sekolah yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi
standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-
angka yang diperoleh siswa.
C. Prinsip, Tujuan Dan Fungsi Penilaian
Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar

 Lingkup kegiatan
Dilakukan baik terhadap proses maupun hasil yang dicapai, baik dalam
kegiatan instra kurikuler, kokurikuler maupun ekstra kurikuler.

 Asas pelaksanaan
Harus objectif, menyeluruh dan berkesinambungan

            Tujuan dan fungsi penilaian terdiri dari beberapa hal :


1. Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan
selesksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sndiri mempunyai
berbagai tujuan , antara lain:

 Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.


 Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
 Untuk memilih siswa yang sehrusnya mendapat beasiswa.
 Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan
sebagainya.
2. Peniaian berfungsi diagnostic
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan,
maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di
samping itu, diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan
mengadakan penilaian sebenarnya guru mengadakan diaognosis kepada siswa
tentang kebaikan dan kelemahannya.

3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan


Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat adalah sistem
belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah
paket belajar baik terbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai
alasan dari timbunya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap
kemampuan individual.

4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan


Untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Keberhasilan program ditentukan oeh beberapa faktor yaiufaktr guru, metod
mengajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi.

 Ciri-Ciri Penilaian Dalam Pendidikan


Menurut arikunto ( 2009 : 11 ) bahwa ciri-ciri penilaian pendidikan antara lain
sebagai berikut;

1. Ciri pertama
Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Contoh : mengukur kepandaian
melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal. Menurut Carl
Witherington ( dalam Arikunto, 2009 ) mengemukakan pendapatnya bahwa
anak yang inteligen adalah anak yang mempunyai :

 Kemampuan anak bekerja dengan bilangan


 Kemampuan untuk menggunakan bahasa yang baik.
 Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru ( cepat mengikuti
pembicaraan orang lain)
 Kemampuan untuk mengingat-ingat.
 Kemampuan untuk memahami hubungan ( termasuk menangkap kelucuan ).
 Kemampuan untuk berfantasi.
Sedangkan menurut David Lazear ( dalam Arikunto, 2009) terdapat tujuh
indikator atau aspek yang dapat dikategorikan sebagai petunjuk tentang tinggi-
rendahnya inteligensi seseorang yaitu :

 Kemampuan verbal,
 Kemampuan mengamati dan rasa ruang,
 Kemampuan gerak kinetis – fisik
 Kemampuan logika / matematika,
 Kemampuan dalam hubungan intra-personal,
 Kemampuan dalam hubungan inter-personal, dan
 Kemampuan dalam musik/ irama
2. Ciri kedua
Penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya
menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu
lalu diinterpretasikan ke bntuk kualitatif.

3. Ciri ketiga
Penilaian pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap
karena IQ 105 termasuk anak normal. Anak lain yang hasil pengukuran IQ nya
80, menurut unit ukurannya termasuk anak dungu.

4. Ciri keempat
Penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama atau tidak selalu
tetap dari satu waktu yang lain.

1. Ciri kelima
Dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun
sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu :

 Terletak pada alat ukurnya


Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik. Dan alat ukur tersebut
harus memenuhi persyaratan tes yaitu memiliki ciri-ciri khas seperti (Hasan,
2006; 95-96);
1. Validitas, tes valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur.
2. Realibilitas
Tes yang mempunyai realibilitas berarti tes tersebut mempunyai sifat dapat
dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali.

3. Objektivitas
4. Praktibilitas artinya mudah dilaksanakan, mudah diperikasa, dilengkapi dengan
petunjuk yang jelas dan mudah mengadministrasikannya.
5. Ekonomis artinya tidak memerlukan biaya banyak, menghemat tenaga dan
waktu.
 Terletak pada orang yang melakukan penilaian
Kesalahan pada waktu melakukan penilaian karena faktor subjektif penilai
telah berpengaruh pada hasil pengukuran. Kecenderungan dari penilai untuk
memberikan nilai secara “murah” atau “mahal”. Adanya hallo-effect, yakni
adanya kesan penilai terhadap siswa. Adanya pengaruh hasil yang telah di
dapat terdahulu. Dan kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan menjumlah
nangka-angka hasil penilaian.

 Terletak pada anak yang dinilai


 Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati
 Keadaan fisik ketika siswa sedang dinilai
 Nasib siswa kadang-kadang mempunyai peranan terhadap hasil penilaian.
 Terletak pada situasi di mana penilaian berlangsung
 Suasana yang gaduh , baik di dalam maupun di luar ruangan , akan menganggu
konsentrasi siswa.
 Pengawasan dalam penilaian.[4]
D. Langkah – langkah Proses penilaian
Menurut Oteng Sutisna ( dalam afifudin, 2004 : 156) bahwa yang termasuk
langkah-langkah penilaian adalah sebagai berikut :

1. Secara logis, langkah pertama dalam proses penilaian ialah pilihan dan
perumusan tentang apa yang hendak dinilai.
2. Langkah kedua ialah penetapan kriteria untuk mempertimbangkan apapun yang
akan dinilai itu. Pada dasarnya kriteria ini bersifat filosofis, karena ia mewakili
sistem nilai yang dipunyai oleh orang atau orang-orang yang bertanggung
jawab tentang penilaian antara penilai dengan yang dinilai sama-sama
menyetujui kriteria ini.
3. Langkah ketiga ialah penetapan tentang data macam apa yang benar-benar
berhubungan dengan kriteria itu dan bagaimana data itu bisa dikumpulkan.
4. Langkah keempat yaituinterpretasi data berkenaan dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Menurut Afifudin ( 2004, 157 ) dalam kaitannya evaluasi pelaksanaan program
kurikulum, pengaturan pelaksanaan penilaian, mencakup waktu kapan
penilaian dilakukan, cara mempersiapkan alat penilaian cara
menyelenggarakan, mengoreksi, dan mendokumentasikan hasil penilaian.
Secara teknis penilaian dilakukan dengan berpedoman pada Buku Petunjuk
Pelaksanaan Penilaian. Secara teknis administratif , pelaksanaan penilaian
meliputi :

1. Dokumentasi perangkat soal / alat penilaian, digunakan untuk :


 Ulangan harian;
 Ulangan akhir Catur Wulan;
 Ulangan umum kenaikan kelas;
 Tugas-tuga tertentu
 Tugas Ekstrakulikuler;
 Ujian akhir
2. Dokumentasi tentang hasil penilaian mencakup :
 Hasil penilaian ulangan harian untuk diperhitungkan dalam menentukan nilai
rapor.
 Hasil penilaian ulangan umum baik Cawu maupun kenaikan kelas
diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
 Hasil kegiatan laboratorium dalam rangka memperdalam kemampuan siswa.
 Grafik atau diagram tentang pencapaian taraf kurikulum per mata pelajaran
perjenjang perkelas, dan per sekolah.
 Grafik atau diagram tentang pencapaian target kurikulum per mata pelajaran
per jenjang kelas dan seluruh kelas.
 Hasil ujian akhir.
Menyampaikan laporan hasil penilaian ke unit kerja yang relevan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Beberapa contoh format yang diperlukan :

 Daftar Nilai Rapor,


 Grafik taraf serap siswa. Grafik taraf serap siswa dapat dibuat dalam bentuk
histogram per mata pelajaran atau per kelas. Grafik ini penting dalam
memberikan informasi guna penentuan program pembinaan
 Mengatur pelaksanaan kenaikan kelas, dapat dipedomani Buku Petunjuk
Pelaksanaan Penilaian.
 Mengatur laporan kmajuan belajar siswa , dapat berpedoman pada Buku
Petunjuk Pelaksanan Penilaian.
 Membuat usaha perbaikan dan pengayaan dapat dipedomani Buku Petunjuk
Pelaksanaan Penilaian.
 Membantu pelaksanaan Supervisi dapat dipedomani Petunjuk Pelaksanaan
Supervisi.[5]
E. Kegunaan Penilaian
Menurut Hasan (2006; 96) bahwa kegunaan penilaian yang dilakukan terhadap
siswa diantaranya;

1. Akan memberikan umpan balik bagi keperluan program kegiatan belajar


mengajar
2. Akan mengetahui adanya perubahan tingkah laku siswa yang dimanfaatkan
dalam rangka laporan kepada kepala sekolah, wali kelas, BP/BK, dan orang
tua.
3. Untuk keperluan penempatan siswa dalam situasi belajar mengajar tertentu
berdasarkan tingkat kemampuan, kenaikan kelas, ketulusan dan karakteristik
pribadinya.
4. Akan mendiagnosa kesulitan/hambatan belajar siswa, dan
5. Akan memberikan informasi yang bermanfaat bagi keperluan pembinaan siswa.
[6]
F. Jenis penilaian
1. Penilaian formatif
 Bertujuan mengetahui sejauh mana tujuan instruktusional khusus (TIK) pada
setiap satuan pelajaran (tidak untuk tujuan memberi nilai kepada siswa)
 Berfungsi memberi umpan balik untuk perbaikan proses belajar mengajar.
 Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, kuesioner atau
dengan cara lain yang sesuai.
 Digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar di mana siswa telah mencapai
tujuan yang ingin dicapai.
2. Penilaian subsumatif
 Penilaian yang dilaksanakan setelah beberapa satuan pelajaran diselesaikan.
 Dilakukan dengan mempergunakan tes hasil belajar, kuesioner atau cara lain
yang sesuai untuk menilai ketiga ranah.
 Hasil penilaian subsumatif dinyatakan dalam skala nilai 0-10
3.Penilaian sumatif
 Penilaian yang dilakukan pada akhir semester
 Dilakukan menggunakan tes hasil belajar
 Hasil penilaian sumatif dinyatakan dalam skala 0-10
 Siswa dinilai berhasil dalam mata pelajaran tertentu selama satu semester
apabila nilai raport mata pelajaran tersebut sekurang-kurangnya 6.0
 Penilaian diagnostik yaitu penilaian yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa, sehngga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat (remedial).
4. Penilaian ko-kurikuler
 Dilakukan terhadap hasil kegiatan ko-kurikuler antara lain dapat berupa:
 Kliping
 Lembar jawaban soal
 Laporan praktikum
 Karangan
 Kesimpulan/ringkasan buku
 Penilaian dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan setiap tugas yang
diberikan dengan menggunakan skala penilaian 0-10.
 Nilai ko-kurikuler diperhitungkan untuk nilai raport.
5.Penilaian ekstrakurukuler
 Bertujuan untuk memperluas wawasan dan mendorong pembinaan nilai/sikap
melalui penerapan lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari berupa:
 Kegiatan Badan Keamanan Lalu Lintas (BKLL)
 Kegiatan Patroli Keamanan Sekolah (PKS)
 Kegiatan Pramuka
 Kegiatan Palang Merah Remaja (PMR)
 Penelitian Ilmiah Remaja (PIR)
1. Hasil penilaian dinyatakan kualitatif (baik, cukup, kurang)
2. Nilai ekstrakurikuler dapat digunakan untuk memperbesar presentase kehadiran
kumulatif (HK) bagi siswa yang belum memenuhi 90% dan menentukan
peringkat siswa.
 Referenced dalam penilaian
1. Norm Referenced yaitu cara penilaian untuk mengetahui kedudukan anak yang
satu terhadap anak yang lain, baik dalam posisi individu ataupun kelompok.
2. Criterian Referenced yaitu cara penilaian untuk memenuhi standar yang sudah
ditentukan sebelumnya.
3. Self Referenced adalah pedoman penilaian untuk membandingkan kemampuan
seorang anak sebelum proses belajar mengajar. Misalnya post test
dibandingkan dengan pretest.
 Pengumpulan informasi
Bagan ilustrasi pengumpulan kegiatan penilaian

Informasi dapat diperoleh dari seluruh kegiatan siswa antara lain;

1. Hasil tulisan siswa


2. Jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan tulis/lisan
3. Sumbangan pikiran dan diskusi
 

2. STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN


1. Pengertian Standar Penilaian Pendididikan
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan
sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian
diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,   ulangan   harian,   ulangan  
tengah   semester,   ulangan   akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang
diuraikan sebagai berikut ( Permendikbud,2013)[7]
 Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pe
 Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik
secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
 Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk
menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan
perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya
pada sikap/perilaku dan keterampilan.
 Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
 Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar
(KD) atau lebih.
 Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8
– 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
 Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir Cakupan
ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada
semester tersebut.
 Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompe Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar
yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
 Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah
Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat
kompetensi tersebut.
 Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai
pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
 Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai
pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
 Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan
pendidikan.
2. Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

 Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi


faktor subjektivitas penilai.
 Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
 Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
 Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
 Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan
hasilnya.
 Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan criteria
(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang
didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan
kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar
yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.
3. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga
dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap
standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup
materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program,
dan proses.
1. Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

 Penilaian kompetensi sikap


Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian
diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan  
jurnal.   Instrumen yang digunakan   untuk observasi, penilaian diri, dan
penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
1. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah
indikator perilaku yang diamati.
2. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
3. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
4. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.
 Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.

1. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-
salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman
penskoran.
2. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
3. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
 Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik.
1. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
2. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan,   pelaksanaan,   dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu.
3. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu   yang   bersifat  
reflektif-integratif   untuk mengetahui                minat,   perkembangan,  
prestasi,   dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian
peserta didik terhadap lingkungannya.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:

 substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;


 konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen
yang digunakan; dan
 penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
4. Mekanisme dan Prosedur Penilaian
Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga
mandiri.
Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
kompetensi, ujian sekolah, dan ujian nasional.
 Penilaian otentik dilakukan oleh guru secara berkelanjutan.
 Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan
harian.
 Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema
pelajaran.
 Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan proses
pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.
 Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, dilakukan oleh pendidik
di bawah koordinasi satuan pendidikan.
 Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir kelas II
(tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5),
dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Ujian tingkat kompetensi
pada akhir kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII (tingkat 6)
dilakukan melalui UN.
 Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan metode survei oleh
Pemerintah pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII
(tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5).
 Ujian sekolah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
 Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
1. Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai dengan
silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:
 menyusun kisi-kisi ujian;
 mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen;
 melaksanakan ujian;
 mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan peserta didik;
dan
 melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.
1. Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang diatur dalam
Prosedur Operasi Standar (POS).
2. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan
ulangan harian Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remedial.
3. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk
nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.
5. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian
a. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta
untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik memperhatikan hal-hal sebagai berikut;

 Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam


membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah
menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan
indikator dan mengembangkan instrumen   serta pedoman   penyekoran sesuai  
dengan teknik penilaian yang dipilih.
 Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan penelusuran
dan diakhiri dengan tes dan/atau non Penelusuran dilakukan dengan
menggunakan teknik   bertanya untuk mengeksplorasi pengalaman belajar
sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan peserta didik.
 Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan mengacu pada
indikator dari Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang diintegrasikan
dalam tema tersebut.
 Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui
kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai
balikan (feedback) berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang
dilaporkan kepada pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan
pembelajaran.
Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk:
 Nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian
kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil
pembelajaran tematik-terpadu.
 Deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap
 Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala
sekolah/madrasah dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru
Bimbingan dan Konseling, dan orang tua/wali) pada periode yang ditentukan.
 Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua pendidik
selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan dalam bentuk
deskripsi kompetensi oleh wali kelas/guru kelas.
b. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Satuan Pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan peserta didik yang meliputi kegiatan sebagai
berikut:

 Menentukan criteria minimal pencapaian Tingkat Kompetensi dengan mengacu


pada indikator Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran;
 Mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat kompetensi, dan ujian akhir
sekolah/madrasah;
 Menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta
didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah;
 Menentukan kriteria kenaikan kelas;
 Melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat kompetensi kepada
orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku rapor;
 Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas
pendidikan kabupaten/kota dan instansi lain yang terkait;
 Melaporkan hasil ujian Tingkat Kompetensi kepada orangtua/wali peserta didik
dan dinas pendidikan.
 Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat
dewan pendidik sesuai dengan kriteria:
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
2. Mencapai tingkat Kompetensi yang dipersyaratkan, dengan ketentuan
kompetensi sikap (spiritual dan sosial) termasuk kategori baik dan kompetensi
pengetahuan dan keterampilan minimal sama dengan KKM yang telah
ditetapka
3. Lulus ujian akhir sekolah/madrasah; dan
4. Lulus Ujian Nasional.
 Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta
didik bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional; dan
 Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi
satuan pendidikan yang telah terakreditas.
c.Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pemerintah
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional dan
ujian mutu Tingkat Kompetensi, dengan memperhatikan hal-hal berikut.

1. Ujian Nasional
a) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung oleh suatu system yang
menjamin   mutu   dan   kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman, jujur,
dan adil
b) Hasil UN digunakan untuk:
 salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan;
 salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan
berikutnya;
 pemetaan mutu; dan
 pembinaan dan pemberian bantuan untuk peningkata
Dalam rangka standarisasi UN diperlukan acuan berupa kisi-kisi bersifat
nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah, sedangkan soalnya disusun oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang
ditentukan oleh Pemerintah.
Sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan, kriteria kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh Pemerintah.
Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program
dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis dan membuat peta daya
serap UN dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
2. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi
a. Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan oleh Pemerintah pada seluruh
satuan pendidikan yang bertujuan untuk pemetaan dan penjaminan mutu
pendidikan di suatu satuan pendidikan.
b. Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan sebelum peserta didik
menyelesaikanpendidikan   pada jenjang tertentu, sehingga hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran.
c. Instrumen, pelaksanaan, dan pelaporan ujian mutu Tingkat Kompetensi mampu
memberikan hasil yang komprehensif sebagaimana hasil studi lain dalam skala
internasiona
3. . ADMINISTRASI PENILAIAN PENDIDIKAN DI NEGARA INDIA
1.Sejarah ( Historis )
Menurut Mualim (2012) India memiliki luas daerah 3.287.263 km persegi.
Negara ini tercatat sebagai negara terluas ketujuh dan terpadat kedua di dunia
setelah Cina. Mayoritas penduduknya beragama Hindu (83%). Adapun yang
beragama Islam berjumlah 12%, Kristen, Siktis dan lainnya.

Ekonomi India mengandalkan sektor pertanian dan peternakan mencapai 34%


dari pendapatan negara. Sektor pertanian sendiri mampu menyerap 69% tenaga
kerja yang ada. Umumnya ekonomi India dipengaruhi oleh perubahan land
reform, revolusi hijau, industrialisasi dan migrasi. Industri perfilm-an India
tergolong besar dan sanggup merekrut banyak tenaga kerja. Bollywood
merupakan contoh kongkritnya, dengan model dan alur cerita dalam film yang
diiringi dengan nyanyian dan tarian tersebut selain mendatangkan profit juga
melestarikan seni dan budaya lokal.
India merupakan salah satu kawasan Asia Selatan yang memiliki kemegahan
kebudayaan yang megah di dunia yang menyaingi Cina dalam kesusasteraan,
seni dan arsitektur. Perasaan nasionalis India mulai berkembang setelah timbul
rasa bangga atas hasil-hasil kebudayaan mereka yang dipelajari dan kemudian
dialih bahasakan oleh sarjana-sarjana asing ke dalam bahasa-bahasa barat.

Pada awal abad ke-19 kekayaan di belahan daratan India menarik pedagang
bangsa Eropa yang suka bertualang. Di pertengahan abad ke-19 ketika India
kehilangan kekuasaan dari tangan East India Company yang jatuh ke dalam
kendali pemerintahan Inggris, merupakan kawasan kekuasaan kolonial yang
paling kaya permata. Kolonialisme Inggris menguasai seluruh belahan benua
itu.
Pendapatan per kapita India adalah US$ 200 per tahun. Dari sensus tahun 1987-
1988 diketahui bahwa 30% penduduknya dibawah garis kemiskinan.
Kesenjangan sosial cukup menjolok dalam hal ekonomi dan distribusi
kesehatan. Bisa dimaklumi bahwa populasi penduduk yang sangat besar
tersebut, disamping sebagai human capital juga merupakan beban negara.
Terlebih bila diingat bahwa selama 150 tahun India dibawah penjajahan Inggris
dan baru pada tahun 1947 mengalami kemerdekaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian, nutrisi, obat-obatan dan
industri oleh para pendidik India diakui harus memiliki hubungan dengan
pendidikan dan modernisasi. Ilmu-ilmu sosial dan prilaku belum digunakan
secara efektif dalam menyelesaikan persoalan dan hambatan yang dihadapi
oleh masyarakat yang sedang berubah.

Segera setelah tahun 1947, Jawaharlal Nehru menyatakan bahwa seluruh dasar
pendidikan mestilah diubah secara revolusioner. India merdeka mencoba untuk
modernisasi secara tepat dengan menempatkan banyak sumber dan
kepemimpinanya untuk diprioritaskan pada pelayanan pembangunan ekonomi,
sistem pendidikan diizinkan berkembang tanpa kritik yang berarti. Pada tahun
1964, pemerintah mengangkat komisi pendidikan tingkat tinggi untuk memberi
nasehat pada pemerintahan tentang pola pendidikan nasional di seluruh jenjang
dan aspeknya. Laporan komisi pendidikan ini diterbitkan pada tahun 1996 dan
merupakan analisis pertama tentang kondisi sistem pendidikan di india dalam
hubungannya dengan tujuan pembangunan. Laporan itu sendiri bukanlah
sebuah rencana atau badan hukum melainkan dirancang untuk melayani
sebagai latar belakang bagi munculnya rencana dan peraturan baru.

2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan di India antara lain ( Mualim, 2012 ) :

1. untuk memberantas penyakit buta huruf


2. meningkatkan mobilitas dan integrasi sosial
3. untuk memajukan/ mengembangkan ilmu dan teknologi
4. untuk meningkatkan perkembangan ekonomi
5. untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat[8]
c. Struktur dan Jenis Pendidikan
Komisi pendidikan India telah menetapkan kebijakan sistem pendidikan 10-2-3
tahun usia sekolah. Tingkat awal, 10 tahun sebagai pendidikan dasar dan
terbagi dalam tiga jenjang yaitu primary (5 tahun), upper primary (3 tahun), dan
secondary (2 tahun). Jenjang berikutnya ditempuh selama 2 tahun sebagai
persiapan memasuki pendidikan tinggi. Untuk pendidikan kejuruan, jurusan
teknik dan bisnis sudah mulai sejak secondary school.

Struktur pendidikan sekolah yang seragam tersebut yakni sistem 10-2-3 tahun,
telah diadopsi oleh seluruh negara bagian dan teritori India (Union
Territory,UT). Meskipun begitu, di lingkungan pemerintah dan teritori India
masih dijumpai sejumlah kelas yang menyelenggarakan pendidikan dasar
(primary), menengah (upper primary) dan atas (high and higher secondary
school) yang membolehkan kelas I mengikuti ujian umum, pengajaran bahasa
inggris dan hindi, beberapa hari kerja dalam setahun, sesi akademik, masa
liburan, struktur biaya, pendidikan wajib dan lain sebagainya. Bila dijabarkan
dalam tingkat usia sekolah akan tampak sebagai berikut :
1. Tingkat dasar (primary stage) yang meliputi kelas I sampai V yakni 5 tahun
masa belajar. Ini dilaksanakan di 20 negara bagian dan teritoria india
2. Pendidikan tingkat menengah (middle stage) meliputi kelas VI sampai VIII
diselenggarakan di 18 negara bagian dan teritoria india.
3. Pendidikan menengah atas (secondary stage) meliputi kelas IX sampai X. Kelas
ini diselenggarakan di 19 negara bagian dan teritoria india. Pendidikan
kejuruan, baik jurusan  teknik maupun bisnis merupakan pola pendidikan
ghandi, yaitu pembentukan ”manusia berkepribadian yang utuh, kreatif dan
produktif”. Pada tahun 1960 kemajuan minat siswa pada pendidikan kejuruan
sangat kecil. Hingga tahun 1992 siswa yang mengikuti pendidikan dalam
bidang ini hanya 6%. Akan tetapi pada tahun 1995 terjadi lonjakan signifikan,
yaitu sebesar 25% dari keseluruhan siswa yang mengikuti pendidikan tinggi
mengambil pendidikan kejuruan ini. Pendidikan nonformal dilaksanakan
dengan dibentuknya lembaga pendidikan yang bersifat terbuka bagi semua
siswa, tidak terikat dengan proses pembelajaran secara langsung dan beban
biaya yang tinggi.
d. Manajemen Pendidikan
4. Otorita
Sistem pendidikannya dipengaruhi oleh Mahatma Ghandi yang memiliki
gagasan untuk membentuk ”kepribadian yang utuh, kreatif dan produktif”.
Departemen yang menangani masalah pendidikan adalah Departemen
Pendidikan dan Kesejahteraan (1966).

Pada tahun 1985, pemerintah memutuskan bahwa kebijakan pendidikan


diambil berdasarkan ketentuan parlemen federal, sedangkan pemerintah hanya
bertindak sebagai pelaksana. Ide ini muncul berdasarkan usul dari Departemen
Pengembangan SDM.

Pada tahun 1990, India membentuk komite modifikasi kecil yang bekerja
selama 2 tahun untuk merevisi program jangka panjang dalam bidang
pendidikan.

1. Pendanaan
Sejak tahun 1976, pemerintahan pusat telah menetapkan bertanggungjawab atas
pembiayaan dan pengaturan standar pendidikan atas sampai menengah dan
mengadakan koordinasi dengan program pendidikan tinggi.

1. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran


Struktur dan kurikulum pendidikan di India secara esensial dipengaruhi oleh
sistem pendidikan Inggris karena latar belakang penjajahannya. Namun setelah
merdeka, upaya pendidikan ditekankan pada ekspansi yang cepat dibandingkan
dengan reformasi menyeluruh. Maka konstitusi yang berlaku pada tahun 1950
selanjutnya menegaskan prinsip bahwa pendidikan merupakan penyampaian
materi dan oleh karenanya berada dibawah kebijakan pemerintah sedangkan
tugas menteri pendidikannya adalah membantu pemerintah melalui penyediaan
bimbingan dan dana. Pasal dalam konstitusi India menyatakan perlindungan
hak bagi lembaga swasta untuk menyelenggarakan pendidikan dan menerima
bantuan dari pemerintah serta menyediakan standar tertentu yang harus
dipenuhi oleh lembaga tersebut.

Jadi masalah pendidikan pada dasarnya adalah tanggung jawab pemerintah.


Kesatuan menteri pendidikan mencermati hal itu dengan melakukan koordinasi
semua standar yang berlaku dalam pendidikan tinggi (melalui badan
penyandang dana dan komisi beasiswa universitas) dan melakukan promosi
bagi kegiatan penelitian serta pendidikan teknik dan ilmiah. Selanjutnya,
kementrian ini mengatur universitas Aligarth, Banaras, Delhi dan Visvabharati
(juga universitas lainnya) karena pihak parlemen menyatakan hal tersebut.
Telah menjadi kepentingan nasional. Perencanaan dan koordinasi pendidikan
diimplementasikan melalui kebijakan umum yang telah diletakkan oleh badan
penasehat urusan pendidikan.

Kurikulum dan standar sekolah dasar (primary school) mencakup pelajaran


membaca, menulis dan mengeja bahasa daerah, sejarah dan kebudayaan india,
geografi, sastra, sains dan kesehatan. Di sekolah menengah (secondary school)
juga menerima pelajaran sains dan matematika bahkan juga beberapa sekolah
mengganti kajian ilmu-ilmu sosial dengan sejarah dan geografi serta sedikit
sekolah menengah atas yang memiliki banyak tujuan menawarkan jenis
pelatihan manual dan ilmu kerumahtanggaan (home sciences). Bahasa hindi
diajarkan (meskipun tidak selalu diberikan kecuali India bagain selatan) di
seluruh sekolah menengah atas. Bahasa Inggris justru diberikan bahkan kadang
kala diperlukan bagi sekolah menengah atas (upper secondary school).

Bidang spesialisasi di jenjang pendidikan tinggi terkait dengan disiplin ilmu


tradisional seperti sejarah, sastra inggris dan ilmu politik. Ketika seorang
mahasiswa telah memilih jurusan tertentu, ia tidak dapat mengubah
spesialisasinya. Beberapa universitas telah memulai memberikan program studi
umum atas dasar eksperimen. Mahasiswa yang cerdas cenderung masuk ke
jurusan fisika, kimia, teknik atau kedokteran.

Metode pendidikan masih menekankan pada peranan hafalan tetapi ada


beberapa jurusan di universitas yang mendorong dilakukannya metode
penelitian (inquiri). Komisi beasiswa universitas telah mendirikan berbagai
pusat studi lanjutan di berbagai universitas. Dari subsidi pusat-pusat inilah
kemajuan riset dan pelatihan dikembangkan.

1. Perkembangan Pendidikan di India


Menurut Ali ( 2010 ) India telah menjadi pijakan utama dalam nilai-nilai
pembelajaran dari masa ke masa. Namun demikian, ketika negara India
memiliki beberapa universitas terbaik di dunia, seperti BITS, ISB, IITs, NITs,
IISc, IIMs, AIIMS, mereka masih harus mengatasi tantangan dalam pemenuhan
pendidikan dasar guna mencapai angka 100% melek huruf. Pendidikan dasar
dan wajib yang bersifat universal, disertai dengan tantangan untuk menjaga
anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk bersekolah, serta menjaga
kualitas pendidikan di daerah pedalaman, menjadi kendala terberat untuk
menuntaskan target tersebut.[9]
Menurut Munir, Keberadaan IIT yang didukung penuh secara finansial oleh
pemerintah pusat itu sangat besar peranannya menciptakan kumpulan besar
teknisi dan pakar teknologi di India. Selain IIT, sejumlah universitas juga
memiliki fakultas bidang sains dan teknik yang cukup bagus dan lulusannya
diperhitungkan di pasar kerja tingkat dunia. Kumpulan para profesional di
bidang teknik, khususnya teknologi informasi, menyerbu AS. Sekitar 30 persen
pekerja perusahaan perangkat lunak raksasa Microsoft di AS berasal dari India,
meski Bill Gates hanya menyebut angka sekitar 20 persen. Tidak sedikit pula
ahli sains dan teknologi dari India menjadi pengajar di universitas top AS. Para
profesional teknik dari India diperhitungkan di tingkat dunia. Visi pendidikan
yang kuat juga mewarnai lembaga peradilan di India. Baru-baru ini Mahkamah
Agung India mengabulkan gugatan sejumlah warga masyarakat dan
memerintahkan sekolah-sekolah swasta di New Delhi mengalokasikan 25
persen bangku sekolah untuk kalangan jelata secara cuma-cuma. Keputusan ini
cukup kontroversial, tetapi mulai tahun ajaran baru ini pemerintah dan sekolah-
sekolah swasta tunduk mengikuti perintah pengadilan.[10]
2. Kritik terhadap Sistem Pendidikan India
Pendidikan modern di India seringkali dikritisi karena mendasarkan pada
sistem penghafalan. Penekanan ditujukan pada lulusnya nilai ujian dengan
persentase yang tinggi. Beberapa institusi memberikan pentingnya
pengembangan kepribadian dan kreativitas di antara pelajar. Akhir-akhir ini,
pemerintah terbebani dengan menaiknya tingkat bunuh diri dari pelajar
dikarenakan kegagalan dan rendahnya nilai, khususnya pada kota-kota besar di
India, walaupun kasus seperti ini sangat jarang.

Banyak pihak yang juga mengkritisi terhadap kebijakan reservasi berdasarkan


kasta, bahasa, dan agama dalam sistem pendidikan India. Pada kenyataannya
hanya sedikit kasta rendah yang memperoleh manfaat dari reservasi tersebut
dan juga terjadinya pemalsuan surat keterangan kasta dalam jumlah yang cukup
banyak. Lembaga pendidikan juga memberikan kesempatan kepada kaum
minoritas (selain Hindu) atau minoritas status bahasa. Lembaga seperti ini, 50%
dari kursinya disediakan untuk pelajar dari agama tertentu atau mereka yang
mempunyai bahasa ibu tertentu. Misalnya, banyak universitas dijalankan oleh
Jesuist dan Salesian memiliki 50% kursi yang disedikan untuk agama Katholik.

Dalam hal bahasa, suatu lembaga dapat membuat ketentuan bagi para pengguna
bahasa minoritas hanya pada negara bagian di mana bahasa tersebut bukanlah
bahasa resmi. Contohnya, universitas teknik dapat menentukan sendiri sebagai
lembaga bahasa minoritas (Hindi) pada negara bagian Maharashtra, di mana
bahasa remsinya adalah Marathi, tetapi tidak bisa diterapkan di negara bagian
Madhya Pradesh or Uttar Pradesh yang juga menggunakan bahasa resminya
Hindi. Reservasi seperti ini di satu sisi memang menguntungkan kaum
minoritas, tetapi di sisi lain dapat menjadi penyebab keretakan di antara banyak
komunitas. Begitu banyak pelajar dengan nilai rendah diterima masuk,
sedangkan mereka yang memiliki nilai baik terkadang tidak dapat diterima.
Kritik dilayangkan bahwa reservasi seperti ini sangat mungkin menciptakan
kerenggangan di tengah-tengah masyarakat. Korupsi yang menjamur di India
juga menjadi wacana penting dalam sistem pendidikan India.

Pendidikan adalah fondasi dasar bagi setiap perbuatan ekonomi dan fondasi ini
perlu dilindungi dari perbuatan korupsi dan diskriminasi berbasis elemen-
elemen dalam masyarakat. Jika hal ini tidak segera diselesaikan, berbagai
sistem pada pemerintahan akan melemah. Oleh karenanya Komisi Hukum India
merekomendasikan agar kompleksitasnya sistem pendidikan di India untuk
segera diperbaiki, jika tidak sistem peradilan di India pun bisa jadi membuat
interpretasi keputusan yang beragam atas sistem yang telah ada.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,   ulangan   harian,   ulangan  
tengah   semester,   ulangan   akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Standar Penilaian
Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan


bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Struktur dan kurikulum pendidikan di India secara esensial dipengaruhi oleh sistem
pendidikan Inggris karena latar belakang penjajahannya. Namun setelah merdeka,
upaya pendidikan ditekankan pada ekspansi yang cepat dibandingkan dengan
reformasi menyeluruh. Pendidikan modern di India seringkali dikritisi karena
mendasarkan pada sistem penghafalan.

Oleh karenanya Komisi Hukum India merekomendasikan agar kompleksitasnya


sistem pendidikan di India untuk segera diperbaiki, jika tidak sistem peradilan di India
pun bisa jadi membuat interpretasi keputusan yang beragam atas sistem yang telah
ada.

Daftar Pustaka
Afifudin, Arifin S.B., Badrudin.(2004).Administrasi Pendidikan.Bandung : CV. Insan
Mandiri.
Ali. (2010). Sistem Pendidikan India Dan Pakistan. [Online].
Tersedia : http://pustakamirzan.blogspot.com/2010/11/sistem-pendidikan-india-
pakistan.html [Diakses 3 Desember 2014]
Arikunto, Suharsimi.(2009).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.
Hasan, Bachtiar. (2006). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Bandung; Pustaka
Ramadhan.
Mualim,Aim.(2012).Pendidikan di India.[Online]. Tersedia : http://aim-
mualim.blogspot.com/2012/05/pendidikan-di-india.html [Diakses 3 Desember 2014]
Munir,Rinaldi.(). Pendidikan di India: Pusat Keunggulan Menuju Negara Maju .
[Online].Tersedia:http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Koleksi/Artikel/
Pendidikan%20di%20India.htm [Diakses 3 Desember 2014 ]
Permendikbud.(2013). Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta : Permendikbud.
Syah,Muhibbin.(2010).Psikologi Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai