Gito Supriadi
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Palangka Raya
Jl. G. Obos Komplek Islamic Center Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah 73112
Email: gito.supriadi@iain-palangkaraya.ac.id
ABSTRACT
A. Pendahuluan
guru, dosen dan pelaku penyelenggara pendidikan, tentu pernah mempunyai pikiran
bahwa mengajar jauh lebih menyenangkan daripada mengevaluasi, terlebih dalam hal
mengoreksi hasil ujian siswa atau mahasiswa. Keluhan tentang beratnya melakukan
penilaian yang obyektif dan akurat manuntut banyak waktu, usaha dan kerja keras.
Meskipun demikian, usaha tersebut bukan hal yang sia-sia, melainkan pekerjaan yang
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari evaluasi yang obyektif dan akurat
tersebut antara lain sebagai berikut. Pertama, jaminan bahwa kerja keras guru/dosen
seimbang dengan kerja keras dan susah payah mahasiswa dalam memperoleh nilai yang
1
baik. Kedua, ujian-ujian yang disusun secara baik dapat digunakan mahasiswa untuk
mengetahui materi mana yang telah mereka kuasai dan pengetahuan mana yang belum
mereka pahami. Mahasiswa atau siswa dapat menggunakan hasil ujian mereka untuk
mengetahui materi mana yang harus mereka tinjau ulang sebelum pindah ke materi yang
lebih sulit. Ketiga, dosen atau guru dapat mengeveluasi kualitas pengajarannya dengan
materi tersebut, atau adakah bidang materi lain yang disampaikan dengan lebih baik atau
diterangkan dengan lebih jelas sehingga siswa/mahasiswa banyak yang meraih nilai yang
baik di bidang tersebut. Semua itu dapat dilakukan oleh seorang guru / dosen apabila telah
kedudukan evaluasi, fungsi evaluasi dan sasaran evaluasi dalam pendidikan Islam.
B. Evaluasi Pendidikan
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation yang berarti tindakan atau
proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses
untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.7
Dalam bahasa Arab evaluasi dikenal dengan istilah imtihan yang berarti ujian. Dan
dikenal pula dengan istilah khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses
pendidikan.2
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, Cet.ke-10, 1993, h. 1
2 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara: cet. Ke-1, 1991, h. 247
2
Dari segi istilah evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi
yang ada dengan kriteria tertentu karena evaluasi adalah proses mendapatkan informasi
Jika kata evaluasi tersebut dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapar
diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu
pendidikan sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil belajar siswa dalam suatu
berbagai aspek yang mempengaruhi proses belajar siswa tersebut, seperti evaluasi
terhadap guru, demikian, pada umumnya evaluasi pendidikan labih diarahkan pada upaya
untuk mengetahui dengan jelas dan obyektif terhadap hasil belajar yang kurikulum,
metode, sarana prasarana, lingkungan dan sebagainya. Namun dilakukan oleh suatu
lembaga pendidikan. Pengertian seperti ini memang ada benarnya juga, karena tujuan
akhir dari suatu kegiatan pendidikan biasa diarahkan kepada keberhasilan yang dicapai
Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lainnya yang hampir berkedekatan, yaitu
pengukuran dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketika
kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama, sehingga dalam memakainya hanya
tergantung dari kata mana yang siap untuk diucapkan. Tetapi sementara yang lain
membedakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan
ataupun hubungan antara ketiganya, menurut suharsimi Arikunto dapat dipahami melalui
1. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita, dan kita disuruh
memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu kita akan memilih
3 A. Tabrani Rusyan dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosda Karya, Cet.
Ke-2, 1992
3
yang panjang. Kita tidak memilih yang pendek kecuali ada alasan yang sangat
khusus.
2. Pasar merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan
membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembeli akan
memilih dahulu mana barang yang lebih baik menurut ukurannya. Apabila ia ingin
membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning, halus kulitnya. Semuanya itu
dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya jenis jeruk-jeruk yang
demikian rasanya akan manis. Sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau dan kulitnya
agak kasar, biasanya rasanya masam.4
perlu mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang akan dipilih. Dalam contoh
pertama kita memilih mana pensil yang lebih panjang, sedangkan pada contoh kedua kita
menentukan dengan perkiraan jeruk yang baik, yaitu yang rasanya manis.
Jika ada penggaris maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur
terlebih dahulu kedua pensil tersebut. Dan setelah mengetahui berapa panjang masing-
masing pensil itu, kita mengadakan penilaian dengan melihat perbandingan panjang antara
kedua pensil tersebut. Dengan demikian barulah kita dapat mengatakan : inilah pensil
yang panjang dan ini pensil yang pendek. Pensil yang panjang itulah yang akan diambil.
Selanjutnya untuk dapat menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak
menggunakan ukuran manis, tetapi menggunakan ukuran besar, kuning dan halus
kulitnya. Ukuran ini tidak mempunyai wujud seperti kayu penggaris yang sudah tertera
yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu, setelah itu kita
menilai, menentukan pilian mana jeruk yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita
beli.
4 Suharsimi Arikunto, h. 1
4
Dengan demikian, kita mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran yang standar
(meter, kilogram, takaran dan sebagainya), ukuran tidak standar (depa, jengkal, langkah
dan sebagainya), dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman, seperti pengalaman
Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang diatas itulah yang
disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan
sesuatu dengan satu ukuran dan sifatnya adalah kuantitatif, sedangkan menilai adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk, dan sifatnya
adalah kualitatif. Selanjutnya mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut yakni
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah suatu
Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam maka makna evaluasi dalam pendidikan
Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam
guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai ajaran
Evaluasi pendidikan mamiliki kedudukan yang amat strategis, karena hasil dari
kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan
pendidikan.5
5 Drs. H. Abuddin Nata, MA, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet. Ke-1 h. 134
5
Ajaran Islam juga menaruh perhatian besar terhadap evaluasi tersebut. Allah SWT
dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci al-Qur’an memberitahukan kepada kita
bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting
dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidikan. Hal ini
Dari ayat tersebut ada empat hal yang dapat diketahui. Pertama, Allah SWT dalam
ayat tersebut telah bertindak sebagai guru yang memberikan pelajaran, kepada Nabi Adam
as. Kedua, para malaikat karena tidak dapat menyebutkan nama-nama benda (ajaran) yang
pernah diberikan kepada Nabi Adam. Ketiga, Allah SWT telah meminta kepada Nabi
Keempat, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa materi evaluasi atau materi yang diujikan
hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintahkan oleh seorang
Artinya : Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat (evaluasi) apakah kamu benar ataukah
kamu termasuk orang-orang yang berdusta.7
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan evaluasi dalam
pendidikan Islam mendudukan tempat yang strategis, yaitu merupakan tugas penting
6 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung, Gema Risalah Press, Edisi Revisi 1992, surat al-Baqarah
ayat 31-32, h. 14
7Ibid, surat an-Naml ayat 27, h. 596
6
dalam rangkaian kegiatan pendidikan yang harus dilaksanakan oleh pendidik, guna
mengetahui sejauh mana pelajaran dan pengetahuan yang telah disampaikan kepada
peserta didik, dengan tetap mengacu kepada sistem evaluasi yang digariskan Allah SWT
dalam al-Qur’an.
Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting dan
tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak hanya
mempunyai makna bagi proses belajar siswa, tetapi juga memberikan umpan balik
terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti evaluasi adalah pengadaan
informasi bagi pihak pengelola proses belajar mengajar untuk membuat macam-macam
keputusan. Dalam hal ini A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa
Selain itu evaluasi juga berfungsi dalam beberapa hal sebagai berikut :
7
Dengan mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi
atau penilaian terhadap siswanya. Evaluasi itu sendiri mempunyai berbagai tujuan,
antara lain :
2) untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya;
4) untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka
dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu
kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan itu, akan lebih mudah dicari
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara Barat adalah sistem belajar
sendiri. belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar,
baik itu berbentuk modul maupun paket belajar lainnya. Sebagai alasan dari timbulnya
sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual.
Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran
akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Tetapi,
8
dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, maka perlu
evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama akan berada
Untuk mengetahui sejauh mana kuatnya iman seseorang, Allah SWT terkadang
Artinya : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan :
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” 9
Pada ayat lain Allah menggunakan evaluasi dengan kata bala yang berarti
Sistem evaluasi Allah yang tersebut dalam al-Qur’an adalah bersifat makro dan
universal dengan menggunakan teknik testing mental atau psikotes, sedangkan dalam
sunnah Nabi sistem evaluasi yang bersifat mikro adalah untuk mengetahui kemajuan
belajar manusia termasuk Nabi sendiri. hal ini bisa dipahami dari kisah kedatangan
Malaikat Jibril kepada Nabi untuk menanyakan tentang rukun Islam, rukun iman dan
ihsan yang kemudian dijawab oleh Nabi dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa
Jibril pernah melakukan evaluasi terhadap apa yang diajarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dan Nabi berhasil menjawab evaluasi tersebut dengan baik.
E. Sasaran Evaluasi
Langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam mengadakan evaluasi ialah
menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi tersebut. Sasaran evaluasi ini penting
diketahui supaya memudahkan guru dalam menyusun alat-alat evaluasinya. Sasaran atau
obyek evaluasi pendidikan dimaksud ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan
atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan, karena
pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses
pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengenal atau mengetahui sasaran dari
evaluasi pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi, yaitu dari segi input,
transpormasi dan output, di mana input kita anggap sebagai “bahan mentah yang akan
output kita anggap sebagai “hasil pengolahan yang dilakukan di dapurdan siap untuk
input atau bahan mentah yang siap untuk diolah, tidak lain adalah para calon peserta
didik.11
1. Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, misalkan perhatian,
keterampilan murid sebagai akibat dari proses belajar-mengajar.
2. Segi pendidikan, artinya penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam
proses belajar-mengajar.
3. Segi-segi yang menyangkut proses belajar-mengajar dan mengajar itu sendiri, yaitu
bahwa proses belajar-mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari guru. Sebab
baik tidaknya proses belajar-mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar
yang dicapai oleh murid.12
Dari ketiga sasaran tersebut di atas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya
jangan hanya dinilai dari segi penguasaan materi semata-mata, tetapi juga harus dinilai
F. Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan
yang selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu
sendiri.
2. Kedudukan evaluasi dalam pendidikan Islam mendudukan tempat yang strategis, yaitu
dilaksanakan oleh pendidik, guna mengetahui sejauh mana pelajaran dan pengetahuan
yang telah disampaikan kepada peserta didik, dengan tetap mengacu kepada sistem
11 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996 Cet.ke-1, h. 25
12 A. Tabrani Rusyan, Op.Cit., h. 218
11
3. Fungsi evaluasi diantaranya adalah berfungsi sebagai selekstif, diagnostik,
4. Agar fungsi evaluasi tersebut dapat berjalan sesuai tujuan maka diperlukan sasaran
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997,
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996
A. Tabrani Rusyan dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja
Rosda Karya, 1992
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung, Gema Risalah Press, Edisi Revisi 1992
12