Anda di halaman 1dari 26

ISLAM SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : M. Taufiq, M.Pd.I

Oleh :

Indrawati (230301004)
Nyimas Asa N.S (230301054)
Feby Sefany (230301029)
Moh. Imam As’ary (230301180)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Islam Sebagai Pedoman Hidup” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak M. Taufiq, M.Pd.I pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Islam bagi para
pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Taufiq, M.Pd.I selaku Dosen
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Gresik, November 2023

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Penulisan Makalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian,Tujuan,dan Fungsi Pendidikan Islam 3
2.2 Sumber Ajaran Islam 15
2.3 Ruang Lingkup Ajaran Islam 20
2.4 Karakteristik Ajaran Islam 20

BAB III KESIMPULAN 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam,
dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw. Dari
kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian
mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian
yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan;
kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata.
Oleh karena pendidikan termasuk amal nyata, maka pendidikan
tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih lanjut,
termasuk dalam sub bidang muamalah.
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi
pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan
ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat yang meragukan
terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman
Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal
dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-
Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-
Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan
konsep-konsep yang menunjukkan kepada pendidikan.
Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan
Islam. Hadis sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal
Nabi Muhammad saw., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua
sesudah Al-Qur’an. Di samping Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber
atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran
dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan hadis, berupa
ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap
sebagai dasar pendidikan Islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa

4
dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar
pendidikan Islam hanyalah Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw.

B. Rumuan Masalah
1. Apakah pengertian,tujuan,dan fungsi pendidikan islam ?
2. Apasajakah sumber ajaran islam?
3. Bagaimanakah ruang lingkup ajaran islam?
4. Bagaimanakah karakteristik ajaran islam?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian,Tujuan,dan Fungsi Islam


2.1.1 Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar
atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta
pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki
pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan
dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang
berkualitas.
Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan
cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu
sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan
yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi
pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun
ukhrawi.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu
kepada term al-tarbuyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari keriga istilah
tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam
adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang
sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak
awal pertumbuhan pendidikan Islam.
Kedatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut
memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term
memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Untuk
itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga term
pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri
dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.

6
2.1.2 Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan
Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan
pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang
terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar
manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman
kemanusiaan.
Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan,
maksud. Atau tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan.
Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan
tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Karena itu tujuan
pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.
Secara Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan
merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri
yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia,
alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya.
Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan
visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan
Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil
‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak
terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai
budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.
Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah
makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan
Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut
Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang
menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri
ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT.

7
2.1.3 Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu
memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang
ada pada subyek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya
sesuai dengan norma islam. Atau dengan istilah lazim digunakan yaitu
menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut secara makro, fungsi
pendidikan islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul dalam
perkambangan peradaban manusia, dengan asumsi bahwa peradaban
manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui pendidikan.
Fenomena tersebut dapat kita telusuri melalui kajian antropologi
budaya dan sosiologi yang menunjukan bahwa peradaban masyarakat
manusia dari masa ke masa semakin berkembang maju; dan
kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi sosialnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari segi antropologi
budaya dan sosiologi, fungsi pendidikan ialah menumbuhkan wawasan
yang tepat mengenai manusisa di alam sekitarnya, sehingga dengan
demikian dimungkinkan tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun
dirinya dan lingkungannya. Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang
ditulis oleh Abdul Halim, fungsi pendidikan dilihat secara operasional
adalah:
1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungan tingkat-
tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide
masyarakat nasioanal
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan.
Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu
pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga
manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan
perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian
dinamis.
Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu
bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan
otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena

8
itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya
dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan
mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan
terhindar dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap
memiliki aqidah keimanan yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus
menerus mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang
semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun
agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.
Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam
menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain,
pendidikan dan pengaajaran juga berfungsi untuk mengembangkan
potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak agar ia
bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi
pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya
sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.

2.2 Sumber Ajaran Islam


Sumber ajaran Islam pertama dan kedua (Al-Quran dan
Hadits/As-Sunnah) langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad
Saw. Sedangkan yang ketiga (ijtihad) merupakan hasil pemikiran umat
Islam, yakni para ulama mujtahid (yang berijtihad), dengan tetap
mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
1. Sumber Ajaran Islam: Al-Quran
Secara harfiyah, Al-Quran artinya “bacaan” (qoroa, yaqrou,
quranan), sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 75:17-18:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengum-pulkannya
dan ‘membacanya’. Jika Kami telah selesai membacakannya, maka
ikutilah ‘bacaan’ itu”.
Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, berisi ajaran tentang
keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat), dan budi
pekerti (akhlak).

9
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw,
bahkan terbesar pula dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya.
Al-Quran membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya dan menjelaskan
hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan
tetapi ia membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada
keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam” (Q.S. 10:37).
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-
Quran itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab sebelumnya...”
(Q.S. 35:31).
Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau
pembukuan yang dilakukan para sahabat. Pertama kali dilakukan
oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar, lalu
pada masa Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad hoc
penyusunan mushaf Al-Quran yang diketuai Zaid. Karenanya,
mushaf Al-Quran yang sekarang disebut pula Mushaf Utsmani.

2. Sumber Ajaran Islam: Hadits/As-Sunnah


Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti
"adat-istiadat" atau "kebiasaan" (traditions). Sunnah adalah segala
perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta kebiasaan
Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau
diamnya Nabi Saw terhadap perkataan dan perilaku sahabat.
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam
dijelaskan Al-Quran dan sabda Nabi Muhammad Saw.
“Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman
sehingga mereka menjadikanmu (Muhammad) sebagai hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak
merasa berat hati terhadap putusan yang kamu berikan dan
mereka menerima sepenuh hati” (Q.S. 4:65).

10
“Apa yang diberikan Rasul (Muhammad) kepadamu maka
terimalah dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah” (Q.S.
59:7).
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama
kalian berpegang teguh dengan keduanya) kalian tidak akan
tersesat, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah-ku.” (HR. Hakim
dan Daruquthni).
“Berpegangteguhlah kalian kepada Sunnahku dan kepada
Sunnah Khulafaur Rasyidin setelahku” (H.R. Abu Daud).
Sunnah merupakan “penafsir” sekaligus “juklak” (petunjuk
pelaksanaan) Al-Quran. Sebagai contoh, Al-Quran menegaskan
tentang kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku’ dan sujud.
Sunnah atau Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh
langsung bagaimana shalat itu dijalankan, mulai takbiratul ihram
(bacaan “Allahu Akbar” sebagai pembuka shalat), doa iftitah,
bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud, hingga bacaan tahiyat dan
salam.
Ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, beliau melarang
para sahabatnya menuliskan apa yang dikatakannya. Kebijakan itu
dilakukan agar ucapan-ucapannya tidak bercampur-baur dengan
wahyu (Al-Quran). Karenanya, seluruh Hadits waktu itu hanya
berada dalam ingatan atau hapalan para sahabat.
Kodifikasi Hadits dilakukan pada masa Khalifah Umar bin
Abdul Aziz (100 H/718 M), lalu disempurnakan sistematikanya pada
masa Khalifah Al-Mansur (136 H/174 M). Para ulama waktu itu
mulai menyusun kitab Hadits, di antaranya Imam Malik di Madinah
dengan kitabnya Al-Mutwaththa, Imam Abu Hanifah menulis Al-
Fqhi, serta Imam Syafi’i menulis Ikhtilaful Hadits, Al-Um, dan As-
Sunnah.
Berikutnya muncul Imam Ahmad dengan Musnad-nya yang
berisi 40.000 Hadits. Ulama Hadits terkenal yang diakui
kebenarannya hingga kini adalah Imam Bukhari (194 H/256 M)

11
dengan kitabnya Shahih Bukhari dan Imam Muslim (206 H/261 M)
dengan kitabnya Shahih Muslim. Kedua kitab Hadits itu menjadi
rujukan utama umat Islam hingga kini. Imam Bukhari berhasil
mengumpulkan sebanyak 600.000 hadits yang kemudian
diseleksinya. Imam Muslim mengumpulkan 300.000 hadits yang
kemudian diseleksinya.
Ulama Hadits lainnya yang terkenal adalah Imam Nasa'i yang
menuangkan koleksi haditsnya dalam Kitab Nasa'i, Imam Tirmidzi
dalam Shahih Tirmidzi, Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud,
Imam Ibnu Majah dalam Kitab Ibnu Majah, Imam Baihaqi dalam
Sunan Baihaqi dan Syu'bul Imam, dan Imam Daruquthni dalam
Sunan Daruquthni.

3. Sumber Ajaran Islam: Ijtihad


Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat
hukum atas suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan
dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Pelakunya disebut Mujtahid.
Kedudukan Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam
ketiga setelah Al-Quran dan As-Sunnah, diindikasikan oleh sebuah
Hadits (Riwayat Tirmidzi dan Abu Daud) yang berisi dialog atau
tanya jawab antara Nabi Muhammad Saw dan Mu’adz bin Jabal
yang diangkat sebagai Gubernur Yaman.
“Bagaimana memutuskan perkara yang dibawa orang kepada
Anda?”
“Hamba akan memutuskan menurut Kitabullah (Al-Quran.”
“Dan jika di dalam Kitabullah Anda tidak menemukan sesuatu
mengenai soal itu?”
“Jika begitu, hamba akan memutuskannya menurut Sunnah
Rasulillah.”
“Dan jika Anda tidak menemukan sesuatu mengenai hal itu
dalam Sunnah Rasulullah?”

12
“Hamba akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran
sendiri (Ijtihadu bi ra’yi) tanpa bimbang sedikit pun.”
“Segala puji bagi Allah yang telah menyebabkan utusan
Rasulnya menyenangkan hati Rasulullah!”
Hadits tersebut diperkuat sebuah fragmen peristiwa yang
terjadi saat-saat Nabi Muhammad Saw menghadapi akhir
hayatnya. Ketika itu terjadi dialog antara seorang sahabat dengan
Nabi Muhammad Saw.
“Ya Rasulallah! Anda sakit. Anda mungkin akan wafat.
Bagaimana kami jadinya?”
“Kamu punya Al-Quran!”
“Ya Rasulallah! Tetapi walaupun dengan Kitab yang
membawa penerangan dan petunjuk tidak menyesatkan itu di
hadapan kami, sering kami harus meminta nasihat, petunjuk, dan
ajaran, dan jika Anda telah pergi dari kami, Ya Rasulallah, siapakah
yang akan menjadi petunjuk kami?”
“Berbuatlah seperti aku berbuat dan seperti aku katakan!”
“Tetapi Rasulullah, setelah Anda pergi peristiwa-peristiwa baru
mungkin timbul yang tidak dapat timbul selama hidup Anda. Kalau
demikian, apa yang harus kami lakukan dan apa yang harus
dilakukan orang-orang sesudah kami?”
“Allah telah memberikan kesadaran kepada setiap manusia
sebagai alat setiap orang dan akal sebagai petunjuk. Maka
gunakanlah keduanya dan tinjaulah sesuatu dan rahmat Allah akan
selalu membimbing kamu ke jalan yang lurus!”
Ijtihad adalah “sarana ilmiah” untuk menetapkan hukum
sebuah perkara yang tidak secara tegas ditetapkan Al-Quran dan
As-Sunnah.
Pada dasarnya, semua umat Islam berhak melakukan Ijtihad,
sepanjang ia menguasai Al-Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga
berakhlak baik dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

13
Lazimnya, Mujtahid adalah para ulama yang integritas
keilmuan dan akhlaknya diakui umat Islam. Hasil Ijtihad mereka
dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad dilakukan secara bersama-sama
atau kolektif, maka hasilnya disebut Ijma’ atau kesepakatan.
Wallahu a'lam.
2.3 Ruang Lingkup Ajaran Islam
1. Study area : dari area kita mengartikannya tempat berarti study
area study yang cakupannya berada di sebuah tempat atau area
lalu setelah itu mereka (para pe-study area) menerapkan terhadap
dirinya sendiri. seperti seorang ketua osis mengadakan study
banding pada osis yang lebih terkenal dengan osis sekolahnya
yang bertujuan juga sebagai belajar menggali ilmu pengetahuan
dan pengalaman demi menggapai tujuan osis yang sama.
2. Study tematik : study melalui pengertian yang berdasarkan tema
dalam pengartiannya , yakni dalam kita belajar kita kebanyakan
dimulai dengan melalui tema terlebih dahulu sehingga menurut
kami belajar melalui dari tema lebih gampang di kaji dan difahami
seperti pendidikan agama islam , akhlak tasawuf , politik, dls
Dari dua bagian diatas kita tidak hanya belajar hanya pada
melalui tema saja melainkan kita bisa mencari pengalaman lain yang
berada disekitar kita yang menurut kita bisa dijadikan sebagai contoh.

2.4 Karakteristik Ajaran Islam


Islam ketika berbicara tentang karakteristik ini ada dua versi. versi
yang pertama lebih dekat terhadap sifat tentang ajaran islam itu sendiri
seperti universal, comprehensif dan lain sebagainya yang akan kami
uraikan dalam penjelasan selanjutnya. Dan versi yang ke dua yaitu
lebih dekat terhadap bidang-bidang cakupan ajaran islam seperti
bidang agama, bidang aqidah, bidang politik. Kedua versi tersebut
sangatlah berbeda jauh yang juga ke duanya di prakarsai oleh tokoh-
tokoh yang berbeda juga .
1. Versi pertama

14
Dr.Rosihon Anwar M.Ag dalam buku beliau pengantar study
islam menyebutkan “kita akan mengetahui bahwa ajaran-ajaran
islam memiliki karakteristik yang khas,yang berbeda dengan
ajaran-ajaran agama lain,dan beliau juga mengutip pendapat Ali
Anwar Yusuf bahwa beliau menyebutkan karakteristik ajaran islam
itu sebagai berikut
a. Komprehensif umat islam sangatlah banyak sehingga ada
perbedaan suku dan bangsa dalam menghadapi atau
mengamalkan asas-asas islam umat islam bersatu padu.
Sehingga ajaran islam tetap kokoh walaupun hanya ada
perbedaan-perbedaan sedikit seperti halnya ada imam syafi’i
kalau tayammum untuk mengusap kedua belah tangan sampai
siku ada yang berpendapat hanya sampai pergelangan tangan,
tapi maksud bersatu padu yaitu ajarannya adalah al-qur’an dan
al-hadits
b. Moderat islam dalam menjalani ajarannya melalui jalan tengah
tidak berat sebelah kanan untuk mementingkan kejiwaan
(rohani),dan berat ke kiri untuk mementingkan kebendaan
(jasmani).
c. Dinamis ajaran islam sangatlah mempunyai kekuatan atau
kemampuan bergerak, dan berkembang sehingga sangatlah
banyak umat islam yang amat sangat mencintai ajarannya
karena ajaran islam sangatlah mantap jika menduduki posisi
sebagai tuntunan umat
d. Universal agama islam sangat memberikan peluang bagi
seluruh umat manusia tidak hanya khusus bagi suatu kelompok
atau bangsa yang tentunya ajaran islam itu sebagai rahmatan
lil-‘alamiin yang sesuai misi dari pada rosuuullahl Muhammad
SAW.tujuan dari mempelajari agama islam agar kita
mendapatkan ridla dan bahagia di dunia dan akhirat. Islam tidak
hanya mempelajari bagaimana para muslim bersikap pada
tuhannya melainkan kepada sesamanya juga di pelajari juga

15
dan bagaimana kedudukan manusia ditengah-tengah alam
semesta ini (QS.Ali Imran 112)
e. Elastis dan fleksible ketika seorang mahasiswa sudah keluar
atau lulus dari kuliah maka dia bebas memilih profesi apakah
mau jadi guru, PNS , dokter , dan lain sebagainya maka ketika
dia memilih mau jadi PNS maka dia terikat dengan aturan-
aturan yang mengatur bagaimana pegawai negri seharusnya
berprilaku dan bersikap, samadengan apa yang dimaksud
dengan Elastis dan fleksible yaitu ajaran islam berisi disiplin-
disiplin yang di bebankan bagi setiap individu, disiplin tersebut
wajib ditunaikan dan orang yang melanggarnya mendapatkan
dosa
f. Tidak memberatkan persoalan yang di hadapi umat islam
semakin komplek bagaimana ajaran islam menghadapi
berbagai masalah tersebut ? semakin kompleksnya
problematika kehidupan maka untuk memberi solusi ajaran
islam memiliki pegangan yaitu al-qur’an dan al-hadits dan
apabila dalam kedua tersebut tidak ada maka masih ada ijtihad
yang mana walaupun seseorang berijtihad dia tidak semerta-
merta menjauh dan menyimpang dari kedua hal tersebut karena
islam itu sebagai rahmatan lil’alamiin
g. Graduasi (ber-angsur angsur) ajaran islam turun temurun sama
halnya dengan al-qur’an , apabila ajaran islam turung secara
langsung maka kebingungan dan kesulitan dalam menjalankan
ajaran islam tersebut akan terjadi dan mungkin akan berakibat
fatal sepertihalnya malas dengan ajaran islam karena yang ini
belum selesai,yang kedua sudah datang, karena pengaplikasian
ajaran islam itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari sangat-
amat sulit kalau tidak berangsur angsur maka dari itu ajaran
islam bertujuan sebagai agar manusia menjalankan sebaik-
baiknya

16
h. Sesuai dengan watak hakiki manusia kemampuan dalam setiap
manusia sangatlah berbeda sehingga memungkinkan dalam
kita belajar ada yang langsung mengerti dan ada yang setengah
setengah dalam menerimanya. maka dari itu ajaran islam
tidaklah memberatkan kalau diri manusia belajar dari dasar, sulit
dimengerti apabila dalam menyampaikan ajaran islam langsung
ke dalam
i. Argumentatif filosofis ajaran islam merupakan ajaran yang
mempunyai alasan yang sangat kuat dan dapat dijadikan bukti,
tidak cukup dalam menetapkan persoalan-persoalan dengan
mengandalkan doktrin lugas dan intruksi keras
j. Ajaran islam sangatlah berkarakter dalam bidang
pengajarannya dan membuat karakter manusia menjadi
semakin baik sehingga orang yang tidak senang terhadap
ajaran islam kemungkinan besar dia menganggap ajaran islam
tidak ada gunanya, membosankan, terlalu berat untuk dijalani
sehingga kita sebagai para pelajar ajaran islam maka sangatlah
harus kita perdalam ajaran ajarannya dengan semangat

2. Versi kedua
Pemikiran para ilmuwan muslim pada versi kedua ini dengan
menggunakan berbagai pendekatan karena “islam merupakan
agama yang bisa di lihat dari sisi mana saja, dan setiap ssisinya
senantiasa memancarkan cahayanya yang terang” [4]kita bisa
melihat islam dari sisi agama, keadilan, hukum, toleransi, bahkan
“sifat islam demikian itu sejalan dengan sifat al-qur’an, salah satu
sifat al-qur’an sebagai mana di kemukakan oleh Abdullah Darraz
dalam bukunya syarhul muwafaqat bahwa al-qur’an itu ibarat intan
yang memiliki berbagai sudut, dan tiap sudut selalu memancarkan
cahaya yang sangat terang” [5]. Dan marilah kita lihat al-qur’an dari
sisi filosofi, ilmu pengetahuan seperti kedokteran astronomi apabila
kita mengkaji dan mendalami al-qur’an maka kita akan menemukan

17
pancara cahayanya maka dari itu kami akan uraikan karakteristik
ajaran islam sebagai mana berikut
1. Bidang Agama
Ajaran islam juga memberikan warna dalam rangka
membentuk karakter muslim sehingga para muslim atau
muslimah yang telah memperdalam dan memperbaharui
sikapnya dari segi agama dengan ciri-ciri yang telah di
contohkan oleh rosulullah sebagaimana rosulullah sendiri
karakternya adalah al-qur’an umat atau kaum nabi Muhammad
tidak mungkin sama persis tingkahnya dalam bidang
keagamaannya karena manusia itu pasti mempunyai kesalahan
dan juga lupa
Karakteristik ajaran islam dalam bidang agama disamping
mengakui adanya pluralisme (sebuah aturan tuhan yang tidak
akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau di
ingkari [6]),sebagai suatu kenyataan juga mengakui adanya
universalisme yakni mengajarkan kepercayaan kepada tuhan
dan hari akhir ,dalam hal ini kita biasanya menyebutnya dengan
iman (percaya adanya allah dan percaya akan adanya hari
akhir)

2. Bidang Ibadah
Ibadah merupakan suatu pendekatan diri kepada allah.
usaha yang harus di kerahkan yaitu dengan mengikuti atau
mengerjaka apa yang telah di perintahkan oleh Allah seperti
shalat, puasa, zakat dan menjauhi segala sesuatu yang
dilarangnya seperti makan harta riba, berzina, minum minuman
keras dls.
Sangatlah sulit kita dalam menjalankan atau mengemban
amanah suci tersebut, terkadang malas, pusing, bahkan ketika
kita berada di lingkungan ibadah (mengerjakan ibadah ) ada
saja cobaan yang menghambat karena manusia mempunyai
musuh, yang bisa membuat kita celaka

18
Dengan demikian visi islam tentang ibadah adalah
merupakan sifat, jiwa dan ajaran islam itu sendiri yang sejalan
dengan tugas penciptaan manusia yaitu, sebagai makhluk yang
selalu beribadah padanya

19
3. Bidang Aqidah
Akidah adalah ikatan atau keyakinan kita terhadap tuhan
kita yang maha kuasa melalui berikrar membaaca dua kalimat
syahadat bahwa bersaksi bahwa tiada tuhan selain allah dan
nabi muhammad adalah utusannya, dan kita melakukan apa
yang di syari’atkan sebagai amal shaleh.
Karakteristik ajaran islam yang dapat kita ketahui melalui
bidang akidah ini adalah bahwa akidah islam bersifat murni baik
dalam isinya maupun prosesnya. Yang diyakini dan diakui
sebagai tuhan yang wajib di sembah hanyalah allah. Keyakinan
tersebut sedikitpun tidak boleh di berikan kepada yang lain
karena kita akan berakibat musyrik.

4. Bidang Ilmu dan kebudayaan


Ilmu dan kebudayaan sebagai karakter dalam ajaran islam
adalah suatu bidang yang memberi sumbangan dalam
terbentuknya moslem yang memiliki perbedaan dengan ajaran
agama lain.
Kita sebagai umat islam wajib mencari ilmu kewajiban
tersebut tidak hanya untuk pemuda bahkan nenek tuapun masih
wajib mencari ilmu dengan alasan demi terciptanya benteng
ajaran islam agar tidak cepat rusak karena semakin bertambah
umur bumi maka semakin komplek masalah-masalah yang akan
kita hadapi. Maka dari itu orang islam haruslah benar-benar
mengkaji terhadap ajarannya, agar suatu saat apabila ada
seorang yang mau menggangu kita! Kita mempunyai
kemampuan untuk menangkisnya.
Di kalangan kita sangat banyaklah jenis-jenis kebudayaan,
dalam hal ini kita haruslah memilah dan memilih kebudayaan
apa yang sejalan dengan ajaran islam ?
Ketika kita berbicara masalah ilmu dan kebudayaan maka
dalam hal mendapatkannya kita sedikit menoleh pada surat
al-‘alaq ayat 1 yaitu kita disuruh memebaca karena dengan

20
membaca kita bisa menggali setiap ilmu menurut A Baiquni
ayat tersebut selain berarti membaca dalam arti biasa juga
berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur,
mengobserfasi, mendeskrisikan dan menganalisa [8]

5. Bidang pendidikan
Pendidikan islam memandang pendidikan adalah hak bagi
setiap manusia laki-laki maupun perempuan, dan berlangsung
sepanjang hayat tuntutlah ilmu mulai dari buayan (orang tua)
sampai ke liang lahat, mencari ilmu hukumnya wajib atas setiap
muslimin dan muslimat, [9] sehingga mayoritas orang-orang rela
berkorban demi pendidikan dirinya maupun keluarganya ada
yang sampai mengorbankan hartanya sawah, barang-barang
yang berharga juga ikut hangus demi pendidikan
Dalam al-qur’an banyak kita temui faktor-faktor
terbentuknya sebuah pendidikan seperti media pembelajaran,
kurikulum, metode, sarana, dls. Tidak hanya itu di sana juga
banyak ditemukan berbagai metode dalam pendidikan seperti
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi,
penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita,
hukuman, nasihat dls.

6. Bidang sosial
Kita sebagai manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup
sendirian tanpa adanya bantuan dari makhluk laen. Apa yang
akan kita rasakan jika sesama tetangga bermusuhan! tentunya
kita merasa tidak enak hidup dalam lingkungan tersebut, kita
bisa merasakan nyaman hidup dalam suatu lingkungan jika
dalam lingkungan terrsebut semuanya bersahabat apalagi
menjalin persahabatan yang sejati. menurut M. Arifin (1996)
setidaknya ada tiga hal yang mendasari manusia bisa
mempertahankan hidup pertama; hubungan manusia dengan
Allah ke dua; hubungan dengan sesama manusia ke tiga;

21
hubungan dengan alam sekitar yang terdiri dari berbagai unsur
kehidupan seperti tumbuhan, binatang dan sumber daya
alamiyah
Dalam bidang sosial kita telah di ajarakan oleh allah tuhan
semesta alam yaitu hablun munannass (hubungan antara
sesama). Dalam bidang sosial ini manusia bisa munjunjung
tinggi tolong-menolong, saling menasehati, ke setia kawanan,
tenggang rasa maupun kebersamaan. Dalam al-hadist mungkin
sering kita jumpai atau pernah mendengarkan para muballigh,
ustadz atau kiai yang isinya agar kita memperhatikan tetangga
yang berada di sebelah, jangan kenyang sendiri, sedang
tetangganya mati kelaparan

7. Bidang kehidupan ekonomi


Sangatlah banyak yang harus di kerahkan oleh kita
sekalian karena dalam kehidupan kita membutuhkan barang
yang bisa membuat kita hidup tentunya dalam meraih barang
tersebut kita perlu mengorbankan tenaga, harta, pikiran dls
demi hanya mendapatkan barang tersebut.
Kalau kita mengkaji hadits rosulullah yang diriwayatkan
oleh Ibn Mubarak yang artinya; bukanlah termasuk orang yang
baik adalah orang yang meninggalkan dunia karena mengejar
kehidupan akhirat, dan orang meninggalkan akhirat karena
kepentingan dunia, orang yang baik adalah orang meraih
keduanya secara seimbang, karena dunia adalah alat menuju
akhirat, dan jangan di balik yakni akherat dikorbankan untuk
urusan dunia

8. Bidang kesehatan
Menurut kami dalam ajaran islam sangatlah berbahaya jika
pada ajarannya oleh sebagian orang di abaikan dampaknya
yaitu bagi kesehatan hadist sudah banyak mengajarkan kepada
kita seperti al-nadzofatu min al-iman disana sudah jelas bahwa

22
ketika sebagian orang melalaikan kebbersihan maka tidak bisa
kita pungkiri kalau di daerah tersebut ada banyak nyamuk, lalat
dan semacamnya yang biasanya kita duduk atau makan santai
malah binatang-binatang mengganggu kita.

9. Bidang politik
Ciri ajaran islam dalam bagian politik dalam al-qur’an
seperti mematuhi ulii al-amri atau kalau di Indonesia bisa
disebut pejabat atau penguasa di bidang politik dalam hal ini
islam mengajarkan kita mentaati secara kritis, yaitu ketaatan
yang didasarkan pada tolok ukur kebenaran dari tuhan. Jika
suatu saat pemerintah bertindak semena-mena maka kita boleh
mengkritik dan sampaikan aspirasi kita melalui DPR yang
selanjutnya DPR tersebut akan menyampaikan hasil aspirasi
rakyat terhadap pihak-pihak terkait seperti MPR

10. Bidang pekerjaan


Pekerjaan merupakan juga ibadah kepada tuhan yang
maha kuasa, oleh karena itu dalam situasi bekerja kita
janganlah sampai melupakan tuhan karena dialah kaya akan
malaikat yang mana para malaikat sendiri memiliki tugas sendiri
seperti mencatat amal manusia. Dalam hal ini marilah kita
bekerja yang sesuai dengan ajaran islam seperti ketika kita
berdagang janganlah kita mencuri timbangan. Bekerja kita
dasarkan pada sebuah kata/hadist khoiru an-naas anfa’uhum li
an-naas agar selalu pekerjaan kita di ridloi tuhan sang pencipta
setiap sesuatu

11. Islam sebagai disiplin ilmu


Menurut peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
pada tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keislaman
adalah Al-qur’an/tafsir, hadits/ilmu hadits, ilmu kalam, filsafat,
tasawuf, hukum islam (fikih), sejarah kebudayaan islam, serta

23
pendidikan agama islam.dalam negara republik indonesia begitu
sangat perhatiannya pemerintah terhadap ajaran islam
sehingga dibentuklah peraturan.
Walaupun di negara indonesia tidak seluruhnya
berasaskan ajaran islam tapi berasaskan pancasila tapi dengan
diberlakukan sebagian ajaran islam sangatlah nyaman kita
hidup karena islam mengajarkan adil, perhatian terhadap
sesama, toleransi antar agama dls. Namun pihak orang-orang
yang tidak mengetahui atau mungkin tahu tapi enggan
mengerjakan apa yang ajaran islam sampaikan, maka dia
menyimpang dan terjadilah korupsi, keanarkisan remaja,
pencopetan. karena memang kejadian-kejadian yang sangatlah
sering kita dengar itu mayoritas orang-orang islam, maka
agama islam hanya sebagai simbol KTP saja.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Tanggapan
Berdasarkan pemaparan materi ini dapat dikatakan bahwa islam
itu sangat penting sebagai pedoman hidup untuk dipelajari dan
dipahami serta dijadikan acuan atau pondasi khususnya bagi umat
islam.

3.2 Kesimpulan
Tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:
1. Membentuk akhlak mulia
2. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3. Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara segi
kemanfaatannya
4. Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5. Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil
Sedangkan fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar
mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik,
tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan
dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik
adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini
agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu
ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan
yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya,
sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak
menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-
faham yang selain Islam.
Sumber ajaran Islam pertama dan kedua (Al-Quran dan
Hadits/As-Sunnah) langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad
Saw. Sedangkan yang ketiga (ijtihad) merupakan hasil pemikiran umat

25
Islam, yakni para ulama mujtahid (yang berijtihad), dengan tetap
mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
Menurut peraturan Menteri Agama Republik Indonesia pada
tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah Al-
qur’an/tafsir, hadits/ilmu hadits, ilmu kalam, filsafat, tasawuf, hukum
islam (fikih), sejarah kebudayaan islam, serta pendidikan agama
islam.dalam negara republik indonesia begitu sangat perhatiannya
pemerintah terhadap ajaran islam sehingga dibentuklah peraturan.
Walaupun di negara indonesia tidak seluruhnya berasaskan
ajaran islam tapi berasaskan pancasila tapi dengan diberlakukan
sebagian ajaran islam sangatlah nyaman kita hidup karena islam
mengajarkan adil, perhatian terhadap sesama, toleransi antar agama
dls. Namun pihak orang-orang yang tidak mengetahui atau mungkin
tahu tapi enggan mengerjakan apa yang ajaran islam sampaikan,
maka dia menyimpang dan terjadilah korupsi, keanarkisan remaja,
pencopetan. karena memang kejadian-kejadian yang sangatlah sering
kita dengar itu mayoritas orang-orang islam, maka agama islam hanya
sebagai simbol KTP saja.

26

Anda mungkin juga menyukai