Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN DIAGNOSIS MALARIA PADA MANUSIA

TAMPILAN BERBAGAI STADIUM PARASIT


DENGAN PEWARNAAN GIEMSA
(Gambar asli oleh Yap Loy Fong)

PLASMODIUM FALSIPARUM

TROPOZOIT

SKISON

GAMETOSIT
Sediaan Darah Tipis Sediaan Darah Tebal

SUMBER “WHO SECRETARIAT FOR THE COORDINATION OF MALARIA


TRAINING IN ASIA AND THE PACIFIC”

Lembar - 1 © World Health Organization 1983


TEKNIK PENCUCIAN DAN PENYIMPANAN KACA SEDIAAN

1. Teknik Pencucian
Tersedianya kaca sediaan yang bersih dengan kualitas yang baik dalam mempersiapkan
pembuatan sediaan darah untuk pemeriksaan mikroskopis perlu mendapat perhatian.
Semua kaca sediaan dipersiapkan dengan teliti, harus bersih bebas dari minyak dan
lembab. Hal ini dapat mencegah adanya kotoran yang akan mengaburkan diagnosis
malaria dan akan menghindari terlepasnya dan hilangnya lapisan sediaan darah tebal
selama proses pewarnaan. Kaca sediaan yang rusak tidak boleh dipakai, bila :
a). Kaca sediaan yang berwarna atau seperti tertutup embun (kusam);
b). Kaca sediaan baru atau lama yang tidak dibersihkan dengan sempurna;
c). kaca sediaan lama dengan permukaan tergores atau pingiran tergores (tidak rata),

1.1 Kaca sediaan baru


Cara membersihkan kaca sediaan baru :
• Direndam dalam ember berisi larutan deterjen selanjutnya tempatkan kaca sediaan
tersebut dibawah air mengalir, atau dengan beberapa kali mengganti air bersih.
• Satu persatu kaca sediaan harus dilap sampai kering menggunakan kain yang kering,
bersih dan bebas dari serabut benang kain kasa.
• Selalu pegang kaca sediaan yang telah bersih pada ujung/pinggirnya untuk
menghindari bekas jari atau goresan.

1.2 Kaca sediaan bekas pakai


• Sangat dianjurkan agar kaca sediaan bekas pakai direndam didalam larutan deterjen.
• Kaca sediaan yang telah terendam harus diangkat dan dibersihkan satu per satu
dengan menggunakan lap dari kain kasa atau kain katun sampai bekas lapisan darah
dan minyak hilang.
• Kaca sediaan harus dipindahkan pada larutan deterjen yang baru selanjutnya kaca
sediaan diletakkan pada air mengalir, atau beberapa kali mengganti air bersih selama
beberapa jam, sebelum dikeringkan dengan kain katun.
• Kaca sediaan yang tidak baik/tergores, dapat digunakan untuk keperluan laboratorium
dibagian entomologi.

2. Penyimpanan kaca sediaan


• Kaca sediaan tidak boleh disimpan dalam suhu lingkungan yang lembab selama lebih
dari beberapa minggu.
• Kaca sediaan dapat menempel satu sama lain karena pengaruh kelembaban dan
akan menjadi kusam pada kondisi cuaca dingin.
• Kaca sediaan dapat disimpan di tempat kering atau lemari berudara hangat.

Dianjurkan agar kaca sediaan yang bersih disimpan dalam paket berisi 10 slide yang dibungkus
dengan kertas tipis dan diikat dengan selotip atau karet sehingga kaca sediaan siap digunakan.
Kaca sediaan dapat diletakkan dalam kotak semula atau kotak yang sesuai, dan dibatasi
dengan karton yang bergelombang, gabus atau kain katun untuk siap dikirim.

1
Penggunaan asam-bikromat sebagai larutan pembersih tidak diajurkan lagi

1
PANDUAN DIAGNOSIS MALARIA PADA MANUSIA
TAMPILAN BERBAGAI STADIUM PARASIT
DENGAN PEWARNAAN GIEMSA
(Gambar asli oleh Yap Loy Fong)

PLASMODIUM VIVAX

TROPOZOIT

SKISON

GAMETOSIT
Sediaan Darah Tipis Sediaan Darah Tebal

SUMBER “WHO SECRETARIAT FOR THE COORDINATION OF MALARIA


TRAINING IN ASIA AND THE PACIFIC”

Lembar - 2 © World Health Organization 1983


PERAWATAN MIKROSKOP

Yang harus dilakukan:

1. Simpan mikroskop dalam keadaan tertutup dengan plastik bersih atau kain penutup jika
tidak digunakan.
2. Lakukan perawatan ekstra untuk melindungi mikroskop dari debu pada waktu musim panas.
3. Lakukan perawatan ekstra untuk melindungi lensa mikroskop dan prisma dari timbulnya
jamur pada suhu lembab yang panas. Catatan : Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
3.1 Menyimpan mikroskop dalam ruangan ber AC jika memungkinkan.
3.2 Menyimpan mikroskop dalam ruangan khusus yang tidak lembab dilengkapi dengan
alat pengukur kelembaban.
3.3 Gunakan bohlam 15 atau 25 watt di dalam lemari dengan pintu yang tertutup rapat.
3.4 Gunakan bohlam 15 watt dalam kotak mikroskop khusus yang akan berperan menjadi
lemari penghangat.
3.5 Pada daerah yang tidak memiliki listrik, tempatkan rak untuk menahan kotak
mikroskop sekitar 30 cm di atas lemari es atau pendingin (menggunakan minyak
tanah); ini akan menjaga mikroskop tetap kering untuk melindungi lensa dari jamur.
4. Bersihkan lensa imersi (Lensa objektif 100x) setiap setelah digunakan dengan cara
menggosok menggunakan kain katun yang dibasahi dengan xylol.
5. Bersihkan lensa okuler dengan kain katun yang lembut atau dengan kertas lensa.
6. Gunakan penahan mikroskop dengan sekrup yang pas pada dasar kotak mikroskop untuk
menjaga mikroskop dari kerusakan sewaktu dipindahkan.
7. Catat nomor (jika memungkinkan) alat dan suku cadang agar memudahkan sewaktu
penggantian.

Yang tidak boleh dilakukan:

1. Menggunakan tisu atau kain katun lembut bekas membersihkan lensa imersi untuk dipakai
membersihkan lensa okuler.
2. Menggunakan alkohol untuk membersihkan permukaan mikroskop yang dicat.
3. Membongkar atau mencoba membersihkan bagian dari mikroskop yang sulit dijangkau
kecuali jika anda telah terlatih untuk melakukannya.
4. Membiarkan tabung mikroskop tempat lensa dalam keadaan kosong; gunakan penutup
yang sesuai untuk melindungi tempat yang kosong.
5. Menukar lensa mikroskop dari merk yang berlainan, walaupun dengan model/type lain
dengan merk yang sama.

2
PANDUAN DIAGNOSIS MALARIA PADA MANUSIA
TAMPILAN BERBAGAI STADIUM PARASIT
DENGAN PEWARNAAN GIEMSA
(Gambar asli oleh Yap Loy Fong)

PLASMODIUM OVALE

TROPOZOIT

SKISON

GAMETOSIT
Sediaan Darah Tipis Sediaan Darah Tebal

SUMBER “WHO SECRETARIAT FOR THE COORDINATION OF MALARIA


TRAINING IN ASIA AND THE PACIFIC”

Lembar - 3 © World Health Organization 1983


PENYIAPAN LARUTAN BUFFER
UNTUK PEWARNAAN SEDIAAN DARAH MALARIA

Larutan buffer fosfat, dengan pH seimbang 7.2, sangat penting untuk pewarnaan parasit
malaria.

1. Persiapan larutan untuk keperluan harian

1.1 Larutan 1.0 g Dinatrium Hidrogen Fosfat (Na2HPO4) anhidrat dan 0.7 g Kalium
Dihidrogen Fosfat (KH2PO4) dalam 1 liter aquabides; air hujan yang disaring atau
bahkan air kran suatu saat dapat digunakan jika yang lainnya tidak tersedia.
1.2 Periksa pH (dengan pH meter atau pH indikator).
1.3 Sesuaikan pH sampai 7.2 dengan menambahkan sedikit larutan Na2HPO4 2% atau
bila sebelum mencapai 7.2 dengan menambahkan sedikit larutan KH2PO4.
1.4 Sewaktu pH seimbang menjadi 7.2, simpan di tempat yang dingin jauh dari sinar
matahari langsung dalam botol yang tertutup rapat, diutamakan yang berkaca gelap.

Larutan ini dapat digunakan untuk beberapa minggu tetapi harus dilakukan pengecekan secara
teratur untuk memastikan tidak terbentuknya gumpalan. Dapat dicek dengan cara mengocok
larutan; jika terdapat gelombung udara, larutan harus dibuang.

2. Persiapan larutan stok siap pakai yang akan digunakan untuk kegiatan lapangan atau
pengiriman ke tempat yang jauh

2.1 Larutkan 3.0 g Na2HPO4 anhidrat dan 2.1 g KH2PO4 dalam 25 ml aquabides.
2.2 Sesuaikan pH menjadi 7.2 seperti yang di jelaskan pada poin 1.3 di atas.
2.3 Simpan dalam botol berwarna gelap dan jauhkan dari sinar matahari langsung; (dapat
dipakai untuk beberapa minggu).
2.4 Untuk membuat larutan siap pakai, encerkan 1 ml larutan stok sampai menjadi 20 ml
dengan aquabides.

3. Persiapan bahan

Dua jenis garam fosfat ditimbang sebelumnya dan ditempatkan bersama dalam tabung yang
berlebel dan tertutup rapat atau botol atau kantong plastik dan disimpan. Sewaktu isi paket
ditambahkan 1 liter air, larutan perlu di seimbangkan pH nya menjadi 7.2. Gunakan seperti
biasanya.

3
PANDUAN DIAGNOSIS MALARIA PADA MANUSIA
TAMPILAN BERBAGAI STADIUM PARASIT
DENGAN PEWARNAAN GIEMSA
(Gambar asli oleh Yap Loy Fong)

PLASMODIUM MALARIAE

TROPOZOIT

SKISON

GAMETOSIT
Sediaan Darah Tipis Sediaan Darah Tebal

SUMBER “WHO SECRETARIAT FOR THE COORDINATION OF MALARIA


TRAINING IN ASIA AND THE PACIFIC”

Lembar - 4 © World Health Organization 1983


PERSIAPAN PEMBUATAN LARUTAN GIEMSA STOK

1. Pendahuluan
Giemsa merupakan pewarnaan standar terbaik untuk pewarnaan rutin sediaan darah
malaria. Larutan stok atau bentuk bubuk sebaiknya diperoleh dari perusahaan yang
memiliki reputasi baik. Meskipun demikian kualitas pewarna perlu di uji pada setiap batch
yang tersedia, sebelum secara rutin dipakai untuk pewarnaan sediaan darah dalam
jumlah besar.

1.1 Formula Pewarnaan

Bubuk Giemsa 3.8 gr


Metanol 250 ml
Gliserol 250 ml

1.2 Persiapan
Lebih baik digunakan botol berwarna gelap tetapi jika tidak tersedia gunakan gelas kimia
yang bersih, kering atau botol polietilen dengan ukuran yang sesuai. Diperlukan juga
sekitar 50 glass beads yang berdiameter 5 mm.
(1) Letakkan glass beads dalam botol; tuangkan sejumlah takaran methanol dan
tambahkan bubuk pewarna.
(2) Tutup botol dengan rapat. Biarkan bubuk pewarna larut perlahan melalui methanol
sampai mengendap di dasar. Kocok botol dengan gerakan memutar selama 2-3
menit.
(3) Tambahkan sejumlah gliserol dan ulangi proses pengocokan. Lanjutkan pengocokan
selama 2-3 menit dalam interval 30 menit setidaknya sebanyak enam kali.
(4) Biarkan botol selama 2-3 hari, kocok selama 3-4 kali setiap hari sampai zat pewarna
tercampur dengan sempurna. Simpan sedikit larutan stok ini dalam botol kecil pada
penggunaan rutin untuk menghindari kontaminasi dari larutan stok.

Setiap batch zat pewarna baru yang disiapkan harus diberi label dengan benar, termasuk
tanggal persiapan, dan harus di uji untuk pengenceran pewarnaan yang optimal dan waktu
pewarnaan. Selalu dijaga agar botol tertutup rapat, dalam ruangan yang sejuk, jauh dari sinar
matahari langsung. Botol kaca yang bening dapat dibungkus dengan menggunakan selubung
kertas gelap yang tebal untuk menghindari cahaya.

4
PANDUAN DIAGNOSIS MALARIA PADA MANUSIA
TAMPILAN BERBAGAI STADIUM PARASIT
DENGAN PEWARNAAN GIEMSA
EfepH pada parasit Malaria dengan
Pewarnaan Giemsa
(Gambar asli oleh Yap Loy Fong)

E
N N
E

N
L

M
L P
L
M
LEKOSIT
Sediaan Darah Tipis Sediaan Darah Tebal

N = Netrofil, E = Eosinofil, M = Monosit, L = Limfosit, P = Platelet

MC

CR
NC

PM
RC
HJ
PB PC
ERITROSIT
Sediaan Darah Tipis Sediaan Darah Tebal

NC = Normosit, MC = Mikrosit, PM = Polikromatik Makrosit, PC = Poikilosit, PB = Punctate Basofilia


(Bercak Basofil). CR = Cabot Ring (Cincin Cabot), HJ = Badan Howell-Jolly, RC = ‘awan’ Reticular dan
badan kromatoid pada anemi berat

pH 6.4 6.8 7.2 7.6

PENGARUH pH PADA PEWARNAAN SEDIAAN DARAH MALARIA

SUMBER “WHO SECRETARIAT FOR THE COORDINATION OF MALARIA


TRAINING IN ASIA AND THE PACIFIC”

Lembar - 5 © World Health Organization 1983


TEKNIK PEWARNAAN GIEMSA : CARA SEDERHANA

Sediaan darah tebal dan tipis dalam satu kaca sediaan

Pada pewarnaan yang optimal, sediaan darah tebal dan tipis harus dibuat dalam kaca sediaan
terpisah dengan menggunakan konsentrasi dan waktu berbeda. Dapat juga sediaan darah tebal
dan tipis dibuat dalam satu kaca sediaan yang sama. Perlu diperhatikan kualitas pewarnaan
yang baik dari sediaan darah tebal. Hasil terbaik didapatkan ketika sediaan darah telah
dikeringkan semalaman.

Metode untuk 20 kaca sediaan atau lebih


1. Rekatkan sediaan darah tipis dengan meneteskan metanol secara merata, atau dengan
mencelupkannya kedalam tabung/bejana yang berisi metanol selama beberapa detik.
Fiksasi yang terlalu lama dapat mempersulit untuk melihat titik Schuffner dan Maurer.
Sediaan darah tebal tidak difiksasi, oleh karena itu hindari metanol atau uap metanol
menyentuh sediaan.
2. Tempatkan kaca sediaan saling bertolak belakang dalam bak pewarnaan (sediaan darah
dibagian luar).
3. Siapkan larutan Giemsa 3% dengan buffer pH 7.2 atau dengan aquabides dalam jumlah
yang cukup untuk mengisi bak yang akan digunakan. Campurkan zat pewarna dengan
sempurna.
4. Aduk zat pewarna dengan merata dalam bak sampai kaca sediaan tertutup secara
keseluruhan.
5. Biarkan pewarnaan selama 30-45 menit, jauhkan dari sinar matahari.
6. Campurkan air besih secara merata kedalam bak untuk mengangkat buih berwarna
(scum) pada permukaan zat pewarna. Alternatif lain, celupkan secara merata seluruh bak
kedalam bejana berisi air bersih.
7. Tuangkan secara merata sisa zat pewarna dan cuci kembali dengan air bersih selama
beberapa detik, lalu air dibuang.
8. Bersihkan kaca sediaan satu persatu dan tempatkan dalam rak kaca sediaan untuk
pengeringan.

Catatan: Evaluasi sediaan tebal yang diwarnai dengan baik


(a) Latar belakang bersih, bebas dari kotoran, dengan warna ungu pucat yang didapat dari
eritrosit yang lisis.
(b) Inti lekosit berwarna ungu dan gelap.
(c) Parasit malaria digambarkan dengan kromatin merah-kompak dan sitoplasma biru pucat
keunguan, pada infeksi P. vivaks dan P. ovale terdapat titik Schuffner’s dalam eritrosit
yang dapat dilihat khususnya pada bagian tepi sediaan darah.

5
PANDUAN DIAGNOSIS MALARIA PADA MANUSIA
BEBERAPA BENTUK ARTEFAK YANG MENYERUPAI PARASIT
DALAM DIAGNOSA MALARIA
(Gambar asli oleh Yap Loy Fong)

Gambaran Awan dan bintik kotoran kromatosit Grup Granula Eosinofil Perbandingan Ukuran
berasal dari eritrosit yang belum matang yang terlepas Trombosit dan Limfosit
pada anemia berat

ELEMEN DARAH

BAKTERI

SPORA

Hipha dan spora


SEL TUMBUHAN JAMUR

Partikel debu Kristal Bentuk Kristal


Pewarna Giemsa goresan pada slide pada slide

SUMBER “WHO SECRETARIAT FOR THE COORDINATION OF MALARIA


TRAINING IN ASIA AND THE PACIFIC”

Lembar - 6 © World Health Organization 1983


TEKNIK PEWARNAAN GIEMSA : METODE CEPAT

Sediaan darah tebal dan tipis dalam satu sediaan darah yang sama

Sediaan darah tebal dengan pewamaan cepat dapat dilakukan di laboratorium yang sibuk.

Metode sediaan darah


1. Biarkan sediaan darah tebal kering dengan sendirinya; jika hasilnya segera diperlukan,
pengeringan dapat dipercepat dengan cara dianginkan atau sediaan darah diletakkan pada
sumber panas seperti menggunakan lampu mikroskop atau udara panas dari alat
pengering rambut. Hindari panas yang berlebihan, pada sediaan darah tebal.

2. Rekatkan sediaan darah tipis dengan meneteskan metanol, atau dengan memasukkannya
kedalam wadah berisi metanol selama beberapa detik. Oleh karena itu hindari metanol
atau uap metanol menyentuh sediaan darah tebal.

3. Siapkan larutan Giemsa 10% dengan pH 7.2; jika diperlukan jumlah yang sedikit, 3 tetes
zat pewama untuk tiap 1 mililiter (cc) buffer akan memberikan konsentrasi larutan Giemsa
yang tepat. Satu sediaan darah memerlukan 3 ml zat pewama.

4. Tuangkan secara merata zat pewarna pada sediaan darah dengan menggunakan pipet.

5. Lamanya pewarnaan: 5-10 menit.

6. Bilas sediaan darah yang sudah diwamai secara merata dengan meneteskan air bersih,
jangan menuangkan zat pewama kemudian baru dibilas, karena akan meninggalkan
endapan diatas sediaan.

7. Tempatkan sediaan darah pada rak dengan menghadap ke bawah untuk dikeringkan,
pastikan bahwa sediaan tidak menyentuh rak.

Catatan: Evaluasi pewarnaan yang baik untuk sediaan darah tipis

(a). Latar belakang harus bersih dan bebas dari kotoran, karena eritrosit merah muda keunguan.

(b). Netrofil lekosit memiliki inti berwarna ungu gelap dan butiran yang kompak.

(c). Kromatin parasit malaria berwama merah kompak keunguan dan sitoplasma berwama biru terang
keunguan.

(d). Gambaran titik Schuffner’s dalam eritrosit yang mengandung Plasmodium vivaks atau
Plasmodium ovale.

6
PANDUAN DIAGNOSIS MALARIA PADA MANUSIA
BENTUK ELEMEN SELULAR PADA PEWARNAAN DENGAN GIEMSA
APUS TEBAL DAN TIPIS
(Gambar asli oleh Yap Loy Fong)

Tingkatan parasit dalam darah tepi (peripheral)


Tropozoit muda yang sedang berkembang dan/ Tropozoit Skison Gametosit
atau gametosit dewasa yang sering terlihat
Plasmodium falsiparum

Ukuran: kecil sampai sedang; Biasanya berhubungan dengan banyak Bentuk ginjal ujung-ujung tumpul, bulan
jumlah: sering terlihat banyak; bentuk: bentuk cincin; ukuran : kecil, padat; jumlah: sabit ujung bulat tajam/runcing belum
cincin dan tanda koma biasa; beberapa, tidak biasa, biasanya pada dewasa tidak biasa.
kromatin/inti: biasa, runcing sampai malaria berat: Bentuk dewasa: bentuk pisang atau
gemuk; bulat;
bentuk dewasa : kadang muncul pada Bentuk dewasa: 12-30 merozit atau lebih kromatin/inti: manyatu, dapat dikenali;
malaria berat, kompak / padat dengan dalam kelompok yang padat; pigmen: berpencar-pencar, kasar,
pigmen tidak halus atau gumpalan seperti butir besar; pink seperti merah
pada badan yang kadang-kadang
pigmen: gumpalan tunggal berwarna muncul karena tekanan. Bentuk terkikis
gelap (kadang kompak, kadang tidak kompak) dan
hanya memiliki kromatin dan pigmen
kadang terlihat.
(Stippling) Schuffner’s sebagai “bayangan”
Pada semua stadium yang terlihat: Bintik

dari inang eritrotis yang dapat dilihat


khususnya pada tepiu sediaan.
P. vivax

Ukuran:kecil sampai besar; Ukuran : besar; jumlah : beberapa sampai Bentuk gametosit yang belum dewasa
jumlah: sedikit sampai sedang; sedang; sulit dibedakan dengan yang sudah
bentuk: cincin terbelah sampai bentuk Bentuk dewasa; 12-24 merozoit, dewasa. Bentuk dewasa : bulat, besar;
tidak beraturan biasa; biasanya 16, dalam kelompok yang tidak kromatin/inti; tunggal, mudah dikenali;
kromatin/inti: tunggal, terkadang dua; beraturan; pigmen; berhamburan, tajam. Bentuk
Sitoplasma : tidak beraturan dan pigmen: gumpalan lepas. dikikis/eroded (kadang kompak, kadang
terputus-putus; tidak kompak) dengan sedikit atau tidak
bentuk dewasa: pada, tebal; ada sitoplasma dan hanya kromatin/inti
pigmen : berhamburan dan pigmen yang ada.
(Stippling) Schuffner’s sebagai “bayangan”
Pada semua stadium yang terlihat: Bintik

dari inang eritrotis yang dapat dilihat


khususnya pada tepiu sediaan.
P. ovale

Ukuran: kadang lebih kecil dari P. Vivax; Ukuran : lebih seperti P. Malaria; Bentuk gametosit yang belum dewasa
jumlah : biasanya sedikit; jumlah : sedikit; bentuk sulit dibedakan dengan yang sudah
bentuk : cincin sampai membentuk bulat, dewasa : 4-12 merozoit, biasanya 8, dewasa.
bentuk padat; dalam kelompok lepas (sedikit tidak Bentuk dewasa; bulat, mungkin lebih
kromatin/inti: tunggal, mencolok; sitoplasma: teratur); kecil dari pada P. vivax (sebesar eritrosit);
hampir tetap, gemuk (padat, massa tampak pigmen : gumpalan terkonsentrasi. kromatin/inti: tunggal, mudah dikenali;
jelas); pigmen: menyebar, kasar pigmen : berhamburan, kasar. Bentuk
dikikis/eroded (kadang kompak, kadang
tidak kompak) dengan memiliki kromatin/
inti dan pigmen
Pada semua stadium yang terlihat
P. malariae

Ukuran : kecil; Ukuran: kecil, padat; Bentuk yang belum dewasa dan yang
jumlah : biasanya sedikit; jumlah : biasanya sedikit; bentuk pasti dewasa sulit dibedakan dengan
bentuk : cincin sampai bulat, padat (satu dewasa : 6-12 merozoit, biasanya 8, gametosit dewasa. Bentuk dewasa; bulat,
massa sering didalam cincin): bersegmen bentuk bunga aster; padat;
kromatin/inti: tunggal, besar; sitoplasma: beberapa biasanya tanpa sitoplasma; kromatin/inti: tunggal, dapat dibedakan;
biasa, tebal; pigmen; terkonsentrasi pigmen: menyebar, kasar, terdistribusi
pigmen: berhamburan (tersebar di sekelilingnya, Bentuk dikikis / eroded
berkelompok dari batang), banyak, (kadang kompak, kadang tidak kompak)
bentuk yang lebih tua berwarna kuning dengan hanya memiliki kromatin/inti dan
pigment

SUMBER “WHO SECRETARIAT FOR THE COORDINATION OF MALARIA


TRAINING IN ASIA AND THE PACIFIC”

Lembar - 7 © World Health Organization 1983


METODE MENGHITUNG PARASIT MALARIA PADA SEDIAAN DARAH TEBAL

I. Menghitung parasit per ml

Cara praktis untuk menghitung parasit malaria berdasarkan jumlah parasit per ml dalam
sediaan darah tebal;, dihitung dalam hubungannya dengan jumlah lekosit. Rata-rata 8000
lekosit per ml digunakan sebagai standar. Adanya ketidakakuratan sebagai akibat adanya
variasi jumlah lekosit diantara induvidu dalam keadaan sehat dan variasinya lebih besar pada
induvidu dalam keadaan sakit. Sebelum penghitungan dimulai, sejumlah 0,25 ml darah (sekitar
100 lapang pandang, menggunakan lensa okuler pembesaran 7x dan Iensa objektif
pembesaran 100x menggunakan minyak emersi) harus di periksa dalam sediaan tebal untuk
menentukan spesies parasit dan stadium yang mungkin ada. Jika ini telah dilakukan, metode
penghitungan yang cocok untuk sediaan darah positif adalah :

1. Dua alat penghitung yang diperlukan untuk menghitung parasit dan lekosit secara terpisah.

2. (a) Jika setelah 200 lekosit sudah dihitung, 10 atau lebih parasit telah teridentifikasi, catat
hasilnya dalam formulir pencatatan, memperlihatkan adanya jumlah parasit per 200
lekosit.

(b) Jika, setelah 200 lekosit sudah dihitung, terhitung 9 atau kurang parasit, teruskan
penghitungan sampai terhitung 500 lekosit dan catat jumlah parasit per 500 lekosit.

3. Pada tiap kasus, perhitungan parasit dalam hubungannya dengan penghitungan lekosit
dapat di konversikan menjadi parasit per ml dengan menggunakan rumus matematika
sederhana :

Jumlah parasit x 8000


= Parasit per ml
Jumlah Lekosit

Ini berarti jika 200 lekosit dihitung, parasit dikalikan dengan 40, jika 500 lekosit dihitung
maka parasit dikalikan dengan 16.

4. Suatu praktek biasa untuk menghitung semua spesies yang ada dan memasukkan baik
parasit sexual maupun asexual secara bersama-sama. Kadang-kadang perhitungan
terpisah dibuat untuk gametosit Plasmodium falsiparum tetapi ketika ini selesai dilakukan,
parasit tersebut masih harus dimasukkan dalam penghitungan parasit secara keseluruhan.
Jarang untuk bisa memisahkan gametosit P. vivaks atau P. malariae dari parasit asexual
dengan ketetapan yang memadai untuk membenarkan penghitungan gametosit.

II. Sistem Plus (+)


Metode yang lebih disederhanakan dari menjumlahkan parasit dalam sediaan darah tebal
adalah dengan menggunakan sistem plus (+). Ini mengindikasikan penghitungan parasit relatif
dan memerlukan penggunaan kode dari satu sampai empat tanda plus, sebagai berikut:

+ = 1-10 parasit per 100 lapang pandang sediaan darah tebal


++ = 11-100 parasit per 100 lapang pandang sediaan darah tebal
+++ = 1-10 parasit per satu lapang pandang sediaan darah tebal
++++ = lebih dari 10 parasit per satu lapang pandang sediaan darah tebal

Sistem ini dapat digunakan hanya jika tidak memungkinkan untuk mengambil perhitungan
parasit per ml darah.

7
PANDUAN DIAGNOSIS MALARIA PADA MANUSIA
PENYIAPAN SEDIAAN DARAH TEBAL DAN TIPIS DALAM SLIDE YANG SAMA
(Gambar asli oleh Yap Loy Fong)

Untuk pemeriksaan mikroskopis rutin, sediaan tipis dan tebal dibuat pada satu slide yang sama. Sediaan tipis
digunakan sebagai label tetapi, jika dipersiapkan dengan baik, maka dapat untuk konfirmasi spesies parasit.
Pemeriksaan harus dilakukan pada sediaan tebal.
- Catatan untuk di Indonesia: etiket tidak lagi dituliskan pada sediaan tipis karena beberapa
alasan teknis (sejak Juli 2001)

Bahan yang diperlukan untuk membuat sediaan darah


- Slide bersih, yang masih dibungkus - lap, handuk katun
- lacet steril (bukan jarum injeksi atau lacet - slide box atau gelas penutup untuk mencegah
yang direndam hanya dalam alkohol) mengeringnya sediaan darah (map/buku slide)
- alkohol 70% methanol - pensil berujung lembut
- Kapas yang menyerap air - formulir pendaftaran dan pencatatan
- bolpoin / pena
Setelah data pasien dicatat dalam formulir yang tepat atau buku register, sediaan darah dibuat dengan cara sebagai
berikut:
1. Tangan kiri pasien, telapak tangan menghadap keatas,
ambil jari tengah. untuk bayi dapat dilakukan pada ibu
jari kaki. Jangan menggunakan ibu jari pada anak-anak dan
orang dewasa
- Dengan segumpal kapas yang direndam dalam alkohol
(alkohol swab) bersihkan jari, gunakan usapan keras
untuk membersihkan kotoran dan serpihan dari ujung
jari.
- Dengan handuk kapas yang bersih keringkan jari
gunakan usapan keras untuk menstimulasi sirkulasi
darah. Jangan sampai ada sisa alkohol yang tertinggal.

2. Dengan lancet steril tusuk ujung jari menggunakan


gerakan memutar yang cepat.
- Dengan memijatlembut dan cepat pada jari,
tetesan darah pertama dihapus menggunakan
kapas. Pastikan tidak ada helaian kapas tertinggal
pada jari yang nantinya dapat bercampur dengan
darah.

3. Kerja dengan cepat dan pegang slide yang bersih pada


bagian pinggirnya, kumpulkan darah sebagai berikut:
- Lakukan pemijatan lembut pada jari kumpulkan tetesan
darah, dengan ukuran kira-kira •, pada bagian tengah
slide. Ini untuk lapisan tipis sediaan darah tipis.
- Lakukan pemijatan selanjutnya untuk mengeluarkan
lebih banyak darah dan kumpulkan dua atau tiga tetes
dengan ukuran lebih besar, dengan ukuran kira-kira •
Pada slide sekitar 1 cm dari yang diinginkan untuk
sediaan darah tebal seperti yang di ilustrasikan.
- Hapus sisa darah dari jari dengan kapas.

SUMBER “WHO SECRETARIAT FOR THE COORDINATION OF MALARIA


TRAINING IN ASIA AND THE PACIFIC”

Lembar - 8 © World Health Organization 1983


4. Sediaan tipis. Gunakan slide bersih lain sebagai
“pemoles” dan dengan slide yang ada tetesan
darah bertumpu pada permukaan datar,
tekan permukaan, sentuh tetesan darah kecil
menggunakan pemulas dan biarkan darah
menyebar keseluruh bagian ujung. Tekan
dengan kuat pemulas sepanjang slide, dengan
sudut 45°. Pastikan pemulas bersinggungan
mendatar dengan permukaan slide tiap kali darah
dipoleskan.

5. Sediaan tebal. Selalu pegang slide pada ujungnya


atau pada sudut untuk membuat sediaan darah
tebal sebagai berikut :
- Gunakan sudut pemulas secara cepat satukan
tetesan darah dan poleskan untuk membuat
menjadi datar, lapisan tebal. Darah jangan
sampai berlebihan diputar tetapi dapat
dipoleskan dengan gerakan memutar atau
bentuk persegi panjang dengan 3 sampai 6
gerakan (dengan diameter 1 cm).

6. Beri label lapisan tipis kering menggunakan pinsil


berujung lembut dengan menuliskan pada tempat
yang lebih tebal dari sediaan tipis nama pasien
atau angka dan tanggal. Jangan menggunakan
pulpen untuk memberi label pada slide. Biarkan
lapisan tebal mengering pada posisi mendatar
untuk melindungi dari lalat, debu dan panas yang
berlebih tulis etiket dengan pensil di bagian etiket
pada slide.

7. Bungkus slide (sediaan) yang sudah kering pada


formulir laporan pasien dan kirimkan ke laboratorium
secepatnya.

8. Slide yang digunakan untuk memoleskan lapisan


darah, sekarang dapat digunakan untuk pasien
berikutnya dan slide lain yang bersih dapat digunakan
sebagai pemulas.
Contoh hasil pe-labelan darah tebal dan tipis yang
baik
* Catatan untuk di Indonesia: etiket tidak lagi dituliskan
pada sediaan tipis karena beberapa alasan teknis
(sejak Juli 2001).

Anda mungkin juga menyukai