Anda di halaman 1dari 86

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit adalah bagian yang menutupi permukaan tubuh dan

berfungsi untuk melindungi dari sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dari

matahari dapat merusak kulit seperti kemerahan, pendarahan, penuaan,

flek hitam, dan meningkatkan resiko kanker kulit, dan mampu mengubah

kulit yang sehat menjadi rusak, sehingga diperlukan pelindung tambahan

untuk kulit menggunakan bahan tabir surya (Cefali et al., 2016).

Efek buruk akibat paparan sinar matahari sekarang ini lebih

berbahaya dari pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh

berkurangnya lapisan ozon pada atmosfir bumi. Kita ketahui bahwa

Lapisan ozon dapat berfungsi sebagai ”protective filter‟ untuk melindungi

kita dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Manfaat sinar matahari bagi

kehidupan sangat banyak, tetapi juga mempunyai efek yang sangat

merugikan bagi kulit. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan eritema

(kemerahan) pada kulit, pigmentasi yang berlebihan, penebalan sel

tanduk, dan aging (penuaan kulit). Sengatan matahari yang berlebihan

dapat menyebabkan kelainan kulit mulai dari dermatitis ringan biasanya

ditandai gejala ringan berupa sedikit memerah kering, bersisik, flek hitam

dapat menimbulkan gatal ataupun tidak sampai kanker kulit. Salah satu

upaya pencegahan terjadinya berbagai gangguan kulit akibat paparan

sinar (UV) adalah dengan menggunakan krim tabir surya guna menyaring

sinar UV berbahaya sebelum menembus kulit (Shovyana, 2013 ).


2

Tanaman daun kersen telah di uji berkhasiat sebagai tabir surya

yang dapat menangkal sinar ultraviolet dan matahari. Hal ini sesuai

dengan firman Allah. pemanfaatan tumbuhan dan buah-buahan terdapat

dalam surah Al-An’am/6:99:

Terjemahanya: Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu
Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-
tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan
itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari
tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari
mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai,
dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak
serupa.Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya
berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman (Q.S
Al-An’am: 99).
Ayat ini merupakan bukti-bukti kemahakuasaan Allah SWT yakni

menumbuhkan segala macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh

manusia baik dalam bidang indutri maupun kesehatan.

Daun kersen (Muntingia calabura L.) ternyata dapat berkhasiat

sebagai tabir surya alami. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung

dalam daun kersen berfungsi sebagai antioksidan sekaligus tabir surya,

diantaranya mengandung flavonoid, saponin, polifenol dan tanin,


3

flavonoid dan fenol merupakan senyawa metabolit sekunder yang memilik

aktivitas antioksidan karena dapat menangkap radikal (Shovyana, 2013 ).

Salah satu sediaan yang sering diformulasikan menjadi sediaan

tabir surya adalah krim tabir surya. Tabir surya adalah bentuk sediaan

setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim merupakan sediaan yang paling

umum digunakan sebagai kosmetik. Krim mudah dicuci dan dibersihkan

serta tidak lengket, sediaan ini bertipe air dalam minyak atau minyak

dalam air yang digunakan sebagai pelembab (emolien) dan pemakaian

obat luar pada kulit. Keuntungan dari sediaan krim adalah penggunaannya

yang menyenangkan karena tidak memberikan efek yang berbekas, tidak

berminyak, memiliki penyebaran yang baik serta memberikan efek dingin

pada kulit (Ditjen POM, 1979).

Berdasarkan hasil penelitian (Sumiana, 2020) bahwa ekstrak daun

kersen yang berjudul “Penentuan nilai SPF (sun protection factor)

kombinasi ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) secara in vitro

dengan metode spektrofotometri uv-vis” menunjukkan bahwa ekstrak

daun kersen memiliki konsentrasi 500 ppm (0,05%) dengan nilai SPF

34,64 termasuk kategori ultra.

Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan

dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini mengingat suatu

obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar

dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama (Yunus dkk, 2013).
4

Kestabilan suatu emulsi adalah kemampuan suatu emulsi untuk

mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka

waktu yang lama. Salah satu syarat yang harus di penuhi suatu sediaan

emulsi yang baik adalah stabil secara fisik tidak di tandai dengan

terjadinya kriming karena tanpa hal ini suatu sediaan emulsi akan segera

kembali menjadi dua fase yang terpisah (Gennaro dkk, 1990).

Rumusan masalah yaitu apakah ekstrak etanol daun kersen

(Muntingia calabura L..) dapat diformulasi menjadi sediaan krim tabir

surya yang stabil secara fisik.

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk memformulasi krim tabir

surya ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) yang stabil

secara fisik.

Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan terkait informasi penggunaan tumbuhan dalam

pemanfaatanya serta dapat meningkatkan upaya pengembangan

tanaman sebagai obat tradisional dan menjadi referensi untuk penelitian

selanjutnya.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Daun Kersen


Tanaman daun kersen merupakan buah tropis yang mudah

dijumpai dan termasuk dalam famili mungtinglaceae banyak ditemukan

didaerah-daerah Indonesia seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tengara

Barat, Papua dan daerah lainnya. Daun kersen memiliki nama ilmiah

(Muntingia calabura L.) (Dagun 2006).

Sumber gambar: Sentra, 2005


Gambar 1. Daun kersen (Muntingia calabura L.)

1. Klasifikasi Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 1991).

Dunia : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Malvales

Suku : Elaecarpaceae
6

Marga : Muntingia

Jenis : Muntingia calabura L.

2. Morfologi Tumbuhan

Tumbuhan kersen memiliki pohon berukuran kecil yang selalu

hijau, tingginya 3-12 m. percabangannya mendatar, menggantung kearah

ujung, berbulu halus. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur sampaii

berbentuk lanset, berukuran (4-14) cm x (1-4) cm, dengan pangkal

lembaran daun yang nyata tidak simetris, tepi daun bergerigi, lembaran

daun bagian bawah berbulu kelabu. Bunga-bunga (1-3-5) kuntum terletak

pada satu berkas yang letaknya supra-aksilar dari daun, bersifat

hermafrodit. Buahnya bertipe buah bumi, berwarna merah kusam,

berdiameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil, tertanam dalam

daging buah yang lembut (Sentra, 2005).

3. Kandungan Kimia Tumbuhan

Kandungan aktif tumbuhan kersen adalah ester, alkohol,

flavonoid, sesquiterpenoid. Daun kersen mengandung kelompok senyawa

atau lignin antara lain flavonoid, tanin, triterpen, saponin dan polifenoll

yang menunjukkan aktivitas antioksidatif dan antimikrobia, selain itu nutrisi

tanaman kersen mengandung air, protein, lemak, kalsium, vitamin B dan

vitamin C (Zakaria et., al, 2007).

4. Khasiat Tumbuhan

Khasiat tumbuhan daun kersen adalah sebagai obat batuk, obat

sakit kepala, antiinflamasi, antioksidan, antikanker, antibakteri dan


7

kardioprotektif. Secara kualitatif diketahui bahwa senyawa yang dominan

dalam daun kersen adalah flavonoid yang menunjukkan aktivitas

antioksidan juga dapat dimanfaatkan sebagai tabir surya dan tinggi akan

vitamin C (Puspita dan Setyowati, 2018).

B. Uraian Krim

1. Definisi
Krim merupakan suatu cairan kental atau emulsi setengah padat

baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya

digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit.

Banyak dokter dan pasien lebih suka pada krim dari pada salep, untuk

satu hal, umumnya mudah menyebar rata dan mudah dibersihkan dari

pada kebanyakan salep (Ansel, 2008).

2. Penggolongan Krim

Krim ada dua tipe yakni krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe

air dalam minyak (A/M). Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A),

ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Syamsuni, 2015).

3. Komponen Krim

Untuk membuat sediaan krim digunakan zat pengemulsi,

umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik.

Untuk tipe krim M/A digunakan sabun monovalen seperti triethanolaminum

stearat, natrium stearat, kalium stearatiiUntuk penstabilan krim ditambah

zat antioksidan dan zat pengawet. (Syamsuni, 2015,: Anief Moh, 2010).
8

4. Komposisi krim

a. Emulgator

Emulgator adalah surfaktan yang mengurangi tegangan

antarmuka antaraminyak dan air dan mengelilingi tetesan-tetesan

terdispersi dengan lapisan yang kuat sehingga mencegah koalesensi dan

pemecahan fase terdispersi. Berdasarkan struktur kimianya emulgator

diklasifikasikan menjadi emulgator sintetik atau surfaktan yang

membentuk film monomolekuler. Kelompok bahan aktif permukaan ini

dapat dibagi menjadi nonionik, kationik, dan anionik tergantung dari

muatan yang dimiliki oleh surfaktan (Parrot, 1971).

b. Nonionik

Surfaktan yang hanya penggunaannya sebagai bahan pengemulsi

karena memiliki keseimbangan lipofilik dan hidrofilik dalam molekulnya.

Selain itu, surfaktan ini tidak seperti tipe anionik dan kationik, emulgator

anionik tidak dipengaruhi perubahan pH dan penambahan elektrolit.

Contoh yang paling banyak digunakan yaitu ester gliseril, ester

polioksietilenglikol, ester asam lemak sorbitan (Span) dan turunan

polioksietilennya (Tween).

c. Kationik

Aktifitas permukaan bahan kelompok ini terletak pada kation yang

bermuatan positif. Bahan ini juga memiliki sifat bakterisida yang khas,

sehingga cocok untuk produk emulsi antibakteri seperti lotio dan krim kulit.

pH dari sediaan emulsi dengan pengemulsi kationik yaitu antara 4-8.


9

Rentang pH ini juga menguntungkan karena termasuk dalam pH normal

kulit. Contohnya yaitu senyawa ammonium kuartener seperti

benzalkonium klorida dan staralkonium klorida surfaktan kationik lebih

sering digunakan sebagai antimikroba (Parrot, 1970).

d. Anionik

Aktivitas permukaan bahan pengemulsi ini terletak pada anion

yang bermuatan negatif. Contoh bahannya yaitu kalium, natrium dan

garam ammonium dari asam laurat, asam oleat, dan asam stearat yang

larut dalam air dan merupakan bahan pengemulsi M/A yang baik. Bahan

ini mempunyai rasa yang kurang menyenangkan dan mengiritasi saluran

cerna sehingga membatasi penggunaannya hanya untuk penggunaan

luar. Reaksi amin organik dengan asam lemak menghasilkan surfaktan

organik. Surfaktan organik dibentuk oleh reaksi asam oleat dan asam

stearat dengan trietanolamin yang secara luas digunakan untuk aplikasi

topikal (Parrot, 1970).

e. Humektan

Humektan yaitu bahan tambahan pada sediaan krim yang dapat

menyerap lembab, sehingga dapat mempertahankan kadar air dalam krim

dan menjadikan krim tetap lembut. Humektan juga membantu dalam

proses pengabsorbsian senyawa aktif ke dalam lapisan kulit. Bahan-

bahan yang dapat digunakan sebagai humektan antara lain adalah

sorbitol, propilenglikol dan gliserol (Gennaro, 2000).


10

f. Pengawet

Emulsi seringkali mengandung sejumlah bahan seperti

karbohidrat, protein, sterol, dan campuran lemak dan air yang menunjang

pertumbuhan berbagai mikroorganisme, akibatnya penambahan suatu

pengawet merupakan hal yang sangat diperlukan dalam proses formulasi.

Golongan paraben merupakan salah satu pengawet yang paling umum

digunakan dan terbukti lebih efektif dalam berbagai sediaan farmasi

maupun kosmetik. Metil paraben 0,12-0,18 % dan propil paraben 0,02-

0,05 % merupakan pilihan pengawet yang umum digunakan dalam

sediaan emulsi. Pemerian metil paraben berupa serbuk hablur halus,

putih, hampir tidak berbau, dan tidak berasa. Dapat larut Dalam 500

bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)

P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam

larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam

40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.

Mempunyai titik lebur 125 128°C. Metil paraben digunakan sebagai

pengawet (Depkes RI, 1979: 551).28 Propil paraben berupa serbuk hablur

putih, tidak berbau, tidak berasa. Sangat sukar larut dalam air, larut dalam

3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, dalam 140

bagian gliserol P dan dalam minyak lemak, mudah larut dalam larutan

alkali hidroksida. Memiliki titik lebur 95-98°C. Digunakan sebagai

pengawet (Depkes RI, 1979).


11

C. Uji Stabilitas

Stabilitas produk farmasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan

dari formulasi tertentu, dalam wadah tertentu, sistem penutupan, tetap

stabil dalam spesifikasi fisika, kimia mikrobiologi terapi, dan toksiologi.

produk farmasi diharapkan memenuhi spesifikasi tersebut untuk identitas,

kemurnian, kualitas, dan kekuatan sepanjang periode penyimpanan dalam

kondisi tertentu (Williams, 2005).

USP mendefinisikan stabilitas produk farmasi sebagai produk

untuk mempertahankan stabilitas dalam batas yang ditentukan dan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (yaitu shelf-life), sifat

dan karakteristik yang dimiliki sama pada waktu pembuatanya. Jenis yang

harus dipertimbangkan untuk masing-masing obat (Williams, 2005).

1. Stabilitas kimia

2. Stabilitas fisika

3. Stabilitas mikrobiologi

4. Stabilitas terapi

5. Stabilitas toksiologi

Terlepas dari karakter proses penguraian yang terjadi (perubahan

kimia, fisika, dan mikrobiologi) juga penting diketahui berapa lama suatu

bahan obat atau sistem bahan obat memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam kondisi lingkungan tertentu. Ada tiga metode yang

digunakan untuk menyimpulkan stabilitas yaitu:


12

a. Uji stabilitas waktu lama

Uji stabilitas waktu lama dilakukan dengan penyimpanan bahan

obat selama jangka waktu dan kondisi penyimpanan yang tertentu (suhu,

udara, cahaya, kelembaban) didalam lemari atau ruangan kaca. Selang

waktu tertentu dan pada akhir percobaan dilakukan kontrol terhadap

kandungan bahan obat ataupun efektivitasnya, sifat mikrobiologis serta

sensoriknya dan kondisi galenik sediaan yang dideteksi dengan metode

fisika. Percobaan ini memakan waktu yang lama, umumnya 5 tahun dan

seringkali tidak dapat dikenali modus penguraianya (Voight, R., 1994).

b. Uji Stabilitas Dipercepat

Uji stabilitas dipercepat (tes paksaan), khususnya dilakukan

dengan melakukan perlakuan termik. Peraturan kinetika reaksi dapat

digunakan, dimana penguraian dipelajari pada suhu tinggi dan tidak pada

suhu kamar yang selanjutnya diekstrapolasikan pada suhu

penyimpananya. Bahan obat pada tes paksaan isotermik biasanya

disimpan dalam suhu yang tinggi, tetapi selama percobaan masing-

masing suhu dibuat tetap, dan dalam jangka waktu tertentu, konsentrasi

produk penguraian atau kandungan bahan aktif ditentukan. Besaran dasar

pertama yang ditentukan adalah tergantung kecepatan penguraian

terhadap konsentrasi. Kedua adalah ketergantungan kecepatan reaksi

terhadap suhu (Voight, R., 1994).


13

c. Uji Stabilitas dengan Climatic Chamber

Climatic Chamber adalah alat yang digunakan untuk menguji

kondisi biologi produk industri, bahan dan alat elektronik serta

komponenya pada kondisi lingkungan tertentu, dengan menggunakan

sampel atau produk pada suhu ekstrim atau kelembaban ekstrim. Climatic

Chamber memiliki sistem pendingin suhu dan menyediakan suhu yang

cepat dengan mengubah kecepatan angka pada kisaran 75-180 0C. Alat ini

dapat mengatur suhu dan kelembaban ruang udara dengan keakuratan

tinggi. Tingkat sirkulasi udara yang tinggi menjamin pemerataan suhu dan

kelembaban dalam ruang uji (Voight, R., 1994).

D. Evaluasi Sifat Fisik Krim

1. Uji Organoleptik

Pemeriksaan uji organoleptik meliputi bau, warna, dan tekstur.

Pengujian dilakukan dengan replikasi pada masing-masing formula

sebanyak tiga kali (Ditjen POM, 1979)

2. Uji Homogenitas

Sebanyak 1 gram krim dioleskan pada sekeping kaca transparan.

kemudian diamati sediaan harus menunjukan susunan yang homogen dan

tidak terlihat adanya butiran kasar, pengujian dilakukan dengan replikasi

sebanyak tiga kali untuk masing-masing formula.

3. Daya sebar

Pengamatan daya sebar dilakukan untuk melihat seberapa besar

luas daerah sebar dari sedian saat diaplikasikan kekulit (Voight,1995)


14

4.Uji Daya Lekat

Timbang 0.5 gram krim dioleskan pada plat kaca dan diberi beban

seberat 250 gram selama 5 menit. Beban diangkat dan dua plat kaca

berlekatan dilepaskan sambal dicatat waktu sampai kedua plat saling

lepas. Standar daya lekat krim yang baik yaitu >4 detik. Pengujian

dilakukan dengan replikasi tiga kali untuk masing-masing formula.

5. Uji pH

Uji pH bertujuan untuk melihat pH pada sediaan, apakah aman

untuk pemakaian pada kulit atau tidak. Keadaan pH harus diatur

sedemikian rupa sehinga tidak mengganggu fungsi membran sel dan tidak

mengiritasi kulit.

6. Viskositas

Diamati untuk mengetahui seberapa besar tahanan dari sedian

mengalir (Remington,1995)

7. Uji Stabilitas

Uji stabilitas dilakukan dengan metode cycling test dengan alat

Climatic chamber. Krim disimpan pada suhu ± 40 0C selama 24 jam dan

kemudian suhu ± 400C selama 24 jam. Pengujian dilakukan selama 6

siklus, dimana tiap siklus diamati perubahan fisik krim meliputi

organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar dan daya lekat (Suryani et al,

2017).
15

E. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan senyawa dari

campurannya dengan menggunakan pelarut tertentu. Pada proses

ekstraksi digunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan sifat dan

tujuan dari ekstraksi. Proses ekstrkasi akan dihentikan bila terjadi

keseimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan

konsentrasi dalam sel tanaman. Pada akhir proses ekstraksi, pelarut akan

dipisahkan dari sampel dengan penyarinya. Isolasi senyawa tunggal pada

ekstrak awalnya sulit untuk dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal

sehingga perlu dilakukan pemisahan fraksi yang memiliki polaritas dan

ukuran yang sama. Pada dasarnya metode ekstraksi ada beberapa

macam di antaranya yaitu maserasi (perendaman), perkolasi, digesti,

infusi, dan dekoksifikasi. Ekstraksi dilakukan dengan pelarut organik

dengan kepolaran yang semakin meningkat secara berurutan. Pelarut

yang digunakan harus memenuhi syarat tertentu yaitu tidak toksik, tidak

meninggalkan residu, harga murah, tidak korosif, aman, dan tidak mudah

meledak (Wientarsih, 2006).

Ekstrak merupakan hasil dari penarikan pearut air atau pelarut

organik dari bahan yang dikeringkan. Ekstak kental dari pelarut organik

diperoleh dari hasil penyarian yang pelarutnya dihilangkan dengan cara

penguapan menggunakan alat evaporator sedangakan ekstrak kental dari

pelarut air diperoleh dari pengilangan total dengan cara liofilisasi

menggunakan alat freeze dryer (Saifudin, 2014).


16

Etanol adalah penyari yang bersifat universal yaitu dapat

melarutkan senyawa polar maupun senyawa nonpolar. Etanol adalah

senyawa yang mudah menguap, jernih (tidak berwarna), berbau khas, dan

menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Etanol mudah menguap baik

pada suhu rendah maupun pada suhu mendidih mudah terbakar, serta

larut air, dan semua pelarut organik. Bobot jenis etanol tidak lebih dari

0,7964. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif dari

pada air. Sukar ditumbuhi mikroba dalam etanol 20% ke atas. Memiliki

beberapa kelebihan lain yaitu tak beracun, netral, absorbsi baik,

bercampur dengan air pada segala perbandingan, memperbaiki stabilitas

bahan obat terlarut, dan tidak memerlukan panas tinggi untuk pemekatan.

Penggunaan etanol sebagai cairan penyari biasanya dicampur dengan

pelarut lain, terutama campuran dengan air (Voight R, 1995).

1. Penyarian

Merupakan pemindahan massa zat aktif yang semula berada

didalam sel, ditarik oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan zat aktif

dalam cairan penyari tersebut. Umumnya penyarian akan bertambah baik

bila permukaan serbuk simplisia makin luas. Oleh sebab itu makin halus

serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Cairan pelarut

dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk

senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif, sehingga senyawa

tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa lainnya, serta

ekstrak hanya mengandung sebagian besar dari senyawa kandungan


17

yang diinginkan dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut yang dipilih

yaitu yang mampu melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang

terkandung (Septiningsih E, 2008).

2. Maserasi

Maserasi merupakan proses ekstraksi simplisia dengan

menggunakan pelarut yang dilakukan beberapa kali pengadukan pada

suhu ruangan (kamar). Prinsip dari maserasi adalah pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan cara

memasukkan serbuk simplisia dan pelarut yang sesuai pada wadah yang

tertutup rapat dan disimpan pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan

bila tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut

dengan konsentrasi dalam sel tanaman dan pelarut akan dipisahkan dari

sampel dengan cara penyaringan. Kekurangan dari metode maserasi ini

adalah pelarut yang digunakan cukup banyak, membutuhkan waktu yang

lama dan kemungkinan besar ada sebagian senyawa yang akan hilang.

Salah satu keuntungan metode maserasi ini adalah tidak merusak

senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).

A. Uraian Bahan

1. Lanolin anhidrat (DIRJEN POM 1979 ; Rowe, 2009)

Nama resmi : Lanolin Anhydrat

Nama lain : Lanolin anhidrat


18

Pemerian : Zat berwarna kuning pucat, manis dengan bau

khas. Lanolin yang meleleh adalah cairan kuning

yang jelas atau hampir jernih

Kelarutan : Bebas larut dalam benzena, kloroform, eter dan

minyak bumi, larut dalam etanol dingin (95%),

lebih larut dalam etanol mendidih (95%), praktis

tidak larut dalam air

Stabilitas : Secara bertahap dapat mengalami autoksidasi

selama penyimpanan. Paparan pemanasan

berlebihan atau berkepanjangan dapat

menyebabkan lanolin anhidrat menjadi gelap

dalam warna dan menimbulkan bau tengik yang

kuat

Inkompatibilitas : Lanolin mungkin mengandung peroksidasi, yang

dapat mempengaruhi stabilitas obat-obatan aktif

tertentu

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik dan

terlindung dari cahaya

Kegunaan : Sebagai basis

2. Asam stearat (FI III, 1979; Rowe, 2009)

Nama Resmi : Acidum Stearicum

Nama Lain : Asam stearate

RM/BM : C18H36O2 / 284.4


19

Pemerian : Zat padat keras mengkilat yang menunjukkan

susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip

lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian

etanol (95); dalam 2 bagian kloroform P dan dalam

3 bagian eter P.

Inkompabilitas : Asam stearat inkompatibel dengan logam

hidroksida dan juga inkompatibel dengan basa,

reduktor dan oksidator.Salep yang dibuat dengan

basis asam stearat dapat mengering karena reaksi

dengan garam-garam seng atau kalsium.

Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan stabil; harus

disimpan wadah di tempat sejuk dan kering.

Penyimpanan : Dalam wadah kering dan sejuk.

Kegunaan : Emulgator

3. Gliserin (FI IV, 1995; Rowe, 2009)

Nama Resmi : Glycerolum

Nama Lain : Gliserin

RM/BM : C3H8O3 / 92,09

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa

manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau

tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.


20

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan ethanol;

tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam

minyak lemak dan dalam minyak menguap.

Inkompabilitas : Gliserin inkompatibilitas jika dicampur dengan agen

pengoksidasi seperti chromium trioxide, potassium

chlorate, atau potassium permanganat. Dalam

larutan encer, reaksi berlangsung lebih lambat

dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk.

Perubahan warna hitam gliserin terjadi pada

paparan cahaya, atau pada kontak dengan zinc

oxide atau basis bismuth nitrat.Sebuah kontaminan

besi dalam gliserin bertanggung jawab terhadap

penggelapan dalam warna campuran yang

mengandung fenol, salisilat, dan tanin.Gliserin

membentuk asam borat kompleks, asam

gliseroborik, yang merupakanasam kuat daripada

asam borat.

Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak

rentan terhadap oksidasi pada suasana di bawah

kondisi penyimpanan biasa, tetapi terurai pada

pemanasan dengan adanya evolusi akrolein

beracun. Campuran dari gliserin dengan air, etanol

(95%), dan propilen glikol secara kimiawi stabil


21

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Humektan

4. Setil alkohol (FI IV, 1995; Rowe, 2009)

Nama Resmi : Alcoholum Cetylicum

Nama Lain : Setil alkohol

RM/BM : C16H34O / 242,44

Pemerian : Serpihan licin, granul, atau kubus, putih; bau khas

lemah; rasa lemah.

Kelarutan : Tidak larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam

eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu.

Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi kuat.

Setil alkohol dapat menurunkan titik leleh ibuprofen.

Stabilitas : Stabil dengan asam, alkali, cahaya dan udara, tidak

akan menimbulkan bau tengik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Emolien

5. Trietanolamin ( FI III, 1979; Rowe, 2009)

Nama Resmi : Triaethanolaminum

Nama Lain : Trietanolamina

RM/BM : C6H15NO3 / 149,188

Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,

bau mirip amoniak higroskopik.


22

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P;

larut dalam kloroform P.

Inkompabilitas : Triethanolamin akan bereaksi dengan asam

mineral terbentuk garam dan ester kristal. Dengan

asam lemak yang lebih tinggi, trietanolamin

membentuk garam yang larut dalam air dan

memiliki karakteristik sabun. Triethanolamine juga

akan bereaksi dengan tembaga untuk terbentuk

garam kompleks. Perubahan warna dan presipitasi

dapat terjadi dikehadiran garam logam

berat.Triethanolamin dapat bereaksi dengan

reagen seperti thionyl chlorideuntuk mengganti

gugus hidroksi dengan halogen. Produk-produk ini

reaksi sangat beracun, menyerupai mustard

nitrogen lainnya.

Stabilitas : Triethanolamin dapat berubah kecoklatan jika

terpapar udara dan cahaya.85% triethanolamin

cenderung bertingkat di bawah 15 OC;

homegeneitas dapat dipulihkan dengan pemanasan

dan pencampuran sebelum digunakan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Emulgator
23

6. Natrium benzoat (Rowe Raymon, 2009).

Nama lain : Natrii benzoas, natrium benzoicum

Rumus molekul : C7H5NaO2

Berat molekul : 144.11 g/mol

Pemerian : Butiran putih atau kristal, sedikitbubuk higroskopis,

tidak berbau, atau dengan aroma benzoin yang

samar dan memiliki rasa manis dan asin yang tidak

menyenangkan.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam

etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%.

Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan senyawa kuaterner, gelatin,

garam besi, garam kalsium, dan garam logam

berat, termasuk perak, timbal, dan air raksa.

Kegunaan : Pengawet

7. Asam benzoat (Rowe Raymon, 2009).

Nama lain : Acidum Benzoicum

Pemerian : Serbuk atau kristal terang, putih, atau tidak

berwarna, tidak berasa dan tidak berbau atau

sedikit berbau seperti benzoin.

Kelarutan : Larut dalam air (1:300) dan sangat mudah larut

dalam minyak

Stabilitas : Bentuk larutannya dapat disterilisasi dengan

autoklaf atau filtrasi


24

Inkompatibilitas : Bereaksi dengan senyawa alkali dan logam berat.

Efektivitas pengawet dapat berkurang akibat

interaksi dengan koalin

Kegunaan : Pengawet

Konsentrasi : 0,01% - 0.5 %

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan disimpan pada

tempat yang kering dan sejuk

8. Tween 80 (Dirjen POM, 1979 ; Dirjen POM, 1995)

Nama Resmi : Polisorbatum 80

Nama Lain : Polisorbat 80, Tween 80

RM/BM : (C11H22)CO6/ 120

Pemerian : Cairan Kental, transparan,tidak berwarna atau

hampir tidak mempunyai warna

Kelarutan : Mudah Larut dalam air, dalam etanol (95%) dalam

Etil asetat, dala methanol

Stabilitas : Stabil dalam atau bila dicampur dengan c

elektrolit, Asam lemah dan basa lemah

Inkompabilitas : Perubahan warna atau pengendapan dapat terjadi

Dalam berbagai bahan terutama fenol dan tannin

Kegunaan : Emulgator

9. Span 80 ( Dirjen POM, 1979 : Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : Sorbitol Monoleat

Nama Lain : Sorbitol Laurate, sorbitol oleat, sorbitol palmitat


25

RM/BM : C3O6H27CL17/ 363

Pemerian : Larutan berbanyak, tidak berwara, bau

Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air, dan

Dapat tercampur dengan alcohol , sedikit larut

Dalam minyak kapas

Stabiitas :Jika di campur denga asam lemah dan basa

lemah

Inkopabilitas : Tidak stabil pada suasana asam atau basa kuat,

Kegunaan : Emulgator

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

10. Novemer®

Nama Dagang : Novemer®

Pemerian : Cairan Kuning

Kelarutan : Larut dalam etanol, larut dalam paraffin, agar sukar

larut dalam minyak sayur terdispersi dalam air

pH : 5,5 – 11,0

Komposisi : Acrylate/acrylamide copolymer 26-28%, mineral

oil 22-24% dan polisorbat 85 1-3%

Kegunaan : Dapat diformulasikan pada suhu rendah, tidak

menggunakan Perhitungan HLB, dapat

mempetahankan kualitas produk di bawah kondisi

penyimpana di percepat stabil pada emulsi yang


26

mengandung bahan aktif berupa elektrolit, dapat

mensuspensikan bahan seperti zink oksida,

memberikan rasa lembut pada kulit, emulsifikasi

yang sangat efisien pada konsentrasi rendah.


27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada 2 Juni sampai 30 September 2021 di

Laboratorium Farmasetika Universitas Islam Makassar dan Laboratorium

Terpadu STIFA Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas laboratorium, alat-

alat volumetrik, Climatic chamber (ICH 110®), hot plate (cimarec®),

lempeng kaca, stamfer, mortir, timbangan analitik (electronic balance®),

viskometer (NDJ-1®), pH meter (LAQUA HORIBA®) rotary evaporator

(Kai®) wadah maserasi dan wadah krim.

Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol daun kersen

(Muntingia calabur L.), air suling, asam benzoat, asam stearat, etanol

96%, gliserin, natrium benzoat, setil alkohol, Span 80® Tween 80®, TEA

(Trietanolamin) dan novemer®

C. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan dan pengolahan Sampel

Sampel diambil dari Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.

Daun kersen yang dipetik diambil pucuk mudanya, dipisahkan dari dahan

dan rantingnya Kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan tanpa terkena cahaya matahari langsung


28

pada suhu ruangan. Daun yang telah kering kemudian dipotong-potong

kecil setelah itu diekstraksi (Sumiana, 2020).

2. Proses Ekstraksi

Simplisia ditimbang sebanyak 500 gram kemudian diekstraksi

dengan metode maserasi. Simplisia yang telah ditimbang dimasukkan ke

dalam wadah maserasi kemudian dituangkan cairan penyarin etanol 96 %

.Setelah itu ditutup dengan aluminium foil lalu ditutup Kembali dengan

tutup wadah maserasi dibiarkan selama 3 x 24 jam pada temperatur

kamar, terlindung dari sinar matahari sambil sesekali diaduk tiap 8 jam

kemudian disaring menggunakan kertas saring yang menghasilkan filtrat

dan ampas. Setelah itu dilakukan Remaserasi sehingga menghasilkan

ekstrak gabungan. Ekstrak gabungan yang diperoleh diuapkan dengan

rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental (Sumiana, 2020).


29

1. Rancangan Formula

Tabel 1. Rancangan Formulasi dan Uji Stabilitas Kersen

Konsentrasi bahan dalam formula gel


Bahan Kegunaan (% b/v)
F1 BF1 F2 BF2 F3 BF3
Ekstrak
daun Zat aktif 0,05 - 0,05 - 0,05 -
Kersen
Lanolin
Basis 2 2 2 2 2 2
anhidrat
Asam
Emulgator 10 10 10 10 10 10
stearate
Gliserin Humektan
Setil alkohol Emolien 3 3 3 3 3 3
Steril alkohol Emolien 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
TEA Emulgator 2 2 - - - -
Natrium 0,2
Pengawet 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
benzoat
Asam 0,2
Pengawet 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
benzoat
Tween 80 Emulgator - - 4,90 4,90 - -
Span 80 Emulgator - - 0,09 0,09 - -
Novemer Emulgator - - - - 1 1
Air suling Pelarut Hingga 100 %

Ket : F1 : Formula emulgator asam stearat dan TEA


BF1 : Formula emulgator asam stearat dan TEA (kontrol)
F2 : Formula emulgator span 80 dan tween 80
BF2 : Formula emulgator span 80 dan tween 80 (kontrol)
F3 : Formula emulgator Novemer
BF3 : Formula emulgator Novemer (kontrol)
30

3. Pembuatan Krim Tabir surya

a. Cara Pembuatan Krim Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia


calabura L.), Dengan Emulgator Stearat-TEA

Ditimbang bahan sesuai perhitungan kemudian dipisahkan

bahan -bahan fase minyak dibuat dengan melebur berturut-turut asam

stearat, setil alkohol, dan asam benzoat dilebur pada suhu 70 oC di atas

hot plate. Suhu dipertahankan pada 70oC kemudian fase air dibuat

dengan cara melarutkan TEA, steril alkohol, gilserin, dan natrium benzoat

dalam air yang telah dipanaskan hingga suhu 70 oC. Krim dibuat dengan

cara menambahkan fase minyak ke dalam fase air sedikit demi sedikit

sambil diaduk hingga terbentuk emulsi yang homogen kemudian ekstrak

digerus dalam mortir dan ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit lalu

diaduk sampai homogen kemudian dimasukan dalam wadah krim.

b. Cara Pembuatan Krim Ekstrak Etanol daun Kersen (Muntingia


calabura L.), Dengan Span 80® -Tween 80®
Ditimbang bahan sesuai perhitungan kemudian dipisahkan bahan

-bahan fase minyak dibuat dengan melebur berturut-turut setil alkohol,

asam benzoat, Span 80, di lebur dalam cawan porselin pada suhu 70 oC

berdasarkan titik leburya. Kemudian fase air dibuat dengan melarutkan,

steril alkohol, Natrium benzoat, gliserin, Twen 80 di larutkan dalam air

suling yang telah di panaskan hingga 70oC kemudian krim dibuat dengan

menambahkan fase minyak kedalam fase air sedikit demi sedikit di aduk

hinga terbentuk emulsi yang homogen kemudian ekstrak digerus dalam

mortir dan ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit lalu diaduk sampai

homogen kemudian dimasukan dalam wadah krim.


31

c. Cara Pembuatan Krim Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia


calabura L.), Dengan Emulgator Novemer

Ditimbang bahan sesuai perhitungan kemudian dipisahkan bahan

-bahan fase minyak dibuat dengan melebur berturut-turut, asam stearat,

asam benzoat, dan setil alkohol di atas hot plate. Suhu di pertahankan

700C . Fase air dengan melarutkan steril alkohol, dan natrium benzoat

dalam air yang telah dipanaskan, kemudian di tambahkan gliserin sambil

diaduk. Dibiarkan sampai mencapai 700C, ditambahkan emulgator

novemer, suhu dipertahankan 70 0C. Emulsi dibuat dengan menambahkan

fase minyak ke dalam fase air lalu diaduk hinga terbentuk emulsi yang

homogen. Ekstrak digerus dalam mortir dan ditambahkan dasar krim

sedikit demi sedikit lalu diaduk sampai homogen kemudian dimasukan

dalam wadah maserasi.

4. Evaluasi Kestabilan Krim

Setiap jenis evaluasi dilakukan sebelum dan setelah kondisi

penyimpanan dipercepat yaitu penyimpanan di climatic chamber pada

suhu 50C dan 350C dengan kelembaban 5% dan 75% secara bergantian

setiap 12 jam (1 siklus) selama 10 siklus (Yoshioka, et al., 2002)

1. Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik meliputi pemeriksaan perubahan warna,

bentuk, dan bau dari sediaan krim Tabir Surya.

2. Uji Homogenitas
32

Krim dioleskan pada sekeping kaca atau bagian transparan lain,

lalu diamati. Sediaan krim dikatakan homogen apabila tidak menunjukkan

adanya yang menggumpal dan tidak terdapat butiran-butiran halus dan

partikel pada sediaan krim atau tidak bercampur (Hernani et al.,2012).

3. Daya Sebar

Kaca transparan diletakan diatas kertas milimeter blok. Pada kaca

tersebut diletakan 1 g krim, kemudian ditutup dengan kaca transpran lalu

dibiarkan selama 1 menit untuk mendapatkan beberapa diameter

penyebaran yang terbentuk. Kemudian dilanjutkan dengan menambahkan

beban diatas kaca transparan tersebut beban 50 g dan diamati diameter

penyebaran yang terbentuk

4. Uji Daya Lekat

Evaluasi ini dilakukan pada semua formula krim tabir surya yaitu,

krim ditimbang sebanyak 0,5 gram dan diletakkan diatas objek glass.

Objek glass kedua diletakkan diatas gelas objek pertama yang telah

diolesi krim, lalu diletakkan beban 500 gram selama 1 menit, setelah itu

dilepaskan bebannya sampai kedua objek glass terlepas bersamaan dan

catat hasilnya

5. Uji pH

Pada pengujian ini alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan larutan

dapar pH 7 dan pH 4. Elektroda pH meter dicelupkan kedalam krim, jarum

pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukan posisi tetap. pH yang

ditunjukkan dicatat ( Tranggono, 2007).


33

6. Uji Viskositas

Pengukuran dilakukan dengan menempatkan sampel dalam

viskometer hingga spindel terendam dan spindel kemudian diatur dengan

kecepatan 60 rpm. Setelah vikometer menunjukan angka yang stabil

hasilnya dicatat (Nutrisia, 2015).

7. Uji Tipe Krim

a. Metode Pengenceran

Krim yang telah dibuat dimasukan kedalam gelas piala kemudian

diencerkan dengan air suling. Jika krim dapat diencerkan maka tipe

emulasinya adalah tipe M/A (Sanjay, 2003)

b. Metode Dispersi Zat Warna

Krim yang telah dibuat dimasukan kedalam gelas kimia kemudian

dimasukan beberapa tetes metilen biru. Jika warna biru segera terdispersi

keseluruh emulsi maka tipe emulsinya M/A.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


34

Krim adalah bentuk sediaan setenga padat berupa emulsi yang

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam

bahan dasar yang sesuwai (mengandung air tidak kurang 60%) dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar ( Anonim, 1995).

Stabilitas merupakan kemampuan suatu produk untuk bertahan

dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan

pengunaan. Faktor lingkungan seperti suhu (temperatur), radiasi, cahaya

udara (terutama oksigen karbondioksidan dan uap air) kelembaban dapat

mempengaruhi stabilitas (Djajadisastra, 2004)

Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan sediaan Krim Tabir

Surya ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L) yang stabil

secara fisik. Formulasi sediaan dimulai dengan mengekstraksi daun

Kersen menggunakan metode maserasi dengan bobot simplisia kering

500 g, volume cairan penyarin 10 L, bobot ekstrak 70 g, persen rendamen

14 %. Proses ini dilakukan dengan tujuan menarik komponen senyawa

yang ada dalam tanaman. Pelarut yang digunakan yaitu etanol 96%.

Pemilihan pelarut etanol 96% karena etanol 96% dapat digunakan untuk

mengekstraksi senyawa flavonoid, alkaloid, antrakuinon, saponin, dan

glikosida. Etanol 96% juga bisa digunakan untuk mengekstraksi senyawa

kimia mulai dari yang kurang polar, semi polar, dan polar agar hasilnya

dapat maksimal. Remaserasi dilakukan sebanyak 2 kali dengan tujuan

penyarian yang dilakukan lebih efisien. Hasil maserasi yang diperoleh


35

ekstrak kental. Ekstrak kental disimpan didalam desikator agar

memperoleh ekstrak kering.

Formulasi sediaan krim pada penelitian ini menggunakan

beberapa emulgator TEA-Stearat, Span ®-Tween® dan Emulgator

Novemer®. Penggunaan beberapa emulgator krim pada penelitian ini

dimaksudkan untuk menentukan emulgator yang paling efektif dari sisi

kestabilan fisik sediaan.

Penggunaan emulgator dalam formulasi krim merupakan faktor

yang sangat mempengaruhi sifat fisik krim yang dihasilkan. Emulgator

yang digunakan adalah Asam Stearat dapat meningkatkan konsistensi

krim sehinga krim tampak lebih kaku (padat), sementara TEA dapat

menurunkan konsistensi krim sehinga krim lebih encer dan mudah dituang

atau digunakan. Pada saat pencampuran dengan asam stearat, TEA juga

akan membentuk garam larut air yang memiliki karakteristik seperti sabun

sehinga akan menstabilkan krim, twen® 80 adalah emulsifying agent larut

air dan Span ® 80 adalah emulsifying agen nonionik yang gugus lipofilnya

lebih dominan sehinga kombinasi kedua surfaktan tersebut mampu

mempengaruhi nilai HLB butuh dari masing-masing surfaktan secara

tunggal pada perbandingan tertentu dan dapat mencapai rentang nilai

HLB krim M/A yang diinginkan. Novemer® yang mengandung acrylate

yang memiliki reaksi netral (Widyah 2016).

Pemilihan emulgator merupakan salah satu faktor penting yang

perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan karena dapat


36

mempengaruhi kestabilan suatu sediaan. Stabilitas sediaan dapat

dipengaruhi oleh penambahan emulgator karena emulgator dapat

menurunkan tegangan permukaan secara bertahap sehinga sediaan

tersebut stabil. Sediaan bisa dikatakan stabil apabila dapat

mempertahankan sifat fisiknya selama penyimpanan (Sutria et al., 2006)

Formulasi dengan mengunakan beberapa bahan tambahan yang

digunakan yaitu Natrium Benzoat (fase air) dan Asam benzoat

(fase minyak) pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur

agar tertahan dalam penyimpanan yang mungkin mengkontaminasi

sediaan, Lanolin Anhidrat sebagai basis bersifat asam lemah yang dapat

diabsorpsi dengan baik di kulit. Steril alkohol dan gliserin (fase air), Setil

alkohol (fase minyak) berfungsi sebagai humektan yang dapat menambah

kelembaban agar tidak terjadi kekeringan dan memberikan sensasi sejuk

pada saat digunakan pada kulit ( Rowe, et al., 2009).

Uji kestabilan yang dilakukan terhadap sediaan krim meliputi

beberapa pengujian salah satunya adalah kestabilan fisik. Pengujian ini

dilakukan untuk melihat kondisi sediaan sebelum dan sesudah

penyimpanan dipercepat, mengingat sediaan krim setelah diproduksi tidak

langsung digunakan dan memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi ketika

penyimpanan, maka perlu dilakukan uji mutu fisik yang meliputi, uji

organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, pengukuran

pH uji viskositas dan tipe krim sebelum dan setelah penyimpanan

dipercepat.
37

Uji stabilitas pada penelitian ini adalah uji stabilitas dipercepat

yang dilakukan dengan menggunakan climatic chamber pada suhu 50C

dan 350C secara bergantian setiap 12 jam (1 siklus) selama 10 siklus

dengan kelembapan 75±5% RH. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh suhu dan kelembapan terhadap krim dalam waktu singkat pada

kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang

biasanya terjadi pada kondisi normal (Yoshioka, et al., 2002).

A. Hasil Penelitian

Tabel 2. Data pemeriksaan uji organoleptik daun Kersen (muntingia


calabura L.) sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.
Formula Formula Replikasi Uji Organoleptik
A B
1 Bau Khas ekstrak Khas ekstrak
F1 2 Warna Hijau keputihan Hijau keputihan
3 Tekstur Lembut Lembut
1 Bau Tidak berbau Tidak berbau
BF1 2 Warna putih Putih
3 Tekstur Lembut Lembut
1 Bau Khas ekstrak Khas ekstrak
F2 2 Warna Hijau keputihan Hijau keputihan
3 Tekstrur Lembut Lembut
1 Bau Tidak berbau Tidak berbau
BF2 2 Warna Putih putih
3 Tekstur Lembut Lembut
4
1 Bau Khas ekstrak Khas ekstrak
F3 2 Warna Hijau keputihan Hijau keputihan
3 Tekstur Lembut Lembut

1 Bau Tidak berbau Tidak berbau


BF3 2 Warna Putih Putih
3 Tekstur Lembut Lembut

Keterangan :
A = Sediaan krim sebelum penyimpanan dipercepat
38

B = Sediaan krim setelah penyimpanan dipercepat


F1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA
F2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan twen
F3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer
BF1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA (kontrol)
BF2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan tween (kontrol)
BF3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer (kontrol).

Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati bau, warna,

dan tekstur. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan melihat terjadinya

perubahan bau, warna, dan tekstur yang dapat mempengaruhi kualitas

karakteristik sediaan krim tabir surya. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan sediaan krim Tabir Surya tidak menunjukkan perubahan

bau, warna, dan tekstur sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat

berarti sediaan tercampur merata yaitu sediaan krim memiliki bau khas

ekstrak, warna hijau keputihan dan tekstur lembut. Demikian halnya

dengan sediaan kontrol tidak ada perubahan yang terjadi sebelum dan

setelah penyimpanan, variasi emulgator bahan tidak mempengaruhi

sediaan. Hal ini membuktikan bahwa sediaan krim tabir surya dispersi

koloid yang baik, tidak terjadi interaksi antara bahan yang satu dengan

bahan yang lain dan dapat dikatakan stabil secara fisik ditandai tidak ada

perubahan struktur pada penyimpanan ( Husnani, 2016)

Tabel 3. Data pemeriksaan homogenitas sediaan krim tabir surya ekstrak


etanol daun kersen (muntingia calabura L.) sebelum dan sesudah
penyimpanan dipercepat.

Uji Homogenitas
39

Formula Replikasi A B
1 Homogen Homogen
F1 2 Homogen Homogen
3 Homogen Homogen
1 Homogen Homogen
BF1 2 Homogen Homogen
3 Homogen Homogen
1 Homogen Homogen
F2 2 Homogen Homogen
3 Homogen Homogen
BF2 1 Homogen Homogen
2 Homogen Homogen
3 Homogen Homogen
F3 1 Homogen Homogen
2 Homogen Homogen
3 Homogen Homogen
BF3 1 Homogen Homogen
2 Homogen Homogen
3 Homogen Tidak homogen
Keterangan :
A = Sediaan krim sebelum penyimpanan dipercepat
B = Sediaan krim setelah penyimpanan dipercepat
F1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA
F2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan twen
F3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer
BF1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA (kontrol)
BF2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan tween (kontrol)
BF3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer (kontrol).

Pengujian homogenitas dilakukan sebelum dan setelah

penyimpanan dipercepat menggunakan alat climatic chamber. Pengujian

homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat

bercampur dengan sempurna atau tidak antar bahan-bahan yang lain

atau melihat adanya pemisahan berupa endapan, butiran-butiran atau

praktikel yang terjadi sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

sediaan krim pada formula emulgator TEA- Stearat, Span®-twen®, tetap

homogen tidak mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena bahan-

bahan yang digunakan telah terdispersi secara merata, kecuali satu


40

formula emulgator Novemer® kontrol terjadi perubahan dan terbentuk

endapan partikel, Perubahan ini dikarenakan Pergantian suhu diruangan

penyimpanan wadah kurang kedap selain itu juga pemilihan emulgator

dan proporsi fase terdispersi sediaan tidak bagus (Alfred et al., 1993)

Tabel 4. Pengujian daya sebar sediaan krim tabir surya ekstrak etanol
daun kersen (muntingia calabura L.) sebelum dan sesudah penyimpanan
dipercepat.

Formula Replikasi Uji daya lekat (detik)

A B
1 6,7 6,8
F1 2 6,7 6,8
3 6,7 6,8
Rata-rata - 6,7 6,8
1 5,9 6,0
BF1 2 5,9 6,1
3 5,8 6,0
Rata-rata - 5,87 6,03
1 7,2 6,6
F2 2 7,2 6,6
3 7,2 6,6
Rata-rata - 7,2 6,6
1 5,7 7,3
BF2 2 5,7 7,3
3 5,7 7,3
Rata-rata - 5,7 7,3
1 4,6 4,4
F3 2 4,6 4,4
3 4,6 4,4
Rata-rata - 4,6 4,4
1 4,5 4,4
BF3 2 4,5 4,3
3 4,6 4,3
Keterangan : Syarat daya sebar krim yang baik adalah 5-7 cm (Gurning Trianti Eliska
Helen, 2016).
Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan

krim untuk menyebar saat dioleskan di kulit dan untuk mengetahui

penyebaran jika diberikan sejumlah gaya sehinga dilakukan mengukuran

luas area penyebaran krim, semakin mudah diratakan pada kulit berarti
41

akan memperluas area kulit yang kontak dengan krim yang berarti

kemungkinan zat aktif untuk diabsorbsi akan makin besar. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu semua memenuhi syarat

kecuali F3 dan BF3 tidak memenuhi persyaratan dengan kisaran nilai 4,3-

4,6 sebelum dan sesudah penyimpanan di percepat sedangkan syarat uji

daya sebar yang baik yaitu 5-7 cm (Gurning Trianti Eliska Helen, 2016).

Berdasarkan hasil pengujian statistik manual mengunakan

metode RAK (Rancangan Acak Kelompok), pada tabel ANAVA diperoleh

hasil F Hitung keragaman kelompok perbedaan variasi emulgator lebih

besar dari F Tabel 5% dan 1% dengan hasil 8,52. Hal ini menunjukan

bahwa perbedaan variasi emulgator mempengaruhi daya sebar formula

krim, sementara F Hitung untuk keragaman perlakuan penyimpanan

dipercepat lebih kecil dari F Tabel pada taraf 5% dan 1% dengan hasil

0,24 yang menunjukan tidak adanya pengaruh penyimpanan terhadap

daya sebar dengan kata lain daya sebar stabil pada keragaman perlakuan

Penyimpanan dipercepat.

Tabel 5. Pengujian daya lekat tabir surya ekstrak etanol daun kersen
(muntingia calabura L.) sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.

Formula Replikasi Uji daya lekat (detik)

A B
1 4,5 4,4
F1 2 4,6 4,7
42

3 4,8 4,6
Rata-rata - 4,63 4,57
1 4,3 4,5
BF1 2 4,4 4,6
3 4,4 4,5
Rata-rata - 4,37 4,53
1 4,8 4,5
F2 2 4,9 4,6
3 4,7 4,7
Rata-rata - 4,8 4,6
1 4,0 4,9
BF2 2 4,0 4,8
3 4,0 4,7
Rata-rata - 4 4,8
1 4,5 4,4
F3 2 4,5 4,8
3 4,6 4,4
Rata-rata - 4,53 4,53
1 4,6 4,6
BF3 2 4,6 4,8
3 4,8 4,9
Rata-rata - 4,67 4,77
Keterangan: Syarat uji daya lekat yang baik untuk sediaan topikal adalah
lebih dari 4 detik (Rachmalia et al., 2016).

Keterangan :
A = Sediaan krim sebelum penyimpanan dipercepat
B = Sediaan krim setelah penyimpanan dipercepat
F1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA
F2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan twen
F3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer
BF1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA kontrol
BF2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan tween kontrol
BF3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer kontrol.

Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui kemampuan

krim melekat pada kulit saat digunakan, semakin lama krim melekat pada

kulit maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan menunjukkan Semua memiliki daya lekat

yang memenuhi persyaratan dan dapat dioleskan pada kulit. Perubahan


43

nilai daya lekat setelah penyimpanan tidak terlalu jauh perbedaanya dan

masih tetap pada persyaratan uji daya lekat (Husnani, 2014).

Berdasarkan hasil pengujian statistik manual mengunakan

metode RAK (Rancangan Acak Kelompok), pada tabel ANAVA diperoleh

hasil F Hitung keragaman kelompok perbedaan variasi emulgator lebih

kecil dari F Tabel 5% dan 1% dengan hasil 0,5. Hal ini menunjukan

bahwa perbedaan variasi emulgator tidak mempengaruhi daya lekat

formula, sementara F Hitung untuk keragaman perlakuan (penyimpanan

dipercepat) lebih kecil dari F Tabel pada taraf 5% dan 1% dengan hasil

0,83 yang menunjukan tidak adanya pengaruh penyimpanan terhadap

daya lekat dengan kata lain daya lekat stabil pada Penyimpanan

dipercepat.

Tabel 6. Pengujian pH tabir surya ekstrak etanol daun kersen (muntingia


calabura L.) sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.

Formula Replikasi Uji pH

A B
1 7,3 7,4
F1 2 7,2 7,4
3 7,3 7,3
Rata-rata - 7,27 7,37
44

1 6,5 6,7
BF1 2 6,4 6,5
3 6,4 6,5
Rata-rata - 6,43 6,57
1 6,3 5,9
F2 2 6,2 5,9
3 5,9 5,7
Rata-rata - 6,13 5,83
1 6,3 5,6
BF2 2 6,9 5,5
3 5,8 6,3
Rata-rata - 6,33 5,8
1 6,2 6,4
F3 2 6,4 6,5
3 6,4 5,5
Rata-rata - 6,33 6,13
1 5,6 5,6
BF3 2 5,9 5,6
3 5,6 5,6
Rata-rata - 5,7 5,6
Keterangan: Syarat uji pH yang baik adalah 4,5-7,5
(Fatmawati et al., 2012).
Keterangan :
A = Sediaan krim sebelum penyimpanan dipercepat
B = Sediaan krim setelah penyimpanan dipercepat
F1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA
F2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan twen
F3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer
BF1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA (kontrol)
BF2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan tween (kontrol)
BF3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer (kontrol)

Pengukuran pH bertujuan untuk melihat apakah sediaan aman

untuk pemakaian pada kulit atau tidak. Hasil pengukuran pH sediaan

dilakukan sebelum dan setelah penyimpanan. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan data yang diperoleh yaitu semua formula

memenuhi persyaratan sedagkan nilai pH yang berubah tidak terlalu jauh

perbedaannya, hal ini disebabkan oleh pengaruh suhu yang berubah-ubah

pada penyimpanan. namun perubahan ini masih pada range pH kulit


45

normal yaitu 4,5-7,5 tidak memberikan efek atau pengaruh yang nyata

terhadap timbulnya iritasi pada kulit (Fatmawati et al., 2012).

Berdasarkan hasil pengujian statistik manual menggunakan

metode RAK (Rancangan Acak Kelompok), pada tabel ANAVA diperoleh

hasil F Hitung keragaman kelompok perbedaan variasi emulgator lebih

besar dari F Tabel 5% dan 1% denga hasil 22,03. Hal ini menunjukan

bahwa perbedaan variasi emulgator mempengaruhi pH formula,

sementara F Hitung untuk keragaman perlakuan penyimpanan dipercepat

lebih kecil dari F Tabel pada taraf 5% dan 1% dengan nilai 0,03 yang

menunjukan tidak adanya pengaruh penyimpanan terhadap pH dengan

kata lain pH stabil pada Penyimpanan dipercepat.

Tabel 7. Pengujian viskositas tabir surya ekstrak etanol daun kersen


(muntingia calabura L.) sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.

Formula Replikasi Uji Viskositas

A B
1 30500 38000
F1 2 30000 38000
3 29500 38000
Rata-rata - 30000 38000
1 69500 68000
BF1 2 69000 67500
3 69500 68000
Rata-rata - 69333,33 67833,33
46

1 29000 35000
F2 2 29000 35000
3 29000 35000
Rata-rata - 29000 35000
1 50000 26000
BF2 2 50500 26000
3 50000 26000
Rata-rata - 50166,67 26000
1 81000 95000
F3 2 81000 95000
3 81000 95000
Rata-rata - 81000 95000
1 89000 98000
BF3 2 89000 98000
3 90000 98000
Rata-rata - 89333,33 98000
Positif
- 42000
(emina)
Keterangan: Syarat uji Viskositas berdasarkan literatur 2000-50000 cPS
(Erwiyani, et al., 2018).
Keterangan :
A = Sediaan krim sebelum penyimpanan dipercepat
B = Sediaan krim setelah penyimpanan dipercepat
F1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA
F2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan twen
F3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer
BF1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA (kontrol)
BF2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan tween (kontrol)
BF3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer (kontrol)

Pengukuran viskositas dilakukan dengan tujuan mengetahui besar

tahanan (kekentalan) yang dihasilkan krim. Pengukuran viskositas

menggunakan alat viskometer NDJ-1 spindel no.4 dengan kecepatan 6

rpm. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sediaan krim pada

FI dan F2 dengan mengunakan ekstrak sebelum dan sesudah

penyimpanan dipercepat memenuhi persyaratan. Sedangkan F3 dan

Formula kontrol tidak memenuhi persyaratan viskositas menurut salah

satu literatur 2000-50000 Cps (Erwiyani, et al., 2018). Dilihat dari


47

penampilan (tekstur) sediaan dan hasil daya sebar layak digunakan di

kulit, ditandai hasil viskositas krim tabir surya yang ada di pasaran dengan

hasil 42000. Perubahan nilai viskositas tidak begitu jauh perbedanya

setelah penyimpanan. Namun perubahan ini perlu dianalisis secara

statistik untuk mengetahui perubahan tersebut berpengaruh signifikan

atau non signifikan.

Berdasarkan hasil pengujian statistik manual mengunakan metode

RAK (Rancangan Acak Kelompok), pada tabel ANAVA diperoleh hasil F

Hitung keragaman kelompok perbedaan variasi emulgator lebih kecil dari

F Tabel dengan hasil 0,8. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan variasi

emulgator tidak mempengaruhi uji viskositas formula, sementara F Hitung

untuk keragaman perlakuan penyimpanan dipercepat lebih kecil dari F

Tabel pada taraf 5% dan 1% dengan hasil 1 yang menunjukan tidak

adanya pengaruh penyimpanan terhadap pH dengan kata lain viskositas

stabil pada Penyimpanan dipercepat.

Tabel 8. Pengujian Tipe Krim Sediaan Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol
Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Sebelum dan Sesudah
Penyimpanan Dipercepat.

Formula Replikasi Uji Tipe Krim

A B
1 M/A M/A
F1 2 M/A M/A
3 M/A M/A
1 M/A M/A
F2 2 M/A M/A
3 M/A M/A
1 M/A M/A
F3 2 M/A M/A
3 M/A M/A
48

1 M/A M/A
FB1 2 M/A M/A
3 M/A M/A
1 M/A M/A
FB2 2 M/A M/A
3 M/A M/A
1 M/A M/A
FB3 2 M/A M/A
3 M/A M/A
Keterangan :
A = Sediaan krim sebelum penyimpanan dipercepat
B = Sediaan krim setelah penyimpanan dipercepat
F1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA
F2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan twen
F3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer
BF1 = Sediaan krim mengunakan emulgator asam stearat dan TEA (kontrol)
BF2 = Sediaan krim mengunakan emulgator span dan tween (kontrol)
BF3 = Sediaan krim mengunakan emulgator novemer (kontrol)

Hasi Pengujian tipe emulsi mengunakan metode uji pengenceran

dan uji dispersi zat warna metilen biru, menunjukan bahwa tipe emulasi

diperoleh sebelum dan sesudah diberi kondisi penyimpanan dipercepat

adalah tipe minyak dalam air. Hal ini sudah sesuai berdasarkan volume

fase terdispersi ( fase minyak) yang digunakan dalam krim lebih kecil dari

fase pendispersi (fase air), sehinga globul-globul minyak akan terdispersi

ke dalam fase air dan membentuk emulsi tipe M/A. Hal lain yang

mempengaruhi tipe emulsi yaitu perbandingan jumlah emulgator dengan

HLB tinggi yang lebih baik banyak digunkan

dibandingkan dengan jumlah emulgator dengan HLB rendah. Metode

pembuatan juga mempengaruhi terbentuknya tipe emulsi, dimana jika fase

minyak dimasukan dalam fase air, maka akan terbentuk emulsi fase

minyak dalam air, begitulah sebaliknya (Lachman, 2008).


49

Hasil pengujian variasi emulgator sediaan krim tabir surya ekstrak

daun kersen berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

sediaan formula krim tabir surya dengan emulgator TEA-stearat, Span-

tween, Novemer ekstrak daun kersen stabil secara fisik Kecuali pada

pengujian Viskositas dengan emulgator Novemer ®. Hal ini dibuktikan pada

pengujian organoleptik, homogenitas, daya sebar,daya lekat, pH dan uji

tipe krim dan perubahan terjadi pada pengujian viskositas sebelum dan

setelah penyimpanan dipercepat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

formula Krim Tabir Surya ekstrak etanol daun kersen

(Muntingia calabura L.) dengan emulgator TEA-Stearat, Span®-tween®

stabil secara fisik, Kecuali emulgator novemer ® tidak stabil pada uji

viskositas.
50

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar dilakukan

penelitian lanjutan uji nilai sun protecting factor (SPF) krim tabir surya

ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L) secara in vitro

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Anief, Moh., 2005. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan
Keempat Belas. Gadjah Mada University Press :Yogyakarta.

Anonim., 1986. Medicinal Herb Index in Indonesia: IndeksTumbuh-


tumbuhan Obat di Indonesia.PT EISEI Indonesia: Yogyakarta
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih
bahasa Ibrahim, F. UI Press: Jakarta.
Alfred, M.: James S., Arthur, C., 1993. Jurnal. Farmasi Fisik, Dasar-dasar
Kimia Fisik dalam ilmu Farmasetik Jilid III.UI Press, Jakarta
51

As-syifaa., J. f., 2019. Formulasi dan uji stabilitas fisik sediaan emulsi
minyak ikan lemuru (Sardinella lemuru), Jurnal Farmasi Universitas
Padjadjaran Juni 2020.
Balsam, M.S., dan Edward Sagarin, 1972. Cosmetics : Science and
Technology. Canada: John Wiley & Sons, Inc.Diakes 2016.
Cefali, L. C:, Ataide J, A., Moriel P:. Foglio MA, Mazzola P. G., 2016.
Plant-based active photoprotectants for sunscreens. Int J Cosmet
Sci. Aug;38(4):346-53.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:.
Jakarta.
Depkes, RI., 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Damogalad, V:, Hosea S. P., 2013. FormulasiKrimTabir Surya EkstrakKulit
Nanas (Ananascomosus L Merr) dan Uji In Vitro Nilai Sun Protecting
Factor (SPF). Pharmacon JurnalIlmiah Farmssasi UNSRAT Vol. 2
No. 2.Manado : Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT.
Dagun, S., M., 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Lembaga
pengkajian kebudayaan Nusantara (LPKN). Jakarta.

Depkes, RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI., 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta:


Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia.

Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Dutra, E., dan Olivera.,D., 2004. Determination Of Sun Protecting Factor


(SPF) of Sunscreen by Ultraviolet Spectrophotometry. Brazilian
Journal Of Pharmaceutical Sciences.

Djajadisastra J, 2005. Teknologi kosmetik. Tangeran: Depertemen


Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

Elmitra. 2017. Buku Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi


Solid. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
52

Fatmawati, Agustina, 2012. Pengembangan perangkat pembelajaran


konsep lingkungan mengunakan model pembelajaran berbasis
sediaan; Jakarta.

Gennaro, A.R., 2000. Remington and Practice of Pharmacy. Philadelphia:


Philadelphia college Pharmacy and Sience.

Gennaro., Alfonso R:, Walter L., 1990. Remington Pharmaceuthical


Sciences, Jurnal 18th Edition, Easton Pennyslvania:Mack
Publishing Company.

Gurning, T. e. H., 2017. Formulasi Sediaan Losio Dari Ekstrak Kulit Buah
Nanas (Ananas Comous L. (Merr) Sebagai Tabir Surya, Manado.
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT

Husnani, Moh. Firdaus Al Muazham, 2016. Jurnal ilmu farmasi


klinik(JIFFK) Optimasi parameter fisik viskositas dan daya lekat
pada basis natrium CMC dan Carbopol 940 pada Gel madu
dengan metode simplex lattice desing, akademi farmasi yarsi
Pontianak.

Hernani, et al.,2012. Aktivitas Antioksidan dan tabir Surya ekstrak etanol


daun stroberi (Fragaria x ananassa A.N.duchesnes) Jurnal dan
sains dan farmasi klinis: Jakarta.

Jenkins, Glenn L., et al. 1957. Scoville’s The Art Of Compounding.


London: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Karina dan Anna., 2012. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Surabaya: CV.
Penerbit Stomata.

Khasanah dan Ismiyyatun, 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanolik


Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Dengan Metode DPPH
(1,1-Difenil-2- Pikrilhidrazil).Journal of Nutrition College.

Kibbe A., 2000. Handbook of pharmaceutical Excipients, 3th Edition.


Washington DC: American Pharmaceutical Association.

Lavi dan Novita. 2012. Sunscreen ForTravellers. Denpasar: Departement


Pharmacy Faculty of Medicine, University of Udayana.

Lachman, L. (2008). Teori dan praktek farmasi industry II. Penerbit UI-
Press. Jakarta.
53

Nutrisia, 2015. Metode ilmu keperawatan: Pendekatan praktis. Edisi


4:Jakarta.

More, B. H:, Sakharawade S.N.; Thembrune S. v.; Sakar D. m., 2013.


Evalution Of Sunscreen Activity Of Cream Containing Leaves
Extract of Butea monosperma for Topical Application. Sudhakarrao
Naik Institute og pharmacy: India

Mutschler dan Ernts, 1991. Dinamika Obat. Mathilda B. Widianto,


penerjemah. Bandung: Penerbit ITB.
Mukhriani, 2014, Ekstrak, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa
Aktif, Jurnal Kesehatan.
Parrot dan Eughene, 1971. Pharmaceutical Technology. USA: Burger
Publishing Technology
Puspitasari.; Anita.; Setyowati.; Dyah, 2018. Evaluasi Karakteristik Fisika
Kimia dan nilai SPF SediaanTabir Surya Ekstrak Etanol Daun Kersen
(Muntinga calabura L.). Jurnal Farmasi. Universitas Wahid Hasyim
Semarang

Pakki, E;Sartina;Rosanny T.; Nur L. M., 2009. Formulasi dan evaluasi


kestabilan fisik krim Antioksidan ekstrak biji kakao (Theobroma
cacao L) Majalah farmasi dan Farmkologi , Vol. 13 No 2, Fakultas
farmasi .Univesitas Hasnuddin, Makassar. Diakes 22 April 2017

Rukmana dan Rahmat, 2003. Jeruk Nipis Prospek Agribisnis, Budi Daya,
dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius

Rowe.; Raymond C.; Paul J. S.; dan M, 2009. Handbook of


Pharmaceutical Excipients. London: Pharmaceutical Press
Sentra, 2005. Efek Ekstrak daunTalok (Muntingia calabura L.) Terhadap
Aktivitas Enzim SGPT pada mencit yang diinduksi Karbon
Tertraklorida. Jurnal Pharm hal. 8-9

Sanjay, B.; Singla D.; and Sakhuja N., 2003 stability Testing Of New
Drung Subtances And Products, ICH Stering Committe. Journal of
appliend Pharmaceutical Science

Shovyana, H. H.; A. dan Karim Zulkarnain 2013. Physical Stability and


Activity of Cream W/O Etanolic Fruit Extract of Mahkota Dewa
(Phaleriamacrocarpha (sheff.)Boerl), as A Sunscreaan. Traditional
Medicine Journal 18(2). Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM
54

Sutria, N.,S. Sastraatmadja dan I.Ishaq, 2006. Kjian system penanaman


Tumpangsari kentang dan seledris di lahan datarn tinggi rancabali,
Kabupateb bandung. Jurnal pengkajian dan teknologi pertanian

Syamsuni,H.A., 2006, Ilmu Resep, Penerbit buku kedokteran EGC:


Jakarta.

Suryani, et al., 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dan R dan D: Bandung.

Saifuddin, A. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo: Jakarta
Septiningsih, E.2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol
70% Daun Pepaya (Carica papaya L) dalam Sedian Gel pada Kulit
Punggung Kelinci New Zealand. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.

Tranggono, R. I. dan Latifah, F., 2007. Buku Pedoman Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Tjitrosoepomo, G. 1991. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada. University


Press: Yogyakarta.

Voight, H., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574,


diterjemahkan oleh soedani, N., Edisi, Yogyakarta, Universitas
Gadjah Mada Press.

Wientarsih, 2006. Pengaruh suhu terhadap viskositas minyak pelumas


(oli). Sainmatika.

Widyah Ismawati S. Herlina Rante, Maria Ulfa, Zulham, Pengaruh


emulgator terhadap stabilitas krim antifungi daun ketepeng, Journal
of pharmaceutical and medicinal sciences: makassar

Zakaria Z. A.; Mustapha S.; Sulaiman M R.; Jais A. M. M., Somchit M. N.,
Abdullah F. C., 2007. The antinociceptive action of aqueous extract
from muntingiacalabura leaves journal: the role of opioid receptors.
Med PrincPracyt. hal.130136

Yunu, F.K,Fredy B, H; Novita A,Putri Y., 2013.Uji Stabilitas Menurut WHO,


CPOB dan ICH Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta

Yoshioka, Sumie dan Valentino J.Stella. 2002, Stability of Drug and


Dosage Forms. New York: Kluwer Academis Publisher

Rachmalia et al, N., l., MUKHLISHAH, n., Sugi, T., Yuwono 2016. Daya
iritasi dan sifat fisik sediaan salep minyak astribunga (Syzigium
aromaticum) Pada Basis Hidrokarbon. Farmasetik
55

Lampiran 1. Skema kerja

Daun kersen

(Muntingia calabura L)

 Dicuci
 Dikeringkan
 Dimaserasi dengan cairan penyari etanol 96%
sebanyak 10 L

Ekstrak daun Kersen

Di rotary evaporator

Ekstrak Kental
56

F1 BF1 F2 BF2 F3 BF3

Uji Stabilitas

Disimpan didalam Climatic chamber pada


suhu 35±5oC dan kelembaban 75±5% RH

Organoleptis Homogenitas pH Viskositas Daya lekat

Daya sebar

Pembahasan

Kesimpulan

Penutup

Lampiran
Gambar 2 2. Perhitungan
: Skema Kerja Ekstrak Etanol Daun Kersen ( Muntingia calabur L).

a. Perhitungan konsentrasi sampel (%)


Sampel daun kersen dengan konsentrasi 500 ppm
500 ppm = 500 mg/L
500 mg/L = 500 mg/1000 ml

0,5 g
0,5 g/1000 ml = x 100 %= 0,05 %
1000 ml

b. Perhitungan Bahan

1. Perhitungan Bahan Formula Asam stearat-TEA (F1)


57

0,05 %
Ekstrak daun Kersen 0,05 % = x 200 gram = 0,1 g
100

10 %
Asam stearat 10% = x 200 gram =
100
20 g

3%
Setil alkohol 3% = x 200 gram = 6 gram
100

10
Gliserin 10% = x 200 gram = 20 gram
100

1,5
Steril alkohol 1,5% = x 200 gram = 3 gram
100

2
TEA 2% = x 200 gram = 4 gram
100

0,2
Natrium benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

0,2
Asam Benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

100
Air Suling ad 100 % = x 200 gram = 200 gram
100

= 200 gram-(0,1+20+6+20+3+

0,4+0,4+4) gram = 53,9 gram

= 200 gram – 53,9 gram

= 146,1 gram = 146 ml

2. Perhitungan Bahan Formula Asam stearat-TEA formula kontrol (BF1)

10 %
Asam stearat 10% = x 200 gram =
100
20 g

3%
Setil alkohol 3% = x 200 gram = 6 gram
100
58

10
Gliserin 10% = x 200 gram = 20 gram
100

1,5
Steril alkohol 1,5% = x 200 gram = 3 gram
100

2
TEA 2% = x 200 gram = 4 gram
100

0,2
Natrium benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

0,2
Asam Benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

100
Air Suling ad 100 % = x 200 gram = 200 gram
100

=200 gram - (20+6+20+3

= 0,4+0,4+4) gram

= 200 gram – 53,8 g

= 146,2 gram = 146 ml

3. Perhitungan Bahan Formula Tween®-Span 80®(F1)

0,05 %
Ekstrak daun kersen 0,05% = x 200 gram = 0,1 gram
100

4,9 %
Tween 80 4,9% = x 200 gram =
100
8,18 gram

0,9
Span 80 0,9% = x 200 gram = 1,8 gram
100

10
Gliserin 10% = x 200 gram = 20 gram
100

3%
Setil alkohol 3% = x 200 gram = 6 gram
100

10
Gliserin 10% = x 200 gram = 20 gram
100
59

1,5
Steril alkohol 1,5% = x 200 gram = 3 gram
100

0,2
Natrium benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

0,2
Asam Benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

100
Air Suling ad 100 % = x 200 gram = 200 gram
100

=200 gram - (0,1+8.18+1.8+20 +

6+20+3+0,4+0,4 =59,88gram

= 200 gram – 59,88 gram


= 140,12 gram = 146 ml

4. Perhitungan Bahan Formula Span 80-tween 80 Kontrol (BF2)

4,9 %
Tween 80 4,9% = x 200 gram =
100
8,18 gram

0,9
Span 80 0,9% = x 200 gram = 1,8 gram
100

10
Gliserin 10% = x 200 gram = 20 gram
100

3%
Setil alkohol 3% = x 200 gram = 6 gram
100

10
Gliserin 10% = x 200 gram = 20 gram
100

1,5
Steril alkohol 1,5% = x 200 gram = 3 gram
100

0,2
Natrium benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

0,2
Asam Benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100
60

100
Air Suling ad 100 % = x 200 gram = 200 gram
100

= 200 gram - (+8.18+1.8+20 +

6+20+3+0,4+0,4) =59,78 gram

= 200 gram – 59,78 gram


= 140,22 gram = 140 ml

5 Perhitungan Bahan Formula Novemer® (FN)

0,05 %
Ekstrak daun kersen 0,05% = x200 gram= 0,1 gram
100

1
Novemer® 1% = x 200 gram = 0,01 gram
100

10
Gliserin 10% = x 200 gram = 20 gram
100

3%
Setil alkohol 3% = x 200 gram = 6 gram
100

1,5
Steril alkohol 1,5% = x 200 gram = 3 gram
100

0,2
Natrium benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

0,2
Asam Benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

100
Air Suling ad 100 % = x 200 gram = 200 gram
100

= 200 gram - (12+0,01+20+6+3 +

0,4+0,4) = 29,51 gram

= 200 gram – 29,91 gram


= 170,09 gram = 170 ml

6. Perhitungan Bahan Formula Novemer® Kontrol (BF3)

1
Novemer® 1% = x 200 gram = 0,01 gram
100
61

10
Gliserin 10% = x 200 gram = 20 gram
100

3%
Setil alkohol 3% = x 200 gram = 6 gram
100

1,5
Steril alkohol 1,5% = x 200 gram = 3 gram
100

0,2
Natrium benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

0,2
Asam Benzoat 0,2% = x 200 gram = 0,4 gram
100

100
Air Suling ad 100 % = x200 gram = 200 gram
100

=200 gram - (0,01+20+6+3 +

0,4+0,4) = 29,81 gram

= 200 gram – 29,81 gram


= 170 gram = 170 ml

c. Perhitungan HLB

Perhitungan jumlah fase minyak

Asam stearat 10 HLB 15

Setil alkohol 3 HLB 15

Steril alkohol 1,5 HLB 14

Total 14,5

HLB Fase Minyak

10
Asam stearat ¿ x 15=10,3
14,5

3
Setil alkohol ¿ x 15=3,10
14,5

1,5
Steril alkohol ¿ x 14=1,44
14,5
62

Total 14,84

Tween 80(15) 10,5

14,84

Span 80 (4,3) 0,2

10,7

Jumlah Emulgator yang di butuhkan

10,5
¿ x 5 %=4,90 %
10,7

0,2
¿ x 5 %=0,09 %
10,7
63

Lampiran 4. Data Statistik

Tabel 9. data hasil pengukuran uji daya sebar rata-rata krim ekstrak daun
kersen sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat
Formula Uji daya Sebar (Kelompok)
Jumlah Rata-rata
(Perlakuan) A B

F1 6,7 6,8 13,5 6,75

BF1 5,87 6,03 11,9 5,95

F2 7,2 6,6 13,8 6,9

BF2 5,7 7,3 13 6,5

F3 4,6 4,4 9 4,5

BF3 4,53 4,33 8,86 4,43

Jumlah 34,6 35,46 70,06 -

Rata-rata 5,77 5,91 - -

A. Perhitungan Faktor Koreksi

Y2
FK =
64

a.b

=70,062 = 4.908.40

4.908,40
FK =
2.6

= 409,03

Keterangan:
Y = Jumlah
a = Konsentrasi / Perlakuan
b = Sampel / Kelompok

B. Perhitungan Jumlah Kuadrat

1. JKT (Jumlah Kuadrat Total)

JKT = T(Yij)2 – FK

JKT = (6,7)2 + (5,87)2 + (7,2)2 + (5,7)2 + (4,6)2 + (4,53)2 + (6,8)2 +


(6,03)2 + (6,6)2 + (7,3)2 + (4,4)2 + (4,33)2 –409,03

JKT = 13,89

2. JKK (Jumlah Kuadrat kelompok)

Tk2
JKK = - FK
a

(Tk12 + Tk22+ Tk32 + Tk42 + Tk52 +Tk62)


JKK = - FK
a

(13,5)2 + (11,9)2+ (13,8)2 + (13)2


(9 )2+ (8,86)2
JKK =
2

842,71
65

JKK = - 409,03
2

JKK = 12,33
3. JKP (Jumlah Kuadrat Perlakuan)

(TPA2) + (TPB2)
JKP = - FK
B

(34,62) + (35,462)
JKP= - 409,03
6

2454,57
JKP = - 409,03
6

JKP = 0,07

4. JKG (Jumlah Kuadrat Galat)

JKG = JKT - JKP – JKK

J KG =13,89-0,07-12,33
JKG = 1,49

C. Perhitungan Derajat Bebas (DB)

a. DB Total (DBT) = Banyaknya pengamatan – 1

= 12 – 1

= 11

b. DB Kelompok (DBK) = Banyaknya kelompok – 1

=6–1
66

=5

c. DB Perlakuan (DBP) = Banyaknya perlakuan – 1

=2–1

=1

d. DB Galat (DBG) = 11 – 5 – 1

=5

D. Perhitungan Kuadrat Tengah (KT)

1. KTP (Kuadrat Tengah Perlakuan)

JKP
KTP =
DBP

0,07
KTP =
1
KTP = 0,07

2. KTK (Kuadrat Tengah Kelompok)

JKK
KTK =
DBK

12,33
KTK =
5
KTK = 2,47

3. KTG (Kuadrat Tengah Galat)

JKG
KTG =
DBG

1,49
KTG =
5
67

KTG = 0,29

E. Perhitungan Faktor Hitung (FH)

KTP
1. FHP =
KTG
0,07
FHP =
0,29
FHP = 0,24

KTK
2. FHK =
KTG

2,47
FHK =
0,29
FHK = 8,52
Tabel 10. hasil analisis varians (anava) uji daya debar sediaan krim
Sumber F. F. Tabel
D
Keragama JK KT Hitun
B 5% 1%
n g
FK 1 409,03 409,03 - - -

12,33 2,47 5,05 10,9


Kelompok 5 8,52s
0 7
6,60 16,2
Perlakuan 1 0,07 0,07 0,24ns
8 6
Galat 5 1,49 0,17 - - -
Total 12 - - -
Keterangan:
s = F-Hitung ≥F-Tabel 5% dan 1% ( Signifikan)
ns = F-Hitung≤ F-Tabel 5% dan 1% ( Non Signifikan)

Tabel 11. data hasil pengukuran uji daya lekat rata-rata krim ekstrak daun
kersen sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat
68

Formula Uji daya Lekat (Kelompok)


Jumlah Rata-rata
(Perlakuan) A B

F1 4,63 4,57 9,2 4,6

BF1 4,37 4,53 8,9 4,45

F2 4,8 4,6 9,4 4,7

BF2 4 4,8 8,8 4,4

F3 4,53 4,53 9,06 4,53

BF3 4,67 4,77 9,44 4,72

Jumlah 27 27,8 54,8 -

Rata-rata 4,5 4,63 - -

A. Perhitungan Faktor Koreksi

Y2
FK =
a.b

=54,82

3.003,04
FK =
2.6

= 250,25

Keterangan:
Y = Jumlah
a = Konsentrasi / Perlakuan
b = Sampel / Kelompok

B. Perhitungan Jumlah Kuadrat

1. JKT (Jumlah Kuadrat Total)


69

JKT = T(Yij)2 – FK

JKT = (4,63)2 + (4,37)2 + (4,8)2 + (4)2 + (4,53)2 + (4,67)2 + (4,57)2 + (4,53)2


+ (4,6)2 + (4,8)2 + (4,53)2 + (4,77)2 – 250,25

JKT = 0,53

2. JKK (Jumlah Kuadrat kelompok)

Tk2
JKK = - FK
a

(Tk12 + Tk22+ Tk32 + Tk42 + Tk52 +Tk62)


JKK = - FK
a

(9,2)2 + (8,9)2+ (9,4)2 + (8,8)2


(9,06 )2+ (9,44)2
JKK = - 250,25
2

250,42
JKK = - 250,25
2

JKK = 0,17
3. JKP (Jumlah Kuadrat Perlakuan)

(TPA2) + (TPB2)
JKP = - FK
B

(272) + (27,82)
JKP= - 250,25
6

1.501,84
JKP = -250,25
6

JKP = 0,05

4. JKG (Jumlah Kuadrat Galat)


70

JKG = JKT - JKP – JKK

J KG =0,53-0,05-0,17

JKG = 0,31

C. Perhitungan Derajat Bebas (DB)

1. DB Total (DBT) = Banyaknya pengamatan – 1

= 12 – 1

= 11

2. DB Kelompok (DBK) = Banyaknya kelompok – 1

=6–1

=5

3. DB Perlakuan (DBP) = Banyaknya perlakuan – 1

=2–1

=1

4. DB Galat (DBG) = 11 – 5 – 1

=5

D. Perhitungan Kuadrat Tengah (KT)

1. KTP (Kuadrat Tengah Perlakuan)

JKP
KTP =
DBP

0.05
KTP =
1
KTP = 0.05
71

2. KTK (Kuadrat Tengah Kelompok)

JKK
KTK =
DBK

0,17
KTK =
5
KTK = 0,034
3. KTG (Kuadrat Tengah Galat)

JKG
KTG =
DBG

0,31
KTG =
5
KTG = 0,06

4. Perhitungan Faktor Hitung (FH)

KTP
1. FHP =
KTG
0.05
FHP =
0,06
FHP = 0,83
KTK
2. FHK =
KTG

0,03
FHK =
0.06
FHK = 0,5

Tabel 12. hasil analisis varians (anava) uji daya lekat sediaan krim.
72

Sumber F. F. Tabel
D
Keragama JK KT Hitun
B 5% 1%
n g
FK 1 250,25 250,25 - - -

0,17 0,03 5,05 10,9


Kelompok 5 0,5ns
0 7

0,05 0,83ns 6,60 16,2


Perlakuan 1 0,05
8 6
Galat 5 0,31 0,06 - - -
Total 12 0,53 - - - -
Keterangan:
ns = F-Hitung ≤F-Tabel 5% dan 1% ( Tidak Signifikan)

Tabel 13. data hasil pengukuran uji pH rata-rata krim ekstrak daun kersen
sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.

Formula pH Rata-rata (Kelompok)


Jumlah Rata-rata
(Perlakuan) A B

F1 7,27 7,37 14,64 7,32

BF1 6,43 6,57 13 6,5

F2 6,13 5,83 11,96 5,98

BF2 6,33 5,8 12,13 6,07

F3 6,33 6,13 12,46 6,23

BF3 5,7 5,6 11,3 5,65

Jumlah 38,19 37,3 75,49 -

Rata-rata 6,37 6,22 - -


73

A. Perhitungan Faktor Koreksi

Y2
FK =
a.b

=75,492

5.698,74
FK =
2.6

= 472,90
Keterangan:
Y = Jumlah
a = Konsentrasi / Perlakuan
b = Sampel / Kelompok

B. Perhitungan Jumlah Kuadrat

1. JKT (Jumlah Kuadrat Total)

JKT = T(Yij)2 – FK

JKT = (7,27)2 + (6,43)2 + (6,13)2 + (6,33)2 + (6,33)2 + (5,7)2 + (7,37)2 +


(6,57)2 + (5,83)2 + (5,8)2 + (6,13)2 + (5,6)2) – 474,90
JKT =478,45-474,90
JKT =3,55

2. JKK (Jumlah Kuadrat kelompok)

Tk2
JKK = - FK
a

(Tk12 + Tk22+ Tk32 + Tk42 + Tk52 +Tk62)


JKK = - FK
a

(14,642 + 132 + 11,962 +


12,132 + 12,462 + 11,32)
74

JKK = - 474,90
2

956,45
JKK = - 470,90
2

JKK = 3,33

3. JKP (Jumlah Kuadrat Perlakuan)

(TPA2) + (TPB2)
JKP = - FK
B

(38,192) + (37,32)
JKP =
6

2.849,77
JKP = - 474,90
6
JKP = 0,07

4. JKG (Jumlah Kuadrat Galat)

JKG = JKT - JKP - JKK


JKG = 3,55-0,07-3,33
JKG = 0,15
C. Perhitungan Derajat Bebas (DB)

1. DB Total (DBT) = Banyaknya pengamatan – 1

= 12– 1

= 11

2. DB kelompok (DBK) = Banyaknya kelompok – 1


75

=6–1

=5

3. DB Perlakuan (DBP)= Banyaknya perlakuan – 1

=2–1
=1
4. DB Galat (DBG) = DBT – DBP --DBK

= 15 – 5 – 1
=5

D. Perhitungan Kuadrat Tengah (KT)

1. KTP (Kuadrat Tengah Perlakuan)

JKP
KTP =
DBP

0,07
KTP =
1
KTP = 0,07

2. KTK (Kuadrat Tengah Kelompok)

JKK
KTK =
DBK

3,33
KTK =
5
KTK = 0,67

KTG (Kuadrat Tengah Galat)

JKG
KTG =
DBG
76

0,15
KTG =
5
KTG = 0,03

E. Perhitungan Faktor Hitung (FH)

KTP
1. FHP =
KTG

0,07
FHP =
0,03
FHP = 2,33

KTK
2. FHK =
KTG

0,67
FHK =
0,03
FHK = 22,03

Tabel 14. hasil analisis varians (anava) uji pH krim tabir surya.
Sumber F. F. Tabel
D
Keragama JK KT Hitun
B 5% 1%
n g

FK 1 - - -
474,90 474,90

3,33 0,67 5,05 10,96


Kelompok 5 22,03s
0 7
6,60 16,28
Perlakuan 1 0,07 0,07 2,33ns
8 5
Galat 5 0,15 0,03 - - -
77

Total 12 - - - -
Keterangan:
s = F-Hitung≥ F-Tabel 5% dan 1% (Signifikan)
ns = F-Hitung ≤ F-Tabel 5% dan 1% (Non Signifikan)

Tabel 15. data hasil pengukuran viskositas rata-rata krim ekstrak daun
kersen sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.
Viskositas Rata-rata (cPS)
Formula (Kelompok) Jumlah Rata-rata
(Perlakuan) A B

F1 30000 38000 68000 34000

BF1 69333,33 67833,3 137166,7 68583,33

F2 29000 35000 325000 162500

BF2 50166,67 26000 76166,67 38083,34

F3 81000 95000 176000 88000

BF3 89333,33 98000 187333,3 93666,67

Jumlah 609833,3 359833,3 969666,7 -

Rata-rata 101638,9 59972,22 - -

A. Perhitungan Faktor Koreksi


Y2
FK =
a.b

= 969666,72

9,4
FK =
2.6

= 0,78
78

Keterangan:
Y = Jumlah
a = Konsentrasi / Perlakuan
b = Sampel / Kelompok

B. Perhitungan Jumlah Kuadrat

5. JKT (Jumlah Kuadrat Total)

JKT = T(Yij)2 – FK

JKT = (30000)2 + (69333,33)2 + (29000)2 + (50166,67)2 + (810000)2 +


(89333,33)2 + (38000)2 + (67833,33)2 + (35000)2 + (26000)2+
(95000)2 + (98000)2 – 0,78

JKT = 0,55

6. JKK (Jumlah Kuadrat kelompok)

Tk2
JKK = - FK
a

(Tk12 + Tk22+ Tk32 + Tk42 + Tk52 +Tk62)


JKK = - FK
a

(680002+137166,72 + 3250002+ 76166,672 +


1760002+ 187333,32 )
JKK =
2

2,00
JKK = - 0,78
2

JKK = 0,22

7. JKP (Jumlah Kuadrat Perlakuan)

(TPA2) + (TPB2)
JKP = - FK
B
(609833,32) + (359833,32)
79

JKP =

6
5,01
JKP = - - 0,11
6

JKP = 0,05

8. JKG (Jumlah Kuadrat Galat)

JKG = JKT - JKP – JKK

J KG =0,55-0,05-0,22
JKG = 0,28

C. Perhitungan Derajat Bebas (DB)

a. DB Total (DBT) = Banyaknya pengamatan – 1

= 12– 1

= 11

b. DB Kelompok (DBK) = Banyaknya kelompok – 1

=6–1

=5

c. DB Perlakuan (DBP) = Banyaknya perlakuan – 1

=2–1

=1

d. DB Galat (DBG) = 11– 5 – 1

=5

D. Perhitungan Kuadrat Tengah (KT)

4. KTP (Kuadrat Tengah Perlakuan)

JKP
80

KTP =
DBP

0,05
KTP =
1
KTP = 0,05
5. KTK (Kuadrat Tengah Kelompok)

JKK
KTK =
DBK

0,22
KTK =
5
KTK = 0,04

6. KTG (Kuadrat Tengah Galat)

JKG
KTG =
DBG

0,28
KTG =
5
KTG = 0,05

E. Perhitungan Faktor Hitung (FH)

KTP
3. FHP =
KTG

0,05
FHP =
0,05
FHP = 1

KTK
4. FHK =
KTG
81

0,04
FHK =
0,05

FHK = 0,8

Tabel 16. Hasil Analisis Varians (Anava) Uji Viskositas Sediaan Krim
Sumber F. F. Tabel
D
Keragama JK KT Hitun
B 5% 1%
n g
FK 1 0.11 - - - -

0,22 0,04 5,05 10,9


Kelompok 5 0,8ns
0 7
6,60 16,2
Perlakuan 1 0,05 0,05 1ns
8 6
Galat 5 0,28 0,05 - - -
Total 12 0,55 - - - -
Keterangan:
ns = F-Hitung ≤F-Tabel 5% dan 1%(Tidak Signifikan)
ns = F-Hitung≤ F-Tabel 5% dan 1% (Tidak Signifikan)

Lampiran 4: Gambar
82

Gambar 4. Simplisia Daun Kersen (Muntingia calabura L.)

Gambar 5. Ekstrak Daun Kersen Muntingia calabura L.)

Sumber : Google Maps, 2021


Gambar 6. Lokasi Pengambilan Sampel daun Kersen
83

A B

C D

Gambar 7. Sediaan Krim Ekstrak daun Kersen (Muntingia calabura L.)


A. TEA+Aasam stearat tanpa ekstrak
B. TEA+Asam stearat + ekstrak
C. Span dan twen tampa ekstrak
D. Span dan twen + ekstrak
84

A B

Gambar 8. Sediaan krim ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.)


A. Span dan tween tanpa ekstrak
B. Span dan twen + ekstrak
C. Novemer tanpa ekstrak
D. Novemer + ekstrak
85

A B

C D

Gambar 9. Uji Sedian ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.)


A. Uji homogenitas
B. Uji daya sebar
C. Uji daya lekat
D. Uji pH
86

A B

C D

Gambar 10. Uji Sedian Ekstrak daun Kersen (Muntingia calabura L.)
A. Uji viskositas
B. Climatic Chamber
C. Uji tipe krim motode pengenceran
D. Uji Tipe Krim metode dispersi zat warna

Anda mungkin juga menyukai