DRAFT PROPOSAL
Nama : Riski
NIM : 17062014006
Kab. Bone
terpuji lainnya.
teknologi informasi terdapat segi positif maupun sisi negatif yang ditimbulkan
oleh kemajuan IPTEK pada anak-anak. Era digital tersebut cukup mengurangi
apa yang sehaharusnya tercermin pada karakter anak sewajarnya. Dampak yang
tampa melalui prosesnya, Melihat hal tersebut merupakan tanggung jawab para
orang tua, pendidik, masyarakat, bahkan bangsa dan Negara dalam menjaga
anak-anaknya.
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
yang demokrasi dan serta bertanggung jawab.1
Undang-Undang tersebut sudah jelas dikatakan bahwa pendidikan di
peradaban bangsa dan beberapa poin-poin yang telah disebutkan. Hal tersebut
Wilayah kognisi yang hanya menekankan pada pengetahuan saja tidak berjalan
tampa diimbangi dengan karakter atau budi pekerti untuk menjalankan ilmu
tersebut.
kognitif telah dikembangakan secara benar maka aspek afektif akan ikut
tersebut perlu kita memperhatiakn semua aspek yaitu kognitif, afektif, dan
Islam selalu disalahkan dari sikap para siswa yang sudah mulai melenceng dari
transisi yaitu anak menjadi remaja antara usia 13-15 tahun sekitar massa
menempuh sekolah menengah pertama. Pada masa ini anak mengalami masa
krisis mulai timbul kritik pada dirinya sendiri serta lingkunganya. Tetapi
terkadang bersifat lebih subjektif, di mana masa ini anak-anak atau remaja
pembentukan karakter harus dilakukan secara teratur terarah agar siswa dapat
mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor penunjang yang
tersediah dan terlaksana dengan baik, seperti tenaga pengajar dan staf-staf lain di
lingkungan sekolah.
Dalam proses pendidikan tentunya tidak terlepas dari seorang guru, karna
ia adalah kunci pendidikan. Artinya, jika guru sukses, maka kemungkinan besar
murid-muridnya akan sukses. Guru adalah figur inspirator dan motivator murid
dalam mengukir masa depanya.3 Pendidikan Agama Islam juga sangat perperan
dalam usaha membentuk manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
bernegara.
3
Jamal Ma’mur Asmani, Tips menjadi guu inspiratif, kreatif, dan inovatif, (Jogjakarta:
Diva Press, 2015), h. 17.
4
karakter pada siswa. Guru sebagai suri tauladan bagi siswa-siswanya dalam
memberi contoh karakter yang baik sehingga bisa mencetak generasi baik pula.
terdapat beberapa siswa yang menunjukkan perilaku kurang terpuji, ada yang
kebanyakan perilaku siswa tersebut muncul karena pengaruh dari teman, ataupun
dari lingkunganya.
Hal terebut sangat erat dengan pembentukan karakter sisiwa. jika karakter
yang demikian dibiarkan begitu saja pada siswa maka seterusnya siswa akan
bersikap seperti itu saja dan sulit melakukan perubahan, terlebih lagi karakter
karakter yang tidak baik (buruk) akan memengaruhi teman lainnya. Upaya dari
Selain itu guru memberikan tugas kepada siswanya agar terdidik jiwa yang
Dengan adanya karakter siswa yang kurang tertata dengan baik dan sangat
memerlukan peranan guru, terlebih pada guru Pendidikan Agama Islam yang
dengan cara baik. Maka peneliti ini dilakukan agar peneliti dapat belajar dengan
5
baik ketika menjadi seorang guru untuk membentuk karakter siswa dari
Peneliti menekankan pada peranan guru karena guru dalam dunia pendidikan atau
B. Rumusan masalah
memahami judul skripsi ini, maka perlu di jelaskan pengertian judul dan definisi
1. Pengertian judul
6
masyarakat. (kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 845) “peranan adalah bagian
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.5
watak atau kebiasaan seseorang yang telah dimiliki sejak lahir dan merupakan
suatu yang pembeda dari setiap individu. Karakter biasanya kita dapat
Siswa adalah setiap yang menerimah pengaruh atau arahan dari seseorang
Tahun 2003 tentang siswa pendidikan nasional adalah anggota msyarakat yang
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian peserta didik
adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-
2. Definisi Oprasional
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 845.
5
Wina Sanjaya, Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Guru dan
Dosen, (Cet. III: Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 3.
6
Rosyadi Rahmat, Pendidikan Islam dalam Pembentukan karakter Anak Usia Dini
(Konsep dan Praktek PAUD Islam), Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.13.
7
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h. 23.
7
atau usaha seorang pendidik atau guru menanamkan nilai-nilai karakter yang baik
1. Tujuan Peneliti
karakter siswa Mts Amar Ma’ruf Marara Kec. Bontocani Kab. Bone.
2. Manfaat Peneliti
pendidikan karakter.
E. Tinjauan Pustaka
8
1. Peranan Guru
keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
dilakukan orang di luar kependidikan Itulah sebabnya jenis profesi ini paling
suatu peristiwa”.9
Peran dalam hal ini adalah peran guru dalam pembentukan karakter.
Peranan pokok guru yaitu mengajar, mendidik dan mengajar adalah belajar.
itu dan terus menerus menumpuk pengetahuan yang telah dimilikinya, akan
tetapi guru harus mengikuti dan menyesuaikan diri dengan teknologi yang
e) Guru sebagai pribadi yaitu harus memilii sifat-sifat yang disenangi oleh
murid-muridnya.
h) Guru sebagai pembangunan yaitu guru baik sebagai pribadi maupun sebagai
secara optimal.
Selain itu, beberapa tugas dan perana guru yang cukup berat dan perlu
a) Seorang guru haruslah menjadi model sekaligus menjadi mentor dari siswa
10
Oemar Hamanik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 124
10
Dengan melihat peranan dan tugas guru di atas menjadikan peranan guru
untuk menanamkan pendidikan karakter peserta didik itu sangat penting dan
11
Thomas Liekona dan Nurul Zuriah, Pendidikan moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 105-108.
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 74.
11
e) Guru sebagai pribadi yang baik yaitu harus memiliki sifat-sifat yang
cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghubungkan sekolah dengan
masyarakat.
h) Guru sebagai pembangunan yaitu guru baik sebagai pribadi maupun sebagai
b. Strategi Guru
tujuan pendidikan.
12
umum, metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang ditempuh
metode memiliki makna yang sama. Untuk itu peneliti akan menjelaskan strategi
atau metode Guru dalam pembentukan karakter siswa antara lain: a) hiwar, b)
Metode hiwar adalah percakapan sili berganti antara dua pihak atau lebih
memiliki Tanya jawab mengenai suatu topik dan dengan sengaja diarahkan
Menurut kamus Ibnu Mazur, kisah mengandung arti potongan berita yang
masa lalu. Kisa qur’ani merupakan suatu cara dalam mendidik agar beriman
kepada Allah. Maka dengan adanya metode kisah dan cerita sesorang anak
13
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja
Rosdakaryan Offset, 2013), h. 13-15.
14
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Iplementasi, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 87.
13
amtsal ini hampir sama dengan metode kisah, yaitu dengan berceramah atau
membaca teks.
e) Pembiasaan
Menurut para pakar, metode ini sangat efektif dalam rangka pembinaan
f) Targhib wa tarhib
disertai dengan bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan.
pembentukan karkter di sekolah ada enam metode yang bisa dilakukan oleh guru.
Metode atau strategi tersebut harus dilakukan harus dilakukan secara terintegrasi
2. Pembentukan Karakter
b. Pengertian karakter
seseorang yang telah dimiliki sejak lahir dan merupakan suatu yang membedakan
setiap individu. Karakter biasanya menunjukan kualitas dari mental atau moral
hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik,
jujur, bertanggung jawa, menghormati hak orang tua, kerja keras dan sebagainya.
lembek jika tidak dilatih. Dengan latihan demi latihan ma otot-otot karakter
menjadi kuat dan akan mewujud menjadi kebiasaan. Orang yang berkarakter
tidak melaksanakan sesuatu aktifitas karna takut akan hukuman, tetapi karena
mencintai kebaikan. Karena cinta itulah, maka muncul keinginan untuk berbuat
baik. Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya
16
Rosyadi Rahmat, Pendidikan Islam dalam Pembentukan karakter Anak usia Dini
(Konsep dan Praktek PAUD Islami), (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 13.
17
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Jakarta: Alfabeta,
2012), h. 23-24.
15
merupakan tingkah laku yang dilandasi dengan sifat yang melekat pada diri
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tampa ada pemikiran lagi
karena sudah tertanam dalam pikiran, dengan kata lain, keduanya dapat disebut
dengan kebiasaan. Apabila siswa berprilaku tidak jujur, tentu orang tersebut telah
moral atau akhlak. Dengan penerapan pendidkan karakter faktor yang harus
manusia yang baik, dan hal itu sama sekali tidak terkait dengan angka dan nilai.
pendidikan nilai yakni penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari budaya
bangsa Indonesia.
c. Nilai-nilai Karakter
16
dengan karakter budaya bangsa perlu diperhatiakn dan perlu tanamkan untik
Tabel 1
Nilai karakter yang dikembangkan di sekolah
18
Ibid, h. 33-35.
17
atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) karena
karakter anak.
disistematis di atas sangat sulit, terutama bai sebagian orang tua yang terjebak
pada rutinitas yang padat. Karena itu, sebaliknya pendidikan karakter juga perlu
diberikan saat anak-anak masuk dilingkungan sekolah, terutama sejak play group
dan taman kanak-kanak. Disinilah para guru, yang dalam filosofi jawa dissebut
digugu dan ditiru menjadi ujung tombak di lingkungan sekolah, yang berhadapan
Anas Salahudin dan Irwanto, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasisi Agama, dan Budaya
19
Bangsa), h. 57.
18
1. Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
perilaku.
5. Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada
Dalam Bahasa Indonesia metode berarti cara yang telah teratur dan
terpikir untuk mencapai suatu maksud.20 Dalam Bahasa Arab metode dikenal
untuk melakukan suatu pekerjaan.21 Ada beberapa metode dari para ahli yang
a. Metode dokmatis: yaitu metode untuk megajarkan nilai kepada peserta didik
itu sendiri.
20
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 89.
21
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 3.
19
tersaebut.22
pembentukan karakter peserta didik di sekolah ada tiga metode yang bisa
dilakukan yaitu metode dokmatis, metode deduktif, dan metode induktif yang
dilakukan secara terintegrasi dan teratur dalam semua bidan. Khususnya di Mts
moral, budi pekerti dan etika manusia. Dari sekian banyak faktor tersebut, para
ahli menggolongkan ke dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.23
karakter dari dalam diri idividu sendiri. sedangkan faktor ekstern adalah faktor
22
Zubaidi, Desain Pendidikan Islam Karakter (Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan), (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 231-232.
23
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 19.
20
menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu da
tidak didahului latihan perbuatan itu. Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat
kehinaan, tetapi dapat juga mengangkat kepada derajat yang tinggi (mulai), jika
Kemauan ialah kemauan yang melangsungkan segala ide dan segala yang
baik. Suara hati dapat terus di didik dan dituntun akan menaiki jenjang kekuatan
rohani.
e. Keturunan
menyerupai orang tuanya bahkan nenek moyang nya, sifat yang diturunkan itu
dari luar. Selain faktor intern yang dapat mempengaruhi karakter juga terdapat
a. Pendidikan
akhlak, dan etika seseorang sehingga baik dan buruknya akhlak seseorang
b. Lingkungan
selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga dengan alam sekitar.
Itulah sebabnya manusia harus bergaul dan dalam pergaulan itu saling
Adapun faktor intern dan ekstern yang tertera di atas akan berkembang
secara baik jika semua pihak mendukung. Tetapi yang menjadi penghambat
dalam pembentukan karakter adalah media masa, TV, internet, dan lain-lain.
Alat-alat komunikasi ini akan berpengaruh pada karakter peserta didik yang
kadang sangat berlainan dengan nilai yang ditanamkan di sekolah. Begitu besar
pengaruh media sehinggah sering kali membuat pengaruh sekolah tidak kuat
bahkan kalah.
24
Ibid, h. 21-22.
22
proses pendidikan.
pembentukan watak.
yang sangat penting, selain itu untuk menjadikan kepribadian seseorang supaya
pembentukan karakter
karakter dari dalam individu sendiri. Tampa adanya dorongan yang dapat
mengubah individu tersebut dari diri sendiri kea rah yang lebih baik, itupun akan
26
Ibid, h. 9.
24
berkembang secara baik jika semua pihak mendukung. Tetapi yang menjadi
perlu di garis bawahi pengaruh media massa. Alat-alat komunikasi ini setiap hari
mengenalkan nilai tertentu yang kadang berlainan dengan nilai yang ditanamkan
media massa seperti televise, internet, tabloid, koran, dan majalah. Mediah
sehari-hari baik dalam bentuk kisah nyata maupun dramatisasi sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki. Media televise juga sebgai media massa yang paling
popular dan digemari oleh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan remaja.
Media televise tidak hanya mengajarkan tingkah laku, tetapi juga tindakan
memebantu tugas guru dan orang tua dalam menanamkan pembentukan karakter
jika ada faktor penghambat tentunya ada pula faktor pendukung atau
a. faktor insting (naluri) Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan
manusia di motivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh insting seseorang
kebiasaan. Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
perhatian.
d. salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak
sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan dimana seseorang
berada.28
Jika peneliti cermati dari penjelasan di atas tersebut, sebenarnya ada dua
memebimbing hati nurani siswa agar berkembang lebih positif secara bertahap
kedalam pribadi siswa. Seiring dengan itu, pendidikan budi pekerti juga mengikis
dan menjauhkan siswa dari sifat-sifat dan nilai-nilai buruk. Hasil yang
4. Siswa
a. Pengertian Siswa
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 29
28
Zubaedi, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan,
(Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011), h. 177-182.
29
Republik Indonesia, Loc.Cit, h. 65.
27
Dengan demikian siswa atau peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan
untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.
pendidikan nasional. Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia
tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang
menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan
peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan
proses pendidikan.31 Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi
pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada
dengan bakat, minat, dan kemampuanya agar tumbuh dan berkembang dengan
baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh
pendidiknya.
30
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 205.
31
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), h. 121.
32
Peraturan Menteri Agama Indonesia Nomor 90 Tahun 2013, Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Madrasah, (Jakarta: 2013), h. 7.
28
Ada baiknya setiap guru mengetahui tipe belajar siswa agar kegiatan
efisien. Pada umumnya, ada tiga tipe belajar siswa (1) visual, di mana dalam
belajar, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati,
(2) auditori, di mana siswa lebih muda belajar dengan mendengarkan, dan (3)
melakukan.
Pengetahun tipe belajar siswa ini akan bermanfaat bagi guru dalam
sehingga pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan efisien. Akan tetapi,
dapat diterapkan pada ketiga tipe belajar siswa tersebut secara simultan.33
faktor penyebab kesulitan belajar dalam dua golongan atau dua kelompok.
a) Faktor Fisiologis
33
Marno dan M. Idris, Strategi, Metode dan Teknik Mengajar, (Jogjakarta, 2017), h. 149.
29
siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya
b) Faktor Psikologis
pelajaran yang rendah, minat belajar yang kurang, motivasi yang rendah,
kondisi kesehatan mental yang kurang baik, serta tipe khusus siswa dalam
belajar.
Faktor ekstern yang menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa
sebagai berikut.
a) Faktor-Faktor Nonsosial
Faktor nonsosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat
berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan
kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang layak,
kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa,
sebagainya.
b) Faktor-Faktor Sosial
belajar pada siswa seperti faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan
terhadap proses belajar siswa seperti cara mendidik anak dalam keluarga,
pola hubungan orangtua dengan anak, hubungan sesama saudara, dan faktor
cara orangtua membimbing siswa dalam belajar. Selain itu, kondisi keluarga
yang lain juga dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa, yaitu suasana
d. Kebutuhan Siswa
bawah ini:
1. Kebutuhan Jasmaniah
Hal ini berkaitan dengan tuntunan siswa yang bersifat jasmaniah, entah
yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olah raga menjadi materi
2. Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesame siswa dan guru serta
orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak
didik/siswa. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para
bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status
sosial dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat menciptakan suasana kerja
sama antar siswa dengan suatu harapan dapat melahirkan suatu pengalaman
belajar yang lebih baik. Sebab kalua tidak hati-hati, justru akibat pergaulan
34
Muhammad Irham & Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan, (Jogjakarta, 2017), h.
265-266.
31
3. Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu
pengetahuan. Mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi
atau yang lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan, kalua ingin
mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu yang penting, bagaimana
Misalnya dalam kelompok IPS diberi kesempatan untuk mengambil minor yang
lain, atau mungkin ada pelajaran pilihan (misalnya dalam soal keterampilan), atau
F. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
teori dan kondisi lapangan dan bentuk deskripsi, penelitian kualitatif ini suatu
32
mengetahui cara pandang obyek penelitian lebih mendalam yang tidak bisa
terperinci melalui Bahasa yang tidak berwujud angka nomor/angka. Dengan jenis
lapangan.
data empiris.37
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
35
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 54.
36
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 157.
37
Masyhuri dan Zainudin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
(Bandung: Refika Aditama, 2011), h.20.
33
Pembentukan Karakter Siswa Mts Amar Ma’ruf Marara Kec. Bontocani Kab.
Bone.
b. Lokasi Penelitian
2. Sumber Data
sumber data, dapat berupa benda gerak, manusia, tempat dan sebagainya”. 39
Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, maka sumber
yang dapat dikumpulkan oleh peneliti untuk keperluan penelitian yang dimaksud.
Dilihat dari sumbernya, data dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
Data primer adalah data utama yang diperoleh peneliti dalam melakukan
penelitian. Yang termasuk dalam data primer adalah data kepustakaan dan data
diperoleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama, data sekunder berupa
38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D), (Bandung: Alfabeta, 2009), h.7.
39
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h.21.
34
dalam penelitian dengan tujuan memperoleh data yang dibutuhkan dengan tepat.
Data adalah informasi yang dapat melalui pengukuran tertentu, untuk digunakan
fakta itu sendiri adalah kenyataan yang telah di uji kebenarannya secara
empirik.40
a. Observasi
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu participant observation (observasi berperan serata) dan non
b. Wawancara
ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan
40
Abdurahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2011), h.104.
41
Ibid, h.145.
35
dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun jenis
1) Wawancara Terstruktur
yaitu untuk memperoleh data yang berkenaan dengan peranan Guru dalam
c. Dokumentasi
mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D), (Bandung: Alfabeta, 2009), h.138-140.
43
Suharismi Arukunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), h.274.
36
sekolah, yaitu sejarah berdirinya Mts Amar Ma’ruf Marara, data pendidikan/guru,
visi dan misi sekolah, dan kondisi sarana prasarana Mts Amar Ma’ruf Marara.
4. Subyek Penelitian
a) Kepala sekolah sebagai sumber informasi data secara umum dan menyeluruh
c) Siswa Mts Amar Ma’ruf Marara sebagai sasaran informasi mengenai proses
induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Ma’mur Jamal, Tips menjadi guru inspiratif, kreatif, dan inovatif,
Jogjakarta: Diva Press, 2015.
Abd Rahman, Getteng, Menuju Guru Profesional dan Ber-etika, Yokyakarta: Grha
Guru, 2005,
Liekona, Thomas dan Zuriah Nurul, Pendidikan moral dan Budi Pekerti Dalam
Perspektif Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
KOMPOSISI BAB
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
A. Peran Guru
B. Pembentukan karakter
karakter
D. Siswa
C. Subyek Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran