Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOSEROLOGI I

PEMERIKSAAN C-REACTIVE PROTEIN

Nama :Anak Agung Istri Dyah Maheswari

NIM :18071009

Kelompok :2

Hari / Tanggal : Kamis, 14 Desember 2019

Dosen Pengampu : Ayu Saka Laksmita W. S.Si., M.Si

: Desak Putu Risky Vidika Apriyanthi. S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR

2019
PRAKTIKUM IV

PEMERIKSAAN C-REACTIVE PROTEIN

I. TUJUAN
Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan C-Reaktive Protein
secara kualitatif didalam serum pasien.

II. DASAR TEORI

Peradangan atau inflamasi adalah proses patologis yang merupakan respon


dari sel dan dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Neutrofil merupakan garis
pertahanan pertama dalam tubuh apabila ada kerusakan jaringan atau ada benda
asing yang masuk ke dalam tubuh. Peradangan merupakan suatu reaksi pelindung
jaringan ikat vaskuler terhadap rangsangan yang bersifat merusak, termasuk
infkesi (Suryanto, 2002).

C-Reaktive Protein atau CRP adalah protein fase akut yang dikeluarkan dalam
sirkulasi sebagai respon terhadap peradangan dan kerusakan jaringan. CRP
disintesis oleh hepatosit di bawah kontrol transkripsi sitokin inflamasi, khususnya
interleukin 6 (IL-6). Gen CRP manusia terletak pada kromosom 1. Kadar CRP
akan meningkat tajam di dalam serum saat 6 jam setelah terjadinya inflamasi dan
selama proses inflamasi sistemik berlangsung. Kadar CRP dalam serum dapat
meningkat dua kali lipat sekurang-kurangnya setiap 8 jam dan mencapai
puncaknya setelah kira-kira 48-72 jam. Setelah diberikan pengobatan yang efektif
dan rangsangan inflamasi hilang, maka kadar CRP akan turun atau menghilang
secepatnya seiring dengan proses kesembuhan (Nakou, 2010)

CRP bertindak sebagai opsonin untuk bakteri, parasit, dan kompleks imun,
mengaktifkan komplemen jalur klasik. CRP juga merupakan indikator yang
sensitif dari adanya peradangan. Hasilnya sangat mendukung adanya peradangan
tetapi tidak memiliki spesifisitas diagnostik. CRP bila digunakan dengan benar
memiliki peran penting dalam identifikasi peradangan dan infeksi dalam
pengelolaan pasien medis akut. (Kelly,et al 2009).
III. ALAT DAN BAHAN

Alat:

1. Slide
2. Mikropipet
3. Tip kuning
4. Batang pengaduk
5. Rotator

Bahan:

1. Serum sampel
2. Latex dengan anti CRP

IV. CARA KERJA

1. Slide diletakan pada bidang horizontal dan rata


2. Botol reagen yang berisi latex digoyang dengan rotator selama 20 menit
agar homogen
3. 50 mikroliter latex diambil dengan masukan dalam slide
4. 50 mikroliter serum diambil dengan mikropipet, diteteskan di samping
latex
5. Serum dan latex dicampurkan perlahan dengan batang pengaduk
6. Slide digoyangkan pada rotator selama 5 menit
7. Hasil dibaca dengan melihat ada tidaknya aglutinasi
V. DATA PENGAMATAN

VI. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini dilakukan pemeriksaan CRP secara kualitatif lateks


aglutination. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya antigen
CRP di dalam serum. Pemeriksaan CRP memiliki sensitivitas yang sangat baik
nanum merupakan uji yang tidak spesifik. Prinsip dari pemeriksaan CRP adalah
antigen CRP di dalam serum akan bereaksi secara imunologis dengan antibodi
anti-CRP di dalam partikel lateks sehingga akan terjadi aglutinasi. Reaksi
aglutinasi menunjukkan adanya antigen CRP di dalam sampel serum yang
diperiksa dan secara klinis menunjukkan kemungkinan adanya reaksi peradangan
(Wahab, 2002)

Pada percobaan dengan serum sampel, setelah dilakukan analisa ternyata tidak
terdapa aglutinasi, setelah dilihat di mikroskop juga tidak menjukan adanya
aglutinasi. Hasil yang diperoleh bisa saja tidak akurat, karena saat praktikum
reagen latex yang digunakan sudah kadaluarsa, sehingga bisa saja memengaruhi
hasil praktikum9 (Gandasoebrata,2007)

Pemeriksaan CRP didahului dengan pemeriksaan secara kualitatif.


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui secara kasar ada tidaknya antigen
CRP di dalam sampel serum yang diperiksa. Jika dalam pemeriksaan CRP secara
kualitatif diperoleh hasil positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan secara
semi-kuantitatif untuk menentukan kadar CRP di dalam sampel serum tersebut.
Karena pada sampel yang praktikan uji secara kualitatif didapatkan hasil negative
maka tidak perlu melakukan percobaan semi kuantitatif (Baratawidjaja,2009)

Seharusnya dalam setiap pengujian CRP , harus selalu disertakan serum


kontrol positif dan serum kontrol negatif. serum kontrol positif merupakan serum
standar yang positif mengandung CRP, sedangkan serum kontrol negatif
merupakan serum standar yang tidak mengandung CRP. Kedua serum ini
diperlakukan sama seperti sampel (direaksikan dengan reagen lateks). Kedua
kontrol serum ini berfungsi sebagai pembanding sehingga lebih mudah
menginterpretasikan reaksi yang terjadi pada sampel yang diuji (apakah positif
atau negatif). Tetapi karena kontrol positif dan negative di laboratorium kebetulan
habis sehingga praktikan tidak menggunakan kontrol positif dan negative, sebagai
gantinya slide diamati dibawah mikroskop (Kresno, 2010)

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan CRP


diantaranya: aktivitas atau latihan yang berlebihan dapat meningkatkan kadar CRP
saat pemeriksaan. Penggunaan terapi Hormon dapat memberikan hasil positif
palsu pada pemeriksaan CRP. Penggunaan IUD dapat meningkatkan ,kadar CRP
dalam darah. Hamil pada pemeriksaan, kadar CRP meningkat (Kresno, 2010).

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasn diatas dapat disimpulkan;

1. Sampel yang diuji negative CRP


2. Hasil yang didapatkan mungkin kurang akurat karena reagen latex
yang digunakan sudah kadaluarsa
3. Penetapan kadar CRP secara kualitatif dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya aglutinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, K.G. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium. Jakarta: Dian Rakyat

Kelly., P.A, Murphy., A.M dan Hughes., R. 2009. A Retrospective Analysis of the
Use of C-Reactive Protein Assays in The Management of Acute Medical
Admissions. The New Zealand Medical Journal 122(1293):36-40.

Kresno, S.B. 2010. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:


Badan Penerbit FKUI

Nakou, E.S. 2010. High-Sensitivity C-Reactive Protein: To Measure or not to


Measure? The Open Clinical Chemistry Journal, 3:10-18.

Suryanto. 2002. Kesesuaian antara Kadar CRP Terhadap Jumlah Neutrofil.


Semarang: FKUNDIP

Wahab, A.S. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Jakarta: Penerbit
Widya Medika

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai