Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOSEROLOGI I

PEMERIKSAAN TITER ASTO (ANTI STREPTOLISIN-O)

Nama :Anak Agung Istri Dyah Maheswari

NIM :18071009

Kelompok :2

Hari / Tanggal : Senin, 28 Oktober 2019

Dosen Pengampu : Ayu Saka Laksmita W. S.Si., M.Si

: Desak Putu Risky Vidika Apriyanthi. S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR

2019
PRAKTIKUM III

PEMERIKSAAN TITER ASTO (ANTI STREPTOLISIN-O)

I. TUJUAN

Menentukan ada atau tidaknya antibodi terhadap Streptococcus B


hemolyticus yang dikenal dengan nama anti Streptolisin O

II. DASAR TEORI

Bakteri Streptococcus Grup A (Streptococcus pyogenes) merupakan bakteri


penyebab terjadinya penyakit faringitis, infeksi invasif yang parah, dan sindrom
pasca-infeksi glomerulonefritis dan demam reumatik. Bakteri ini adalah bakteri
non motil, termasuk dalam bakteri Gram positif yang berbentuk kokus (bulat).
Streptococcus Grup A memiliki faktor virulensi yang ampuh dan juga berdampak
langsung terhadap fungsi jantung. Streptococcus Grup A menghasilkan beberapa
racun ekstraseluler, termasuk pori-membentuk toksin streptolysin O. (Brooker,
2003).

Streptolisin O merupakan faktor virulen utama untuk infeksi bakteri


Streptokokus. Streptolysin O pertama kali dijelaskan sebagai cardiotoxin bakteri
oleh Bernheimer dan Cantoni pada pertengahan 1940-an. Streptolisin O adalah
antigen yang dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Sedangkan Anti
Streptolisin O merupakan antibody terhadap antigen Streptolisin O yang
dihasilkan oleh bakteri Streptococcus β-hemolitik Grup A. (Irianto, 2006).

Demam reumatik adalah penyakit peradangan akut yang dapat menyertai


faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus β-hemolitik Grup A. Gejala awal
terjadinya infeksi akibat bakteri β-hemolitik Grup A adanya sakit disekitar
tenggorokan yang selalu mendahului terjadinya demam reumatik, baik pada
serangan pertama maupun serangan ulangan. Gejala dari demam rematik adalah
demam, flu, sakit disekitar tengorokan kemudian terjadi nyeri. Tes C-Reaktif
Protein (CRP) adalah tes darah yang mengukur jumlah protein (yang disebut
protein C-reaktif) dalam darah. Protein C-reaktif  mengukur keseluruhan kadar
peradangan dalam tubuh. Kadar CRP yang tinggi disebabkan oleh infeksi dan
berbagai penyakit jangka panjang lain. Akan tetapi tes CRP tidak dapat
menunjukkan lokasi terjadinya peradangan atau penyebabnya.(Djojodibroto,
2001).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat:

1. Slide
2. Mikropipet
3. Tip kuning
4. Batang pengaduk
5. Rotator

Bahan:

1. Latex dengan streptolisin O


2. Kontrol positif
3. Kontrol negative
4. Sampel serum

IV. CARA KERJA

1. Slide diletakan pada bidang horizontal dan rata


2. Botol reagen berisi latex digoyang perlahan agar reagen homogen
3. 50 mikron latex diambil, dimasukan dalam slide
4. 50 mikron serum diambil dan diteteskan disamping latex yang telah
diletakan di slide
5. Serum dan latex dicampurkan perlahan dengan batang pengaduk
6. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap kontrol positif dan negative
7. Slide digoyangkan di rotator selama 5 menit
8. Hasil dibaca dengan melihat ada tidaknya aglutinasi
V. DATA PENGAMATAN

VI. PEMBAHASAN

Pemeriksaan ASTO, yaitu suatu pemeriksaan darah untuk mengukur kadar


antibodi terhadap streptolisin O, yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh bakteri
Streptococcus grup A. Prinsip pemeriksaan ASTO adalah aglutinasi indirek yaitu
terjadi aglutinasi antar serum penderita yang mengandung anti streptolisin O
dengan partikel lateks yang telah dilapisi dengan antigen streptolisin O. Pada
praktikum kali ini dilakukan percobaan kualitatif ASTO, berdasarkan percobaan
yang telah dilaksanakan sampel dinyatakan negative ASTO karena tidak terdapat
aglutinasi, atau bisa saja kadar ASTO kurang dari 200 IU/Ml mengingat aglutinasi
hanya akan terbentuk saat kadar ASTO sam dengan atau lebih dari 200 IU/Ml
(Gandasoebrat,2007)

Dalam pemeriksaan ASTO dengan metode lateks aglutination ini digunakan


slide test berlatar belakang gelap yang telah berisi beberapa lingkaran sebagai
tempat mereaksikan anti streptolisin dalam serum dan antigen streptolisin dalam
latex. Latar belakang gelap bertujuan untuk mempermudah pengamatan, karena
campuran yang terbentuk dari homogenisasi reagen lateks dan serum berwarna
putih. Dalam setiap pengujian ASTO , harus selalu disertakan serum kontrol
positif dan serum kontrol negatif. serum kontrol positif merupakan serum standar
yang positif mengandung ASTO, sedangkan serum kontrol negatif merupakan
serum standar yang tidak mengandung ASTO. Kedua serum ini diperlakukan
sama seperti sampel (direaksikan dengan reagen lateks). kedua kontrol serum ini
berfungsi sebagai pembanding sehingga lebih mudah menginterpretasikan reaksi
yang terjadi pada sampel yang diuji apakah positif atau negatif. Aglutinasi yang
terjadi pada sampel dibandingkan dengan serum kontrol positif dan serum kontrol
negatif. apabila terbentuk ciri-ciri seperti yang ditunjukkan serum kontrol positif,
maka hasil pemeriksaan sampel adalah positif, namun jika ciri-ciri reaksi yang
terjadi lebih menyerupai serum kontrol negatif, maka hasilnya negatif (Kresno,
2010)

Faktor faktor yang dapat memengaruhi penurunan kadar ASTO adalah


pengaruh obat seperti antibiotik sedangkan penigkatan kadar ASTO juga bisa
karena demam rematik akut, glomerulonefritis akut, infeksi streptokokus pada
saluran pernapasan atas, arthritis rheumatoid (kadarnya agak naik), penyakit hati
disertai dengan hiperglobulinemia, penyakit kolagen (kadarnya agak naik).
Diagnosa  penyakit demam rematik perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium,
selain pemeriksaan ASTO juga disarankan melakukan pemeriksaan lain di
antaranya berupa pemeriksaan kadar LED (laju endap darah), CRP (C reaktive
protein), dan pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan sinar X, EKG, dan echocardiography (Wahab, 2002)
VII. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan;

1. Sampel yang diuji negative ASTO atau bisa kadar ASTO kurang
dari 200 IU/Ml
2. Reaksi positif ditandai dengan adanya aglutinasi dan negative tidak
terdapat aglutinasi

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, C. 2003, Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat. Jakarta: EGC

Djojodibroto. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Jakrta: obor

Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium. Jakarta: Dian Rakyat

Kresno, S.B. 2010. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:


Badan Penerbit FKUI

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung:


Yrama Widya

Wahab, A.S. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Jakarta:
Penerbit Widya Medika

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai