Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH IMMUNO-SEROLOGI II

ELISA SANDWICH Dan ELISA COMPETITIF

Dosen Pengampu :
Nurminha, M.Sc.

Disusun oleh :
Anggota Kelompok 2
1. Citra Meilani 1713453003
2. Fitri Aliyah 1713453006
3. Nova Mardiana 1713453007
4. Ayu Novia 1713453009
5. Rania Desmaliya 1713453014
6. Jaya Sampurna 1713453027
7. Catherine Surya 1713453028
8. Asri Widya Ariani 1713453035
9. Rizky Adji Pangestu 1713453040
10. Stefani Reza Andrianti 1713453044
11. Mela Maroba 1713453046
12. Istiqomah 1713453047
13. Sheren Wina Reulista 1713453049

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan tepat waktu. Selama pengerjaan makalah ini, kami mencurahkan
pikiran, kemampuan, dan pengalaman sebaik mungkin guna terwujudnya makalah
yang baik. Makalah ini membahas mengenai “Elisa Sandwich dan ELISA
competitive”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan tidak luput dari
kesalahan, kelalaian dan kekurangan, sehingga dapat diterima bila ada kritik dan
saran dari para pembaca agar penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam pembuatan makalah yang berikutnya.

Bandar Lampung, Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


2.1 Pengertian ELISA ...................................................................................... 3
2.2 Aplikasi ELISA .......................................................................................... 4
2.3 Teknik ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) Sandwich .......... 4
2.4 Teknik ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) Competitif ......... 9
2.5 Kelebihan dan Kekurangan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay) ........................................................................................................ 12
2.6 Perbedaan Cara Kerja ari Sandwich ELISA dan Competitive ELISA .... 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 14


3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik
biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA
telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi
tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Dalam pengertian sederhana,
sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan,
kemudian antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga
akan berikatan dengan antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim,
dan pada tahap terakhir, ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh
enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi. Dalam ELISA fluoresensi, saat
cahaya dengan panjang gelombang tertentu disinarkan pada suatu sampel,
kompleks antigen/antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah antigen
pada sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya fluoresensi.

Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas


untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui
diimobilisasi pada suatu permukaan solid (biasanya berupa lempeng
mikrotiter polistirene), baik yang non-spesifik (melalui penyerapan pada
permukaan) atau spesifik (melalui penangkapan oleh antibodi lain yang
spesifik untuk antigen yang sama, disebut ‘sandwich’ ELISA).

Teknik Sandwich ELISA menggunakan antibody primer spesifik untuk


menangkap antigen yang diinginkan dan antibody sekunder tertaut enzim
signal untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan. Pada
dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich mirip dengan ELISA direct,
hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang diinginkan tidak
perlu dipurifikasi, sedangkan teknik Competitive ELISA merupakan
pengembangan teknik ELISA terdahulu. Prinsip dasar dari teknik ini adalah
dengan menambahkan suatu competitor ke dalam lubang mikrotiter. Teknik

1
ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk mendeteksi keberadaan
antigen atau antibody.

Dengan demikian malah ini ingin membahas dan memaparkan mengenai


Sandwich ELISA dan Competitive ELISA.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah adalah
bagaimana Cara Menggunakan ELISA Sandwich dan ELISA Competitive
dengan baik?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan masalah adalah
mengetahui Antibodi dalam sempel dengan menggunakan ELISA Sandwich
dan ELISA Competitive.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ELISA


Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) merupakan uji serologi yang
umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi. Uji ini memiliki
beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana,
ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA
diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk
menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu
sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor.

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik


biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA
telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi
tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Dalam pengertian sederhana,
sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan,
kemudian antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga
akan berikatan dengan antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim,
dan pada tahap terakhir, ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh
enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi. Dalam ELISA fluoresensi, saat
cahaya dengan panjang gelombang tertentu disinarkan pada suatu sampel,
kompleks antigen/antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah antigen
pada sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya fluoresensi.

Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas


untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui
diimobilisasi pada suatu permukaan solid (biasanya berupa lempeng
mikrotiter polistirene), baik yang non-spesifik (melalui penyerapan pada
permukaan) atau spesifik (melalui penangkapan oleh antibodi lain yang
spesifik untuk antigen yang sama, disebut ‘sandwich’ ELISA). Setelah
antigen diimobilisasi, antibodi pendeteksi ditambahkan, membentuk

3
kompleks dengan antigen. Antibodi pendeteksi dapat berikatan juga dengan
enzim, atau dapat dideteksi secara langsung oleh antibodi sekunder yang
berikatan dengan enzim melalui biokonjugasi. Di antara tiap tahap, plate
harus dicuci dengan larutan deterjen lembut untuk membuang kelebihan
protein atau antibodi yang tidak terikat. Setelah tahap pencucian terakhir,
dalam plate ditambahkan substrat enzimatik untuk memproduksi sinyal
yang visibel, yang menunjukkan kuantitas antigen dalam sampel. Teknik
ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik, meskipun metode-
metode terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang jauh lebih
sensitif.

2.2 Aplikasi ELISA


ELISA dapat mengevaluasi kehadiran antigen dan antibodi dalam suatu
sampel, karenanya merupakan metode yang sangat berguna untuk
menentukan konsentrasi antibodi dalam serum (seperti dalam tes HIV),
dan juga untuk mendeteksi adanya antigen. Metode ini juga bisa
diaplikasikan dalam industri makanan untuk mendeteksi allergen potensial
dalam makanan seperti susu, kacang, walnut, almond, dan telur. ELISA
juga dapat digunakan dalam bidang toksikologi untuk uji pendugaan cepat
pada berbagai kelas obat.

2.3 Teknik ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) Sandwich


Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibody primer spesifik untuk
menangkap antigen yang diinginkan dan antibody sekunder tertaut enzim
signal untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan. Pada
dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich mirip dengan ELISA direct,
hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang diinginkan tidak
perlu dipurifikasi. Namun, karena antigen yang diinginkan tersebut harus
dapat berinteraksi dengan antibody primer spesifik dan antibody sekunder
spesifik tertaut enzim signal, maka teknik ELISA sandwich ini cenderung
dikhususkan pada antigen memiliki minimal 2 sisi antigenic (sisi interaksi
dengan antibodi) atau antigen yang bersifat multivalent seperti polisakarida

4
atau protein. Pada ELISA sandwich, antibody primer seringkali disebut
sebagai antibody penangkap, sedangkan antibody sekunder seringkali
disebut sebagai antibody penangkap, sedagkan antibody sekunder seringkali
disebut sebagai antibody deteksi.

Uji ini dilakukan pada plate 96-well berbahan polistirena. Untuk melakukan
teknik "Sandwich" ELISA ini, diperlukan beberapa tahap yang meliputi:
1. Well dilapisi atau ditempeli antigen.
2. Sampel (antibodi) yang ingin diuji ditambahkan.
3. Ditambahkan antibodi kedua yang dikonjugasikan dengan enzim
tertentu seperti peroksidase alkali. Antibodi kedua ini akan menempel
pada antibodi sampel sebelumnya.
4. Dimasukkan substrat enzim yang dapat menimbulkan warna tertentu
saat bereaksi.
5. Intensitas warna campuran diukur dengan spektrofotometer yang
disebut ELISA reader hingga mendapatkan hasil berupa densitas optis
(OD). Dengan menghitung rata-rata kontrol negatif yang digunakan,
didapatkan nilai cut-off untuk menentukan hasil positif-negatif suatu
sampel. Hasil OD yang berada di bawah nilai cut-off merupakan hasil
negatif, dan demikian juga sebaliknya.

Dalam pengaplikasiannya, ELISA sandwich lebih banyak dimanfaatkan


untuk mendeteksi keberadaan antigen multivalent yang kadarnya sangat
rendah pada suatu larutan dengan tingkat kontaminasi tinggi. Hal ini
disebabkan ELISA sandwich memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap
antigen yang diinginkan akibat keharusan dari antigen tersebut untuk
berinteraksi dengan kedua antibody.

Pendeteksian antigen dengan ELISA sandwich:


1. Melapisi mikrotiter plate dengan antibodi yang sudah dimurnikan
dengan membiarkan larutan berisi antigen menempel pada
dinding/permukaan selama 30-60 menit.

5
2. Membilas antibodi yang tidak terikat dengan buffer.
3. Melapisi sisi-sisi tertentu yang mungkin tidak spesifik dilekati oleh
antigen dengan protein yang tidak berhubungan/tidak spesifik (seperti
larutan susu bubuk).
4. Membilas protein yang tidak melekat.
5. Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan membiarkan
antibodi untuk berikatan dengan antigen spesifik dari sampel.
6. Membilas antigen yang tidak terikat.
7. Menambahkan antibody yang telah terlabeli dengan enzim dan bersifat
spesifik untuk epitope yang berbeda pada antigen sampel, sehingga
terbentuk sandwich.
8. Membilas antibody-enzim yang tidak terikat.
9. Menambahkan substrat chromogenic, substrat yang tidak berwarna
yang terikat ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10. Inkubasi sampai muncul warna.
11. Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang
terdeteki, maka makin besar kadar antigen spesifi dalam sampel.

Dalam ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yng mempengaruhi


tingkat sensitivitas dari hasil pengujian, antara lain :
a. Banyak molekul antibody penangkap yang berhasil menempel pada
dinding-dinding microtiter.
b. Avinitas dari antibody penangkap dan antibody detector terhadap antigen
sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan dari
teknik ELISA terdahulu, yaitu ELISA direct.

Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada tingkat
sensitivitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen yang diinginkan
harus dapat berinteraksi dengan dua jenis antibody, yaitu antibody
penangkap dan antibody detector, kemampuannya menguji sampel yang
tidak murni, dan mampu mengikat secara selektif antigen yang dikehendaki.
Tanpa lapisan pertama antibodi penangkap, semua jenis protein pada sampel

6
(termasuk protein serum) dapat diserap secara kompetitif oleh permukaan
lempeng, menurunkan kuantitas antigen yang terimobilisasi.

Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga memiliki kelemahan,


yaitu teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk medeteksi antigen yang
bersifat multivalent serta sulitnya mencari dua jenis antibody yang dapat
berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenic yang berbeda (epitopnya
harus berbeda). Uji ini juga memiliki beberapa kerugian, salah satu di
antaranya adalah kemungkinan yang besar terjadinya hasil false positive
karena adanya reaksi silang antara antigen yang satu dengan antigen lain.
Hasil berupa false negative dapat terjadi apabila uji ini dilakukan pada
window period, yaitu waktu pembentukan antibodi terhadap suatu virus baru
dimulai sehingga jumlah antibodi tersebut masih sedikit dan kemungkinan
tidak dapat terdeteksi.

2.2.1 Prinsip Kerja

7
Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan
spesifitas untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang
tidak diketahui diikatkan (diimobilisasi) pada suatu permukaan solid
(biasanya berupa lempeng mikrotiter polistirene), baik yang non-
spesifik (melalui penyerapan pada permukaan) atau spesifik (melalui
penangkapan oleh antibodi lain yang spesifik untuk antigen yang
sama, disebut ‘sandwich’ ELISA).

Setelah antigen diimobilisasi, antibodi pendeteksi ditambahkan,


membentuk kompleks dengan antigen. Antibodi pendeteksi dapat
berikatan juga dengan enzim, atau dapat dideteksi secara langsung
oleh antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim melalui
biokonjugasi. Di antara tiap tahap, plate harus dicuci dengan larutan
deterjen lembut untuk membuang kelebihan protein atau antibodi yang
tidak terikat. Setelah tahap pencucian terakhir, dalam plate
ditambahkan substrat enzimatik untuk memproduksi sinyal yang
visibel, yang menunjukkan kuantitas antigen dalam sampel. Teknik
ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik, meskipun
metode-metode terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang
jauh lebih sensitif.

2.2.2 Tahapan dalam Sandwich ELISA


Tahap dalam Sandwich ELISA adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi ‘penangkap’
2. Semua non spesifik binding sites pada permukaan diblokir
3. Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate
4. Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang tidak terikat
5. Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik
dengan antigen
6. Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim dimasukkan,
yang akan berikatan dengan antibodi primer
7. Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi-enzim yang tidak terikat

8
dapat dibuang.
8. Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi
sinyal berwarna/ berfluoresensi/ elektrokimia
9. Diukur absorbansinya untuk menetukan kehadiran dan kuantitas
dari antigen

2.4 Teknik ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) Competitif


Teknik ELISA jenis ini juga merupakan pengembangan teknik ELISA
terdahulu. Teknik ELISA kompetitif ini dapat diaplikasikan untuk
mendeteksi keberadaan antigen atau antibody. Kelebihan dari teknik ELISA
kompetitif ini adalah tidak diperlukannya purifikasi terhadap larutan sampel
yang mengandung antibody atau antigen yang diinginkan, tapi hasil yang
diperoleh tetap memiliki tingkat sensitivitas tinggi akibat sifat spesitifitas
dari antibody dan antigen.

2.3.1 Prinsip Kerja ELISA Competitif


Dalam ELISA kompetitif, semakin tinggi konsentrasi antigen orisinal,
semakin lemah sinyal yang dihasilkan. Prinsip kerjanya dapat dilihat
pada gambar berikut ini:

9
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menambahkan suatu competitor
ke dalam lubang mikrotiter.

Pada pendeteksian antigen, pertama mikrotiter diisi antibody spesifik yang


dapat berinteraksi dengan antigen yang diinginkan maupun antigen spesifik
bertaut enzim signal, sehingga antibody spesifik tersebut dapat menempel
pada bagian dinding-dinding lubang mikrotiter. Lalu larutan yang
mengandung antigen spesifik yang telah ditautkan dengan enzim signal dan
larutan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan dimasukkan ke
dalam lubang-lubang mikrotiter sehingga terjadi kompetisi antara antigen
spesifik bertaut enzim signal dengan antigen yang diinginkan untuk dapat
berinteraksi dengan antibody spesifik yang dilanjutkan dengan membilas
mikrotiter untuk membuang antigen spesifik tertaut enzim signal atau
antigen yang tidak berinteraksi dengan antibody spesifik.

Lalu kedalam lubang-lubang mikrotiter tersebut ditambahkan substrat yang


dapat bereaksi dengan enzim signal yang tertaut pada antigen spesifik,
sehingga enzim yang tertaut dengan antigen yang telah berinteraksi dengan
antibody spesifik akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal
yang dapat dideteksi. Pada proses pendeteksian ini, pendeteksian positif
ditandai oleh tidak adanya signal yang ditimbulkan, yang berarti bahwa
antigen yang diinginkan telah menang berkompetisi dengan antigen spesifik
tertaut enzim signal dan berinteraksi dengan antibody spesifik, sedangkan
pada pendeteksian antibody, pertama mikrotiter diisi antigen spesifik yang
dapat berinteraksi dengan antibodi yang diinginkan maupun antibodi
spesifik tertaut enzim signal, sehingga antigen spesifik tersebut dapat
menempel pada bagian dinding-dinding mikrotiter, kemudian mikrotiter
dibilas untuk membuang antigen spesifik yang tidak menempel pada
dinding-dinding mikrotiter.

2.3.2 Langkah-langkah Penggunaan ELISA yang Kompetitif


Tahapan pengerjaan ELISA kompetitif berbeda dari dua metode yang
telah dibahas sebelumnya, yaitu:

10
1. Antibodi yang tidak berlabel diinkubasi dengan kehadiran
antigennya
2. Komplek antigen-antibodi ini selanjutnya ditambahkan pada lubang
yang telah dilapisi antigen
3. Plate dicuci, sehingga kelebihan antibodi tercuci (semakin banyak
antigen dalam sampel, semakin sedikit antibodi yang dapat terikat
pada antigen yang menempel pada permukaan lubang, karena
inilah disebut kompetisi
4. Ditambahkan antibodi sekunder yang spesifik utnuk antibodi
primer. Antibodi sekunder ini berpasangan dengan enzim
5. Substrat ditambahkan, enzim akan mengubah substrat menjadi
sinyal kromogenik/fluoresensi.

Beberapa kit ELISA kompetitif termasuk antigen terkait-enzim


daripada antibodi terkait-enzim. Antigen berlabel bersaing untuk situs
pengikatan antibodi primer dengan antigen sampel (tidak berlabel).
Semakin sedikit antigen dalam sampel, semakin banyak antigen
berlabel dipertahankan di dalam sumur dan semakin kuat sinyalnya.

Biasanya, antigen tidak diposisikan pertama kali di dalam sumur.


Untuk mendeteksi antibodi HIV, sumur pelat mikrotiter dilapisi
dengan antigen HIV. Dua antibodi spesifik digunakan, satu
terkonjugasi dengan enzim dan satu lagi ada dalam serum (jika serum
positif untuk antibodi). Persaingan kumulatif terjadi antara kedua
antibodi untuk antigen yang sama, menyebabkan sinyal yang lebih
kuat terlihat. Sera yang akan diuji ditambahkan ke sumur-sumur ini
dan diinkubasi pada suhu 37 ° C, dan kemudian dicuci. Jika ada
antibodi, reaksi antigen-antibodi terjadi. Tidak ada antigen yang
tersisa untuk antibodi HIV spesifik berlabel enzim. Antibodi ini tetap
bebas setelah ditambahkan dan dicuci saat dicuci. Substrat
ditambahkan, tetapi tidak ada enzim untuk bekerja padanya, sehingga
hasil positif tidak menunjukkan perubahan warna.

11
2.5 Kelebihan dan Kekurangan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay)
Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
a. Teknik pengerjaan relatif sederhana
b. Relatif ekonomis (karena jenis a antibodi yang digunakan hanya satu
saja, sehingga menghemat biaya untuk membeli banyak jenis
antibodi)
c. Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
d. Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun
kadar antigen tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi
antara antibodi atau antigen yang bersifat sangat spesifik)
e. Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.

Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain :


a. Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini
hanya jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu
antigen).
b. Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibodi
poliklonal, sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya
yang relatif mahal.
c. Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan
pengujian akibat kontrol negatif yang menunjukkan respons positif
yang disebabkan inefektivitas dari larutan blocking sehingga antibodi
sekunder atau antigen asing dapat berinteraksi dengan antibodi bertaut
enzim signal dan menimbulkan signal.
d. Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat,
sehingga pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada
perkembangannya, hal ini dapat diatasi dengan memberikan larutan
untuk menghentikan reaksi)

12
2.6 Perbedaan Cara Kerja dari Sandwich ELISA dan Competitive ELISA

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik
biokimia yang digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi
kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.

ELISA dapat mengevaluasi kehadiran antigen dan antibodi dalam suatu


sampel, karenanya merupakan metode yang sangat berguna untuk
menentukan konsentrasi antibodi dalam serum dan juga untuk mendeteksi
adanya antigen.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://id.bioresearch-online.com/news/sandwich-elisa-kit-7869904.html
http://riset.fk.unsoed.ac.id/2017/04/16/prinsip-elisa/
http://yazhidbazhar.blogspot.com/2015/09/elisa-enzyme-linked-immunosorbent-
assay.html
https://id.wikipedia.org/wiki/ELISA
https://moko31.wordpress.com/2011/06/28/tinjauan-tentang-elisa/

15

Anda mungkin juga menyukai