Anda di halaman 1dari 5

IDENTIFIKASI VIRUS

ADENOVIRUS
Adenovirus dapat diasingkan dari bahan usapan tenggorok, feses, atau usapan atau
kerokan konjungtiva dan membiakkannya dalam biakan jaringan berasal manusia
(ginjal atau sel Hela, KB atau HEP-2). Efek sitopatik terjadi sangat lambat Q-4
minggu) dengan terlihatnya proses pembulatan (ro unding),penggembu ngan (su
elling) dan p enge' lompokan sel-sel menjadi grapeJike clusters. Badan inklusi
intranukleus, basofilik.
Identifikasi virus secara serologik dilakukan dengan reaksi pengikatan
komplemen, reaksi hambatan hemaglutinasi (memakai eritrosit tikus besar, kera
atau orang) dan reaksi netralisasi (lz ,zitro dan in aioo).
Binatang percobaan pilihan ialah anak hamster baru lahir (Mesocrisetus
aurd.tus dan golden hamster).

FILOVIRIDAE
Anggota Filoviridae adalah virus Marburg dan virus Ebola. Filovirus mempunyai
RNA rantai tunggal.
Virus Marburg diisolasi dengan biakan sel Vero. IJntuk membiak virus
Ebola diperlukan marmot. Kera percobaan yang disuntik dengan virus ini
menunjukkan gejala yang mirip dengan demam berdarah pada manusia.

FLAVIVIRIDAE
Demam kuning adalah penyakit infeksi pertamapada manus ia
yangdiketahui disebabkan oleh virus. Penyebabnya, yaitu virus demam kuning
(Yellow fever virus) merupakan virus pertam a y^ngdiketahui ditularkan melalui
gigitan serangga. .Nama flavivirus juga diambil dari nama penyakit demam
kuning (Flavi = kuning).
a. lsolasi dan identifikasi virus
Bahan pemeriksaan dapat berupa darah dan atau cairan serebrospinal.
Darah harus diambil pada masa viremia. Cairan serebrospinal dapat diambil jika
manifestasinya ensefalitis. Karena flavivirus merupakan virus termolabil, bahan
harus secepatnya dikirim ke laboratorium. Isolasi dikerjakan dengan membiakkan
virus dalam bahan pada biakan sel, nyamuk, larva nyamuk ataupun mencit bayi.
Setelah didapat tanda bahwa virus berkembang biak, identifikasi dilakukan
dengan berbagai uji serologi.
b. Pemeriksaan serologi.
Pada dasarnya jenis pemeriksaan serologi yang dianjurkan sama dengan
pemeriksaan serologi untuk dengue, yaitu uji hambatan hemaglutinasi, uji
pengikatan komplemen dan uji netralisasi atau uji Elisa. Nilai diagnostik biasanya
ditetapkan dari kenaikan tirer antibodi serum yang diambil pada masa akur dan
konvalesen penyakit. Kenaikan titer sebanyak empat kali atau lebih bersifat
diagnostik.

VIRUS DENGUE
Virus dengue merupakan virus kedua yang dikenal menimbulkan penyakir pada
manusia. Karena kedudukannya yangunik dibandingkan dengan anggota
flaviviridae lain untuk Indonesia, pembicaraan mengenai virus dengue dibuat
terpisah.
Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah darah atau senrm.
Bahan biopsi, walau tidak lazim, juga dapat dipakai untuk deteksi antigen virus
dengue. Bahan lain untuk isolasi virus atau pemeriksaan antigen virus adalah
bahan otopsi berupa jaringan hati, iirrrpr, kelenjar getah bening.
Untuk isolasi, darah atau serum dapat diinokulasikan pada biakan sel,
mencit bayi, nyamuk ataularvanya. Keberhasilan isolasi ini sangat bergantung
pada saat pengambilan darah, jumlah darah, proses pengiriman darah ke
laboratorium dan teknik pengujian di laboratorium. Karena hasil pemeriksaan
memerlukan waktu kira-kira 1 minggu atau lebih dan secara teknis sukar, cara ini
kurang dianjurkan untuk pemeriksaan rutin. Darah yang dijenuhkan ke kertas
saring tidak baik untuk isolasi virus. IJntuk pemeriksaan riter antibodi anti dengue
sesaat biasanya dipakai cara enzyme-linked immunoassay/ElA. Pemeriksaan yang
dikerjakan dapat berupa penetapan IgM anti dengue atau penetapan antibodi anti
dengue total.
Uji hambatan hemaglutinasi merupakan uji yang baik untuk pemeriksaan
rutin karena teknis mudah dilakukan dan sensitivitasnya tinggi. Uji ini
menetapkan titer antibodi anti dengue yang dapat menghambat kemampuan virus
dengue mengaglutinasikan sel darah merah angsa. Berdasarkan patokan dari
World Health Organization tahun 1986, hasil uji dapat dikategorikan seperti pada
Tabel 45-4.

TOGAVIRIDAE
Dari togaviridae hanya arbovirus dari genus alphavirus dan virus rubela dari
rubivirus yang parogen bagi manusia.

ALPHAVIRUS
Alphavirus adalah togavirus yang ditularkan oleh nyamuk dan menimbulkan
masalah keshatan pada binatang ternak dan manusia. Anggota alphavirus, antara
lain virus chikungunya, virus Sindbis, virus Semliki forest, virus Venezuela
equine encephalitis, virus Eastern equine ence phalitis, dan virus \Testern equine
encephalitis dapat menginfeksi manusia dan menimbulkan kelainan yang
bervariasi, misalnya serokonversi tanpa gejala, demam, gejala demam berdarah
ringan, ensefalitis, arau arthropati akut. (Taber 46-1)
Sepeni flavivirus, alphavirus dapat dibiak di sel vertebrata dan sel nyamuk. Sel
yang sering digunakan untuk membiak alphavirus adalah biakan primer embrio
unggas, cell line ginjal bayi hamster (BHK-21) dan ginjal monyer (Vero). Pada
biakan sel vertebrata dapat terlihat efek sitopatogenik. Sekalipun tanpa ESP jelas,
sel anropoda lebih peka terhadap infeksi dan banyak menggantikan peran sel-sel
tersebut. Pada biakan sel, selain dengan melihat ESP berupa plaque pada sel
verrebrata, virus dapat dideteksi dengan teknik imunofluoresensi, atau
hemadsorbsi sel darah merah unggas. Untuk penjelasan yang lebih rinci tentang
hal ini dapat dilihat pada bab Flaviviridae. Untuk mendiagnosis infeksi aktif
alphavirus, berbagai teknik pemeriksaan serologi dapat digunakan. Kenaikan titer
antibodi lebih dari empat kali pada serum masa akut dan masa penyembuhan
menunjukkan infeksi baru.

VIRUS RUBELA
Virus rubela adalah virus saluran napas. Infeksi rubela biasanya menyebabkan
eksantema ringan pada anak-anak. Virus ini menjadi masalah karena dapat
menginfeksi bayi selama dalam. kandungan dan menimbulkan kelainan yang berat
pada bayi. Rubela fterarti 'merah kecil') pertama kali dibedakan dari campak dan
eksantema lain oleh seorang dokterJerman, dan disebut jugaGerman measles.
Pada tahun 1941, Norman Mc Alister Gregg menemukan bahwa infeksi rubela
pada ibu hamil dapat menyebabkan katarak kongenital. Sejak saat itu infeksi
rubela banyak dihubungkan dengan berbagai kelainan kongenital dan hal ini
mendorong perkembangan pencegahan infeksinya.
Isolasi virus relatif mahal dan sulit, karena itu hanya dilakukan pada
keadaan terrenru, misalnya pada. rubela bawaan atau pada kasus komplikasi
tertentu dengan kecurigaan adanya rubela. Virus diisolasi dan dideteksi melalui
interferensinyaterhadap replikasi virus ECHO 11 di biakan primer sel ginjal kera
hijau Afrika. Untuk pemastian virus rubela dilakukan reaksi netralisasi dengan
antiserum, atau imunofluoresensi. Pada rubela didapat, virus rermudah diisolasi
dari hapusan faring atau nasofaring 6 hari sebelum dan setelah timbulnya rash.
Spesimen harus segera dikirim ke laboratorium dalam laruran garam faal yang
mengandung 1% albumin sapi dan antibiotik dan didinginkan dengan es, atau
dikirim beku dalam es kering.
Pada rubela bawaan virus diisolasi dari sekret nasofaring, tinja dan urin
selama masa neonatal. Setelah masa itu, virus lebih mudah didapat di tenggorok
dan cairan serebrospinal. Pada 30% kasus rubela bawaan dengan kelainan saraf,
virus dapat diisolasi dari cairan serebrospinalnya.

Anda mungkin juga menyukai