Anda di halaman 1dari 6

CYBER CRIME

(KEJAHATAN CYBER)

Oleh :

Kelompok 4

Reynaldi Usman ( 1011421148 )


Safitri Ali ( 1011421253 )
Nadya Asriyani Sjahrain ( 1011421156 )
Aditya Sharul Ramadhan ( 1011421157 )
Muh. Ferdy Fahriza Yusuf ( 1011421158 )
Rahmad Ramadhan Arsyad ( 1011421159 )
Havid Putra Awal Tolinggilo ( 1011421004 )

Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum


Universitas Negeri Gorontalo
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Selain itu kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak/ibu dosen mata kuliah DELIK-DELIK
DILUAR KUHP. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini se-
moga terus berkarya mewujudkan tulisan-tulisan yang mengacu terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik. Penulis berharap,
semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penysunan makalah ini. Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bab II Pembahasan
A. Motif Cyber Crime
B. Contoh-Contoh Umum Cyber Crime
C. Sanksi Yang Diterima Jika Melakukan Kejahatan Siber
Bab III Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Internet dan umumnya dunia cyber tidak selamanya menghasilkan hal-hal yang postif. Salah satu hal
negatif yang merupakan efek sampingannya antara lain adalah kejahatan di dunia cybercrime. Hilangnya batas ruang dan waktu di
Internet mengubah banyak hal. Seseorang cracker di Rusia dapat masuk ke sebuah server di Pentagon tanpa ijin. Salahkah dia bila
sistem di Pentagon terlalu lemah sehingga mudah ditembus? Apakah batasan dari sebuah cybercrime? Seorang yang baru "mengetuk
pintu" (port scanning) komputer anda, apakah sudah dapat dikategorikan sebagai kejahatan? Apakah ini masih dalam batas keti-
daknyamanan saja? Bagaimana pendapat anda tentang penyebar virus dan bahkan pembuat virus? Bagaimana kita menghadapi cy-
bercrime ini? Bagaimana aturan / hukum yang cocok untuk mengatasi atau menanggulangi masalah cybercrime di Indonesia? Banyak
sekali pertanyaan yang harus kita jawab.

Fenomena cybercrime memang harus diwaspadai karena kejahatan ini agak berbeda dengan kejahatan lain pada
umumnya. Cybercrime dapat dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak diperlukan interaksi langsung antara pelaku dengan
korban kejahatan. Bisa dipastikan dengan sifat global internet, semua negara yang melakukan kegiatan internet hampir pasti akan
terkena imbas perkembangan cybercrime ini

B. Rumusan Masalah
- MOTIF CYBER CRIME
- CONTOH – CONTOH UMUM CYBER CRYME
- SANKSI YANG DITERIMA JIKA MELAKUKAN KEJAHATAN SIBER

BAB II
PEMBAHASAN
Cybercrime adalah tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada teknologi internet (cyberspace), baik yang meny-
erang fasilitas umum didalam cyberspace ataupun kepemilikan pribadi. Secara teknik tindak pidana tersebut dapat dibedakan menjadi
off-line crime, semi on linecrime, dan cybercrime. Masing-masing memiliki karakteristik tersendiri, namun perbedaan utama antara
ketiganya adalah keterhubungan dengan jaringan informasi publik (internet).

Cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet
yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi. The Prevention of Crime and The Treatment of Offlenderes
di Havana, Cuba pada tahun 1999 dan di Wina, Austria tahun 2000, menyebutkan ada 2 istilah yang dikenal:

1. Cybercrime dalam arti sempit disebut computer crime, yaitu prilaku ilegal/ melanggar yang secara langsung menyerang
sistem keamanan komputer dan/atau data yang diproses oleh komputer.

2. Cybercrime dalam arti luas disebut computer related crime, yaitu prilaku ilegal melanggar yang berkaitan dengan sistem
komputer atau jaringan. Dari beberapa pengertian di atas, cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh
keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain.

1. MOTIF CYBER CRIME

1. Motif intelektual yaitu kejahatan yang dilakukan hanya untuk kepuasan pribadi dan menunjukan bahwa dirinya telah
mampu untuk merekayasa dan mengimplementasikan bidang teknologi informasi. Kejahatan dengan motif ini pada umum-
nya dilakukan oleh seseorang secara individual.

2. Motif ekonomi, politik dan kriminal yaitu kejahatan yang dilakujan untuk keuntungan pribadi atau golongan tertentu
yang berdampak pada kerugian secara ekonomi dan politik pada pihak lain. Karena memiliki tujuan yang dapat berdampak
besar, kejahatan dengan motif ini pada umumnya dilakukan oleh sebuah korporasi.

2. CONTOH – CONTOH UMUM CYBER CRYME

- Pornografi

- Prostitusi

- Perjudian online

- Pemalsuan jati diri

- Pencurian

- Penipuan

- Pelanggaran privasi

- Perusakan nama baik

- Spam

- Sabotase

- Penyerangan jati diri (mencemooh atau mengejek orang lain)

- Sara
3. SANKSI YANG DITERIMA JIKA MELAKUKAN KEJAHATAN SIBER

- Cyber crime diatur dalam Undang-Undang Transaksi Elektronik Nomor 8 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah menjadi-
Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016, ( “UU ITE”) khususnya pada pasal 27 sampai 30 mengenai perbuatan yang dila-
rang. Lebih lanjut, aturan tentang hacking diatur dalam pasal 30 ayat (1), (2) dan (3) mengatakan bahwa:
-
- Dengan sengaja tanpa hak dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses dan/ atau sistem elektronik orang lain dengan
cara apapun
- Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/ atau sistem orang lain dengan cara apapun
untuk tujuan memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
- Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/ atau sistem elektronik dengan tujuan
melanggar menerobos, melampaui, menjebol sistem pengaman
- Lebih lanjut sanksi bagi yang melanggar ketentuan pasal 30 UU ITE diatur di dalam pasal 46 UU ITE berupa:

-
- Ayat ( 1): dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah).
- ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tu-
juh ratus juta rupiah).
- ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah).

BABIII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada
kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi.

Cybercrime dalam arti sempit disebut computer crime, yaitu prilaku ilegal/ melanggar yang secara langsung menyerang sistem kea-
manan komputer dan/atau data yang diproses oleh komputer.

Cybercrime dalam arti luas disebut computer related crime, yaitu prilaku ilegal melanggar yang berkaitan dengan sistem komputer
atau jaringan.

Dari beberapa pengertian di atas, cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai
jaringan komputer sebagai sarana alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan
merugikan pihak lain.

Motif ekonomi, politik dan kriminal yaitu kejahatan yang dilakujan untuk keuntungan pribadi atau golongan tertentu yang
berdampak pada kerugian secara ekonomi dan politik pada pihak lain.
Lebih lanjut, aturan tentang hacking diatur dalam pasal 30 ayat (1), (2) dan (3) mengatakan bahwa: - Dengan sengaja tanpa hak dan
tanpa hak atau melawan hukum mengakses dan/ atau sistem elektronik orang lain dengan cara apapun -Dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum mengakses komputer dan/ atau sistem orang lain dengan cara apapun untuk tujuan memperoleh Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

-Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan/ atau sistem elektronik dengan tujuan melanggar
menerobos, melampaui, menjebol sistem pengaman - Lebih lanjut
sanksi bagi yang melanggar ketentuan pasal 30 UU ITE diatur di dalam pasal 46 UU ITE berupa: - Ayat ( 1): dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Daftar Pustaka

https://eptikiwanridwan.wordpress.com/tag/pertanyaan-tentang-cybercrime/
https://www.academia.edu/19126528/Makalah_tentang_Cybercrime
https://www.academia.edu/40606987/
MAKALAH_KOMPUTER_DAN_MASYARAKAT_CYBERCRIME_KEJAHATA
N_INTERNET
https://www.academia.edu/29968187/
DUNIA_MAYA_CYBERSPACE_DAN_ETIKA_DALAM_PENGGUNAANNYA_
docx

Anda mungkin juga menyukai