Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga Negara
memiliki kewajiban untuk menjaga setiap warga negaranya dan setiap warga negara memiliki
kewajiban untuk mematuhi hukum yang telah berlaku di Indonesia. Setiap warga negara yang
tidak mematuhi hukum dapat mengakibatkan dampak negatif terutama terkait dengan
peningkatan tindak pidana yang dapat meresahkan masyarakat salah satunya adalah kasus
kecelakaan kendaraan bermotor.

Kasus kecelakaan kendaraan yang terjadi di Indonesia telah menyita banyak perhatian
masyarakat. Salah satu penyebab terjadinya kasus kecelakaan berkendaraan yaitu dikarenakan
adanya aktifitas pengendara yang merokok saat berlalu lintas. Tindakan yang seringkali
dilakukan pengendara tersebut seharusnya dilakukan dalam keadaan berhenti atau dengan kata
lain sedang tidak mengendarai kendaraan, karena hal ini secara tidak langsung membuat
konsentrasi pengendara berkurang sehingga dapat terjadinya suatu kecelakaan lalu lintas serta
dapat membahayakan penumpang atau pengendara lainnya.

Jika melihat dari tindakan pengendara yang merokok saat berkendara sudah jelas
pengendara tersebut melanggar ketentuan yang terdapat pada Pasal 106 ayat (1) jo Pasal 283
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. Pada ketentuan Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menjelaskan
bahwa “Setiap orang yang mengemudikan Berkendaraandi Jalan wajib mengemudikan
kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi”. Penjelasan dari Pasal 106 ayat (1) tersebut
menyatakan frasa “penuh konsentrasi” ialah “setiap orang yang mengemudikan
berkendaraandengan penuh perhatian dan tidak terganggu perhatiannya karena sakit, lelah,
mengantuk, menggunakan telepon atau menonton televisi atau video yang terpasang di
kendaraan, atau meminum minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan sehingga
mengurangi kemampuan dalam mengemudikan kendaraan (Putu Ayu Mas Candra Dewi Murti,
n.d.)”.

Hal ini tidak menerangkan secara ringkas dan jelas mengenai boleh atau tidaknya
pengendara merokok saat berkendara sehingga dapat berpotensi terjadinya suatu kecelakaan.
Dari ketentuan Pasal 106 ayat (1) di atas juga disertai sanksi yang tertuang pada Pasal 283
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menjelaskan bahwa “Setiap orang yang
mengemudikan Berkendaraandi Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau
dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi
di Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah)”.
ISI

Perilaku merokok merupakan salah satu faktor resiko penyakit dan masalah kesehatan di dunia.
Menurut WHO (World Health Organization) perilaku merokok membunuh sekitar 6 juta orang per
tahun, dimana lebih dari 5 juta orang meninggal akibat merokok aktif dan sekitar lebih dari 600.000
orang meninggal akibat terpapar asap rokok atau merupakan perokok pasif (WHO, 2016).

Merokok merupakan masalah yang sulit ditemukan solusinya dan terus berkembang di
Indonesia. Menurut WHO 2011, pada tahun 2007 Indonesia menempati posisi ke-5 dengan jumlah
perokok terbanyak di dunia (Setyandaet al, 2015). Indonesia merupakan negara yang menempati
peringkat pertama di Asia Tenggara sebagai negara dengan perokok terbanyak, dengan jumlah perokok
mencapai 62.800.000 jiwa.

Merokok mempunyai keunikan yaitu meredakan kecemasan, menimbulkan perasaan


nikmat dan mempererat pergaulan antar kawan. Namun kecemasaan seseorang tersebut hanya
akan berkurang ketika efek dari nikotin masih ada, ketergantungan nikotin akan membuat
seseorang menjadi semakin stress. Dampak negatif dari merokok seperti rokok memboroskan,
menimbulkan ketergantungan, menurunkan konsentrasi, menurunkan kebugaran dan
mengganggu kesehatan.

Sopir termasuk pekerjaan yang tidak bisa lepas dari perilaku merokok, hal ini
disebabkan oleh masalah yang dihadapi oleh sopir yaitu pengoperasian kendaraan rata-rata 12-
18 jam perhari sehingga menyebabkan mereka tidak bisa lepas dari rokok. Kebiasaan ini
diakibatkan karena stres dan beban kerja sehingga sopir mencari relaksasi yang mereka
dapatkan ketika mereka merokok, hal ini menjadi kebiasaan yang dipilih sopir untuk
menghilangkan stres dan beban kerja. Salah satunya adalah sopir bus, mereka banyak
menghabiskan waktu bekerjanya dengan duduk, sehingga merokok dijadikan kebiasaan untuk
menghilangkan rasa jenuh dan rasa mengantuk ketika mengemudi. Karena rokok mengandung
nikotin yang dapat mengacaukan pola tidur dan membuat penggunanya selalu terjaga. Mereka
mempunyai kebiasaan merokok pada saat berada dalam keadaan kemacetan lalu lintas, saat
waktu senggang bersama sopir lainnya dan saat menunggu antrian jalur penumpang (Candra
Dwi Setiawan, 2020)

Perilaku merokok oleh pengendara sebagian besar dalam kategori perokok sedang.
Seseorang menjadi perokok dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya : 1) lingkungan,
faktor lingkungan sepertisaudara, teman sebaya, lingkungan sosial dimana seseorang tinggal;
2) demografis, jenis kelamin dan umur dalam budaya tertentu dapat menjadi seseorang menjadi
perokok; 3) sosiokultural, faktor pendidikan, budaya, status sosial, pekerjaan seseorang juga
bisa menyebabkan seseorang menjadi perokok. Selain faktor-faktor eksternal tersebut,
seseorang juga bisa menjadi seorang perokok disebabkan faktor internal atau dirinya sendiri.
Faktor internal yang dimaksud seperti kecemasan, kepercayaan diri, konsep diri dan
kepribadian.

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap peraturan berlalu lintas dapat dilihat dari
rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam berkendara. Hal tersebut terlihat dari
banyaknya pelanggaran berlalu lintas oleh pengendara kendaraan bermotor. Terjadinya
pelanggaran lalu lintas salah satunya didasari oleh keberanian untuk melanggar karena adanya
mentalitas bahwa setiap masalah dapat diselesaikan secara damai dengan Polantas, adanya
budaya menerabas dan pudarnya budaya malu bahkan bagi sebagian orang menjadi
kebanggaan tersendiri apabila dapat mengelabui Polantas atau melanggar rambu lalu lintass
Sementara itu, upaya yang dilakukan oleh para pihak penegak hukum terkait mewujudkan
kepatuhan hukum dalam masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan belum
menunjukkan kesungguhan yang berarti. Hal tersebut terlihat dari kurangnya kegiatan
sosialisasi dari penegak hukum terkait undang- undang lalu lintas sehingga tidak terlaksana
dengan baik.

Konsentrasi saat berkendara adalah hal yang sangat penting. Undang-undang Lalu
Lintas No.29 pasal 106 ayat 1 menyebutkan “Setiap orang yang mengemudikan kendaraannya
dengan wajar dan penuh konsentrasi”. Yang dimaksud penuh konsentrasi adalah setiap orang
yang mengemudikan bermotor dengan penuh perhatian dan tidak terganggu perhatiannya
karena sakit, lelah, mengantuk, menggunakan telepon atau menonton televisi atau video yang
terpasang dikendaraan atau meminum minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan
sehingga mempengaruhi kemampuan dalam mengemudikan kendaraan.

Dengan demikian perlunya kesadaran pengendara saat mengendarai kendaraan, telah


banyak kasus kecelakaan saat berkendara yang disebabkan karena merokok. Merokok dapat
menghilangkan kesadaran diri yang dapat menyebabkan kecelakaan. Dengan hal tersebut,
dapat dikatakan bahwa bahayanya merokok ketika mengendarai kendaraan yang dapat
menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
PENUTUP

Merokok pada saat mengendarai kendaraan bermotor merupakan kegiatan yang


melanggar aturan. Tidak hanya bagi pengendara sepeda motor, larangan merokok saat
berkendara juga berlaku pada pengemudi mobil.

Selain membahayakan diri sendiri, abu sisa pembakaran rokok yang terkena angin dapat
mengenai wajah pengendara di belakang, sehingga mengganggu pandangan bahkan
menimbulkan luka (Yuli Nurhanisah, 2021).

Bahkan, merokok bisa menyebabkan kecelakaan saat mengemudi. Selain itu, merokok
sambil berkendara bisa merusak mobil apabila bara rokok terjatuh bisa menimbulkan
kebakaran.

Aturan merokok saat berkendara sudah diatur dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (LLAJ) Nomor 22 Tahun 2009. Dalam UU tersebut, pelarangan melakukan aktivitas lain
selain berkendara sebenarnya ditujukan untuk semua pengemudi, mulai dari mobil hingga truk.

"Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan
melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan
konsentrasi dalam mengemudi di Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah),"

Selain itu, aturan lain mengenai pelarangan merokok sambil berkendara juga sudah
disebutkan berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 12 Tahun 2019
tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat, sudah dituliskan bahwa mengemudikan sepeda motor dilarang
sambil merokok.
DAFTAR PUSTAKA

Candra Dwi Setiawan, T. S. H. (2020). Hubungan Perilaku Merokok dengan Tingkat


Konsentrasi pada Sopir Bus di Terminal Tirtonadi Surakarta. AISYIYAH SURAKARTA
JOURNAL OF NURSING, 1.

Putu Ayu Mas Candra Dewi Murti, M. G. S. K. R. (n.d.). Pengaturan terhadap pengendara
yang merokok saat berlalu lintas. 1–10.

Yuli Nurhanisah. (2021). Jangan Merokok Sambil Berkendara Ya! Indonesiabaik.Id.


https://indonesiabaik.id/infografis/jangan-merokok-sambil-berkendara-ya

Anda mungkin juga menyukai