Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

PENGETAHUAN HUKUM MASYARAKAT KOTA KUPANG TENTANG LARANGAN


BERKOMUNIKASI MENGGUNAKAN HANDPHONE SELAMA BERKENDARAAN

Oleh

RIFALETHEN JOSUA HENDRIK

1974201044

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PERSATUAN GURU 1945 KUPANG

2022

1
LEMBARAN PENGESAHAN

Proposal ini telah disetujui pembimbing untuk diseminarkan pada

Hari :

Tanggal :

Waktu :

Tempat : Aula Fakultas Hukum Universitas Persatuan Guru 1945 Kupang NTT

MENYETUJUI

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

MARTHEN DILLAK, S.H.,M.H. WINDASAR N. SUDIARTA, S.H., M.Hum


NIDN: NIDN:

MENGETAHUI

Ketua Program Studi Ilmu Hukum

AGUSTIN ROHI RIWU, S.H.,M.H.


NIDN:0812088402

2
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keamanan jalan raya adalah kondisi pikiran. Kecelakaan bukanlah ketiadaan

pikiran namun kehilangan konsentrasi saat mengemudi. Berkonsentrasi sangat penting

dalam mengemudi untuk mendapatkan perjalanan dengan aman. Lalu lintas merupakan

proses yang terjadi di jalan raya. Adanya jalan raya merupakan salah satu kebutuhan

dasar bagi manusia dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar lainnya. Berbagai

aktivitas lalu lintas yang terjadi di jalan raya tak terlepas dari peran dan kewajiban yang

diemban oleh penegak hukum dalam hal ini polisi untuk menegakkan keadilan. Hal ini

sesuai dengan bunyi Pasal 14 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Kepolisian Republik Indonesia. Di dalam melaksanakan tugas di lapangan,

tentunya polisi lalu lintas menghadapi berbagai kendala-kendala dalam melaksanakan

fungsi sebagai pengatur lalu lintas. Salah satunya masalah mengenai penggunaan alat

komunikasi telepon genggam (hand phone) oleh pengendara sepeda motor pada saat

berkendara. Penggunaan alat komunikasi telepon genggam (hand phone) pada waktu

berkendaraan sangatlah berbahaya jika kegiatan tersebut tidak segera dihentikan.

Kegiatan ini juga merugikan pengguna jalan lain, mungkin pengendara yang

menggunakan telepon genggam (hand phone) ini tidak terganggu tapi bagi pengguna

jalan yang lain sangatlah mengganggu. Banyak kasus kecelakaan lalu lintas dikarenakan

kelalaian saat berkendara tersebut termasuk salah satunya berkomunikasi menggunakan

hand phone pada saat berkendaraan karna menyebabkan hilangnya konsentrasi saat

menyetir. Hal ini sangat ironis karena masyarakat sekarang lebih mementingkan

kepentingan pribadi dibanding kepentingan umum. Memang kegiatan ini sangat terdengar

sepeleh sehingga masih banyak masyarakat yang melanggar peraturan tersebut, tanpa

3
memikirkan bahaya yang dihadapi kedepannya akan merugikan diri sendiri dan orang

lain.

Berkendaraan dengan menggunakan mobil maupun sepeda motor di kota-kota

besar yang memiliki lalu lintas yang sibuk tentu saja bukan hal yang mudah dan nyaman.

Selain sering mengalami kemacetan, kita juga sering menemukan sebagian aksi

pengendara yang masih memiliki tingkat kesadaran keselamatan dalam berkendara yang

rmasih rendah. Efek ini selain semakin menambah jumlah faktor penyebab kecelakaan

lalu lintas, juga akan memunculkan efek yang semak in hari dianggap sebagai kebiasaan

lalu lintas sehari-hari yang membuat kita kurang nyaman dalam berkendara di jalan raya.

Pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang melakukan pelanggaran lalu lintas.

Sesuai yang terjadi dilapangan banyak pelanggaran lalu lintas yang dianggap kecil namun

bisa mengakibatkan masalah besar pada ketertiban umum, kerugian bahkan juga

kematian. Diantaranya pelanggaran lalu lintas tersebut adalah kegiatan yang bisa

mengganggu konsentrasi mengemudi seperti menggunakan hand phone, merokok,

mendengarkan musik saat mengemudi dan juga pelanggaran-pelanggaran lainnya.

Sebagaimana yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 283

menyebutkan :

“Setiap orang yang mengemudi kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan

melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan

gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan sebagaimana yang dimaksud dalam

pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau

denda paling banyak Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)”

Sementara pada pasal 106 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 berisi

“setiap orang yang mengemudi kendaraan bermotor di jalan wajib mengemudi

kendaraannya yang wajar dan penuh konsentrasi”. Dalam hal ini yang dimaksud dengan

penuh konsentrasi adalah setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dengan

4
perhatian dan tidak terganggu perhatiannya karena sakit, lelah, mengantuk, menggunakan

telepon atau menonton televisi atau video yang terpasang di kendaraan, atau meminum

minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan sehingga kegiatan tersebut

berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Seseorang yang tidak konsentrasi dalam

berkendaraan akan menimbulkan angka kecelakaan semakin tinggi.

Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia sebagai

pengguna jalan, faktor kendaraan, dan faktor keadaan atau alam. Maka dari itu

pemerintah, dalam hal ini petugas hukum terutama pihak kepolisian, khususnya polisi

lalu lintas, telah melakukan berbagai upaya, baik yang bersifat preventif maupun

represif, untuk mencegah atau mengurangi terjadinya pelanggaran lalu lintas yang

menimbulkan kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Secara normatif tugas serta wewenang polisi dalam proses peradilan lalu lintas

meliputi pembinaan lalu lintas, penyidikan tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan.

Kepolisisan juga berwenang dalam melakukan proses pemeriksaan atas kebenaran

keterangan yang berkenaan dengan pemenuhan persyaratan teknis dan layak jalan

kendaraan bermotor. Dalam melaksanakan tugas penegakan hukum pidana lalu lintas ini,

aparat kepolisian tunduk pada aturan-aturan khusus untuk melakukan tidankan hukum.

Keselamatan sangatlah penting saat mengemudi kendaraan, apabila para pengemudi tidak

mengutamakan keselamatan maka yang akan terjadi adalah kecelakaan lalu lintas.

Pengemudi bisa diancam pidana karna kesalahannya yang menimbulkan terjadinya

kecelakaan. Seseorang dapat dipidana karena tidak melakukan tugas TIBUM

(memelihara ketertiban dan kelancaran masyarakat) antara lain tidak membantu

pengendalian lalu lintas.

Namun sayangnya semua atribut himbauan dan sarana lalu lintas tersebut belum

sepenuhnya dijadikan pedoman dalam berlalu lintas, bahkan seringkali diabaikan. Kita

tentu sering melihat bagaimana pengendara melanggar lampu merah yang harusnya

5
berhenti, tidak menggunakan helm, menelpon sambil menyetir dan lain-lain. Hal-hal

seperti ini sering dianggap remeh. Padahal tidak sedikit kecelakaan lalu lintas terjadi

justru disebabkan oleh hal-hal kecil dan kelalaian seorang pengemudi. Akibatnya tidak

hanya merugikan pelaku, tetapi pengguna jalan lain juga bias menjadi korban. Tidak

hanya korban luka-luka, tetapi juga ada yang harus kehilangan nyawa.

Di kota Padangsidimpuan kesadaran dalam berkonsentrasi pada saat

berkendaraan bermotor sudah banyak dilakukan remaja, merokok bahkan membalas

chatting dan menggunakan telepon genggam bahkan dalam keadaan mabuk banyak

ditemukan, dan belum diketahui kepastiannya apakah sudah ada orang yang terkena

sanksi akan kegiatan tersebut. Masyarakat Kota Padangsidimpuan pun masih banyak

yang tidak atau belum mengetahui tentang adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 dan isi dari pasal-pasal UU tersebut yang mengatur tentang mengenai larangan

penggunaan telepon genggam saat mengemudi yang diatur dalam pasal 106 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan masih banyak masyarakat yang

mengabaikan peraturan tersebut. Terbukti dengan terjadinya kecelakan-kecelakaan yang

diakibatkan dari beberapa hal tersebut termasuk merokok, menggunakan handphone dan

lain sebagainya kegiatan yang mengurangi konsentrasi saat berkendaraan.

Beberapa contoh pengendara bermotor yang saya temukan dijalan dengan

berpelat motor

No Pelat motor Merek kendaraan

1 DH 1725 HP KIJANG INOVA

2 DH 3039 NA SUPRA VIT

3 DH 6223 HS MIO ZER

4 DH 1176 HE AVANA

5 DH 1992 HF HONDA SENIA

6
6 DH 1597 KC INOVA

7 DH 6933 KC EX RIDE

8 DH 1209 HS CONFERO

9 DH 6821 KP SCOPY

10 DH 1752 HP KIJANG INOVA

11 DH 3039 NA SUPRA VIT

Dilihat dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah

penelitian dengan judul “PENGETAHUAN HUKUM MASYARAKAT KOTA

KUPANG TENTANG LARANGAN BERKOMUNIKASI MENGGUNAKAN

HANDPHONE SELAMA BERKENDARAAN”

2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mempermudah

penulis dalam membatasi masalah yang akan diteliti sehingga tujuan dan sasaran yang

akan dicapai menjadi jelas, terarah dan mendapatkan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

Bagaimana Pengetahuan Hukum Masyarakat Kota Kupang Tentang Larangan

Berkomunikasi Menggunakan Handphone selama Berkendaraan

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

7
Dalam suatu kegiatan penelitian tentunya harus mempunyai tujuan-tujuan

tertentu, sehingga dari penelitian yang dilakukan dapat meberikan data

yang akurat sehingga dapat memberikan manfaat dan mampu

menyelesaikan masalah. Berdasarkan landasan tersebut maka penelitian

ini mempunyai tujuan:

Untuk mengetahui Pengetahuan Hukum Masyarakat Kota Kupang tentang

Larangan Berkomunikasi Menggunakan Handphone selama Berkedaraan

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat mengambil manfaatnya

antara lain:

1. Manfaat Teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran terhadap ilmu pengetahuan di bidang hukum pada

umumnya dan hukum acara pidana khususnya.

2. Manfaat Praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan khusus bagi masyarakat dan mahasiswa jurusan hukum

dalam mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat kota Kupang

tentang larangan berkomunikasi menggunakan handphone selama

berkndaraan.

8
B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan Hukum Masyarakat Tentang Larangan Berkomunikasi

Menggunakan Handphone saat Berkendaraan

Alat komunikasi handphone atau biasa di sebut (HP) adalah alat komunikasi yang

sangat canggih dan praktis karena dapat dibawa serta di gunakan dimana saja. Pengertian

Telepon genggam sendiri atau sering disebut handphone (HP) atau telepon selular

(ponsel) merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan

dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa

kemana- mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon

menggunakan kabel. Seiring berkembangnya teknologi komunikasi sekarang ini dan

kepraktisan penggunaan handphone yang dapat mengakses apasaja terkadang juga sering

9
disalah gunakan pada waktu dan tempat yang salah yaitu pada saat berkendara di jalan

raya.

Banyak yang berpendapat handphone memberikan kemanfaatan bagi masyarakat

karena mempermudah dalam transportasi, akan tetapi dampak negative menggunaan

handphone saat berkendara diantaranya mengenai pelanggaran lalu lintas yang dilakukan

oleh pengendara kendaraan bermotor menggunaan handphone saat berkendara sangat

berbahaya karena mengganggu konsentrasi sehingga pengendara kurang fokus dengan

kendaraan yang di kemudikannya. Masalah seperti ini sangat penting untuk dikaji

mengingat pelanggaran lalu lintas semakin hari semakin tinggi jumlahnya.

Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, sudah sepatutnya bertanggung

jawab dan melakukan penegakan hukum dalam menangani masalah pelanggaran lalu

lintas akibat pelanggaran yang dilakukan oleh pengedara kendaraan bermotor dalam

penggunaan handphone pada saat berkendara. Bentuk suatu tanggungjawab pemerintah

bukan hanya mengeluarkan peraturan dan kebijakan atau melakukan penegakan hukum

xc(law enforcement) saja, namun tidak kalah pentingnya adalah untuk melakukan

pengawasan dan pengendalian dari aparat kepolisan yang secara tegas sudah diamanatkan

oleh Undang-Undang, selain itu perlu dilakukanya sosialisasi secara menyeluruh untuk

meningkatkan kesadaran pengguna kendaraan roda empat dan roda dua akan

bahayanyapenggunaan handphone pada saat berkendara gunanya untuk menekan angka

pelanggaran lalu lintas dan untuk meminimalisir angka korban jiwa akibat kecelakaan

lalu lintas.

2. Uraian Undang – undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan

Dalam Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

danAngkutan jalan yang dimaksud dengan Lalu Lintas adalah gerak kendaraan

10
dan orang di RuangLalu Lintas Jalan.  Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana

yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang

berupaJalan dan fasilitaspendukung. Di Indonesia sudah disosialisasikan tentang

larangan penggunaan handphone pada saat berkendara yang tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Didalamnya

terdapat pasal yang berhubungan dengan penggunaan ponsel yaitu Pasal 106 ayat 1 yaitu:

“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan

kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi”. Didalam pasal tersebut pengendara

dilarang melakukan kegiatan atau melakukan sesuatu sehingga tidak fokus atau

konsentrasi seseorang akan hilang pada saat berkendara. Kegiatan tersebut akan

menimbulkan kecelakaan dan kerugiannya sangat fatal.

Selain diatur didalam Undang-Undang, sanksi kelalaian pengguna jalan juga

diatur didalam hukum Islam. Di Indonesia sudah lama berkembang istilah hukum Islam,

Hukum Islam adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman manusia atas nash

Al-Quran maupun As-Sunnah untuk mengatur kehidupan manusi yang berlaku

secara universal—relevan pada setiap zaman (waktu) dan makan (ruang) manusia.

Keuniversalan hukum Islam ini sebagai kelanjutan langsung dari hakikat Islam sebagai

agama universal, yakni agama yang substansi-substansi ajaran-Nya tidak dibatasi oleh

ruang dan waktu manusia, melainkan berlaku bagi semua orang Islam

dimanapun, kapan pun,dan kebangsaan apa pun. Sebagaimana diketahui, istilah hukum

Islam merupakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan dari al-fiqh al-Islamiy, atau

dalam konteks tertentu disebut al-syari‟ah al-Islamiy. Istilah ini, dalam

literatur Barat dikenal dengan idiom Islamic Law, yang secara hariah

diartikan dengan hukum Islam. Al-Quran sebagai sumber pertama Hukum Islam,

didalamnya memuat ajaran-ajaran di bidang hukum perdata, hukum dagang, hukum

11
pidana, hukum tata negara, hukum acara, hukum perburuan, hukum ekonomi, hukum

sosial, dan hukum internasional. Ketentuan- ketentuan hukum yang termuat dalam Al-

Quran tersebut, dilengkapi dengan Sunnah Rasul, dan dikembangkan dengan Ijtihad

ulama, keputusan pemerintah, dan Ijtihad hakim dalam yurispudensi. Sebagai akibat logis

dari sifat keuniverselan hukum Islam adalah ketentuan hukumnya, ada yang ditujukan

khusus untuk orang-orang Islam, ada pula yang ditujukan khusus untuk orang-orang non-

Islam.

3. Tinjauan Umum Tentang Lalu Lintas

a. Pengertian Lalu Lintas

Menurut Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55)

menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal

perjalanan di jalan dan sebagainya serta berhubungan antara sebuah tempat

dengan tempat lainnya. Sedangkan disebutkan dalam Undang-undang No. 22

tahun 2009, Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas

Jalan. uang lalu lintas itu sendiri adalah prasarana yang berupa jalan dan

fasilitas pendukung dan diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang dan

atau barang. Di dalam lalu lintas memiliki 3 (tiga) sistem komponen yang antara

lain adalah manusia, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam

pergerakan kendaraan.

1. Manusia

Manusia merupakan salah satu unsur dalam lalu lintas yang spesifik,

artinya setiap individu mempunyai komponen fisik dasar tertentu dan

nonfisik yang barangkali berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Manusia juga berperan sebagai pengemudi atau pejalan kaki dan

mempunyai keadaan yang berbeda-beda.

12
2. Kendaraan

Kendaraan digunakan dan atau digerakkan oleh manusia atau

pengemudi. Kendaraan berkaitan dengan kecepatan, percepatan,

perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 1993 tentang

kendaraan dan pengemudi tanggal yang merupakan turunan dari Undang-

undang tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, jenis

kendaraan bermotor di bagi menjadi :

 Sepeda motor.

 Mobil penumpang.

 Mobil bus.

 Mobil barang.

 Kendaraan khusus.

3. Jalan

Jalan adalah lintasan yang di rencanakan dan di peruntukkan kepada

pengguna kendaraan bermotor dan tidak bermotor termasuk pejalan kaki.

Jalan dalam lalu lintas adalah yang digunakan untuk mengalirkan aliran

lalu lintas dengan lancar, aman dan mendukung beban muatan

kendaraan.

4. Tinjauan tentang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan terkait Ojek Online

menurut Pasal 106 Ayat (1) Pasal 283 Undang – undang No. 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Berikut pasal dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang penting

diketahui dan dipahami pengendara motor demi menjaga keselamatan semua

13
pengguna jalan. Pasal 106 Ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang yang

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengemudikan kendaraannya

dengan wajar dan penuh konsentrasi.

Pasal 283 menyatakan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh

suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan

dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda paling banyak Rp

750.000. Umumnya pengemudi ojek online menggunakan aplikasi penunjuk jalan atau

GPS yang ada di telepon genggam. Perilaku itu berbahaya bagi si pengendara maupun

pengemudi lain. Polisi meminta mereka memasukkan alat komunikasi tersebut ke dalam

kantong atau jaket.

Banyak yang berpendapat bahwa ojek online memberikan kemanfaatan

bagi masyarakat dikarenakan mempermudah dalam transportasi. Pada

kenyataannya lebih banyak pelanggaran yang terjadi saat pengendara ojek

online sedang berkendara, karena kelalaian saat berkendara atau safety riding

seperti contoh pada saat mencari konsumen yang akan memakai jasa aplikasi

ojek online, pengendara ojek online dengan seenaknya berhenti secara

sembarangan di jalan tanpa meminggirkan sepeda motornya terlebih dahulu

atau lebih banyak berkonsentrasi ke handphone tanpa memperhatikan pengendara lain.

hal ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan di jalan. Dan perlu kita ketahui bahwa

faktor penyebab dimasukkannya peraturan larangan penggunaan handphone ini adalah

karena disebabkan banyaknya kecelakaan lalu lintas yang ditimbulkan. Pemerintah

juga mencatat bahwa penggunaan handphone saat berkendara memiliki tingkat

bahaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi alkohol.

14
C. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Pengetahuan Masyarakat Kota Kupang tentang Larangan

Berkomunikasi Menggunakan Handphone selama Berkendaraan. Pengambilan

lokasi ini dengan pertimbangan bahwa sumber data yang dimungkinkan dan

memungkinkan untuk dilakukan penelitian.

2. Sifat dan Jenis Penelitian

1. Sifat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini dipilih penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu

penelitian yang dimaksud untuk memberi data seteliti mungkin tentang manusia,

keadaan atau gejala-gejala lainnya. Dalam penelitian ini, penulis ingin

15
menemukan dan memahami gejala-gejala yang diteliti dengan cara penggambaran

yang seteliti-telitinya untuk mendekati obyek penelitian maupun permasalahan

yang telah dirumuskan sebelumnya

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian hukum empiris, yaitu suatu penelitian yang

berusaha mengidentifikasi hukum yag terdapat dalam masyarakat dengan maksud

untuk mengetahui gejala-gejala lainnya. Dalam penelitian ini penulis akan

mendeskripsikan mengenai Pengetahuan Masyarakat Kota Kupang tentang

Larangan Berkomunikasi Menggunakan Handphone selama Berkendaraan.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian yang digunakan dalam penulisan buku hukum ini bersifat

kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasar pada data-

data yang dinyatakan responden secara lisan atau tertulis, dan juga perilakunya yang

nyata, diteliti, dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Dengan menggunakan data yang

dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya bersifat teoritis yang diolah dan ditarik

kesimpulannya denga metode berfikir induktif. Penyajian secara induktif adalah

metode penyajian yang mendasarkan pada hal-hal yang bersifat umum untuk

kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Jenis Data

Dalam sebuah penelitian suatu data dibedakan menjadi dua yaitu: data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Yang pertama disebut

16
primer atau data dasar (primery data atau basic data), dan data yang kedua

dinamakan data sekunder (secondary data).

Data primer diperoleh dari sumber pertama, yaitu perilaku warga masyarakat

melalui penelitian. Data sekunder antara lain mencakup dokunen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku-buku harian, dan

seterusnya.

Jenis-jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Merupakan data atau fakta-fakta yang diperoleh langsung melalui

penelitian dilapangan termasuk keterangan dari responden yang

berhubungan dengan objek penelitian. Adapun yang termasuk dalam data

primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara terhadapat pejabat

terkait Pengetahuan Masyarakat tentang Larangan Berkomunikasi

Menggunakan Handphone selama Berkendaraan.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang tidak secara langsung diperoleh dari lokasi

penelitian atau keterangan-keterangan yang secara tidak langsung

diperolrh melalui studi pustaka, buku-buku literature, dokumen-dokumen,

peraturan perundang-undangan, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang

berkaitan dengan hukum ini.

2. Sumber Data Penelitian

Berdasarkan jenis data, maka dapat ditentukan sumber data yang digunakan untuk

penelitian, sehingga untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan

17
arah penelitian ini, sumber data yang penulis gunakan adalah:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang terkait langsung

dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sumber

data primer adalah pejabat atau pegawai.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak

langsung memberikan keterangan dan bersifat melengkapi sumber data

primer. Dalam hal ini yang menjadi sumber data sekunder adalah buku-

buku Ilmiah, peraturan Perundang-undangan, dokumen-dokumen,

sumber-sumber lain yang mendukung penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah tahap yang penting dalam melakukan penelitian. Alat

pengumpul data (instrument) menentukan kualitas data, dan kualitas data menentukan

kualitas penelitian. Karena itu alat pengumpul data harus mendapat penggarapan yang

cermat. Agar data penelitian mempunyai kualitas yang cukup tinggi, alat pengumpul

datanya harus dapat mengukur secara cermat, harus dapat mengukur apa yang dapat

diukur, dan harus dapat memberikan kesesuaian hasil pada pengulangan pengukuran.

Dalam rangka mendapatkan data yang tepat, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

18
a. Interview (wawancara)

Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika

seseorang yakni pengacara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan

masalah. Wawancara dilakukan terhadap narasumber, yaitu pejabat atau

pegawai Kepolisian Sektor Oebobo.

a. Studi Kepustakaan

Yaitu cara memperoleh data dengan mempelajari data dan menganalisa

atas keseluruhan isi pustaka dengan mengaitkan pada permasalahan yang

ada. Adapun pustaka yang menjadi acuan adalah, perundang-undangan,

maupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan

dalam penulisan hukum ini.

6. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik kualitati empiric,

dimana analisis sudah dilakukan bersama dengan proses pengumpulan data

selanjutnya terus sampai dengan waktu penulisan laporan dengan menjabarkan data-

data yang diperoleh berdasarkan norma hukum atau kaidah hukum serta doktrin

hukum yang dikaitkan dengan permasalahan ini.

Dan apabila dirasakan kesimpulannya kurang, maka perlu ada verifikasi kembali

untuk mengumpulkan data dari lapangan. Untuk lebih jelasnya, maka akan penulis

uraikan model analisis tersebut sebagai berikut. “ketiga komponen tersebut

19
aktifitasnya berbentuk interaksi baik dari komponen maupun dengan proses

pengumpulan data. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak diantara ketiga

komponen analysis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan-kegiatan

pengupulan data berlangsung.

A. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian dapat diatur sebagai berikut:
Tahapan persiapan..............................................................10 hari
Tahapan pengumpulan data/bahan......................................30 hari
Tahap pengelolaan dan analisa data....................................20 hari
Tahap penulisan dan konsultasi .........................................30 hari
Jumlah ................................................................................90 hari
B. BIAYA PENELITIAN
Biaya pengadaan referensi..........................Rp 1.000.000
Biaya pengumpulan data dan bahan...........Rp 1.000.000
Biaya pengetikan ........................................Rp 750.000
Biaya konsumsi...........................................Rp 1.000.000
Biaya transportasi........................................Rp 1.000.000
Jumlah ........................................................Rp 4.750.000

C. ORGANISASI PENELITIAN
1. Judul penelitian.
Jumlah personil 1 (orrang) yang akan melakukan penelitian tentang
“Hambatan penyelesaian sengketa tanah warisan di Desa Alila Selatan,
Kecamatan Abal, Kabupaten alor

Nama peneliti ; Rifaelthen Josua Hendrik


Nim : 1974201044
Jenis kelamin ; Laki=Laki
Fakultas : Hukum
Program studi : Ilmu Hukum
Semester : VIII (delapan)
No hp ; 085955371168

1. Pembimbing I

20
Nama ; Marthen Dillak S.H,M,H
NIDN ;
Jabatan : Pembimbing I
Fakultas : Hukum

2. Pembimbing II
Nama : Windaari Sudiarta, S.H.,M,Hum
NIDN :
Jabatan : Pembimbing II
Fakultas : Hukum

DAFTAR PUSTAKA

https://int.search.tb.ask.com/web?o=1471973&l=dir&qo=serpSearchTopBox&p2=%5EBYC

%5Exdm214%5ETTAB03%5Eid&n=78689a7c&ueid=f21b6909-d095-489f-b9db-

08ee78ecc52a&q=larangan+ojek+online+menggunakan+telepone+genggam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 283

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 106

Yusuf Istanto, Pelaksanaan Restorative Justice Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Lalu Lintas (Studi

Pelaksanaan Restorative Justice Di Polres Kudus), Jurnal Panorama Hukum Vol 2, No. 1, Juni 2017

21
22

Anda mungkin juga menyukai