Anda di halaman 1dari 30

TEORI KONSTITUSI

Dosen Pengampu : H. Riswandi, SH., M.Pd

Nama : Safna Riana Siregar

Mata Pelajaran : Ilmu Negara


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara merupakan suatu


tempat yang terdiri dari
sebuah wilayah,
pemerintah dan masyarakat
yang tinggal pada negara
tersebut. Selain itu negara
juga merupakan yang
isinya terdiri dari berbagai
jabatan – jabatan yang
memiliki fungsinya masing
– masing untuk mengurus
negara yang disebut
pemerintahan. Sohieno
mengatakan bahwa negara
timbul akibat dari
perpindahan setiap manusia
dari waktu ke waktu dan
kemudian menetap di suatu
wilayah tertentu dan
membentuk kelompok, yang
awal mulanya manusia hidup
secara bebas dan tidak teratur
berkembang menjadi hidup
yang terstruktur dan
mempunyai aturan dalam
berkehidupan berbangsa dan
1
bernegara. Terdapat
beberapa teori yang
mengatakan mengenai muncul
dan hilangnya suatu negara
yang terbagi dari beberapa
sejarawan dan zaman seperti,
Romawi, Yunani, abad
pertengahan dan zaman
renaissance. Dari beberapa
teori yang dikemukakan
bahwa teori asal mula
terbentuknya suatu negara
dikenal dengan teori
ketuhanan, teori hukum alam,
teori kekuasaan, teori
perjanjian masyarakat, dan
teori kekeluargaan.
George Jellineck dan Jean
Bodin mengatakan bahwa
negara itu harus
berdaulat, karena apabila
suatu negara tidak memiliki
yurisdiksi dan hukum
yang mengaturnya maka akan
2
runtuh dengan sendirinya.
Selain itu negara yang
sebelumnya tidak ada dapat
muncul menjadi suatu negara
yang berdaulat, negara
berdaulat yang sudah memiliki
rakyat, pemerintahan dan
wilayah itu dapat juga
mengalami kehancuran dan
lenyap. Alasan dari lenyapnya
suatu negara juga
tidak dapat dipungkiri dan
dihindari apabila
masyarakatnya sendiri yang
tidak
menjaga keutuhan suatu
negara itu. Hal ini dibuktikan
dari beberapa fakta yang
menyebutkan bahwa negara
dapat lenyap, seperti kondisi
alam, factor sosial.
Kondisi alam yang sudah tidak
memungkinkan bagi negara itu
tetap bertahan
adalah dengan terlihat kondisi
lingkungan yang masih layak
atau tidak bagi
1 Sohieno, Ilmu Negara. Cetakan
Ke-III, (Yogyakarta: Liberty, 2000)
Hal. 1.
2 I Gede Pantja Astawa, “Memahami
Ilmu Negara dan Teori Negara.
(Bandung: Refika Aditama, 2009),
hal. 60. Negara merupakan
suatu tempat yang terdiri
dari sebuah wilayah,
pemerintah dan masyarakat
yang tinggal pada negara
tersebut. Selain itu negara
juga merupakan yang
isinya terdiri dari berbagai
jabatan – jabatan yang
memiliki fungsinya masing
– masing untuk mengurus
negara yang disebut
pemerintahan. Sohieno
mengatakan bahwa negara
timbul akibat dari
perpindahan setiap manusia
dari waktu ke waktu dan
kemudian menetap di suatu
wilayah tertentu dan
membentuk kelompok, yang
awal mulanya manusia hidup
secara bebas dan tidak teratur
berkembang menjadi hidup
yang terstruktur dan
mempunyai aturan dalam
berkehidupan berbangsa dan
1
bernegara. Terdapat
beberapa teori yang
mengatakan mengenai muncul
dan hilangnya suatu negara
yang terbagi dari beberapa
sejarawan dan zaman seperti,
Romawi, Yunani, abad
pertengahan dan zaman
renaissance. Dari beberapa
teori yang dikemukakan
bahwa teori asal mula
terbentuknya suatu negara
dikenal dengan teori
ketuhanan, teori hukum alam,
teori kekuasaan, teori
perjanjian masyarakat, dan
teori kekeluargaan.
George Jellineck dan Jean
Bodin mengatakan bahwa
negara itu harus
berdaulat, karena apabila
suatu negara tidak memiliki
yurisdiksi dan hukum
yang mengaturnya maka akan
2
runtuh dengan sendirinya.
Selain itu negara yang
sebelumnya tidak ada dapat
muncul menjadi suatu negara
yang berdaulat, negara
berdaulat yang sudah memiliki
rakyat, pemerintahan dan
wilayah itu dapat juga
mengalami kehancuran dan
lenyap. Alasan dari lenyapnya
suatu negara juga
tidak dapat dipungkiri dan
dihindari apabila
masyarakatnya sendiri yang
tidak
menjaga keutuhan suatu
negara itu. Hal ini dibuktikan
dari beberapa fakta yang
menyebutkan bahwa negara
dapat lenyap, seperti kondisi
alam, factor sosial.
Kondisi alam yang sudah tidak
memungkinkan bagi negara itu
tetap bertahan
adalah dengan terlihat kondisi
lingkungan yang masih layak
atau tidak bagi
1 Sohieno, Ilmu Negara. Cetakan
Ke-III, (Yogyakarta: Liberty, 2000)
Hal. 1.
2 I Gede Pantja Astawa, “Memahami
Ilmu Negara dan Teori Negara.
(Bandung: Refika Aditama, 2009),
hal. 60.

Negara merupakan suatu


tempat yang terdiri dari
sebuah wilayah,
pemerintah dan masyarakat
yang tinggal pada negara
tersebut. Selain itu negara
juga merupakan yang
isinya terdiri dari berbagai
jabatan – jabatan yang
memiliki fungsinya masing
– masing untuk mengurus
negara yang disebut
pemerintahan. Sohieno
mengatakan bahwa negara
timbul akibat dari
perpindahan setiap manusia
dari waktu ke waktu dan
kemudian menetap di suatu
wilayah tertentu dan
membentuk kelompok, yang
awal mulanya manusia hidup
secara bebas dan tidak teratur
berkembang menjadi hidup
yang terstruktur dan
mempunyai aturan dalam
berkehidupan berbangsa dan
1
bernegara. Terdapat
beberapa teori yang
mengatakan mengenai muncul
dan hilangnya suatu negara
yang terbagi dari beberapa
sejarawan dan zaman seperti,
Romawi, Yunani, abad
pertengahan dan zaman
renaissance. Dari beberapa
teori yang dikemukakan
bahwa teori asal mula
terbentuknya suatu negara
dikenal dengan teori
ketuhanan, teori hukum alam,
teori kekuasaan, teori
perjanjian masyarakat, dan
teori kekeluargaan.
George Jellineck dan Jean
Bodin mengatakan bahwa
negara itu harus
berdaulat, karena apabila
suatu negara tidak memiliki
yurisdiksi dan hukum
yang mengaturnya maka akan
2
runtuh dengan sendirinya.
Selain itu negara yang
sebelumnya tidak ada dapat
muncul menjadi suatu negara
yang berdaulat, negara
berdaulat yang sudah memiliki
rakyat, pemerintahan dan
wilayah itu dapat juga
mengalami kehancuran dan
lenyap. Alasan dari lenyapnya
suatu negara juga
tidak dapat dipungkiri dan
dihindari apabila
masyarakatnya sendiri yang
tidak
menjaga keutuhan suatu
negara itu. Hal ini dibuktikan
dari beberapa fakta yang
menyebutkan bahwa negara
dapat lenyap, seperti kondisi
alam, factor sosial.
Kondisi alam yang sudah tidak
memungkinkan bagi negara itu
tetap bertahan
adalah dengan terlihat kondisi
lingkungan yang masih layak
atau tidak bagi
1 Sohieno, Ilmu Negara. Cetakan
Ke-III, (Yogyakarta: Liberty, 2000)
Hal. 1.
2 I Gede Pantja Astawa, “Memahami
Ilmu Negara dan Teori Negara.
(Bandung: Refika Aditama, 2009),
hal. 60.
Konstitusi (bahasa Latin: constituante) atau Undang-undang Dasar atau disingkat
UUD dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada
pemerintahan negara-biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak
mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi
dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat
aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum. Istilah ini merujuk secara khusus untuk
menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar
hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan
negara pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga
masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelengaraan suatu
negara, konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut undang-undang dasar
dan dapat pula tidak tertulis, undang – undang dasar menempati tata urutan peraturan
perundang-undangan tertinggi dalam negara, dalam konteks institusi negara, konstitusi
bermakna permakluman tertinggi yang menetapkan antara lain pemegang kedaulatan
tertinggi, sturktur negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan kekuasaan legislatit,
kekuasaan peradilan dan berbagai lembaga negara serta hak-hak rakyat.
Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma dasar yang hidup
dalam masyrakat dan dalam praktek penyelengaraan negara turut mempengaruhi perumusan
pada naskah dengan demikian suasana kebatinan yang menjadi latar belakang filosofi,
sosiologis, politis dan histori perumusan yuridis suatu ketentuan undang-undang dasar perlu
dipahami dengan seksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang
terdapat pada pasal – pasal undang-undang dasar. Paham konstitusionalisme berawal dari
dipergunakanya konstitusi sebagai hukum dalam penyelengaraan negara, konstitusionalisme
mengatur pelaksanaan rule of law (supremasi hukum) dalam hubungan individu dengan
pemerintahan.
Konstitusionalisme menghadirkan situasi yang dapat memupuk rasa aman, karena
adanya pembatasan terhadap wewenang pemerintah yang telah di tentukan terlebih dahulu,
konstitusionalisme mengemban the limited state (negara terbatas), agar penyelengaraan
negara dan pemerintahan tidak sewenag-wenang dan hal di maksud dinyatakan serta di atur
secara tegas dalam pasal- pasal konstitusi. Pada prinsipnya paham konstitusionalisme adalah
menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan, konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang
saling berkaitan satu sama lain : pertama, hubungan antara pemerintah, dengan warga negara
dan kedua, hubungan antar lembaga pemerintahan yang satu denganlembaga pemerintah
lainya. karena itu biasanya isi konstitusi dimaksudkan untuk mengatur tiga hal penting, yaitu
menentukan pembatasan kekuasaan organ-organ negara, mengatur hubungan antara lembaga
–lembaga negara yang satu dengan lainya dan mengatur hubungan kekuasaan antara lembaga
–lembaga negara dengan warga negara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian Konstitusi?
2. Apa sajakah isi konstitusi itu?
3. Apa tujuan konstitusi?
4. Apa sajakah klasifikasi konstitusi itu?
5. Bagaimana Proses perubahan konstitusi (amandemen)?
6. Bagaimanakah sejarah lahirnya konstitusi di Indonesia?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk :
1. Memahami konsep dasar tentang konstitusi.
2. Mengetahui beberapa hal yang dimuat dalam konstitusi.
3. Menetahui tujuan adanya konsitusi.
4. Mengetahui beberapa klasifikasi Konstitusi dari beberapa perspektif.
5. Mengetahui proses perubahan konstitusi ( amandemen).
6. Mengetahui sejarah lahirnya konstitusi di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi
Kata Konstitusi berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja “Constituer” (bahasa
Prancis) yang berarti membentuk. Yang dibentuk adalah sebuah negara. Maka, Konstitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara. Maka dapat dipahami,
bahwa bahasa Belanda menggunakan kata “Grondwet”, yang berarti suatu undang- undang
yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Sedangkan di Indonesia menggunakan kata “
Undang- Undang Dasar” seperti grondwet tadi.
Menurut K. C. Wheare, konstitusi adalah kumpulan hukum, institusi dan adat
kebiasaan, yang ditarik dari prinsip- prinsip rasio tertentu yang membentuk sistem umum,
dengan mana masyarakat setuju untuk diperintah. Sedangkan Abu Daud Busroh membagi
pengertian konstitusi menjadi 2 macam:
1. Konstitusi dalam arti luas adalah peraturan- peraturan yang membentuk, mengatur dan
memerintah negara baik yang tertulis maupun tidak.
2. Konstitusi dalam arti sempit adalah peraturan negara yang tertuang dalam satu
dokumen.
Dengan demikian, suatu konstitusi merupakan suatu peraturan pokok (fundamental)
mengenai soko-soko guru atau sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar yang
bernama “Negara”. Konstitusi di Indonesia adalah Undang- Undang Dasar 1945.

B. Isi Konstitusi
Berdasarkan pengertian diatas, sudah dapat dipastikan bahwa konstitusi memuat
berbagaimacam hal yang sangat penting dalam terbentuknya suatu negara. Dengan melihat
sekilas pada konstitusi- konstitusi dari berbagai negara, akan nampak jelas bahwa orang-
orang berbeda pemikiran menyangkut apa yang harus menjadi isi konstitusi. Orang Norwegia
mengatakan bahwa memerlukan kira- kira 25 halaman, sementara bangsa India
membutuhkan kira- kira 250 halaman untuk konstitusi mereka tahun 1950.
Sedangkan bangsa Indonesia sendiri membutuhkan 37 pasal untuk merumuskan
berbagaimacam hal yang fundamental dalam berdirinya NKRI. Secara global, isi UUD 1945
adalah sebagai berikut:
1. Bentuk dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Sistem pemerintahan.
3. Sistem pertahanan negara.
4. Hak asasi manusia.
5. Kewarganegaraan.

C. Tujuan Konstitusi
Hukum pada Umumnya bertujuan untuk mengadakan tatatertib guna keselamatan
masyarakat, yang penuh dengan bentrokan antara berbagai kepentingan yang tersebar di
tengah-tengah masyarakat. Maka dari itu, tujuan konstitusi secara global adalah:
1. Mengadakan tata tertib dalam berbagai lembaga kenegaraan, baik dalam hal
2. kewenangannya maupun cara bekerjanya.
3. Mengadakan tata tertib dalam hal hak-hak asasi manusia yang harus dijamin
perlindungannya.
Dalam satu situs mengatakan bahwa tujuan konstitusi adalah sebagai berikut:
1. Konstitusi menggambarkan struktur negara dan bekerjanya lembaga-lembaga negara.
2. Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban pemerintah.
3. Konstitusi membatasi kekuasaan pemerintah, karena itu juga berfungsi mencegah
kekuasaan yg sewenang-wenang.
4. Konstitusi menetapkan dan melindungi hak-hak dasar warganegara.

D. Klasifikasi Konstitusi dalam Berbagai Perspektif


Konstitusi memiliki beberapa klasifikasi dalam beberapa perspektif. Antara lain
adalah sebagai berikut.
1. Konstitusi tertulis dan Tidak tertulis
Ternyata di dunia ada 2 macam konstitusi, yaitu konstitusi tertulis (written
constitution) dan tidak tertuli (unwritten constitution). Menurut buku karangan Amos J.
Peaslee ”Constitutions of Nations”, hampir semua negara di dunia mempunyai
konstitusi terulis. Hanya Inggris dan Canada yang tidak mempunyai konstitusi tertulis.
Sedangkan konstitusi tak tertulis itu seperti halnya hukum tak tertulis yang berdasar atas
adat kebiasaan.
2. Berdasarkan Sifat Konstitusi
Berdasarkan sifat konstitusi, K. C. Wheare membagi konstitusi menjadi 2, yaitu :
a. Konstitusi Rigid (kaku) adalah konstitusi yang bisa diamandemen, tetapi harus
melalui proses khusus.
b. Konstitusi Fleksibel adalah konstitusi yang dapat diamandemen tanpa melalui
proses khusus.
3. Berdasarkan subyek yang berhak mengamandemen konstitusi.
Berdasarkan perspektif ini, K. C. Wheare membagi konstitusi menjadi 2, yaitu :
a. Konstitusi yang supreme terhadap legislatif yaitu yang tidak dapat diamandemen
oleh badan legislatif.
b. Konstitusi yang tidak supreme terhadap legislatif.
4. Berdasarkan Proses Pendistribusian Kekuasaan Pemerintahan.
Berdasarkan perspektif ini, K. C. Wheare membagi konstitusi menjadi 2, yaitu :
a. Konstitusi Kesatuan adalah kekuasaan legislatif pusat dalam mengatur legislatif di
bawahnya.
b. Konstitusi Federal adalah kekuasaan pemerintah dibagi antara pemerintah untuk
seluruh negara dan pemerintah untuk negara- negara bagian.

E. Proses Perubahan Konstitusi (Amandemen).


Menurut C.F Strong, ada 4 cara untuk mengubah konstitusi, yaitu:
1. By the ordinary legislature but under certain restrictions. Misalnya: UUD 1945.
2. By the people through a referendum (konstitusi dirubah oleh DPR yang baru
terbentuk). Misalnya: Perancis pada masa De Guille.
3. By a majority for all units of a federal state, yaitu terdapat di negara- negara federal.
4. By a special convention, perubahan konstitusi melalui pembentukan badan khusus.
Misalnya: Masa UUDS 1950 di Indonesia.
Sedangkan menurut K. C. Wheare, ada beberapa proses khusus yang harus dilalui
dalam mengamandemen konstitusi, seperti di Amerika, diantaranya adalah:
1. Amandemen tidak bisa dilakukan oleh legislatif semata, tetapi masih membutuhkan
dukungan dari lembaga- lembaga lain diluar legislatif.
2. Boleh mengamandemen konstitusi hanya melalui dua pertiga mayoritas.
3. Atau setelah pemilu.
4. Atau setelah pembahasan selama tiga bulan.

F. Sejarah Lahirnya Konstitusi di Indonesia.


Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia merupakan bagian dari kerajaan Belanda.
Aturan yang digunakan pada saat itu adalah “grondwet”. Dengan aturan tersebut, seluruh
hukum ditentukan melalui salah satu jalan, yaitu “wet” (undang- undang) atau “algemeen
maatregel van bestuur” ( keputusan raja Belanda). Pada tahun 1855, terjadilah “reegering
sreglement” yang menghasilkan “Indische staatsregeling” yang didalamnya mengenal 4
macam undang- undang, yaitu:

1. wet
2. algemeen maatregel van bestuur
3. Ordonnantie
4. regeerings verordening
Pada masa pendudukan Jepang sejak bulan Maret 1942 hingga 17 Agustus 1945,
sistem ketatanegaraan Indonesia tidak jauh berbeda dengan masa penajahan Belanda.
Diantaranya Gubernur Jenderal diganti oleh Gun- Sei kan, Departemen kehakiman diubah
menjadi sihoo-bu. Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ditetapkan suatu
undang- undang 1945. Persiapan itu telah dilakukan sejak akhir Mei 1945. Oleh PPPKI
(Panitia Persiapan Penyelidikan Kemerdekaan Indonesia) yang dipimpin oleh Dr. K. R. T.
Radjiman Wedioningrat.
Setelah kekalahan Jepang dari sekutu pada Perang Dunia II, Belanda berusaha
kembali ke wilayah Indonesia dengan NICA (Netherlands Civil Affairs). Akibatnya, beberapa
daerah di Indonesia diberi status Negara Bagian dari suatu negara federasi, yaitu Belanda.
Kemudian pada tanggal 17 Nopember 1945, terjadilah perundingan pertama Indonesia-
Belanda yang diwakili oleh Van Mook dan Sutan Syahrir dengan pimpinan Jenderal Inggris
Christison yang tak menghasilkan apa-apa. Dilanjutkan dengan persetujuan linggarjati pada
tanggal 25 Maret 1947 yang intinya adalah:
1. Pemerintah Belanda mengakui Pemerintah Republik Indonesia berkuasa de facto atas
Jawa, Madura, dan Sumatera.
2. Kedua pemerintah akan bekerjasama untuk waktu singkat untuk membentuk negara
federasi yang berdaulat dan demokratis, bernama Republik Indonesia Serikat.
Berlanjut dengan Agresi Militer I, Persetujuan Renville, dan Agresi Militer II oleh
Belanda. Hingga akhirnya pada tanggal 28 Januari 1949 DK PBB menerima resolusi yang
memuat:
1. Supaya segera dilakukan “cease fire” (pemberhentian tembak-menembak).
2. Membebaskan pemimpin- pemimpin Republik Indonesia.
Namun hal itu tak pernah dihiraukan. Hingga akhirnya terjadilah KMB pada tanggal
13 Agustus 1949 di Den Haag. Tidak lama kemudian, Indonesia menjadi Negara Kesatuan.
Setelah itu, muncullah UUDS 1950. Hingga akhirnya berubah menjadi UUD 1945.

Negara yang telah


ada di dalam
lingkup kenegaraan
dapat terjadi
keruntuhan, negara
dapat tenggelam,
negara dapat lenyap.
Terdapat teor-teori
mengenai lenyapnya
negara. Teori-teori
tersebut yakni :
•Teori Organis
Dalam teori organis,
negara dipandang
sebagai suatu
organisme yang suatu
saat tertentu akan
lenyap. Teori ini dianut
oleh Herbert
Spences. Teori ini
berkembang pada abad
XIX (19) yang
memandang negara
sebagai organisme.
Teori ini
berkembang seiring
perkembangan ilmu
pengetahuan terutama
biologi, dengan
ditemukannya sistem
sel pada binatang
dan tumbuhan dan
teori evolusi dari
Darwin. Penganut teori
ini memperkuat
argumentasinya
dengan mengambil
beberapa contoh,
yaitu : Mesir,
Babilonia,
Persia, Phunisia,
Romawi, dan lain-lain
yang semuanya
menjalani dari Negara
kecil, hingga besar dan
kuat dan akhirnya
menjadi kecil kembali,
lemah dan
akhirnya lenyap.
Namun tidak pula
semua organisme mati
karena tua, maka
negara pun juga
demikian, ada yang
hancur karena
peperangan walaupun
belum
tua. Bluntschi
memandang negara
terjadi tidak langsung
karena karya manusia.
Negara adalah zat yang
hidup yang tumbuh
baik di dalam maupun
di luar dan
berkembang seperti
organisme biologis.
Negara adalah suatu
unit besar yang
akan menua dan mat BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, suatu konstitusi merupakan suatu peraturan pokok (fundamental)
mengenai soko-soko guru atau sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar yang
bernama “Negara”. Sendi- sendi ini haruslah kuat dan tidak mudah runtuh, agar bangunan
Negara tetap berdiri, walaupun ada angin taufan menerjang. Maka dari itu, Konstitusi harus
tahan uji, kalau ada serangan dari tangan- tangan jahil yang akan menggantikan sendi- sendi
itu dengan tiang- tiang yang lain coraknya dan yang akan merubah wajah negara, sehingga
bangunan yang asli dan molek menjadi jelek. Konstitusi di Indonesia memilki sejarah
panjang dan cukup berliku. Hingga akhirnya, Bangsa Indonesia berkomitmen dengan UUD
1945 yang memuat 37 pasal.

B. Saran
Penulisan makalah ini, penulis berharap agar pembaca yang tentunya akan menjadi
calon guru dapat memahami apa saja unsur-unsur yang ada dalam sebuah indikator. Kelak
makalah tentang indikator ini dapat membatu calon guru dalam kegiatan proses
pengembangan pembelajaran. Penulis sadar makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu kami harapkan kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Prodjodikoro, Wirjono. 1983. Azas- Azas Hukum Tatanegara di Indonesia. Jakarta: Dian
Rakjat.
Wheare, K. C.2003. Konstitusi- Konstitusi Modern. Surabaya: Pustaka Eureka.
Busroh, Abu Daud.2005. Intisari Hukum Tatanegara Perbandingan Konstitusi 9 Negara.
Jakarta: Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai