Anda di halaman 1dari 2

PACARAN, TA’ARUF, KHITBAH?

Dibuat dalam rangka memenuhi tugas mandiri dalam Mata Kuliah Hadits Hukum Keluarga

Disusun oleh : Moch Qobus Lubaaba (2008201074)

Istilah Pacaran, Ta'aruf, Khitbah mungkin sudah tidak asing bagi kita, dan sering kali
kita dapati istilah tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan nyata
maupun virtual. Namun apakah kita juga tahu akan arti dan hukum dari istilah-istilah
tersebut?, Nah dalam tulisan ini saya akan menyinggung hal tersebut, baik dari segi arti
maupun hukum, menurut Hadits hukum keluarga.

Terlebih dahulu kita cari tahu akan arti dari ketiga istilah tersebut, yang pertama yakni
Pacaran, menurut Wikipedia Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan
manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju
kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.

Kemudian yang kedua yakni Ta'aruf, dalam kamus Kamus bahasa Arab, kata Ta'aruf
berasal dari kata dalam bahasa Arab, yang berbentuk isim Masdar dari fi'il madhi - ‫تعرف‬
‫ تعرف‬- ‫ يتعرف‬yang artinya "Saling mengenali". Yang berarti Ta’aruf adalah tindakan dan
upaya bersilaturrahmi untuk bertemu atau bertatap muka agar saling mengenali atau
sarana obyektif untuk melakukan perkenalan dan pendekatan dalam mencapai jodoh.

Selanjutnya yang ketiga yakni Khitbah, Khitbah menurut bahasa berasal dari akar kata
khathaba, Yakhthubu, khatban, wa khitbatan, artinya adalah pinangan. Menurut istilah
syara’ khitbah adalah tuntutan (permintaan) seorang laki-laki kepada seorang
perempuan tertentu agar mau kawin dengannya, dan laki-laki itu datang kepada
perempuan bersangkutan atau kepada keluarganya menje-las­kan keadaannya, serta
berbincang-bincang tentang akad yang akan dilang-sungkan dengan segala kebutuhan
aqad dan kebutuhan masing-masing.

Jika kita cermati Ketiganya memiliki tujuan tujuan yang sama, yakni sama-sama suatu
tahap hubungan antara laki-laki dan perempuan guna mencapai jenjang kehidupan
dalam berkeluarga. Dan ketiganya juga adalah suatu bentuk sifat sosial yang secar
alamiah ada dalam diri manusia, yang notabene nya adalah makhluk sosial. Adapun
untuk hukumya dari ketiga istilah tadi marilah kita galih terlebih dahulu.

Ada suatu kaidah fiqih yang mengatakan bahwa Hukum asal segala sesuatu ialah boleh

1
sampai ada dalil yang mengharamkannya, jika kita kaitkan dengan permasalahan hukum
dari ketiga istilah diatas, maka jawabanya ialah boleh, selagi belum ada qarinah yang
menunjukkan keharamannya, seperti halnya pacaran (hubungan dengan lawan jenis) yang
di permasalahkan itu bukanlah relasi ataupun hubungan sosialnya melainkan tindakanya
terutama tindakan yang mengarah ke perbuatan seksual, hal ini mungkin senada dengan
kutipan hadits yang cukup populer ini : ُ‫( َواَل يُ ْستَ ْشهَ ُد َأاَل اَل يَ ْخلُ َو َّن َر ُج ٌل بِا ْم َرَأ ٍة ِإاَّل َكانَ ثَالِثَهُ َما ال َّش ْيطَان‬Sungguh,
tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, kecuali pihak ketiganya adalah
setan.) Setan disini maksudnya ialah motivasi-motivasi ataupun keinginan-keinginan yang
mengarah kepada zinah.

Jadi yang dilarang dalam Islam bukanlah relasi sosialnya ataupun rasa cinta nya akan tetapi
perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada perzinahan nya. Adapun jika rasa cinta itu
mendorong kepada hal-hal baik maka tentu saja rasa saling cinta itu menjadi baik, maka dari
itu ada istilah Ta’aruf atau perkenalan, jika saling mengenalnya itu untuk kebaikan atau
pernikahan tentulah sangat dianjurkan.

Majalengka, 26 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai