Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana Menciptakan Kelas

Konstruktivistik
Hajar Dewantoro6 November 20160

Proses pembelajaran konstruktivistik tidak dapat dilakukan jika Anda tidak membuat
kelas konstruktivistik. Untuk membuat kelas yang dibangun dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut.

1. Ciptakan kelas yang dapat membangun memotivasi


siswa belajar
Pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika peserta didik termotivasi untuk
belajar. Ada dorongan dari dalam diri siswa untuk meraih rasa ingintahunya. Keadaan
ini sering disebut terciptanya motivasi dari dalam diri siswa (intrinsik). Sebagai pengajar
Anda harus mampu menciptakan belajar yang dapat mendorong siswa memenuhi rasa
ingin tahunya. Keadaan ini dapat dibangun antara lain dengan cara: menyajikan fakta-
fakta yang menarik tentang materi yang akan dipelajari. Siswa harus memahami konteks
dari materi yang akan dipelajarinya. Dengan pertentangan tersebut mereka akan dapat
membahas pertentangan materi tersebut. Selain itu, interaksi antar peserta juga sangat
penting untuk menumbuhkan motivasi belajar dengan membuat kelas
konstruktivistik. Hal ini dapat terjadi karena peserta didik belajar seperti yang lain
dengan menciptakan kelas konstruktivistik. Penyajian fakta-fakta yang menarik, suasana
kelas yang menyenangkan, interaksi yang baik antar peserta didik dapat menumbuhkan
rasa ingin tahu peserta didik sehingga mereka dapat termotivasi belajar. Bila peserta
didik telah termotivasi, maka pengajar dapat membantu siswa belajar.

2. Berikan masalah yang mendorong siswa kreatif


dengan membuat kelas konstruktivistik
Peserta didik, sesuai dengan tingkat usianya, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan
memiliki ide-ide atau mendukung untuk memenuhi rasa ingin tahu tersebut. Oleh sebab
itu, penyajian fakta-fakta pada pembelajaran dapat diteruskan pada masalah yang dapat
mendorong siswa berpikir. Untuk menyajikan masalah yang dapat mendorong siswa
belajar beberapa langkah harus dilakukan pengajar seperti:

(a) pilihlah masalah yang benar-benar relevan dengan materi yang akan dipelajari. Bila
masalah tersebut dipecahkan, siswa akan membahas konsep-konsep yang ada di
kompetensi dasar dari materi yang dipelajari,

(B) Masalah yang dipilih, dapatkan yang kontekstual, sehingga peserta didik, Itu belum,
dengan yang,

Baca Juga: Ciri-ciri Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme


(c) masalah tersebut memiliki beberapa alternatif pemecahan sehingga peserta didik
dapat memilih alternatif pemecahannya sesuai dengan yang dikemukakan,

(d) masalah tersebut sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa sehingga siswa
mampu mengatasi sesuai dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Masalah-
masalah yang memecahkannya menyediakan tantangan untuk berpikir lebih dalam,
berpikir kritis, dan menarik akan dapat mendorong peserta didik mengembangkan
kemampuan berpikir kreatifnya.

3. Bantulah siswa menggunakan alur pemikiran untuk


mengambil keputusan
Apa yang Anda lakukan saat dalam suatu proses pembelajaran Anda tidak memiliki
bayangan tentang teori atau arah pemecahan masalah? Misalnya Anda menerima
beberapa tugas tetapi Anda benar-benar tidak tahu arah penyelesaian tugas itu, apa
yang akan terjadi? Lebih baik peserta didik yang mengubah hal itu akan meninggalkan
tugas karena mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan dengan membuat kelas
konstruktivistik. Oleh sebab itu, fasilitasi guru dalam hal ini sangat penting mengarahkan
siswa memecahkan suatu masalah. Dalam pembelajaran yang berorientasi pada
konstruktivisme, guru dapat mengarahkan siswa melalui suatu pertanyaan-pertanyaan
pengarah. Misalnya pada kasus contoh 1, peserta kompilasi didik kesulitan menentukan
indikator perbedaan antara tanaman kelapa dan tanaman mangga maka dapat
diarahkan dengan pertanyaan seperti:

1. Apakah Anda memiliki perbedaan biji biji buahnya?


2. Apakah kulit batang kedua tanaman ini berbeda?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan dapat membantu peserta. Bagi peserta yang
belum berpengalaman memecahkan masalah maka mereka pada saat memecahkan
kesulitan menentukan piker memecahkan masalah. Alur berpikir yang membahas
masalah, akar masalah, faktor-faktor yang terkait dengan masalah, teori yang terkait,
alternatif-pemecahan masalah, sampai pada alternatif mana yang paling relevan. Alur
berpikir ini sangat perlu agar peserta tahu apa yang harus dilakukan atau
dikerjakan. Misalnya untuk menentukan alternatif pemecahan masalah, teori apa yang
relevan harus dibaca oleh siswa. Dalam konteks ini, peran guru sebagai fasilitator
sangat penting untuk membantu siswa.

Baca Juga: Pembelajaran Inovatif dengan Diskusi Konstruktivisme


Dalam pandangan konstruktivisme, siswa memang dibiarkan menentukan arahnya
sendiri untuk memecahkan masalah. Hal ini dapat menyebabkan pembelajaran
membutuhkan waktu yang lama sehingga tidak relevan dengan kurikulum. Oleh sebab
itu, pengajar dapat membantu siswa melalui pertanyaan-pertanyaan pengarah agar
peserta didik dapat mengembangkan alur pemecahan masalah. Pada pembelajaran
orang dewasa, hal ini biasanya disampaikan kepada peserta didik hingga mereka
menemukan alur pemikirannya sendiri. Namun, pada peserta didik pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah hal ini harus dibimbing dan dituntun agar motivasi
belajar mereka tetap terjaga. Jika materi yang dipelajari sulit dan siswa sulit ditentukan
Arahnya maka belajar dengan cara yang rendah dan tidak sesuai dengan yang
dilakukan peserta didik.

4. Ciptakan interaksi antar pebelajar yang


menumbuhkan sikap positif untuk belajar
Interaksi antar peserta didik dan antar guru dengan peserta didik sangat penting dalam
pembelajaran. Pada saat meminta konstruktivisme, siswa mendorong untuk membuat
konsep sendiri dari fakta atau data yang diberikan. Bila hal itu dikerjakan mandiri maka
sebagian besar siswa akan kesulitan. Peserta didik meminta diskusi yang efektif
sehingga pemecahan masalah dapat dilakukan. Dalam pandangan konstruktivistik,
interaksi antar pebelajar dan pebelajar-pengajar harus dapat menciptakan kelas
konstruktivistik dengan sikap positif belajar yang ditandai dengan:

(a) ada rasa saling simpati dan saling pengertian dalam bekerja bersama. Siswa dapat
saling membantu, memiliki peran, dan saling mendukung hasil pekerjaan yang
dilakukan,

(B) Kehadiran keriangan dan kegembiraan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung
jawab bersama. Tugas yang dikerjakan dilakukan dengan tulus dan tanpa beban dari
teman-teman kumpulannya,

(c) adanya pengambilan risiko bersama. Misalnya tugas yang harus dikerjakan meminta
peserta didik mencari referensi ke perpustakaan atau meminta data yang ada di kantor
tertentu maka mereka memiliki kesepakatan untuk meminta keselamatan atau
bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut,

(d) keberadaan rasa saling melengkapi menyelesaikan tugas bersama. Masing-masing


peserta didik merasakan tugas yang mereka kerjakan bersama itu milik mereka bukan
ketua kelompoknya atau perorangan yang ada di sana. Hal ini akan dapat mendorong
mereka memberikan kelompok untuk menyelesaikan tugas bersamasama, dan
(e) adanya saling keteladanan antar peserta didik. Peserta didik yang rajin, datang tepat
waktu, bekerja dengan sungguh-sungguh akan menjadi teladan bagi peserta didik yang
lain. Hal ini penting untuk membuat karakter peserta didik agar mereka dapat
berinteraksi dengan baik dan dapat mengambil hikmah yang baik dari interaksi tersebut.

Baca Juga: Metode Pembelajaran Interaktif dan Inovatif


Keempat cara tersebut di atas dapat Anda gunakan untuk mengembangkan kelas yang
berorientasi pada paradigma konstruktivistik di kelas. Pada kelas yang konstruktivistik
akan dapat dilihat peserta didik yang belajar menghargai kegiatan belajarnya di kelas de
gan menciptakan kelas konstruktivistik, belajar dengan sepenuh hati (bergaul),
bergairah bekerja dan mendapat bantuan yang diperintahkan guru, dan tidak dapat
digunakan sesuai permintaan guru Tapi ada ide-ide atau ide yang dilakukan walau
masih tetap dalam tugas yang harus diselesaikan. Guru konstruktivis membimbing siswa
membangun pengetahuan dan tidak memberikan pengetahuannya begitu saja. Guru
memberi fasilitas dan mengorganisasi kelas serta strategi pembelajaran yang membuat
para peserta didik berkolaborasi, memfasilitasi, bertanya,

Anda mungkin juga menyukai