Anda di halaman 1dari 18

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : DOLI ANGGELIA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 856807954

Tanggal Lahir : 13-AGUSTUS-2000

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4302/ Pembelajaran Kelas Rangkap

Kode/Nama Program Studi : 118/PGSD S1

Kode/Nama UPBJJ : 19/UPBJJ UT BENGKULU

Hari/Tanggal UAS THE : 08-JULI-2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : DOLI ANGGELIA


NIM : 856807954
Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4302/ Pembelajaran Kelas Rangkap
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi : PGSD S1
UPBJJ-UT : BENGKULU

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Lebong, 08 Juli 2023

Yang Membuat Pernyataan

DOLI ANGGELIA
1. Mengacu pada situasi tersebut, jelaskan hasil analisa Anda tentang alasan
diterapkannya PKR!

Jawaban:

Berdasarkan analisis situasi yang dijelaskan, terdapat beberapa alasan mengapa Pembelajaran
Kelas Rangkap (PKR) diperlukan di Indonesia. PKR adalah metode pembelajaran di mana
seorang guru mengajar beberapa kelas dalam waktu yang sama. Berikut adalah alasan-alasan
utama diterapkannya PKR dalam konteks yang Anda sebutkan:

1. Minimnya akses transportasi: Kondisi sekolah yang berlokasi di pedalaman dengan


minimnya akses transportasi dapat menyulitkan guru untuk dapat mengajar di setiap
kelas secara terpisah. Dengan menerapkan PKR, seorang guru dapat mengajar
beberapa kelas dalam satu waktu, sehingga mengurangi keterbatasan aksesibilitas dan
memaksimalkan penggunaan sumber daya manusia yang ada.

2. Kondisi bangunan yang tidak layak: Adanya sekolah dengan kondisi bangunan yang
tidak layak atau mengalami kerusakan parah menyebabkan beberapa ruang kelas tidak
dapat difungsikan dengan baik. PKR dapat menjadi solusi sementara untuk mengatasi
keterbatasan ruang kelas dengan memadukan beberapa kelas dalam satu ruangan yang
masih layak digunakan. Meskipun bukan solusi jangka panjang, ini dapat membantu
mengatasi kekurangan ruang kelas sementara waktu.

3. Kurangnya jumlah guru: Jumlah guru yang lebih sedikit dari jumlah kelas masih
sering terjadi, terutama di daerah terpencil. Salah satu faktornya adalah kurangnya
minat guru untuk ditugaskan di daerah-daerah terpencil karena tantangan dan
keterbatasan yang ada. Dengan PKR, jumlah guru yang dibutuhkan dapat dikurangi
karena seorang guru dapat mengajar beberapa kelas sekaligus. Hal ini membantu
mengoptimalkan jumlah guru yang tersedia dan meningkatkan efisiensi pengajaran.

4. Efisiensi waktu: PKR juga dapat membantu mengoptimalkan penggunaan waktu


dalam proses pembelajaran. Dengan menggabungkan beberapa kelas dalam satu sesi,
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan materi pembelajaran dapat dikurangi.
Guru dapat memberikan pengajaran yang sama kepada semua kelas dalam waktu
yang lebih singkat, sehingga meningkatkan efisiensi waktu dalam proses
pembelajaran.
Meskipun PKR dapat memberikan solusi sementara dalam menghadapi keterbatasan
infrastruktur dan jumlah guru, penting untuk diingat bahwa pendekatan ini memiliki
keterbatasan dan tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendekatan tradisional dengan satu
guru per kelas. Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus tetap berupaya
meningkatkan aksesibilitas, kondisi infrastruktur sekolah, serta memperkuat rekrutmen dan
penempatan guru di daerah terpencil untuk memberikan pendidikan yang berkualitas bagi
semua siswa di Indonesia.

2. Berdasarkan kasus Bu Ratih:

a. Tentukan model PKR yang paling sesuai dan jelaskan mengapa model tersebut
paling ideal untuk diterapkan!

Jawaban:

Dalam kasus Bu Ratih di SD Mekarsari, dengan tiga guru yang ada dan jumlah siswa yang
lebih dari 20 setiap kelas, Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan pilihan yang tepat
untuk mengatasi keterbatasan jumlah guru. Terdapat beberapa model PKR yang dapat
dipertimbangkan, namun model yang paling sesuai dan ideal dalam situasi ini adalah Model
Stasiun atau Station Rotation Model.

Model Stasiun (Station Rotation Model) melibatkan pembagian siswa ke dalam kelompok-
kelompok kecil yang berputar di antara stasiun-stasiun pembelajaran yang berbeda. Setiap
stasiun biasanya memiliki tujuan atau aktivitas pembelajaran yang berbeda. Dalam kasus Bu
Ratih, model ini dapat diterapkan dengan cara sebagai berikut:

1. Bu Ratih dapat membagi siswa kelas V menjadi beberapa kelompok kecil.

2. Setiap kelompok ditempatkan di stasiun pembelajaran yang berbeda di dalam kelas.


Misalnya, ada stasiun untuk pembelajaran Matematika dan stasiun untuk
pembelajaran IPA.

3. Bu Ratih memulai dengan memberikan pengajaran tentang "Skala Pada Denah"


kepada salah satu kelompok di stasiun Matematika, sementara kelompok lainnya
berada di stasiun IPA untuk belajar "Cara Makhluk Hidup menyesuaikan diri dengan
lingkungan".
4. Setelah selesai memberikan pengajaran di stasiun pertama, Bu Ratih dapat beralih ke
stasiun berikutnya dan memberikan pengajaran tentang topik lain kepada kelompok
berikutnya.

5. Proses ini berlanjut dengan perputaran siswa di antara stasiun-stasiun pembelajaran


hingga semua kelompok mendapatkan pengajaran tentang kedua topik.

Mengapa Model Stasiun paling ideal dalam kasus ini?

1. Efektif dalam pengelolaan kelas: Dengan menggunakan model stasiun, Bu Ratih


dapat membagi siswa menjadi kelompok kecil yang dapat dipantau dengan lebih
mudah. Ini membantu dalam mengelola kelas dengan jumlah siswa yang besar dan
memastikan bahwa semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

2. Diferensiasi pembelajaran: Dalam model stasiun, Bu Ratih dapat merancang aktivitas


atau materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap kelompok siswa.
Misalnya, dia dapat memberikan tugas yang lebih menantang kepada siswa yang lebih
mampu dalam satu stasiun, sementara memberikan dukungan tambahan kepada siswa
yang memerlukan bantuan di stasiun lain. Hal ini memungkinkan adanya diferensiasi
pembelajaran yang efektif.

3. Interaksi langsung dengan guru: Setiap kelompok siswa akan berinteraksi langsung
dengan Bu Ratih saat mereka berada di stasiun yang dia ajar. Hal ini memungkinkan
guru untuk memberikan perhatian lebih pada setiap kelompok siswa dan memberikan
umpan balik secara langsung.

4. Keanekaragaman aktivitas pembelajaran: Dalam model stasiun, Bu Ratih dapat


merancang berbagai jenis aktivitas pembelajaran di setiap stasiun, seperti tugas
kelompok, percobaan, atau penelitian mandiri. Hal ini memberikan variasi dalam
pembelajaran dan dapat meningkatkan keterlibatan siswa.

Dengan menggunakan Model Stasiun dalam PKR, Bu Ratih dapat mengoptimalkan


pengajaran Matematika dan IPA dengan memberikan perhatian yang adekuat pada kedua
topik pembelajaran secara bergantian kepada siswa kelas V dan VI.
b. Rancanglah pengelolaan kelas Bu Ratih sesuai dengan model yang dipilih dalam
bentuk sebuah bagan lengkap dengan langkah dan waktu pembelajaran selama 80
menit! Sertakan penjelasan kegiatan pembelajaran tersebut.

Jawaban:

Berikut adalah contoh pengelolaan kelas Bu Ratih menggunakan Model Stasiun (Station
Rotation Model) selama 80 menit dengan pembagian waktu dan penjelasan kegiatan
pembelajarannya:

Waktu: 80 menit

1. Persiapan (5 menit)

 Bu Ratih mempersiapkan stasiun-stasiun pembelajaran Matematika dan IPA di


kelas.

 Memastikan bahwa semua materi dan bahan yang dibutuhkan tersedia.

2. Stasiun 1: Matematika - Skala Pada Denah (20 menit)

 Bu Ratih memulai dengan pengenalan konsep "Skala Pada Denah" kepada


kelompok pertama.

 Dia menjelaskan definisi dan pentingnya skala pada denah serta memberikan
contoh penggunaan skala pada denah.

 Bu Ratih memberikan tugas kepada kelompok tersebut untuk mempraktikkan


penggunaan skala pada denah dengan beberapa latihan.

 Selama 20 menit, kelompok tersebut diberikan waktu untuk bekerja dalam


kelompok dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Stasiun 2: IPA - Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan (20
menit)

 Bu Ratih beralih ke stasiun IPA dan menjelaskan topik "Cara Makhluk Hidup
Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan" kepada kelompok kedua.

 Dia membahas konsep adaptasi pada makhluk hidup dan mengilustrasikan


bagaimana makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungan mereka.
 Bu Ratih memberikan tugas kepada kelompok tersebut untuk mengamati dan
mencatat beberapa contoh adaptasi pada makhluk hidup di sekitar mereka.

 Selama 20 menit, kelompok tersebut melakukan observasi dan mencatat


contoh-contoh adaptasi yang mereka temukan.

4. Pindah Stasiun (5 menit)

 Bu Ratih memberikan perintah kepada kelompok untuk berpindah dari stasiun


Matematika ke stasiun IPA atau sebaliknya.

 Siswa berpindah secara teratur sesuai dengan instruksi dan waktu yang
ditentukan.

5. Stasiun 1: Matematika - Skala Pada Denah (20 menit)

 Bu Ratih kembali ke stasiun Matematika untuk melanjutkan pembelajaran


tentang "Skala Pada Denah" dengan kelompok yang berpindah ke stasiun ini.

 Dia memberikan umpan balik terhadap tugas yang telah dikerjakan oleh
kelompok tersebut.

 Bu Ratih memberikan latihan tambahan dan memperdalam pemahaman siswa


tentang penggunaan skala pada denah.

 Kelompok ini diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan tugas dan


berinteraksi dengan Bu Ratih.

6. Stasiun 2: IPA - Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan (20
menit)

 Bu Ratih kembali ke stasiun IPA untuk melanjutkan pembelajaran tentang


"Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan" dengan
kelompok yang berpindah ke stasiun ini.

 Dia mengulangi konsep adaptasi dan memberikan umpan balik terhadap hasil
observasi dan pencatatan siswa.

 Bu Ratih melibatkan siswa dalam diskusi tentang contoh-contoh adaptasi yang


telah mereka temukan dan mengaitkannya dengan teori yang telah dipelajari.
 Kelompok ini diberikan waktu 20 menit untuk berdiskusi, bertanya, dan
memperdalam pemahaman tentang adaptasi pada makhluk hidup.

7. Refleksi dan Penutup (5 menit)

 Bu Ratih mengumpulkan pemahaman siswa tentang topik Matematika dan


IPA yang telah dipelajari.

 Dia memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau memberikan


umpan balik tentang pembelajaran hari itu.

 Bu Ratih memberikan arahan tentang tugas lanjutan atau pembelajaran


selanjutnya.

 Mengakhiri sesi dengan pengumuman tentang penugasan berikutnya atau hal-


hal penting yang perlu diketahui siswa.

3. Berdasarkan hal tersebut:

a. Jelaskan alasan penggunaan model PBAS ditinjau dari tujuan dan peran guru!

Jawaban:

Penggunaan model Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS) dalam kegiatan Pembelajaran
Kelas Rangkap (PKR) dapat memiliki beberapa alasan yang dapat ditinjau dari tujuan dan
peran guru. Berikut adalah penjelasan mengenai alasan penggunaan model PBAS dalam
konteks ini:

1. Peningkatan keterlibatan siswa: Model PBAS memberikan kesempatan bagi siswa


untuk secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam model ini, siswa
memiliki kontrol yang lebih besar terhadap pembelajaran mereka sendiri. Mereka
diberi arahan atau petunjuk oleh guru, namun memiliki otonomi untuk
mengeksplorasi materi, mencari sumber informasi, dan mempelajari konsep secara
mandiri. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,
karena mereka menjadi agen yang aktif dalam mencari pengetahuan.

2. Peningkatan kemampuan mandiri siswa: Model PBAS mendorong siswa untuk


mengembangkan kemampuan belajar mandiri. Siswa belajar untuk mengatur waktu,
mengelola sumber daya, dan mengambil tanggung jawab pribadi terhadap
pembelajaran mereka. Guru memberikan arahan awal, memberikan panduan atau
sumber referensi, namun siswa bertanggung jawab dalam mempelajari materi,
menyelesaikan tugas, dan mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini membantu siswa
untuk mengembangkan keterampilan belajar sepanjang hayat, yang sangat penting
dalam menghadapi tantangan di dunia nyata.

3. Individualisasi pembelajaran: Dalam model PBAS, siswa memiliki kebebasan untuk


mempelajari materi sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka sendiri. Guru
memberikan arahan dan sumber-sumber pembelajaran yang beragam, sehingga siswa
dapat mengakses materi dan mengembangkan pemahaman mereka secara individual.
Hal ini memungkinkan adanya individualisasi pembelajaran, di mana siswa dapat
belajar pada tingkat yang sesuai dengan kemampuan dan kecepatan mereka masing-
masing.

4. Peningkatan motivasi dan kemandirian belajar: Dalam model PBAS, siswa memiliki
keterlibatan yang lebih besar dalam pembelajaran mereka sendiri. Mereka memiliki
kebebasan untuk memilih jalur pembelajaran, menentukan strategi yang tepat, dan
mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran mereka. Hal ini dapat
meningkatkan motivasi siswa karena mereka merasa memiliki kendali terhadap
pembelajaran mereka. Selain itu, model PBAS juga membantu siswa untuk
mengembangkan kemandirian belajar, yang penting dalam membangun sikap belajar
sepanjang hidup.

Peran guru dalam model PBAS adalah sebagai fasilitator, penuntun, dan pendukung siswa
dalam proses pembelajaran. Guru memberikan arahan awal, memastikan siswa memahami
tujuan pembelajaran, dan memberikan panduan serta sumber informasi yang relevan. Guru
juga mengamati dan memantau perkembangan siswa, memberikan bimbingan saat
diperlukan, dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Dengan model PBAS, peran guru
bergeser menjadi pembimbing yang membantu siswa dalam mengelola pembelajaran mereka
sendiri, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif.
b. Jelaskan alasan penggunaan model PBMKS tipe Olah-Pikir Sejoli (OPS) ditinjau
dari tujuan dan peran guru!

Jawaban:

Penggunaan model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) dengan tipe Olah-Pikir
Sejoli (OPS) dalam kegiatan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) memiliki alasan-alasan
yang dapat ditinjau dari tujuan dan peran guru. Berikut adalah penjelasan mengenai alasan
penggunaan model PBMKS OPS dari perspektif tujuan dan peran guru:

1. Meningkatkan kerja sama dan kolaborasi: Model PBMKS tipe OPS menempatkan
kerja sama dan kolaborasi sebagai fokus utama. Dalam model ini, siswa diberi
kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok atau pasangan untuk memecahkan
masalah, berbagi ide, dan membangun pemahaman bersama. Tujuan utama dari
model ini adalah meningkatkan keterampilan kerja tim dan kolaboratif siswa. Dengan
bekerja sama, siswa dapat memanfaatkan keahlian dan pengalaman satu sama lain
untuk mencapai pemahaman yang lebih baik.

2. Mendorong pemikiran kritis dan reflektif: Dalam model PBMKS OPS, siswa diajak
untuk berpikir secara kritis dan reflektif. Mereka harus berdiskusi,
mempertimbangkan berbagai sudut pandang, dan merumuskan pemahaman bersama.
Guru berperan dalam membimbing dan merangsang siswa untuk berpikir kritis,
mengajukan pertanyaan yang menantang, dan mendorong refleksi atas hasil kerja
mereka. Dengan demikian, model ini mendukung pengembangan kemampuan
pemikiran kritis siswa.

3. Meningkatkan pemahaman melalui diskusi dan tanya jawab: Dalam model PBMKS
OPS, diskusi dan tanya jawab menjadi komponen penting dalam proses pembelajaran.
Siswa berbagi pemikiran, bertukar ide, dan saling mengajukan pertanyaan. Guru
berperan dalam mengarahkan dan memfasilitasi diskusi, memberikan masukan, dan
memperluas pemahaman siswa melalui pertanyaan yang relevan. Dengan melalui
proses diskusi dan tanya jawab, siswa dapat memperdalam pemahaman mereka
tentang topik yang dipelajari.

4. Peningkatan kemampuan sosial dan interpersonal: Dalam model PBMKS OPS, siswa
bekerja dalam kelompok atau pasangan, sehingga model ini mendorong
perkembangan kemampuan sosial dan interpersonal siswa. Mereka belajar untuk
bekerja sama, mendengarkan pandangan orang lain, menghormati perbedaan, dan
membangun hubungan timbal balik yang baik. Guru memiliki peran penting dalam
mengelola interaksi kelompok, membimbing siswa dalam berkomunikasi dengan
efektif, dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan saling menghargai.

5. Meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri: Melalui model PBMKS OPS, siswa
merasakan kebersamaan dan saling mendukung dalam pembelajaran. Mereka merasa
dihargai, memiliki peran aktif, dan merasa diakui oleh kelompoknya. Hal ini dapat
meningkatkan motivasi intrinsik siswa dalam pembelajaran. Selain itu, dengan
berpartisipasi dalam diskusi dan kerja sama yang konstruktif, siswa juga membangun
kepercayaan diri dan rasa memiliki terhadap hasil pembelajaran mereka.

Peran guru dalam model PBMKS OPS adalah sebagai fasilitator, pendukung, dan pengamat.
Guru memberikan arahan awal, membimbing siswa dalam kerja kelompok, memberikan
umpan balik yang konstruktif, dan merangsang pemikiran kritis siswa melalui pertanyaan
yang menantang. Guru juga mengamati interaksi kelompok, memastikan partisipasi setiap
siswa, dan mengatasi konflik atau kesulitan yang muncul. Dengan demikian, peran guru
adalah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kerja sama dan kolaborasi yang
efektif, serta memastikan tujuan pembelajaran tercapai melalui proses PBMKS tipe OPS.

c. Jelaskan alasan penggunaan model PBMKS tipe Tutorial Teman Sebaya (TTS)
ditinjau dari tujuan dan peran guru!

Jawaban:

Penggunaan model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) dengan tipe Tutorial
Teman Sebaya (TTS) dalam kegiatan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) memiliki alasan-
alasan yang dapat ditinjau dari tujuan dan peran guru. Berikut adalah penjelasan mengenai
alasan penggunaan model PBMKS TTS dari perspektif tujuan dan peran guru:

1. Peningkatan keterlibatan siswa: Model PBMKS TTS mendorong keterlibatan aktif


siswa dalam pembelajaran. Dalam model ini, siswa berperan ganda sebagai pengajar
dan peserta didik. Mereka bekerja dalam pasangan atau kelompok kecil, di mana satu
siswa menjadi tutor atau pengajar, sementara siswa lainnya menjadi peserta didik.
Tujuan utama dari model ini adalah meningkatkan keterlibatan siswa dengan memberi
mereka tanggung jawab untuk membantu dan mendukung teman sebayanya dalam
memahami materi pembelajaran.
2. Meningkatkan pemahaman melalui pengajaran sebaya: Dalam model PBMKS TTS,
siswa belajar melalui proses pengajaran sebaya. Dalam peran sebagai tutor, siswa
yang memiliki pemahaman yang lebih baik dalam suatu topik membantu siswa
lainnya untuk memahami konsep tersebut. Dalam proses menjelaskan, mengajukan
pertanyaan, dan memberikan umpan balik, siswa tutor memperdalam pemahaman
mereka sendiri dan membangun pemahaman siswa lain. Guru berperan dalam
membimbing siswa dalam peran tutor, memberikan panduan dan umpan balik yang
diperlukan.

3. Peningkatan keterampilan sosial dan empati: Dalam model PBMKS TTS, siswa
terlibat dalam interaksi sosial yang positif. Siswa tutor belajar untuk berkomunikasi
dengan jelas, mendengarkan dengan empati, dan membangun hubungan yang baik
dengan siswa peserta didik. Siswa peserta didik juga belajar untuk menghargai dan
menerima bantuan dari teman sebayanya. Guru memainkan peran penting dalam
membimbing siswa dalam keterampilan sosial dan empati ini, serta menciptakan
lingkungan yang aman dan mendukung bagi interaksi sosial yang positif.

4. Peningkatan kemandirian dan tanggung jawab belajar: Dalam model PBMKS TTS,
siswa menjadi lebih mandiri dalam pembelajaran mereka. Siswa tutor belajar untuk
mengorganisir dan merencanakan pembelajaran, menentukan cara terbaik untuk
menjelaskan konsep, dan mengelola waktu pembelajaran mereka. Siswa peserta didik
belajar untuk mengambil tanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan menghargai
bantuan dari teman sebayanya. Guru berperan dalam memberikan panduan awal,
melibatkan siswa dalam refleksi diri, dan memberikan dukungan yang diperlukan
dalam pengembangan kemandirian belajar siswa.

5. Peningkatan motivasi dan kepercayaan diri: Dalam model PBMKS TTS, siswa
merasakan kebersamaan dan dukungan dalam pembelajaran. Siswa tutor merasa
dihargai karena memberikan bantuan dan dukungan kepada teman sebayanya. Siswa
peserta didik merasa didukung karena mendapatkan bantuan dari teman sebayanya.
Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri siswa. Guru memainkan
peran penting dalam memberikan apresiasi dan umpan balik positif terhadap upaya
siswa serta membangun rasa percaya diri siswa dalam peran tutor atau peserta didik.

Peran guru dalam model PBMKS TTS adalah sebagai fasilitator, pendukung, dan pengamat.
Guru memberikan panduan awal, memberikan contoh dan strategi pengajaran sebaya yang
efektif, serta memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap siswa dalam peran tutor
atau peserta didik. Guru juga mengamati interaksi dan kemajuan siswa, memberikan
bimbingan dan dukungan yang diperlukan, serta menciptakan lingkungan yang mendukung
kolaborasi dan pembelajaran sebaya yang efektif.

4. Berdasarkan rancangan pembelajaran Pak Roni:

a. Bagaimana penilaian Anda mengenai rancangan pelaksanaan PKR ditinjau dari


rumusan indikator dan tujuan pembelajaran?

Jawaban:

Ditinjau dari rumusan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, rancangan
pelaksanaan PKR oleh Pak Roni terlihat cukup baik. Indikator dan tujuan pembelajaran yang
jelas dan terukur merupakan komponen penting dalam perencanaan pembelajaran. Berikut
adalah penilaian terhadap rancangan pelaksanaan PKR berdasarkan rumusan indikator dan
tujuan pembelajaran:

1. Indikator Bahasa Indonesia:

 Memahami kata sapaan: Indikator ini menunjukkan bahwa siswa diharapkan


dapat memahami arti dan penggunaan kata sapaan dalam konteks dongeng.

 Memahami ciri-ciri kata sapaan: Indikator ini menunjukkan bahwa siswa


diharapkan dapat mengidentifikasi ciri-ciri khusus dari kata sapaan.

Penilaian: Indikator yang telah dirumuskan cukup jelas dan terfokus pada kompetensi yang
ingin dicapai. Indikator-indikator ini akan membantu Pak Roni untuk mengamati dan
mengevaluasi pemahaman siswa terkait kata sapaan dalam dongeng.

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia:

 Siswa dapat memahami kata sapaan: Tujuan ini menunjukkan bahwa Pak Roni
ingin siswa memiliki pemahaman yang baik tentang kata sapaan dan dapat
memahaminya dalam konteks dongeng.

 Siswa dapat memahami ciri-ciri kata sapaan: Tujuan ini menunjukkan bahwa
Pak Roni ingin siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri khusus dari kata
sapaan.
Penilaian: Tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan indikator yang telah
dirumuskan. Tujuan-tujuan ini spesifik dan terukur, dan akan membantu Pak Roni dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai.

3. Indikator PPKn:

 Mengenal kewajiban sebagai anggota keluarga: Indikator ini menunjukkan


bahwa siswa diharapkan dapat mengidentifikasi dan memahami kewajiban
mereka sebagai anggota keluarga.

 Mengenal hak sebagai anggota keluarga: Indikator ini menunjukkan bahwa


siswa diharapkan dapat mengidentifikasi dan memahami hak-hak mereka
sebagai anggota keluarga.

Penilaian: Indikator yang telah dirumuskan cukup jelas dan mengarahkan perhatian siswa
pada pemahaman tentang kewajiban dan hak mereka sebagai anggota keluarga.

4. Tujuan Pembelajaran PPKn:

 Siswa dapat mengenal kewajiban sebagai anggota keluarga: Tujuan ini


menunjukkan bahwa Pak Roni ingin siswa memiliki pemahaman yang baik
tentang kewajiban mereka sebagai anggota keluarga.

 Siswa dapat mengenal hak sebagai anggota keluarga: Tujuan ini menunjukkan
bahwa Pak Roni ingin siswa mampu mengidentifikasi dan memahami hak-hak
mereka sebagai anggota keluarga.

Penilaian: Tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan konsisten dengan indikator yang telah
dirumuskan. Tujuan-tujuan ini dapat diukur dan memberikan arahan yang jelas dalam
mengembangkan pemahaman siswa tentang kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga.

Secara keseluruhan, rancangan pelaksanaan PKR oleh Pak Roni mendapatkan penilaian yang
baik. Indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat membantu dalam
mengarahkan perencanaan kegiatan pembelajaran yang sesuai dan membantu mengukur
pencapaian kompetensi siswa dalam Bahasa Indonesia dan PPKn.
b. Rumuskan minimal 2 indikator dari setiap muatan pembelajaran yang mengacu
pada KD yang telah ditetapkan!

Jawaban:

Indikator untuk KD Bahasa Indonesia ("Menentukan kata sapaan dalam dongeng secara lisan
dan tulis"):

1. Mengidentifikasi kata sapaan dalam dongeng: Siswa dapat mengenali dan


menentukan kata sapaan yang digunakan dalam cerita dongeng yang diberikan secara
lisan maupun tulisan.

2. Menghubungkan kata sapaan dengan penggunaannya: Siswa dapat memahami


konteks penggunaan kata sapaan dalam dongeng dan menghubungkannya dengan
karakter atau situasi dalam cerita.

Indikator untuk KD PPKn ("Mengidentifikasi kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga"):

1. Mengenali kewajiban sebagai anggota keluarga: Siswa dapat mengidentifikasi


kewajiban yang harus mereka penuhi sebagai anggota keluarga, seperti membantu
membersihkan rumah, menghormati orang tua, atau menjaga persatuan keluarga.

2. Mengenali hak sebagai anggota keluarga: Siswa dapat mengidentifikasi hak-hak


mereka sebagai anggota keluarga, seperti hak mendapatkan perlindungan, hak
mendapatkan pendidikan, atau hak mendapatkan perhatian dan kasih sayang.

Harap dicatat bahwa indikator-indikator di atas hanya contoh dan dapat disesuaikan dengan
kurikulum atau konteks pembelajaran yang lebih spesifik. Indikator yang tepat akan
mencerminkan kompetensi yang ingin dicapai dan dapat diukur dengan jelas melalui kegiatan
pembelajaran dan penilaian.

c. Rumuskan minimal 2 tujuan pembelajaran yang lengkap (ABCD) dari setiap muatan
pembelajaran yang mengacu pada KD yang telah ditetapkan!

Jawaban:

Tujuan pembelajaran yang lengkap (ABCD) untuk KD Bahasa Indonesia ("Menentukan kata
sapaan dalam dongeng secara lisan dan tulis"):

1. Affective (Afektif): Siswa akan menghargai dan menghormati penggunaan kata


sapaan dalam interaksi sehari-hari dan cerita dongeng.
Contoh: Siswa akan menunjukkan sikap menghargai dan menghormati penggunaan kata
sapaan dengan menggunakan kata sapaan yang tepat dan sopan dalam komunikasi sehari-hari
dan saat bercerita.

2. Cognitive (Kognitif): Siswa akan dapat mengidentifikasi dan menjelaskan kata sapaan
dalam dongeng secara lisan maupun tulis.

Contoh: Siswa akan dapat mengidentifikasi kata sapaan yang digunakan dalam dongeng yang
diberikan dan dapat menjelaskan makna dan penggunaannya dalam konteks cerita.

Tujuan pembelajaran yang lengkap (ABCD) untuk KD PPKn ("Mengidentifikasi kewajiban


dan hak sebagai anggota keluarga"):

1. Affective (Afektif): Siswa akan mengembangkan kesadaran tentang kewajiban dan


hak sebagai anggota keluarga dan menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam
keluarga.

Contoh: Siswa akan menunjukkan sikap bertanggung jawab dengan melaksanakan kewajiban
sebagai anggota keluarga, seperti membantu tugas rumah tangga atau menghormati anggota
keluarga lainnya.

2. Cognitive (Kognitif): Siswa akan dapat mengidentifikasi dan menjelaskan kewajiban


dan hak sebagai anggota keluarga.

Contoh: Siswa akan dapat mengidentifikasi kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga,
seperti kewajiban menghormati orang tua atau hak untuk mendapatkan perlindungan, dan
dapat menjelaskan makna dan pentingnya kewajiban dan hak tersebut.

Tujuan pembelajaran haruslah spesifik, terukur, dapat dicapai, dan relevan dengan KD yang
ditetapkan. Tujuan yang lengkap (ABCD) mencakup aspek afektif, kognitif, psikomotorik,
dan sosial yang berkaitan dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Tujuan-tujuan ini akan membantu mengarahkan perencanaan kegiatan pembelajaran dan
memfasilitasi penilaian yang efektif terhadap pencapaian siswa.
d. Rancanglah pengalaman belajar yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup dengan memanfaatkan potensi lingkungan dengan tepat dengan alokasi waktu
2 jam pembelajaran (70 menit)

Jawaban:

Berikut adalah rancangan pengalaman belajar yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti,
dan penutup dengan memanfaatkan potensi lingkungan dengan tepat, dengan alokasi waktu 2
jam (70 menit) pembelajaran:

1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit):

 Guru memulai dengan sebuah cerita pendek atau pertanyaan yang relevan
dengan muatan pelajaran Bahasa Indonesia atau PPKn.

 Guru membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap topik pembelajaran


yang akan dilakukan.

2. Kegiatan Inti - Bahasa Indonesia (35 menit): a. Eksplorasi (10 menit):

 Guru memperkenalkan kata sapaan dalam dongeng dan memberikan beberapa


contoh penggunaan kata sapaan dalam situasi yang berbeda.

 Siswa melakukan diskusi kecil dalam kelompok untuk berbagi pengetahuan


awal dan pengalaman mereka terkait kata sapaan.

b. Elaborasi (20 menit):

 Guru memberikan cerita dongeng kepada siswa, yang berisi penggunaan kata
sapaan.

 Siswa membaca cerita secara individu atau dalam kelompok kecil dan
mencatat kata sapaan yang ditemukan.

 Siswa berbagi temuan mereka dan mendiskusikan penggunaan kata sapaan


dalam cerita.

c. Konfirmasi (5 menit):

 Guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk memastikan pemahaman siswa


terhadap kata sapaan dalam cerita dongeng.

 Siswa menjawab pertanyaan secara lisan atau tulisan.


3. Kegiatan Inti - PPKn (35 menit): a. Eksplorasi (10 menit):

 Guru memulai dengan diskusi tentang kewajiban dan hak sebagai anggota
keluarga.

 Siswa berbagi pengalaman mereka tentang kewajiban dan hak yang mereka
kenal dalam keluarga.

b. Elaborasi (20 menit):

 Guru memberikan beberapa contoh situasi keluarga, di mana siswa diminta


untuk mengidentifikasi kewajiban dan hak yang terkait.

 Siswa bekerja dalam kelompok untuk mengidentifikasi dan mencatat


kewajiban dan hak dalam situasi yang diberikan.

 Siswa berbagi hasil kerja mereka dan mendiskusikan jawaban dengan


kelompok lain.

c. Konfirmasi (5 menit):

 Guru meminta beberapa siswa untuk menyampaikan hasil diskusi dan


pemahaman mereka tentang kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga.

4. Kegiatan Penutup (10 menit):

 Guru merangkum pembelajaran dengan mengingatkan siswa tentang kata


sapaan dalam Bahasa Indonesia dan kewajiban serta hak sebagai anggota
keluarga dalam PPKn.

 Siswa memberikan tanggapan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

 Guru memberikan umpan balik dan memberikan arahan untuk tugas atau
pembelajaran selanjutnya.

Tujuan utama dari pengalaman belajar ini adalah memanfaatkan potensi lingkungan dengan
tepat dan menghadirkan kegiatan yang interaktif, kolaboratif, dan mendorong siswa untuk
berpikir kritis.

Anda mungkin juga menyukai