Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PRODI S1 PENDIDIKAN
BIOLOGI - FMIPA

FILSAFAT PENDIDIKAN Skor Nilai :

(Muhammad Anwar, 2015)

NAMA MAHASISWA : Evi Bunga Kirani Br. Sinuraya

NIM : 4213141042

DOSEN PENGAMPU : Rahmilawati Ritonga, S. Pd, M. Pd

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
critical book review ini. Tugas ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas
pada mata kuliah filsafat pendidikan.

Saya menyadari bahwa tugas Critical Book Review ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya saya memohon kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan pembuatan tugas Critical Book Review selanjutnya.
Saya juga berharap semoga tugas Critical Book Review ini dapat diterima oleh Ibu
dosen dan teman-teman semua.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 10 September 2021

Evi Bunga Kirani Br. Sinuraya

(4213141042)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………...……..ii

BAB I……………………………………………………………………………….1

PENDAHULUAN……………………………………………………………….…1

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR………………………………………...………..1

B. Tujuan Penulisan CBR…………………………...……………………………...1

C. Manfaat CBR……………………………...…………………………………….1

D. Identitas Buku Yang Direview…………………………….……………………2

BAB II…………………………………………………………………………...…4

RINGKASAN ISI BUKU………………………………………………………….4

BAB III………………………………………………………………..………..…14

PEMBAHASAN………………………………………………………………......14

A. Pembahasan Isi Buku.………………………...……………………………..…14

B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku.………………………………………….15

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….16

A. Kesimpulan……………………………………………………………….…....16

B. Saran……………………………………………………………………….......16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR

Critical Book Review (CBR) sangat penting buat kalangan pendidikan terutama
buat mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu buku maka
mahasiswa/i ataupun si pengkritik dapat membandingkan dua buku dengan tema
yang sama, dapat melihat mana buku yang perlu diperbaiki dan mana buku yang
sudah baik untuk digunakan berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis buku tersebut, setelah dapat mengkritik buku maka diharapkan
mahasiswa/i dapat membuat suatu buku karena sudah mengetahui bagaimana
kriteria buku yang baik dan benar untuk digunakan dan sudah mengerti bagaimana
cara menulis atau langkah-langkah apa saja yang diperlukan dalam penulisan buku
tersebut.

B. TUJUAN PENULISAN CBR

-Mengulas isi buku.


-Mencari dan Mengetahui informasi yang terdapat dalam buku.
-Membandingkan isi buku pertama dengan isi buku kedua.
-Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh -
setiap bab dari kedua buku tersebut.
-Memenuhi tugas wajib mata kuliah Filsafat Pendidikan.
-Menanggapi atau mengkritisi isi buku Filsafat Pendidikan

C. MANFAAT CBR

-Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu buku.


-Supaya kita dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CBR yang benar.
-Dapat menulis bagaimana buku yang baik dan benar.
-Menambah pengetahuan kita tentang isi-isi dari buku buku penelitian.
-Menambah wawasan pembaca tentang Filsafat Pendidikan.
-Menambah pengetahuan penyusun dan pembaca tentang critical book review.
D. IDENTITAS BUKU YANG DI REVIEW

a. Buku Utama

Judul : Filsafat Pendidikan

Edisi : Edisi Pertama

Pengarang : Muhammad Anwar

Penerbit : Prenadamedia Group

Kota Terbit : Jakarta

Jumlah Halaman : 176 halaman

Tahun Terbit : 2015

ISBN : 978-602-1186-52-7 370.1

b. Buku Pembanding

Judul : Filsafat Pendidikan

Pengarang : Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd.

Penerbit : Valia Pustaka

Kota Terbit : Jogjakarta

Jumlah Halaman : 273 halaman

Tahun Terbit : 2016

ISBN : 978-602-71540-8-7
Buku Utama : Buku Pembanding :
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. BAB. I : PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM ILMU


PENGETAHUAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA

Filsafat adalah jalan yang ditempuh untuk memecahkan masalah dan kesimpulan
yang diperoleh dari hasil pemecahan atau pembahasan masalah. Filsafat dari segi
bahasa, pada hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir). tetapi, tidak semua
proses berpikir disebut ilsafat. Manusia yang berpikir, dapat diketahui dalam
kehidupan sehari-hari. Jika pemikiran manusia dapat dipelajari, maka ada empat
golongan pemikiran yaitu:
1. Pemikiran Pseudo-Ilmiah.
2. Pemikiran Awam.
3. Pemikiran Ilmiah, dan
4. Pemikiran Filosois

Istilah fifilsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni:


a. Segi semantik, perkataan filsafat berasal dari bahasa arab „falsafah‟, yang berasal
dari bahasa yunani, „philosophia‟, yang berarti „philos‟= cinta, suka (loving), dan
‟sophia‟pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi „philosophia‟ berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang
berfilsafat diharapkan menjadi bijaksana.

b. Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau
alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir, olah pikir. Namun tidak semua berpikir
berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-
sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa setiap manusia adalah filsuf.
Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum
semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf.
Tegasnya, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.

B. BAB II : PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDIDIKAN


SERTA PERANANNYA
Pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan kata lain, pendidikan dapat
diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan
hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat), yang berfungsi sebagai
filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya.
Sekaligus menunjukkan cara, bagaimana warga negara bangsanya berpikir dan
berperilaku secara turun temurun, hingga kepada generasi berikutnya.

Filsafat pendidikan yang lahir dan menjadi bagian dan rumpun konsep ilmu
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif, merupakan disiplin ilmu yang
merumuskan kaidah-kaidah, norma, atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah
laku manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan sendirinya, ilmu
ini berkaitan pula dengan ilmu pengetahuan normatif lain seperti sosiologi,
kebudayaan, filsafat, dan agama yang menjadi sumber nilai atau norma hidup dan
pendidikan. Sekaligus untuk menentukan tingkah laku perbuatan manusia dalam
kehidupan dan penghidupannya.

Peranan pendidikan dalam jiwa seseorang merupakan pendorong kemampuan


untuk berkembang. Sedangkan pendorong utama, adalah potensi-potensi berupa
bakat dan pengalaman yang terpendam pada diri seseorang atau anak didik. Ilmu
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif yang bersifat praktis. Dalam
perkembangannya, konsep tersebut telah melahirkan suatu cabang ilmu
pengetahuan yang disebut filsafat pendidikan

Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi. Pendidikan dalam arti luas


adalah usaha membantu manusia merealisasikan dirinya, memanusiakan manusia.
Pendidikan membantu manusia menyingkap rahasia alam, mengembangkan fitrah
yang memiliki potensi untuk dikembangkan, mengarahkan kecendrungannya dan
membimbingnya demi kebaikannya dan masyarakat.

Filsafat pendidikan adalah fifilsafat yang digunakan dalam studi mengenai


masalah-masalah pendidikan. Filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang
melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,
fifilsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau
yang dianut oleh perorangan (dalam hal ini dosen/guru) akan sangat
mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Peranannya yaitu mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh fifilsafat hidup bangsa
"Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam
usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

C. BAB III : MASALAH POKOK FILSAFAT DAN PENDIDIKAN

Pandangan kita terhadap filsafat adalah positif dan konstruktif. Filsafat memang
mempunyai hubungan dengan kehidupan manusia, karena dari kehidupan itulah
kita mengenal ilsafat. Jadi, filsafat mempunyai dasar atau gejala-gejala dari
persoalan.

1. Objek materi filsafat terdiri atas tiga persoalan pokok yaitu:


a. Masalah Tuhan, yang sama sekali di luar atau di atas jangkauan ilmu
pengetahuan biasa.
b. Masalah alam yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan
biasa.
c. Masalah manusia yang juga belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa.
2. Objek formal filsafat, yaitu mencari keterangan sedalam-dalamnya, sampai ke
akarnya persoalan, sampai kepada sebab-sebab terakhir tentang objek materi
filsafat, sepanjang kemungkinan yang ada pada akal budi manusia.

Pada awalnya, timbulnya persoalan filsafat oleh para filsuf adalah ketika manusia
kagum dan heran terhadap peristiwa dan gejala-gejala alam, seperti gravitasi,
gempa bumi, tsunami, hujan, melihat laut yang luas, dan gejala alam lainnya. Pada
saat manusia kagum dan heran, berarti pada saat itu ia tidak tahu dan menjadi
persoalan baginya. Apabila ingin tahu mengapa itu terjadi, maka dibutuhkan
refleksi. Beberapa persoalan yang menyangkut keheranan atau kekagumam
terhadap suatu hal, belum tentu semuanya termasuk persoalan filsafat.

D. BAB IV : PROSES HIDUP SEBAGAI DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses pendidikan


dalam pembentukan watak, di mana kedua proses itu pada hakikatnya adalah satu.
Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup
dan kehidupan manusia. Atau, masalah pendidikan juga merupakan masalah hidup
dan masalah kehidupan manusia.
Dapat dipahami bahwa proses pendidikan berlangsung bersama dengan proses
hidup dan kehidupan seseorang untuk seumur hidup (long life education). Oleh
karena itu, pendidikan mempunyai kedudukan sebagai bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia. Sebagaimana dikemukakan oleh
John Dewey dalam analisisnya, yaitu: Education as a necessity o life, Education as
social function, Education as direction, Education as growth, Preparation,
unfolding and formal discipline. (pendidikan itu sebagai salah satu kebu-tuhan
hidup, salah satu fungsi sosial, bimbingan, sarana pertumbuhan, dan
mempersiapkan. Jadi, pendidikan merupakan suatu aktivitas manusia terhadap
manusia dan untuk manusia, atau yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan
manusia dengan segala problematikanya., mengembangkan dan membentuk
kedisiplinan).

Organisasi pendidikan internasional yang lebih dikenal dengan nama United


Nations Educational, Scientiic, and Cultural Organization (UNESCO) telah
berupaya merumuskan kebijakan-kebijakan dan strategi pendidikan untuk
menemukan ciri-ciri khusus pendidikan, untuk masa sekarang dan yang akan
datang. Upaya tersebut dilakukan untuk menyamakan tujuan yang masih simpang-
siur, metode-metode yang berbeda. Sejak tahun 50-an, perhatian para pejabat
UNESCO dan para ahli selalu memusatkan perhatian mereka pada beberapa
masalah utama, How to obtain quantitative expansion in education, make
education democratic, diversity the structures of educational system and modernize
content and methods. (Bagaimana memperoleh perluasan kuantitatif dalam
pendidikan, membuat pendidikan demokratis, membuat variasi (menyelang-
nyeling) sistem sistem pendidikan, dan memodernkan isi dan metode).

Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah


semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar
juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak
benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Tegasnya, filsafat
adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran
dengan sedalam-dalamnya.

Filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa manusia itu. Kajian terhadap


persoalan ini menelusuri hakekat manusia sehingga muncul beberapa asumsi
tentang manusia. Misalnya, manusia adalah makhluk religi, makhluk sosial,
makhluk yang berbudaya, dan sebagainya. Dari telaah tersebut filsafat mencoba
menelaah tiga pokok persoalan, yaitu hakekat benar - salah (logika/ ilmu), hakekat
baik - buruk (etika), dan hakekat indah - tidak indah (estetika). Pada dasarnya,
pandangan hidup manusia mencakup ketiga aspek tersebut, sehingga ketiga aspek
tersebut sangat diperlukan dalam pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan
tujuan pendidikan.

E. BAB V : TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN PENDIDIKAN

Manusia memiliki potensi akal budi itulah, manusia menjadi makhluk bijaksana
yang mencari tujuan-tujuan (homosapiens), makhluk yang pandai bekerja,
menggunakan alat (selalu mencari konkretasi) atau homofaber, dan makhluk yang
menyukai proses tanpa tujuan (homoludens). Karena, manusia mempunyai akal
budi, maka manusia menjadi homopolitikus yang akan mencari kebebasan (dirinya
sendiri maupun kebebasan masyarakat) dan cara menerobos batas-batasnya. Selain
itu, menjadi homo religius yang akan percaya kepada penentuan, percaya kepada
takdir, dan sebutan-sebutan lain yang diberikan kepada manusia. Singkatnya,
manusia dengan akal budi (aspek rohani) ini melahirkan peradaban dalam bentuk
adat-istiadat, sopan santun dalam pergaulan, norma susila, dan cara hidup bersama.
Manusia juga dapat menerima dan melahirkan sesuatu yang indah, dapat
menghayati adanya Tuhan Yang Maha Agung. Kesemuanya itu, selalu
berhubungan dengan kehidupan dan cita-cita serta tujuan hidup manusia.

Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses yang diharapkan
untuk menuju ke suatu tujuan, dan tujuan-tujuan ini ditentukan oleh tujuan-tujuan
akhir. Integritas atau kesempurnaan pribadi ini (meliputi integritas jasmaniah,
intelektual, emosional dan etis, dan individu ke dalam diri manusia
paripurna),merupakan cita-cita pedagogi atau dunia cita-cita yang kita temukan
sepanjang sejarah, pada hampir semua negara, baik oleh para filsuf atau moralis.

Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang RI


Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3,
menyebutkan: ”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan filsafat dalam kehidupan adalah
1) sebagai dasar dalam bertindak;
2) sebagai dasar dalam mengambil keputusan;
3) untuk mengurangi salah paham dan konflflik;
4) persiapan menghadapi situasi dunia yang selalu berubah; dan
5) menjawab keraguan.

F. BAB VI : FUNGSI PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA


SEBAGAI MAKHLUK BIOLOGIS

Tindakan mendidik adalah hal yang khusus hanya terdapat dalam dunia
kemanusiaan. Pada umumnya, manusia selalu ingin terpenuhi segala kebutuhan
hidupnya. Tetapi, karena kehidupan ini selalu berubah sesuai dengan
perkembangan sosial budaya sebagai ciri manusia modern yang tak pernah
berhenti menaklukkan kondisi-kondisi lingkungan yang baru, maka kemampuan
dan kebutuhan biologis, psikis, sosial, dan bersifat pedagogi semakin tampak
bertambah.

Dengan demikian, jelas kita menginginkan bahwa dunia ini menjadi sebuah
tempat yang lebih baik untuk persiapan masa depan, maka pendidikan merupakan
hal yang utama dan universal serta sebagai satu keharusan bagi manusia dalam
mencapai kesejahteraan hidupnya. Tercapainya kesejahteraan hidup adalah
pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia secara biologis yang diperoleh dari
pendidikan dan belajar. Sedangkan keinginan dan kebutuhan akan tetap dalam diri
manusia selama hidupnya. Dengan demikian, dapat dikatakan selama manusia
berupaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup sejahtera, maka
pendidikan tetap menjadi penentu dan menjadi satu keharusan (imperative) bagi
manusia sebagai makhluk biologis

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia,


karena di manapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan pada
Hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri,
yaitu untuk membudayakan manusia. Pendidikan adalah suatu proses interaksi
manusiawi antara pendidik dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses itu terus berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan menggunakan
bermacam-macam tindakan yang disebut alat pendidikan.
G. BAB VII : DEMOKRASI PENDIDIKAN

Demokrasi pendidikan dalam pengertian luas patut selalu dianalisis sehingga


memberikan manfaat dalam praktik kehidupan dan pendidikan yang mengandung
tiga hal, yaitu: (1) Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia, (2) Setiap
manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat, dan (3) Rela berbakti
untuk kepentingan atau kesejahteraan bersama.

Prinsip-prinsip demokrasi dalam pendidikan :


1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan.
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan.
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka.

Pelaksanaan demokrasi pendidikan tidak hanya terbatas pada pemberian


kesempatan belajar, tetapi juga mencukupi fasilitas pendidikan sesuai jenis dan
jenjang pendidikan yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap berorientasi kepada
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan atau keserasian antara pendidikan
dengan lapangan kerja yang tersedia. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat
akan mungkin menyelenggarakan pendidikan melalui lembaga-lembaga sosial dan
keagamaan.

H. BAB VIII : ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Menurut Brameld, perkembangan pemikiran dunia filsafat pendidikan dapat


diketahui melalui aliran filsafat pendidikan progressivism, essentialism,
perennialism, dan reconstructionism. Dalam keempat aliran tersebut, masih ada
kesamaan unsur-unsur dan memungkinkan adanya tumpang-tindih (ovarlapping)
antara aliran satu dengan lainnya. Karena itu, kita memang sulit menemukan
perbedaan aliran secara dikotomis dan kontradiktif.

 Aliran Progresivisme ini merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan


yang berkembang pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh
dalam pembaruan pendidikan. Progresivisme dalam pandangannya, selalu
berhubungan dengan pengertian the liberal road to cultural yakni liberal
bersifal fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta
ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman.
 Aliran filsafat pendidikan Esensiahsme dapat ditelusuri dari aliran filsafat
yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena
kebudayaan lama telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia.
Esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat idealisme dan
realisme. Pertemuan dua aliran itu bersifat eklektik, yakni keduanya sebagai
pendukung, tidak melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitas dan
ciri masing-masing aliran.
 Perennialisme berasal dan kata perennial diartikan sebagai abadi atau kekal
dan dapat berarti pula tiada akhir. Perennialisme masih memandang penting
terhadap peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan
telah teruji kehandalannya, dalam menahan arus cultural lag
(keterbelakangan kultural). Sikap yang dilakukan aliran ini, untuk kembali
ke masa lampau bukanlah suatu sikap nostalgia, sikap mengenang, dan
membanggakan masa yang penuh kesuksesan, tetapi untuk membina
kembali keyakinan yang teguh kepada nilai-nilai asasi masa silam yang
diperlukan untuk kehidupan abad cybernetic ini.
 Rekonstruksionalisme yakni berusaha membina suatu konsensus yang paling
luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam
kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan itu, rekonstruksionalisme
berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang
dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tataran baru seluruh
lingkungannya. Dengan singkat, dapat dikemukakan bahwa aliran
Rekonstruksionalisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia di mana
kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau subordinat serta
kedaulatan dan otoritas internasional.

Aliran-aliran filsafat
 Nativisme (Arthur Schopenhauer), bersumber dari Leibnitzian Tradition
yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Hasil
perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari
kedua orangtua. Prinsip, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang
adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu
daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta
kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap
manusia.
 Empirisme (David Hume, George Berkeley dan John Locke), suatu aliran
dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari
pengalaman manusia, tidak mungkin untuk mencari pengetahuan mutlak dan
mencakup semua segi, apalagi bila di dekat kita terdapat kekuatan yang
dapat dikuasai untuk meningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun
bersifat lebih lambat namun lebih dapat diandalkan.
 Idealisme (Plato, Elea dan Hegel, Immanuel Kant, David Hume, dan al-
Ghazali), Memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan
tidak lengkap, serta memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti
apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak
berubah dari generasi ke generasi.
 Realisme (Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis
Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill), berpendapat
bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subyek yang
menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya
realitas di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
 Materialisme (Demokritos, Ludwig Feurbach), mengabaikan adanya
spiritual. Tidak ada kamus kitab suci, rasul, hari kiamat, malaikat, surga,
neraka. Maka tak kenal ibadah, doa, dosa, taubat, takwa, tawakal, sabar. n
filsafat materialisme, asal, sifat dan hakikat dari semua keberadaan adalah
materi. Paham matrealisme tidak mengakui adanya Tuhan.
 Pragmatisme (John Dewey, Charles Sandre Peirce, Wiliam James,
Heracleitos), mengajarkan segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai
benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat
secara praktis. Dasar pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa
yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta
individual, konkret, dan terpisah satu sama lain.
 Eksistensialisme (Jean Paul Sartre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin
Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich), Secara umum,
eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subyektififitas pengalaman
manusia dan tindakan konkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema
rasional untuk hakekat manusia atau realitas.
 Perenialisme (Robert Maynard Hutchins dan Ortimer Adler), berasal dari
kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme menentang
pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang
baru. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau
proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan
ideal.
 Esensialisme (William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac
L. Kandell), berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela
yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula.
 Progresivisme (George Axetelle, William O. Stanley, Ernest Bayley,
Lawrence B. Thomas, Frederick C. Neff), berpendapat tidak ada teori realita
yang umum. Filsafat progresivisme tidak mengakui kemutlakan kehidupan
serta menolak absolutisme dan otoriterisme dalam segala bentuknya.
 Rekonstruksionisme (Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg), suatu
aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
 Positivisme (Auguste Comte), suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu
alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, menolak
aktififitas yang berkenaan dengan metafifisik, tidak mengenal adanya
spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
 Rasionalisme (Rene Descartes) atau gerakan rasionalis adalah doktrin
filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui
pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, bukan melalui
iman, dogma, atau ajaran agama.
 Sosialisme (Karl Marx)
 Komunisme (Vladimir Lenin), ideologi yang digunakan partai komunis di
seluruh dunia. Prinsipnya, semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh
negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat
membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme juga
disebut anti liberalisme.
 Kapitalisme (Karl Marx), suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal
bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
 Postmodernisme (Michel Fouchault), aliran yang “rajin” mengajukan protes
kepada filsafat. istilah postmodernisme di bidang filsafat menunjuk pada
segala bentuk refleksi kritik atas paradigma-paradigma modern dan
metafisika pada umumnya.
 Naturalisme (John Dewey), teori yang menerima “nature” (alam) sebagai
keseluruhan realitas.
 Individualisme merupakan satu falsafah yang mempunyai pandangan moral,
politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta
kepentingan bertanggungjawab dan kebebasan sendiri.
 Konstruktivisme (Gestalt), sebuah kritik secara terbuka terhadap pendekatan
Neorealisme dan Neoliberalisme.
 Humanisme, sebagai sebuah term mulai dikenal dalam diskursus wacana
filsafat sekitar awal abad ke 19, diawali dari term humanis atau humanum
(yang manusiawi).
 Neoliberalisme
 Nihilisme (Friedrich Nietzsche), adalah dunia supraindrawi dan
hubungannya dengan hakikat manusia.

BAB III
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN ISI BUKU

Pembahasan BAB I tentang filsafat pendidikan, menurut buku utama yang


direview adalah jalan yang ditempuh untuk memecahkan masalah dan
kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan atau pembahasan masalah.
Sedangkan menurut buku pembanding, dikemukakan bahwa istilah filsafat
dapat ditinjau dari segi semantik dan praktis.

Pembahasan BAB II tentang pengertian pendidikan dan filsafat pendidikan serta


peranannya.

Pembahasan BAB III tentang pandangan terhadap filsafat dan gejalanya.


Sedangkan buku pembanding membahas tentang persoalan filsafat oleh para
filsuf.
Pembahasan BAB IV tentang proses hidup sebagai dasar filsafat pendidikan,
yaitu, proses pendidikan bersama perkembangan proses kehidupan, dan proses
hidup manusia dan filsafat pendidikan.

Pembahasan BAB V tentang tujuan hidup dan tujuan pendidikan.

Pembahasan BAB VI tentang fungsi pendidikan dalam kehidupan manusia


sebagai makhluk biologis.

Pembahasan BAB VII tentang demokrasi pendidikan dan prinsip-prinsip nya.


Sedangkan buku pembanding tentang pelaksanaan demokrasi pendidikan.

Pembahasan BAB VIII tentang aliran progresivisme, pendidikan esensiahsme,


perennialisme, dan rekonstruksionalisme. Sedangkan buku pembanding tentang
aliran nativisme, empirisme, idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme,
eksistensialisme, perenialisme, esensialisme, progresivisme,
rekonstruksionalisme, positivisme, rasionalisme, sosialisme, komunisme,
kapitalisme, postmodernisme, naturalisme, individualisme, konstruktivisme,
humanisme, neoliberalisme, dan nihilisme.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

BUKU UTAMA

1. Dilihat dari aspek tampilan buku

Kelebihan : Buku yang di review memiliki tampilan yang menarik pada cover.
Gambar pada cover melukiskan secara tersirat bermakna filsafat pendidikan.

Kekurangan : Jika dilihat dari cover, buku ini lebih terlihat seperti novel, bukan
buku pembelajaran.

2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font :

Kelebihan : Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font pada buku yang di review sudah sangat baik

Kekurangan : Tidak ada


3. Dari aspek isi buku

Kelebihan : Berisi informasi pembelajaran filsafat yang menarik dan sangat


bermanfaat.

Kekurangan : Pada pembahasan buku ini terdapat beberapa part atau bagian
yang mengkhususkan pada pandangan menurut Islam. Ini akan membuat
pembaca yang non muslim merasa bingung. Selain itu, sedikitnya materi
tentang aliran filsafat pendidikan.

4. Dari aspek tata bahasa,

Kelebihan : Buku tersebut telah memiliki bahasa baku sesuai dengan EYD.

Kekurangan : Tidak ada.

BUKU PEMBANDING

1. Dilihat dari aspek tampilan buku

Kelebihan : Cover buku cukup melukiskan filsafat pendidikan

Kekurangan : Cover terlihat monoton dan kurang menarik

2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font :

Kelebihan : Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font pada buku yang di review sudah sangat baik

Kekurangan : Tidak ada

3. Dari aspek isi buku

Kelebihan : Berisi informasi pembelajaran filsafat yang menarik dan sangat


bermanfaat.

Kekurangan : Susunan isi buku terutama pada bab 8 memiliki sub judul yang
banyak sekali sehingga membuat pembaca jenuh.

4. Dari aspek tata bahasa,


Kelebihan : Buku tersebut telah memiliki bahasa baku sesuai dengan EYD.

Kekurangan : Bahasa terlalu kaku sehingga sulit dipahami, ada beberapa kata
yang dalam penyusunan nya kurang enak untuk dibaca.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas maka dapat kami tarik kesimpulam bahwa Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sesuatu yang ada secara mendalam
sampai pada hakiatnya dengan menggunakan akal atau pikiran. Filsafat
memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat pendidikan.
Filsafat dijadikan sebagai media yang berguna untuk menyusun proses
pendidikan, serta menyelaraskan dan mengharmoniskan dan meneragkan nilai-
nilai dan tujuan yang akan dicapai. Dalam pelaksanaanya filsafat pendidikan
menggunakan pancasila sebagai dasardalam pelaksanaan pendidikan.

B. Saran

Saya berharap adanya perbaikan terhadap kesalahan yang terdapat pada buku
ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai filsafat
pendidikan pembuatan critical book review.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. (2015). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Kencana, Tersedia dari in.b-
ok.as

Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan “The Choise Is Yours”. Jogjakarta:


Valia Pustaka Jogjakarta, Tersedia dari researchgate.net

Anda mungkin juga menyukai