Anda di halaman 1dari 4

TUGAS III

LINGUISTIK BANDINGAN

Dalam perbandingan nusantara akan dimulai dengan linguistik bandingan.


Linguistik bandingan adalah hal yang berkaitan dengan analisis dalam perbandingan
bahasa nusantara. Linguistik bandingan terbagi dalam tiga aspek yaitu tipologi, historis,
dan areal. Dari ketiga linguistik bandingan tersebut masing-masing memiliki sifat
masing-masing.

1. Tipologis
Tipologis melihat sebuah bahasa dari segi tipologisnya secara strukturnya itu
seperti apa. Selain itu tipologis ini adalah suatu upaya untuk menemukan
tipologi-tipologi bahasa.
Sifat linguistik bandingan tipologis diantaranya:
 Sinkronis (terjadi dalam satu waktu)
 Deskriptif (mendeskripsikan struktur bahasa yang digunakan)
 Ilmiah (terjadi dalam kajian ilmiah)
2. Historis
Historis merupakan sebuah upaya untuk mengetahui sejarah perkembangan
bahasanya. Tujuan dari historis yaitu Menemukan kekerabatan bahasa apakah
bahasa yang lain satu kerabat atau satu ibu. Menemukan rumpun bahasa,
menemukan bahasa induk, dan menemukan pusat persebaran bahasa.
Sifat linguistik bandingan historis diantaranya:
 Historis
 Diakronis (melihat suatu bahasa dari masa ke masa atau lintas waktu)
 Ilmiah
3. Areal
Tujuan dari areal adalah menemukan adanya kontak-kontak bahasa dalam suatu
wilayah dan menemukan timbal balik antara satu bahasa dengan bahasa lainnya.
Sifat linguistik bandingan areal diantaranya:
 Historis
 Diakronis (melihat suatu bahasa dari masa ke masa atau lintas waktu)
 Ilmiah
SOUND CHANGE

Sound change atau perubahan bunyi merupakan bagian dari proses perubahan bahasa
yang berupa penambahan, pengurangan, maupun penggantian dalam bentuk leksikal
ataupun gramatikal. Inti dari pembelajaran sound change adalah melihat bagaimana
suatu perubahan bahasa itu terjadi dari waktu ke waktu dan bagaimana maupun apa saja
bentuknya masuk dalam kategori perubahasan bahasa yang seperti apa.

Ada 10 jenis perubahan bunyi bahasa

1. Asimilasi
perubahan bunyi bahasa atau bunyi lain akibat pertemuan bunyi disekitarnya,
misal : al- salam > assalam.
2. Disimilasi
Proses perubahan yang terjadi apabila dua bunyi yang sama berubah menjadi
dua bunyi yang tidak sama.
Misal : (ber) (ajar) berajar > belajar
3. Analogi
Kesepadanan dalam bentuk bahasa, biasanya muncul karena proses penyerapan
bahasa asing ke dalam bahasa lokal.
Misal : animism > animisme
4. Metatesis
Proses perubahan bunyi melalui pertukaran tempat, fonem dalam suatu kata
Misal : resap-serap
5. Aferesis
Penanggalan huruf awal atau suku awal. Misal : akan > kan
6. Sinkop
Hilangnya bunyi atau huruf di tengah kata. Misal : tidak > tak
7. Apokop
Hilangnya satu bunyi atau lebih pada akhir sebuah kata. Misal : silah > sila
8. Protesis
Penambahan vokal atau konsonan pada awal kata untuk memudahkan pelafalan.
Misal : nyah > enyah
9. Epentesis
Penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata, terutama kata pinjaman untuk
menyesuaikan pada pola fonologis bahasa peminjam.
Misal : glass > gelas
10. Paragog
Penambahan bunyi pada akhir kata untuk keindahan bunyi atau kemudahan
dalam pelafalan.
Misal : pen [serapan] > pena
PERUBAHAN LEKSIKAL

Penyebab terjadinya perubahan bahasa :

1. Faktor internal
(disebabkan peristiwa ketatabahasaan yang seperti pengimbuhan, pengulangan,
dan penggabungan.)
a. Peristiwa ketatabahasaan
Misal : penggunaan kata (turun)
- Dia keturunan Sri Sultan Hamengkubuwana X
- Semua penumpang bus disuruh turun
- Liverpool menurunkan semua pemain terbaiknya
- Panasnya tidak kunjung turun
2. Faktor eksternal
(disebabkan perbedaan waktu, tempat, lingkungan, dan konotasi dari penutur
bahasa.)
a. Perbedaan waktu
Misal : Sarjana (orang pandai yang terpandang) – lulusan perguruan tinggi
b. Perbedaan tempat
Misal : kata “mari”
Di Jogja berarti (sudah sehat), di Jawa Timur berarti (sudah selesai)
c. Perbedaan lingkungan (perbedaan makna yang muncul dari lingkungan
sosialnya)
Misal : kata “nilai”
Bermakna ‘harga’ (pada komunitas ekonomi)
Bermakna ‘budi’ (pada komunitas sosiologi)
d. Perbedaan konotasi
Misal : buaya darat
Bermakna : - buaya yang ada di darat
- suka memainkan perempuan

Jenis perubahan makna

a. Perluasan
Proses memperluas makna unsur bahasa dengan memperluas konteksnya.
Misal : kata ‘BAPAK’
Kata ‘bapak’ yang berarti “orang tua laki-laki (ayah)” diperluas maknanya
menjadi “semua laki-laki yang memiliki umur lebih tua atau yang dihormati”.
b. Penyempitan
Proses pembetasan konteks dari sebuah unsur bahasa yang dipakai sehingga
maknanya lebih terbatas dari makna pusatnya.
Misal : kata ‘PENDETA’
Kata ‘pendeta’ yang berarti “orang yang berilmu” dipersempit maknanya
menjadi “pemuka agama dalam agama kristen”.
c. Peninggian
Perubahan makna yang mengakibatkan makna baru yang dirasakan lebih tinggi,
hormat, halus, dan baik nilainya daripada yang sebelumnya.
Misal : TUNAWISMA (dahulu ‘orang tak punya rumah’ disebutkan sebagai
gelandangan, saat inni disebut tunawisma untuk lebih halus dan menghormati.)
d. Penurunan
Perubahan makna yang mengakibatkan makna baru yang dirasakan lebih rendah,
kurang baik nilainya daripada yang sebelumnya.
Misal : kata LAKI (dahulu ‘suami’ lalu mengalami penurunan makna menjadi
‘laki’)
e. Asosiasi
Hubungan antara makna lama dengan makna baru. Misal KURSI (dahulu
‘tempat untuk duduk’ lalu mengalami asosiasi makna menjadi ‘posisi dalam
pekerjaan yang diperebutkan’.
f. Sinestesia
Perubahan makna yang akibat pertukaran tanggapan dua indera, dari indera
penglihatan ke pendengaran ; dari indera perasa ke pendengaran.
Misal : PENDENGAR-PERASA (dia mengkritik pejabat negara itu dengan
sangat pedas)
g. Metafora
Pemakaina kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan
kias atau persamaan.
Misal :HIDUP BARU (‘hidup baru’ merupakan frasa yang digunakan untuk
para pengantin baru)

Anda mungkin juga menyukai