Anda di halaman 1dari 25

CRITICAL BOOK REPORT

MK. KETERAMPILAN PEMBELAJARAN


KREATIF
PRODI S1 PENMAS- FIP

Skor Nilai :

CRITICAL BOOK REPORT


“Pembelajaran Kreatif” (Tim Dosen FIP Unimed)
“Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran” (Drs. Tritjahjo Danny Soesilo, M.Si.)

Dosen pengampu : Pastiria Sembiring, M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : SYALUNA


NIM : 1193171008
KELAS : Pendidikan Masyarakat Reg A
MATA KULIAH : Pembelajaran Kreatif

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kita ucapkan kepada Allah Swt., karena atas nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Book Report” ini tepat pada
waktunya. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas CBR untuk mata kuliah
Pembelajaran Kreatif.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen yang
bersangkutan yang telah memberikan banyak bimbingan kepada penulis selama proses
pembelajaran mata kuliah ini.
Penulis berharap makalah ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca bila
hendak membandingkan isi dua buku tentang materi Pembelajaran Kreatif. Penulis juga
menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna untuk kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan kita semua. Aamiin.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan , September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..……………………………………………………………………………………………….. i


DAFTAR ISI ..……………………………………………………………………………………………….………..... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................………………………………….…….……………………….…............ 1
1.2 Tujuan penulisan CBR .……….………………………….………………………………………................ 1
1.3 Manfaat CBR ……..…………….………………….…………………………………………………................ 1

IDENTITAS BUKU .......................................................................................................................................... 2


BAB II RINGKASAN ISI BUKU

2.1BAB 1 …………………………..…………………………..………………………………………………….........
2.2 BAB 2 ……….…………………………….…………………………………………………………………..........
2.3 BAB 3 …….……………………………………………………………………………………………………........
2.4 BAB 4 …….………………………………………………………………………………………….………..….....
2.5 BAB 5 …….………………………………………………………….....................................…….…..….….......

BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS


3.1 kelebihan isi buku ……………………………………………….…….………………….….......................
3.2 Kekurangan isi buku …….…………………………………..............................……………...................

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..…………………………………………………………………………..……………….............
4.2 Saran ..................……………………………………………………………………………………...................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Critical book report bukan hanya laporan yang bertujuan untuk mengetahui isi
buku tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi(penjelasan dan analisis) kita mengenai
keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut dan dapat
menambah pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tersebut. Materi yang dikritik
adalah mengenai Pengembangan Pembelajaran Kreatif.
Dengan adanya critical book report ini diharapkan mahasiswa dapat berpikir
lebih kritis dan sistematis, dan bisa lebih memperdalam kajian tentang pembelajaran
kreatif serta pengembangan kreativitas melalui pembelajaran.

1.2 Tujuan
Mengkritisi/membandingkan satu topik materi konsep dasar pendidikan luar
sekolah dalam dua buku yang berbeda untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi
buku, memahami isi buku tersebut. Kemudian manfaatnya untuk memenuhi tugas
kuliah Pembelajaran Kreatif, serta untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana
mengkritik buku dengan baik dan benar.

1.3 Manfaat
• Untuk menambah wawasan tentang pembelajaran kreatif
• Untuk mengetahui teori-teori belajar
• Untuk mengetahui pengembangan kreativitas dan hambatannya
• Untuk mengetahui ciri-ciri kreatif
• Untuk mengetahui pengembangan bakat dan kreativitas
• Untuk mengetahui tips menghadapi tantangan kreatif

1
IDENTITAS BUKU

Buku Utama

• Judul : Pembelajaran Kreatif


• Nama Pengarang : TIM DOSEN FIP UNIMED
• Penerbit/Tahun Terbit : Unimed Press /2019
• Jumlah Halaman : 125 Halaman
• ISBN : -

Buku Pembanding

• Judul : Konsep Dasar, Sejarah dan Asas Pendidikan Luar Sekolah


• Nama Pengarang : Drs. Tritjahjo Danny Soesilo, M.Si.
• Penerbit/Tahun Terbit : Penerbit Ombak/2014
• Jumlah Halaman : 104 Halaman, 14,5 x 21 cm
• ISBN : 978-602-258-175-8

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 BAB 1
Hakekat Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup manusia, oleh karenanya
melalui belajar diharapkan manusia dapat berkembang menjadi manusia dewasa yang
matang. Pada umumnya para ahli mengatakan belajar adalah perubahan tingkah laku
(dalam arti luas) sebagai suatu hasil usaha yang bertahan dalam jangka waktu relatif
lama. Pengertian belajar ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Belajar bukan suatu yang terjadi tiba tiba secara kebetulan melainkan suatu
prise yang sistematis yang mengandung pemahaman ada pengalaman atau ada
usaha.
2. Belajar menghasilkan suatu tingkah laku. Tingkah laku disini diartikan secara
luas, bukan hanya perbuatan dan tindakan melainkan dapat bersifat kognitif
maupun afektif dan perilaku/perbuatan.
3. Perubahan tingkah laku harus berlangsung dalam jangka waktu yang relatif
lama. Kata relatif menunjukkan bahwa tidak ada batasan waktu tegas tentang
keberagaman perolehan hasil belajar yang disebut sebagai hasil belajar.

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah adanya perubahan hasil dari pengalaman atau
usaha yang bertahan dalam jangka waktu relatif lama. Suatu perubahan dapat dikatakan
sebagai hasil atau perolehan belajar apabila memenuhi ciri - ciri berikut : pertama,
perubahan terjadi dalam aspek kogbitif,afektif,perilaku, baik sebagian maupun
keseluruhan aspek tersebut. Kedua, perubahan merupakan hasil dari usaha bukan
disebabkan oleh zat - zat tertentu. Ketiga perubahan yang terjadi bertahan dalam jangka
waktu relatif lama dan bersifat progresif.

Belajar dapat dibedakan berdasarkan jenis - jenisnya, yaitu belajar bagian, belajar
dengan insight, belajar diskriminatif,belajar global,belajar insidental belajar
instrumental, belajar internasional, belajar laten, belajar mental, belajar prosuktif, dan
belajar verbal. (Slameto, 2003)

2. Pengertian Mengajar

Slameto mengemukakan pengertian Mengajar sebagai berikut

1. Penyerahan kebudayaan berupa penyelaman - pengalaman dan kecakapan


kepada anak didik
2. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada seseorang dengan cara
paling singkat dan tepat

3
3. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.

Dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu proses menyampaikan ilmu


pengetahuan mempunyai karakteristik bahwa proses pengajaran berorientasi pada
gurusedangkan siswa sebagai objek belajar yaitu objek yang harus menguasai materi
pelajaran. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.

Berdasarkan pandangan bahwa siswa adalah pusat pengajaran maka mengajar tidak
diartikan sebagai proses menyampaikan materi semata melainkan lebih dipandang
sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar sesuai dengan
potensinya.

3. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah rangkaian suatu peristiwa yang mempengaruhi pembelajaran


sedemikian rupa dalam hal belajar difasilitasi. Dalam pembelajaran peran guru ditekan
kan pada merangsang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk dimanfaatkan
siswa dalam mempelajari sesuatu.

Berkenaan dengan belajar, mengajar dan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa


belajar mengandung arti adanya perubahan progresif pada pembelajar pada mengajar
merupakan perbuatan atau peristiwa mentransfer ilmu pengetahuan sedangkan dalam
pembelajaran guru lebih berperan aktif sebagai fasilitator dan pengelola belajar
meskipun dalam memberikan pelajaran.

4. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor psikis dan fisik. Faktor - faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar adalah kondisi tubuh, seperti kondisi kesehatan
penglihatan, kondisi pendengaran, stamina rubuh, kelelahan tubuh, penyakit yang
diderita. Faktor psikologis adalah kecerdasan, minat, sikap, motivasi belajar,motivasi
berprestasi.

Kecerdasan : kecerdasan yang tinggi menjadi modal peserta didik untuk mencapai
prestasi yang cemerlang

Bakat : bakat akan memancar cemerlang jika distimulasi .

Minat : berminat pada bidang yang dipelajari yang memungkinkan siswa bertaha. Lama
mempelajari atau melakukan sesuatu.

Sikap belajar : siakap dalam belajar mendukung prestasi

Motivasi belajar : motivasi belajar yang kuat memungkinkan peserta didik berprestasi

Motivasi berprestasi : motivasi berprestasi tinggi memungkinkan maksimalisasi potensi


yang dimiliki peserta didik.

4
Guru : merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

Teman sekolah : teman sekolah berperan sebagai pendorong belajar dan tempat siswa
belajar bersama.

2.2 BAB 2
Teori-Teori Belajar

Teori belajar adalah usaha untuk menjelaskan cara manusia belajar. Teori-teori
belajar dilahirkan melalui penelitian- penelitia yang dilaukan oleh para ahli terhadap
manusia dan hewan. Sedangkan pengertian dari teori adalah serangkaian proposisi
yang di dalamnya mengandung ide-ide, konsep-konsep, prosedur, prinsip-prinsip, yang
saling berhubungan satu sama lain, yang dapat dianalisis dan diuji kebenarannya.
Patrick Suppes (1979) dalam Uno (2008) mengemukakan empat fungsi utama
teori yaitu: 1. Memberikan kerangka kerja untuk melakukan penelitian: 2. Kerangka
kerja bagi pengorganisasian butir-butir informasi tertentu: 3. Mengungkapkan
kekompleksan peristiwa-peristiwa; 4. Mengorganisasikan kembali pengalaman-
pengalaman sebelumnya.

1. Aliran dalam Teori-Teori Belajar


Secara garis besar, teori-teori belajar dapat dikelompokkan menjadi lima aliran,
yaitu aliran behaviorisme, aliran kognivitisme, aliran humanism, aliran
konstruktivisme, dan sibernetik.

1.1 Aliran Behavorisme


Aliran behavorisme lahir pada tahun 1900-an dari suatu gagasan bahwa perilaku
(behavior) dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah

1.2 Aliran Kognitivisme


Para ahli teori kognitivisme berpendapat bahwa belajar melibatkan peoses mental yang
kompleks, seperti perhatian, pembentukan konsep, memori, pemecahan masalah.

1.3 Aliran Humanisme


Carl Rogers, Abraham Maslow, beranggapan bahw manusia mempunyai potensi yang
dapat dikembangkan dan mempunyai dorongan untuk berkembang sejak lahir

1.4 Aliran kKonstruktivisme


Merupakan aliran teori kontemporer yang sangat besar pengaruhnya, terutama
di Amerika serikat.

1.5 Aliran Sibernetik


Aliran atau teori sibernetik mengidentikkan otak manusia seperti komputer yang dapat
menyimpan dan memanggil informasi.
5
2. Beberapa Tokoh Aliran Teori Belajar
2.1 Ivan Petrovich Pavlov dari Aliran Teori Belajar Behavoristik
Pavlov adalah penemu teori pengondisiam klasik pda tahun 1980an. Pavlov
membangun teorinya dengan melakukan eksperimen terhadap anjing, lalu konsep yang
dia dapatkan di terapkan pada manusia. Konsep-konsep yang dipakai yaitu CS, CR, UCS,
UCR, yaitu proses-proses eksperimen yang dilakukan terhadap anjing.

Pada saat teori Pavlov diaplikasikan dalam pembelajaran, maka berlaku sebagai
berikut: 1. Belajar pada hakekatny aadalah pembentukan asosiasi antar kesan yang
ditangkap oleh pancaindera dengan perilaku; 2. Tujuan pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran ditentukan oleh pendidik; 3. Materi pembelajaran disusun secara
hierarkhi; 4. Pembelajaran dan evaluasi berdasarkan pada apa yang dapat diamati; 5.
Kebiasaan dilakukan melalui pengulangan dan latihan-latihan.

2.2 Jean Piaget dari Aliran Teori Belajar Kognitif atau Aliran Teori Belajar
Konstruktivisme
Pada teori kognitif Piaget, belajar dipelajari dari ranah kemampuan belajar
individu, bukan mempelajari persoalan hubungan S-R sperti pada teori Ivan Pavlov.
Untuk menghindari kesalahpahaman dari teori piaget. Secara berurut dikemukakan
sebagai berikut:

1. Ide-ide dasar teori perkembangan dari Piaget


2. Ide-ide dasar piaget tentang kecerdasan
3. Taha/taraf perkembangan kognisi menurut Piaget
4. Tahapan belajar menurut Piaget
5. Teori Kognitif Piaget dalam pembelajaran.

1. Ide-ide dasar teori perkembangan kognitif dari piaget


a. Menitik beratkan pada kognisi
b. Struktur lawan isi pikiran
c. Tahap-tahap
2. Ide-ide dasar Piaget tentang Inteligensi
Di dalam mendefinisikan intelegensi, piaget membatasi pada bahasan
yang sempit. Ia tidak membahas tentang perbedaan intelektual individu,
meskipun ia mengetahui tentang adanya perbedaan tersebut. Piaaget
membahas intelegnis dalam isi, struktur, dan fungsi.
3. Taraf Perkembangan Pikiran (Kognisi) Menurut Piaget
Piaget membagi perkembngan kognisi atas empat periode yang bersifat
hierarkhis seiring dengan usia. Usia kronologis tersebut bersifat

6
perkiraan (tidak berlaku ketat) pada seluruh individu, oleh karena ada
percepatan perkembangan. Keempat taraf perkembangan kognisi
tersebut adalah periode sensori-motor, periode preopersional, periode
konkrit operasional, dan periode formal-operation.

4. Tahapan Belajar menurut Piaget


a. Asimilasi
b. Akomodasi
c. Ekuilibrasi
5. Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
Penerapan dalam teori perkembangan kognitif:
a. Belajar sebanyak mungkin mengaktifkan insight seiring dengan
pencapaian kemampuan berpikir peserta didik.
b. Di dalam pembelajaran, pendidik/guru meperhatikan indikasi taraf
kemampuan berpikir peserta didik/dewasa.
c. Pendidik menggunakan strategi pembelajaran yang mengaktifkan
siswa oleh karena melalui pembelajaran aktif.
2.3 Abraham Harold Maslow dari Aliran Teori Belajar Humanistik
Teori kebutuhan-kebutuhan dasar manusia (basic needs) yang dikemukakan
oleh Abraham Harold Maslow sangat populer dan banyak menjadi rujukan di dunia.
Berikut beberapa contoh teori kebutuhan dasarnya.
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan yang paling mendasar dan paling awal munculnya. Apabila tidak
terpenuhi anak mengancam hidup.
2. Kebutuhan Aman
Kebutuhan akan perasaan aman dan terhindar dari tekanan
3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang
Kebutuhan cinta dan kasih sayang menunjukkan bahwa manusia adalah
makhluk sosial, yaiu makhluk yang membutuhkan orang lain.
4. Kebutuhan akan rasa harga diri
Kebutuhan harga diri disebut jug kebtuhan akan martabat diri.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhsn di dalam diri individu untuk mewujudkan potensi-potensi yang
dimilikinya.

7
2.3 BAB III
Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Stemberg mengemukakan bahwa banyak defenisi tentang kreativitas, namun
kebanyakan para peneliti di bidang kreativitas mendefenisikan kreativitas secara
luas sebagai prosese memproduksi sesuatu yang orisinil dan bernilai.Reed
mengemukakan bahwa kreativitas adalah menciptakan sebuah produk yang unik
dan bermanfaat atau solusi.Kreativitas tersebut menyiratkan bahwa solusi tidak
hanya benar, tetapi juga unik dan berguna.Munandar mengemukakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan,
orisinalitas berpikir, dan kemampuan mengolaborasi suatu gagasan.
Hurlock mengemukakan bahwa dari banyak pengertian kreativitas yang
diberikan oleh para ahli, ada delapan yang popular, yaitu sebagai berikut :
1. Pengertian kreativitas yang menekankan pembuatan sesuatu yang
baru dan berbeda
2. Kreativitas sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal, termasuk
yang didapat secara kebetulan
3. Kreativitas sebagai hasil cipta yang baru dan berbeda dari yang telah
ada,karenanya bersifat unik
4. Kreativitas sebagai proses mental yang unik, yang semata mata
dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan
orisinil
5. Kreativitas merupakan salah satu aspek kecerdasan
6. Kreativitas diartikan sebagai sarana kejeniusan yang diwariskan
kepada seseorang, yang tidak ada kaitannya dengan belajar atau
lingkungan
7. Kreativitas merupakan kegiatan otak yang teratur, komprehensif, dan
imajinatif menuju suatu yang orisinil
8. Kreativitas diartikan sebagai pencipta, bukan pengikut (penurut)
Unsur – unsur kreativitas sebagai berikut :
1. Kreativitas merupakan proses, bukan hasil
2. Proses itu mempunyai tujuan yang mendatangkan keuntungan bagi
orang itu sendiri atau kelompok social
3. Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan
karenanya unik bagi orang itu, baik itu berbentuk lisan atau tulisan,
maupun konkret atau abstrak
4. Kreativitas timbul dari pemikiran divergen, sedangkan konformitas
dan pemecahan masalah sehari hari timbul dari pemikiran konvergen
5. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir
6. Kemampuan untuk mencipta bergantung pada perolehan
pengetahuan yang diterima
7. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang
menjurus kearah beberapa bentuk prestasi

8
2. Karakteristik Kreativitas
Menurut Stemberg, individu yang kreatia adalah “mereka yang
meproduki temuan temuan baru, temuan temuan penuh insiht, karya artistic,
paradigma-paradigma revolusioner atau produk produk lain yang orisinil dan
bernilai. Menuruh Stephen, “kreativitas membutuhkan kemampuan kognitif, dan
penilaian kesesuaian yang biasanya berasal korteks prefrontal.
Guilford membedakan karakteristik kreativitas karakteristik kognitif dan
nonkognitif. Karakteristik kreativitas (kognitif) meliputi :
1. Kemampuan berpikir lancer
2. Keterampilan berpikir luwes, orisinal
3. keterampilan merinci atau mengurangi
4. memperkaya dan mengembangkan gagasan
Ciri ciri Afektif
1. Rasa ingin tahu
2. Imajinatif
3. Merasa terganggu oleh kemajemukan
4. Berani mengambil resiko
5. Sikap menghargai

3. Latar Belakang Pentingnya Kreativitas


UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.Adapun
tujuannya yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsayan bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Dalam bidang pendidikan, kreativitas merupakan hal yang snagat penting
dikembangkan jauh, mengingat vbahwa sebagian pendidik di Indonesia
mempunyai kecendrungan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
berpusar pada pendidik.
Beberapa pertimbangan lain berkenaan dengan pentingnya penguatan
program program pembinaan krativitas khuusnya disekolah adalah :
1. Guru maupun orang tua masih mementingkan perkembangan kecerdasan
2. Peserta didik memmerlukan perasaan bahagia di dalam proses
pendidikannya
3. Kreativitas memudahkan hidup, meningkatkan kualitas hidup, kebahagan
hidup, meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidup.

4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas

Kreativitas individu merupakan hasil interaksi antara faktor bakat (keberbakatan


kreativitas).Dan faktor lingkungan.kedua faktor ini bersifat saling melengkapi dan
saling berkontribusi. Lingkungan yang kondusif dapat memaksimalkan bakat
kreatif,namunlingkungan yang kondusif apabila tidak di dukung oleh bakat kreatif,maka
kreativitas yang berkembang terikat oleh kualitas bakat kreatif yang dimili individu.

9
5.Masalah Individu Kreatif
Berbakat kreatif yang kemudian memperoleh dukungan lingkungan,maka akan
menghasilkan kebehagiaan serta kepuasan individu. Sebaliknya bakat kreatif dapat
menjadi maslah ketidak nyamanan hubungan sosial,bahkann ketegangan diri bagi orang
lain
1) Masalah dapat bersumber dari lingkungan belajar atau pemebelajaran yang
terlalu membatasi perkembangan nya dan mewujud nya kreativitas
2) Sekolah dapat menjadi msalah indidvidu kreatif,Karena memndang individu
sebagai anak orang /orang yang tidak dapat di percaya melakukan sesuatu,dapat
pula mencemaskan sehingga individu kurang percaya did untuk menyalurkan
bakat kreativitas nya.
3) Terbatas nya fasilatas untuk kreatif dapat mengjhambat perkembnagan
kreativitas namun bagi individu yang kreatif akan lebih mudah mengatasi nya
dengan mencari alternate-alternatif lainya.

6.Alat Ukur Kreativitas

6.1 Alat Ukur potensi kreativitas

Potensi kreatif dapat di ukur melalui beberpa pendekatan,sepertri berikut:

1) Tes yang mengukur kepribadian secara langsung: misalnya tes daari Torrance
untuk mengukur pemikiran kreatif
2) Tes mengukur unsur-unsurb kreatifias: Unsur-unsur kreatifitas ialah dimensi
kognitif,dimensi afektif,dimensi pisikomotor
3) Tes yang mengukur ciri kepribadian kreatif: contoh tes Figure Prefence
4) Pengukuran potensi kreatif secra nontest: contoh daftar pengalaman ( DP)
5) Pengalaman langsung terhadap kinerja kreatif

6.2 Alat Ukur Kreativitas Di Indonesia

Alat ukur kreativitas di Indonesia adalah

1) Tes Kreativitas Verbal


Tes ini terdiri dari enam sub tes yang semuanya mengukur dimensi operasi
berpikir divergen. Tetapi masing-masing berbeda dalam dimensi produk. Kenma
subtes tersebut adalah sebgai berikut:
a) Permulaan kata : Harus bisa memikirkan sebnayak mungkin kata yang di
mulai dengan susunan huruf tertentu
b) Menyusun kata: Harus bisa menyusun sebanyak mungkin kata dengan
menggunakan atu kata yang di berikan rangsangan.
c) Membentuk kalimat ketiga: Harus menyusun kalimat yang terdiri dari
tiga kata
d) Sifat-sifat yang sama: Harus menemukan sebnyak mungkin objek yang
semuanya memiliki sifat yang di tentukan.
10
e) Macam-macam penggunaan yang tidak lazim: Menemukan penggunaan
yang tidak lazim dari benda sehari-hari.
f) Apa akaibat nya: Harus bisa memikirkan segala sesuatu yang mungkin
terjadi dari suaatu kejadian hipotesis yang telah di tentukan.

2) Tes Kreatifitas fIgural


Tes kreatif figural merupakan adaptasi dari circele tes dari Torrance,pertama
di gunakan di Indonesia pada tahun 1978. Manfaat penelitian ini ilah
memberikan perspektif yang lebih luas dari pengukuran kemampuan berpikir
kreatif. Tes ini memungkin kan penyelesaian dalam waktu singkat,yakni hanya
memerlukan waktu sepuluh menit untuk menyelesikan tes. Tes ini bertujuan
untuk mengkur aspek kelancaran,,kelenturan,orisisnalitas,elaborasi dan
kemampuasn berpikir kreatif.

3) Tes Sikap Kreatif


Skala sikap mengukur sikap kreativits seseorang,misalnya kelenturan dalam
hal berpikir,kebebasan dalam ungkpan diri,minat terhadap kegitan
kreatif,kepercayaan terhadap gagasan sendiri,dan sebagi nya.

4) Skala Penilaian Anak Berbakat


Skala ini merupakan skala yang dapat di lakukan oleh guru,tidak harus di
lakukan oleh psikolog,untuk tujuan ini telah di adaptasi oleh Indonesia.

6.3. Contoh Alat Ukur Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes terdiri dari enam subtes berikut;

1. Subtes permulaan kata


2. Menyusun kata
3. Membentuk kalimta tiga kata
4. Sifat-sifat yang sama
5. Penggunaan yang tidak lazim
6. Subtes apa akibat nya.

Tes ini merupakan tes yang kreativitas verbal yang mengukur kreativitas.

7.Hubungan Antara Kreativitas Dan Beberapa Atribut Psikologis

7.1 Kecerdasan Dan Kreatifitas

Berdasarkan pada pendapat para ahli dapat di ketahui bahwa kreativitas berhubungan
dengan untelegensi.Kreativitas anataralain dapat dilihat dari indicator kemampuan
berpikir divergen.kemampuan berpikir divergen berkorelasi dengan kemampuan
berpikir konvergen. Pemikiran kovergen adalah pemikiran yang menghasilkan banyak
jawaban atas pertanyaan

11
7.2 Prestasi Sekolah Dan Kreativitas

Prestasi terhadap siswa SD dan SMP adalah sebagai berikut:

a) Kreativitas asama abashnya seperti intiligensi sebagai predicator prestasi


sekolah
b) Jika efek dari intelegensi dieliminasi ,hubungan antara kreativitas dan prestasi
sekolah akan tetap substansial.
c) Kombinasi dari intelegensi dan kreativitas akan semakin efektif sebagai
predicator prestasi sekolah daripada masing-masing ukuran sendiri.

7.3 Penesuaian Diri Dan Kreativitas

Hanya sedikit bukti bahwa anak yang kreatif sulit untuk menyesuikan diri atau
kesepian,sebgaimna yang di yakini selama ini

7.4 Jenis kelamin,Urutan di dalam keluarga,dan Ukuran keluarga

Jenis kelamin,urutan kelahiran,ukuran keluarga ,lingkungan kota-desa,termasuk


sebagai atribut yang memngaruhi kreativitasi individu.jenis kelamin laki-laki dapat
menunjukan kreativitas yang lebih besar daipada anak perempuan. Ukuran lingkungan
berkaaitan dengan kreativitas merupakan akibat dari perlakuan lingkungan terhadap
kemungkinan dan keterhambataan berkembaangnyaa kreativitas. Dalam hal ukuran
kelurga misalnya keluarga yang mempunyai anak lima orang atau lebih menerapkan
pola asuh cenderung otoriter.

7.5 Pengetahuan, pola asuh orang tua, status ekonomi, dan kreativitas
1) pengetahuan dan pola asuh orang tua
Memadai pengetahuan orangtua tentang pentingnya kreativitas dan terampil
mengembangkan kreativitas anak, membuat orangtua menjadi sumber perkembangan
kreativitas anak. Kondisi kondusif ini diberikan oleh orang tua antara lain melalui pola
asuh yang demokratis, perilaku merespon yang membangun kreativitas anak.
2) status sosial ekonomi
Keluarga dengan status sosial ekonomi sejahtera mempunyai peluang lebih
besar dalam mengembangkan kreativitas anak melalui sarana dan media kreatif yang
dapat diberikan pada anak.

7.6 Lingkugan desa-kota, budaya, dan kreativitas


1) Lingkungan desa-kota
Fasilitas kreatif di lingkungan perkotaan lebih tersedia daripada di lingkungan
desa/pedesaan.kelengkapan dan variasi wadah kreativitas tersebut merangsang dan
memberi kesempatan anak menjadi kreatif.
2) budaya
Norma hidup di desa biasanya orantua membersarkan anak untuk menjadi anak
yang patuh pada orang tua, konform pada lingkungan sekitar. Sementara lingkungan di

12
kota, anak terbiasa untuk hidup lebih mandiri dan lebih leluasa mengembangkan diri
sesuai minatnya.

8. Hots dan berpikir kreatif


Menurut Thomas dan Thome (2009), HOTS merupakan cara berpikir yang lebih
tinggi daripada menghafalkan fakta atau menerapkan peraturan, rumus dan prosedur.
HOTS berarti nonalgoritmik dan didefinisikan sebagai potensi penggunaan fikiran
untuk menghadapi tantangan baru. Elaine B. Johson (2014:182) dalam Helmawati
(2019) menyatakan bahwa berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi membidik
berpikir kritis dan berpikir kreatif. Perbedaan anatara berpikir kritis dan berpikir
kreatif terletak pada adanya hal baru di dalam berpikir kreatif, sementara didalam
berpikir kritis lebih menekankan pada analisis yang tajam.
Tahap berpikir meliputi tahap, berpikir dari yang terendah hingga tahap berpikir
yang tinggi, yaitu:
1. Menghafal (recall thinking)
2. Dasar (basic thinking)
3. Berpikir kritis (critical thinking)
4. Berpikir kreatif (creative thinking)
Tiga kategori HOTS menurut Brookhart (2010, dalam Nugroho, 2019: 17-18)
yaitu:
1)transfer, 2)critical thinking, 3)problem solving.
Mengkreasi(mencipta) merupakan kategori kemampuan berpikir tertinggi.
Kemampuan menciptakan merupakan indikator pokok dari kreativitas. Kemampuan
berpikir HOTS yang paling rendah yaitu mengevaluasi, mencipta. Kemampuan berpikir
LOTS yang paling rendah yaitu mengingat, memahami, dan mengevaluasikan.
Dua taksonomi lainnya adalah dimensi sikap (afektif) dan dimensi keterampilan
(psikomotorik). Dimensi afektif terdiri dari penerimaan, penanggapan, penilaian,
pengaturan dan pengelolaan. Dimensi keterampilan terdiri dari gerakan refleks, dasar,
tanggap perceptual, kegiatan fisik, komunikasi tidak berwacana.

9. Teknik dan pemecahan masalah secara kreatif


Tiga tingkatan model belajar kreatif, yaitu teknik kreatif tingkat I, teknik kreatif tingkat
II, teknik kreatif tingkat III.

1. Teknik kreatif tingkat I


 Pemanasan (warning up)
 Sumbang saran (brainstorming)
 Pertanyaan yang memacu gagasan
2. Teknik kreatif tingkat I
 Synectics
 Futuristics

13
3. Teknik kreatif tingkat III
 Pemecahan masalah secara kreatif
 Proses lima tahap : a. Orientasi, b)Persiapan, c)Penggagasan,
d)Penilaian e. Pelaksanaan atau Implementasi

2.4 BAB IV
Mengembangkan kreativitas dan Hambatannya

1. Mengembangkan kreativitas
Terdapat pandangan ahli yang mengemukakan bahwa pengembangan
kreativitas memperhatikan pembinaan yang bersifat aptitude traits ( pembinaan
terhadap sifat sifat kepribadian yang cenderung dibawa/telah tertentu sejak
lahir ) dan pembinaan non aptitude traits ( pembinaan atas Sifat sifat
kepribadian yang cenderung diperoleh individu dari lingkungan, seperti
keterampilan melakukan tugas.
a. Peran keluarga dalam membina kreativitas anak
 Menerapkan pola asuh demokratis, yakni memberikan kesempatan
kepada anak untuk berpendapat, berbuat, dan menentukan dirinya.
 Menghindari kata kata yang dapat melemahkan aktivitas kreatif anak
 Tidak mengukur keberhasilan anak dari produk yang dihasilkan saja
melainkan lebih mengutamakan pada proses kreatif anak
 Memberi reward atas prestasi kreatif anak agar lebih termotivasi
 Khusus pada kanak kanak , pengembangan kreativitas penting sekali
dilakukan melalui perlakuan :
 Memberi kesempatan untuk dapat berbicara
 Bermain drama
 Membuat mobilan dari plastisin
 Memberi kesempatan melamun
 Memberi kesempatan melucon
 Memberi kesempatan untuk bercerita
b. Peran sekolah dalam mengembangkan kreativitas siswa
 Guru mengidentifikasi siswa siswanya berbakat kreativitas
 Guru menciptakan iklim belajar yang menyenangkan
 Guru membangun rasa percaya diri agar siswa aktif mewujudkan potensi
nya

 Guru menghadirkan humor


 Guru menumbuhkan rasa ingin tahu
 Guru menggunakan pendekatan, strategi, dan merode pembelajaran yang
membangun kreativitas anak
c. Peran pendidikan tinggi dalam membina kreativitas mahasiswa

14
 Sistem pembelajaran yang menumbuh kembangkan kreativitas
mahasiswa yang meliputi pendekatan, strategi, model, metode
pembelajaran
 Pengembangan budaya kreatif di kampus
 Penyediaan kegiatan ekstrakurikuler beserta fasilitas nya
 Pelatihan pelatihan membangun kreativitas mahasiswa dan dosen
 Studi banding antar perguruan tinggi, yang dapat menstimulasi
kreativitas mahasiswa.
d. Peran masyarakat dalam membina kreativitas
Suasana masyarakat yang kreatif merupakan sosialisasi budaya yang sangat
mendukung pembentukan kreativitas individu.suasana yang dapat diciptakan
melalui model kreatif tersebut.

2. Hambatan dalam mengembangkan kreativitas


1) Kendala yang berasal dari keluarga
 Orang tua kurang memahami tentang pentingnya kreativitas
dikembangkan
 Keterbatasan waktu orang tua menyediakan sarana dan media kreativitas
2) Kendala yang berasal dari sekolah/lembaga pendidikan
 Guru kurang mementingkan pengembangan kreativitas seiring dengan
pembelajaran
 Guru kurang memahami kreativitas siswa
 Keterbatasan sarana dan media kreativitas guru/ pendidik
 Ada kecenderungan kurikulum yang mensyaratkan siswa mengikuti
pelajaran yang banyak
3) Kendala yang berasal dari masyarakat
Meskipun telah terdapat sarana dan program pengembangan kreativitas di
masyarakat, seperti tempat tempat olahraga, lomba kreatifitas namun jumlah
nya masih terbatas
4) Kendala budaya
Faktor budaya Indonesia yang dapat menghambat kreativitas adalah adanya
pandangan seperti " anak wajib patuh pada orang tua tanpa penting tahu
alasannya.
Bangsa Indonesia umumnya cenderung berorientasi pada budaya
kolektivisme, diri yang independen, sehingga orientasi budaya ini mengikat
individu untuk menjaga pandangan dan penilaian orang lain yang menjadi
acuan kelompok nya di dalam bertindak.

2.5 Bab V

15
Pembelajaran Kreatif

1. Pengertian Pembelajaran Kreatif


Pembelajaran (instruction) adalah serangkaian peristiwa yang mempengaruhi
pembelajaran sedemikian rupa sehingga terjadi peristiwa belajar pada pembelajaran.
Berkenaan dengan pembelajaran, terdapat beberapa konsep yang berdekatan
artinya, yaitu pendekatan pembelajaran, teknik pembelajaran, strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan taktik pembelajaran.
Berdasarkan pengertian pembelajaran diatas, dapat dirumuskan bahwa
pembelajaran kreatif adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh pendidik/guru
membelajarkan siswa/peserta didik, yang untuk itu pendidik/guru juga melakukan
pembelajaran secara kreatif.

2. Beberapa Model Pembelajaran yang Mengandung Kreativitas


a. Model Pembelajaran Inkuiri
Sanjaya (2008) menyebutkan model pembelajaran inkuiri dengan sebutin Strategi
Pembelajaran Inkruiri (SPI). Bahwa SPI adalah “rangkaian pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Karakteristik, prinsip, dan langkah – langkah SPI dikemukakan oleh Sanjaya (2006).
Ciri – ciri dan prinsip yang dikemukakan tersebut menitik beratkan pada kemampuan
intelektual (kemampuan berpikir, kemampuan menalar).
b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah/PBM (Problem Base Learning)
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia
nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang
ada. PBM adalah “suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada
peserta didik dengan masalah – masalah.
Penulis memandang bahwa PBM merupakan model pembelajaran yang
mengembangkan kreativitas siswa/peserta didik.
c. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperativ Learning)
Di dalam pembelajaran kooperatif, guru/pendidik lebih berperan sebagai fasilitator
yang membangun pengetahuan siswa/peserta didik. Para ahli memandang bahwa
pembelajaran kooperatif dilakukan dalam bentuk tatap muka langsung, terjadi proses
dalam kelompok, dan didalam kelompok terdapat saling ketergantungan yang positif.
d. Model Pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan
menyenangkan)
Model pembelajaran PAKEM adalah model pembelajaran yang memunculkan partisipasi
siswa/peserta didik, melibatkan aktivitas siswa/peserta didik, menciptakan suasana
pembelajaran yang kreatif, yang menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran yang
ditentukan dicapai dengan efisien.

e. Model Pembelajaran Digital

16
Peserta didik generasi ditigal memiliki karakteristik tersendiri yang
berbeda dari generasi sebelumnya, khususnya dalam komunikasi dan
teknologi. Mereka merupakan siswa yang sangat peduli dengan identitas diri
melalui penggunaan produk-produk teknologi saat ini. Misalnya dari pengguna
handphone konvensional menjadi pengguna smarthphone. Perubahan ilmu
pengetahuan, komunikasi, dantekhnologi tersebut, masuk kedalam dunia
pendidikan/pembelajaran. Padabagian model pembelajaran digital ini,
dikemukakan tiga bagian sebagai berikut :
- Pembelajaran digital online
- Blended learning
- Aplikasi pembelajaran digital
1. Pembelajaran Digital Secara Online
Pembelajaran digital merupakan salah satu alternatif model pembelajaran
yang mengikuti perkembangan informasi, komunukasi, dan teknologi terkini,
yang menembus batas jarak, tempat, ruang, dan waktu. Belajar juga dapat
dilakukan sesuai dengan ketersediaan waktu, yakni dapat dilakukan dini hari,
malam, sore, siang, pagi hari, aktivitas belajar demikian ini disebut digital
learning.
Pembelajaran digital member kesempatan yang sangat luas untuk
interaksi antara pengajar dengan peserta didik, antara peserta didik dengan
peserta didik, dan antara peserta didik dengan media, dengan dukungan E-
Learning, chatting, sharing, application, video converense, kelompok diskusi.

2. Blended Learning
Blended learning muncul oleh kondisi era perkembangan teknologi yang
kemajuannya sangat cepat dan canggih (sophisticated). Blended learning
bertujuan untuk memudahkan proses belajar, meningkatkan hasil belajar,
pencapaian tujuan pembelajaran.
Secara singkat, blended learning adalah belajar yang menggunakan cara-cara
konvensional tatap muka langsung dan belajar berbasis teknologi dalam
jaringan (daring).
Istilah lain yang digunakan untuk maksud yang sama dengan blended
learning adalah hybrid course. Pembelanjaran konvensional tetap diperlukan,
sebab melalui pembelajaran tatap muka langsung dapat diperoleh hal-hal yang
tidak dapat diperoleh melalui pembelajaran menggunakan online semata.
Pembelajaran online mempunyai kekuatan dalam hal yang dapat mengatasi
kelemahan belajar yang terbatasi oleh tempat, waktu, ruang dan kelas, serta
mengatasi keterbatasan materipembelajaran. Blended learning yang
mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning memiliki 5 komponen
berikut :
1. Pembelajaran tatap muka
2. Pembelajaran mandiri
3. Pembelajaran berbasis masalah

17
4. Pembelajaran kolaboratif
5. Evaluasi

3. Aplikasi pembelajaran digital


Di era masing-masing individu disibukkan oleh urusan masing-
masing, maka penerapan mobile lerning dilakukan kapan dan dimana saja
sepanjang perangkat mobile lerning ada pada pembelajar, sangat tepat. Untuk ini
perlu dikembangkan peran teknologi mobile seperti smartphone, tablet. Mobile
learning memberikan kesetaraan, kesempatan pendidikan untuk segmen yang
luas, kemandirian dan kesempatan belajar seumur hidup bagi seluruh
pembelajar, dan mempromosikan internasionalisasi pendidikan dan pelatihan
melalui kasus dan program yang disajikan lintas perbatasan.
Aplikasi pembelajaran digital :
- Mobile learning
- Media sosial
- Pembelajaran berbasis permainan
- Pembelajaran elektronik
- Virtual learning
Virtual learning juga merupakan pembelajaran menggunakan internet.
Virtual learning tidak berarti meninggalkan atau menggantikan model
pembelajaran kovensional di dalam kelas, melainkan memperkuat melalui
pengayaan konten dan pengembangan teknologi.

f. Pembelajaran Berbasis HOTS


Kreativitas dalam HOTS dapat dijelaskan bahwa keduanya sama-sama
merupakan kemapuan berfikir tinggi. Pembelajaran yang ideal mengharuskan
guru/pendidik menggunakan keduanya (pembelajaran HOTS dan kreativitas).
Maka pembelajaran dilakukan bukan hanya sekedar aktivitas mengingat,
memahami, mengaplikasikan, yang disebut dengan HOTS, melainkan sampai
kepada puncak tertinggi dari HOTS, yaitu mengkreasi. Untuk ini situasi
pembelajaran dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, memotivasi siswa
untuk berpartisi pasiaktif, member kesempatan yang luas untuk mengeluarkan
gagasan-gagasan, member kesempatan untuk mandiri melakukan sesuatu sesuai
bakatdan minat. Pembelajaran berbasis HOTS yang melibatkan kreativitas,
harus membangun hard skill dan soft skill. Pembelajaran yang membangun soft
skill adalah sesuai dengan makna kreatifitas sebagai person(pribadi).
Soft skill dan hard skill merupakan unsure pendidikan/pembelajaran yang tidak
dapatdipisahkan melainkan saling melengkapi, saling berkontribusi, dan saling
mempengaruhisatu sama lain.

BAB III

18
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan Isi Buku
Buku Utama
• Dari segi tata bahasa, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan tidak berbelit-
belit.
• Penulis dalam menyajikan buku ini disertai dengan menurut para ahli. Hal ini tentu
menjadi nilai plus bagi buku ini, dan menjadikan para pembaca lebih banyak
mendapatkan informasi.
• Penjelasan di dalam buku ini cukup terperinci dan jelas sehingga mudah dipahami dan
dapat meningkatkan peminat pembaca.
• Cetakan buku yang rapi dan jelas dan tidak buram sehingga pembaca merasa nyaman
membacanya.

Buku 2
• Dari segi tampilan depan (cover) semua sudah jelas dipaparkan pada covernya, ada
judul, nama pengarang, serta penerbitnya sehingga pembaca tidak perlu membuka
halaman lainnya untuk mencari identitas buku.
• Tampilan covernya juga cukup menarik minat pembaca untuk membacanya.
• Penjelasan di dalam buku ini cukup terperinci dan jelas sehingga mudah dipahami.
•Terdapat biodata penulis di bagian cover belakang, sehingga pembaca bisa mengetahui
informasi tentang penulis/editor buku tersebut.
• Cetakan buku yang rapi dan jelas dan tidak buram sehingga pembaca merasa nyaman
membacanya.
• Terdapat latihan di setiap bab yang berguna untuk mengasah kemampuan si pembaca
untuk menjawab pertanyaan seputar materi yang dibahas pada bab tersebut.
• Penulis dalam menyajikan buku ini disertai dengan menurut para ahli. Hal ini tentu
menjadi nilai plus bagi buku ini, dan menjadikan para pembaca lebih banyak
mendapatkan informasi.

3.2 Kekurangan Isi Buku


Buku 1
• Pada bagian cover depan, kertasnya sangat tipis dan mudah robek.
•Tidak adanya gambar yang dilampirkan dari penjelasan yang ada di materi
pembahasan.
• Ada beberapa kata yang salah pengetikan kata maupun tanda baca.
• Tidak adanya latihan soal atau pertanyaan di akhir bab untuk melihat sejauh mana
pembaca memahami masing-masing bab pada buku tersebut.
• Tidak adanya nama penulis buku ini.
• Tidak adanya biodata atau identitas penulis dibagian belakang cover, sehingga
pembaca tidak mengetahui siapa nama penulis buku tersebut.
•Tidak tertera standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada bab tersebut.

19
Buku 2
•Tidak tertera standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada bab tersebut.
• Tidak adanya gambar yang dilampirkan dari penjelasan yang ada di materi
pembahasan.

BAB IV

20
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persamaan kedua buku ini adalah sama-sama membahas pentingnya berpikir
kreatif, inovasif, dan mengembangkan kreativitas bagi peserta didik di dalam
pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai, serta
bagaimana proses sehingga seseorang dapat berpikir kreatif.
Pada buku pertama membahas tentang hakikat belajar, mengajar dan
pembelajaran, menejelaskan teori-teori belajar serta tokoh aliran teori belajar, latar
belakang pentingnya kreativitas bagi seseorang dan faktor yang mempengaruhi
kreativitas, bagaimana cara menyesuaikan diri dengan kreativitas, teknik dan
pemecahan masalah secara kreatif.

4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna serta minimnya
sumberyang dimiliki oleh penulis, maka penulis akan selalu menerima kritik dan
saran yang membangun agar critical buku ini menjadi lebih baik lagi untuk masa
yang akan datang, dan juga untuk menanggapi terhadap pembahasan dan
kesimpulan dari bahasa critical buku yang telah di jelaskan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

21
TIM DOSEN UNIMED. 2019. Pembelajaran Kreatif.
Soesilo, Tritjahjo Danny. 2014. Pengembangan kreativitas Melalui Pembelajaran.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.

22

Anda mungkin juga menyukai