Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN EVALUASI PONDOK PESANTREN

Marshanda Fadia Fedorava


UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
mshanda29@gmail.com

Abstrak : Jurnal ini dibuat untuk mendeskripsikan manajemen evaluasi di pondok pesantren.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan literature review dengan
mengkaji data dari beberapa referensi sebagai pengumpul datanya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam menjalankan program mapun kegiatan-kegiatan yang berada dalam
pondok pesantren, perlu dilakukan sebuah evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas tersebut.
Evaluasi menjadi penting untuk mengukur dan seberapa efektifnya performa maupun efisiensi
pada suatu pondok pesantren. Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan sebuah model evaluasi pondok pesantren yang tepat untuk mengevaluasi semua
tipe pondok pesantren dan mendeskripsikan: pengertian manajemen evaluasi pondok pesantren,
model evaluasi pondok pesantren, prinsip-prinsip evaluasi pondok pesantren, prosedur evaluasi
pondok pesantren, dan manfaat evaluasi pondok pesantren.
Kata Kunci : model evaluasi, pondok pesantren

Abstract : This journal was created to describe the management of evaluation in Islamic
boarding schools. This study uses a qualitative approach using a literature review by examining
data from several references as data collectors. The results of this study indicate that in carrying
out programs and activities in Islamic boarding schools, it is necessary to carry out an
evaluation of the implementation of these activities. Evaluation is important to measure and how
effective the performance and efficiency of an Islamic boarding school is. Related to this, this
study aims to produce an evaluation model of Islamic boarding schools that is appropriate for
evaluating all types of Islamic boarding schools and describe: the meaning of Islamic boarding
school evaluation management, Islamic boarding school evaluation models, Islamic boarding
school evaluation principles, Islamic boarding school evaluation procedures, and the benefits of
evaluating Islamic boarding schools.
Keywords : evaluation model, Islamic boarding school

1
PENDAHULUAN
Dalam menjalankan program mapun kegiatan-kegiatan yang berada dalam pondok
pesantren, perlu dilakukan sebuah evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas tersebut. Evaluasi
menjadi penting untuk mengukur dan seberapa efektifnya performa maupun efisiensi pada suatu
pondok pesantren. Setelah melakukan beberapa rangkaian kegiatan manajemen, evaluasi berguna
sebagai sarana untuk meningkatkan layanan dan kualitas pondok pesantren. Melakukan
pengelolaan terhadap suatu pekerjaan secara rapih, benar, tertib dan teratur merupakan salah satu
ajaran Islam, yang artinya bahwa Islam sebagai agama melarang untuk melakukan pengelolaan
suatu pekerjaan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam.

Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah
manajemen evaluasi pondok pesantren yang tepat untuk mengevaluasi semua tipe pondok
pesantren dan mendeskripsikan: pengertian manajemen evaluasi pondok pesantren, model
evaluasi pondok pesantren, prinsip-prinsip evaluasi pondok pesantren, prosedur evaluasi pondok
pesantren, dan manfaat evaluasi pondok pesantren.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan literature review
dengan mengkaji data dari beberapa referensi sebagai pengumpulan datanya. Literature review
merupakan sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan
identifikasi dan sintesis terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah
dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Manajemen Evaluasi Pondok Pesantren

Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, mengintrepretasikan


dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controling).1 Manajemen Menurut

1
Barnawi dan M Arifin, Manajemen Sarana Dan Prasarana Sekolah, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012),
Hal. 14.

2
George R Terry adalah sebuah proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan, perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penggiatan (actuating), dan juga pengawasan
(controlling). Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni memimpin
dan mempengaruhi orang lain agar orang lain mau bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan
yang diinginkan atau yang telah direncakanan.2

Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan non formal di Indonesia yang
umumnya menyediakan asrama bagi para santri atau murid. Mereka diberikan pengajaran
mengenai kitab-kitab kuning, kitab-kitab klasik, serta kitab-kitab umum untuk mendalami ilmu
agama Islam secara detail. Selain itu, pesantren juga mendorong para santri untuk mengamalkan
ajaran tersebut sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari, dengan penekanan pada
pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat. Pesantren memiliki peran penting sebagai
institusi pendidikan yang khas di Indonesia. Penting untuk dicatat bahwa pendirian pesantren
bukanlah untuk mencari kepentingan kekuasaan, uang, atau keagungan dunia, tetapi untuk
menanamkan kepada para santri bahwa belajar adalah kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen evaluasi dalam konteks
pondok pesantren adalah suatu proses penilaian dan pengaturan yang melibatkan sumber daya
manusia dan non-manusia untuk mencapai tujuan pendidikan pesantren. Tujuan dari evaluasi ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai, serta mengevaluasi sejauh mana
program pendidikan telah berjalan sesuai dengan rencana yang efektif dan efisien.

Model Evaluasi Pondok Pesantren

1. Model CIPP
Decision Oriented Evaluation Model atau Model CIPP (Contex, Input, Proces,
Product) adalah model evaluasi yang menitikberatkan pada penilaian program dan
penyajian informasi untuk pembuatan keputusan. Keempat model evaluasi tersebut
merupakan satu rangkaian yang utuh, tetapi dalam pelaksanaannya seorang evaluator
tidak harus menggunakan keseluruhannya. Keunikan pada model-model tersebut adalah,
pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambilan keputusan dan operasi
sebuah program. Dalam hal lain, keempat model evaluasi tersebut dapat dipadukan
2
Choirul Arif, Halim, Suhartini, Manajemen Pesantren, (Yogyakarta: pustaka pesantren, 2009), Hal. 71.

3
dengan model-model evaluasi yang dikembangkan oleh beberapa ahli-ahli lain yang
sudah dianggap baku dan standar, serta telah teruji kehandalannya dalam berbagai
penerapan pendidikan. Ditinjau dari pelaksanaan suatu program, Evaluasi Model CIPP
memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu:
konteks, input, proses, dan output.3
2. Model Kirkpatrick
Kirkpatrick salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang
pengembangan sumber daya manusia (SDM). Model evaluasi yang dikembangkan oleh
Kirkpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model. Evaluasi
terhadap efektivitas program pelatihan (training) menurut Kirkpatrick mencakup empat
level evaluasi, yaitu: level 1 reaction, level 2 learning, level 3 behavior, dan level 4
result.
3. Model Alkin/UCLA
Model evaluasi ini dikembangkan oleh Alkin ketika beliau menjabat sebagai ketua
The Centre for the Study of Evaluation di UCLA (University of California in at Los
Angeles). Alkin mengembangkan alur evaluasi yang mirip dengan model CIPP. Alkin
mengemukakan lima macam evaluasi, yakni: System Assessment, Program Planning,
Program Implementation, Program Improvement, Program Certification
4. Model Brinkerhoff
Model O. Brinkerhoff mengemukakan ada tiga jenis evaluasi yang disusun berdasarkan
penggabungan elemen-elemen yang sama yaitu:
a. Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara sistemik-
terstruktur sebelum program dilaksanakan.
b. Formative vs Summative Evaluation
Istilah formatif dan sumatif pertama kali dipopulerkan oleh Michael Scriven.
Model ini menunjukan adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu
evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi
formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi
sumatif).
3
George F Madaus, Michael S Sriven dan Daniel L Stufflebeam, Evaluation Models,: Viewpoint on
Educational and Human Services Educations, (Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing, 1983), Hal.128

4
c. Experimental and quasi experimental design vs natural/ unobstrusiveinquiry
Desain eksperimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, random
sampling, memberikan perlakuan dan mengukur dampak, tujuannya adalah untuk
menilai manfaat hasil percobaan program pembelajaran.4
5. Model Countenance
Model Countenance merupakan model pertama dalam evaluasi kurikulum yang
dikembangkan oleh Stake. Istilah "Countenance" mengacu pada keseluruhan atau
pandangan menyeluruh, dan juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang disukai atau
menguntungkan. Menurut Provus, tujuan dari model Countenance Stake adalah untuk
memberikan kerangka bagi pengembangan rencana penilaian kurikulum. Fokus utama
Stake adalah pada hubungan antara tujuan penilaian dan keputusan yang akan diambil
berdasarkan data yang dikumpulkan. Hal ini dikarenakan Stake melihat adanya
ketidaksesuaian antara harapan penilai dan guru dalam evaluasi kurikulum.
Menurut Porvus, model Countenance Stake bertujuan untuk memastikan bahwa
semua data yang dikumpulkan dan diolah dalam evaluasi kurikulum dapat memberikan
informasi yang dapat digunakan oleh pengguna data. Model ini diimplementasikan
karena ada perbedaan antara penilaian yang dilakukan oleh guru dengan penilaian yang
dilakukan oleh ahli penilaian. Dengan menggunakan model Countenance, Stake berusaha
untuk memastikan bahwa semua data yang terkumpul dapat memberikan pemahaman
yang komprehensif dan berguna bagi para pengguna data.

Prinsip-Prinsip Evaluasi Pondok Pesantren

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik
dari prinsip-prinsip umum. Menurut Khusnuridlo, prinsip-prinsip evaluasi terdiri dari :
1. Komprehensif
Evaluasi harus mencakup semua bidang yang relevan, termasuk aspek personal,
material, dan operasional. Evaluasi tidak boleh terbatas hanya pada satu aspek saja.
Sebagai contoh, dalam mengukur aspek personal, tidak hanya guru yang dinilai, tetapi
juga murid, karyawan, dan kepala sekolah. Begitu pula dengan aspek material dan

4
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hal. 74

5
operasional, evaluasi harus mencakup semua hal yang relevan. Evaluasi harus dilakukan
secara menyeluruh dan komprehensif.
2. Komparatif
Prinsip ini menekankan pentingnya kolaborasi dalam melaksanakan evaluasi.
Misalnya, ketika mengevaluasi keberhasilan seorang guru dalam mengajar, penting untuk
melibatkan pengawas, kepala sekolah, guru yang bersangkutan, dan bahkan pihak murid.
Melalui keterlibatan semua pihak, diharapkan dapat mencapai objektivitas dalam proses
evaluasi tersebut.
3. Kontinyu
Evaluasi sebaiknya dilakukan secara kontinu selama pelaksanaan program.
Evaluasi tidak hanya terfokus pada hasil yang telah dicapai, tetapi juga dimulai sejak
tahap perencanaan hingga laporan akhir. Tujuannya adalah untuk memantau kemajuan
dan keberhasilan yang dicapai dalam periode waktu tertentu. Jika ada aktivitas yang
berhasil, upaya untuk meningkatkan keberhasilan tersebut harus terus dilakukan. Namun,
jika ada kegagalan, harus dicari alternatif lain untuk mencapai keberhasilan yang
diinginkan.
4. Objektif
Evaluasi harus dilakukan secara jujur dan sesuai dengan realitas yang ada. Penting
untuk mengungkapkan kebenaran dengan mengatakan bahwa yang hijau adalah hijau dan
yang merah adalah merah. Tidak boleh terjadi kekeliruan dengan menyebut yang hijau
sebagai kuning atau sebaliknya. Sebagai contoh, jika seorang guru berhasil dalam
mengajar, evaluasi harus mengakui keberhasilannya, dan sebaliknya, jika seorang guru
kurang berhasil, evaluasi harus mengakui kekurangannya. Untuk mencapai objektivitas
dalam evaluasi, penting untuk memiliki data dan fakta yang akurat. Dari data dan fakta
ini, evaluasi dapat dianalisis untuk kemudian mencapai kesimpulan yang tepat. Semakin
lengkap data dan fakta yang dikumpulkan, semakin obyektif evaluasi yang dilakukan.
5. Berdasarkan kriteria yang valid
Selain membutuhkan data dan fakta, evaluasi juga memerlukan adanya kriteria-
kriteria yang spesifik. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus selaras dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria ini digunakan untuk memastikan
bahwa ada standar yang jelas ketika menilai aktivitas supervisi pendidikan. Konsistensi

6
antara kriteria evaluasi dan tujuan berarti bahwa kriteria yang dibuat harus
memperhitungkan esensi dan substansi dari supervisi pendidikan.
6. Fungsional
Evaluasi memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Manfaat langsungnya adalah penggunaan hasil evaluasi untuk melakukan perbaikan pada
hal yang dievaluasi. Sementara manfaat tidak langsungnya adalah hasil evaluasi
digunakan untuk keperluan penelitian atau tujuan lainnya.
7. Diagnostik
Setiap hasil evaluasi harus dicatat secara tertulis. Dokumentasi hasil evaluasi ini
menjadi dasar untuk mengidentifikasi kelemahan atau kekurangan yang perlu diperbaiki.
Informasi yang terdokumentasi ini akan membantu dalam mencari solusi yang tepat
untuk mengatasi masalah yang ditemukan.5

Prosedur Evaluasi Pondok Pesantren

Prosedur merupakan serangkaian langkah-langkah atau tindakan yang spesifik yang harus
diikuti atau dilaksanakan dengan cara yang sama untuk mencapai hasil yang konsisten dari
situasi yang sama. Lebih lanjut, prosedur dianggap sebagai rangkaian aktivitas, tugas, langkah,
keputusan, perhitungan, dan proses yang dilakukan melalui serangkaian kerja untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, menghasilkan produk, atau mengakibatkan konsekuensi tertentu.
Sebagai suatu mekanisme, prosedur biasanya menyebabkan perubahan.
Melakukan evaluasi terhadap pondok pesantren memiliki kepentingan yang penting
dalam mengukur peran pendidikan yang telah dilakukan oleh pesantren tersebut. Evaluasi ini
juga bertujuan untuk menyesuaikan kegiatan dan program pondok pesantren dengan kebutuhan
masyarakat setempat.
Meskipun pondok pesantren telah mengembangkan paradigma keilmuannya dengan pola
manajemen pesantren (salafiyah, dan modern), sampai saat ini masih banyak kalangan menilai
bahwa efektivitas pengelolaan dan manajemen pondok pesantren memiliki sejumlah persoalan.
Persoalan-persoalan tersebut paling tidak berkisar pada masalah :
1. Kebesaran dan pengaruh suatu pondok pesantren sangat bergantung pada karisma dan
kepemimpinan kiyai yang memimpinnya. Oleh karena itu, ketika kiyai tersebut
5
Khusnuridlo, Prinsip-prinsip Evaluasi Program Supervisi Pendidikan (Online), 2010.
(http://www.khusnuridlo.com/2010/11/prinsip-prinsip-evaluasi program.html. diakses pada 14 Maret 2023).

7
meninggal dunia, dapat menjadi sulit untuk melakukan regenerasi kepemimpinan di
pondok pesantren tersebut. Hal ini dapat berdampak pada hilangnya citra yang dimiliki
oleh pondok pesantren tersebut.
2. Masalah output/outcome pendidikan pesantren yang belum dapat diterima oleh berbagai
pihak, terutama oleh lapangan kerja dengan persyaratan dan kualifikasi yang tidak sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh pondok pesantren.
3. Sarana dan prasarana di pondok pesantren masih banyak yang tidak memadai, yang
berdampak pada kesan kurang menarik terhadap pondok pesantren tersebut.
4. Pesantren seringkali sulit dijangkau karena banyak yang terletak di luar kota, sehingga
seringkali menimbulkan kecemasan. Keadaan ini diperparah dengan kurangnya dukungan
dari sistem informasi yang memadai.
5. Masalah mengenai sertifikat atau ijazah dari pendidikan pesantren serta peluang untuk
melanjutkan pendidikan setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren.6

Oleh karena berbagai masalah yang disebutkan di atas, penting untuk melakukan evaluasi
terhadap pondok pesantren guna mengatasi dan mencegah masalah-masalah tersebut di
masadepan. Prosedur evaluasi program pondok pesantren dapat digambarkan sebagai berikut :

6
Bawaihi, Monitoring dan Evaluasi di Pondok Pesantren, (Jambi: IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
2014), hal. 201

8
Gambar 1 Prosedur Evaluasi di Pondok Pesantren

Sumber : Bawaihi,” Monitoring dan Evaluasi di Pondok Pesantren”, (IAIN Sulthan Thaha Saifuddin)

Manfaat Evaluasi Pondok Pesantren

Evaluasi adalah sebuah proses sistematis yang melibatkan pengumpulan dan analisis
informasi tentang kinerja suatu organisasi atau program. Tujuan dari evaluasi adalah untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta memberikan masukan yang berguna untuk
perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Dalam konteks manajemen pesantren, evaluasi
memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
1. Menilai Kinerja Pesantren
Evaluasi membantu manajemen pesantren dalam melakukan penilaian kinerja
organisasi secara lebih akurat dan obyektif. Melalui analisis data kinerja, manajemen

9
dapat mengidentifikasi masalah dan kesenjangan yang ada dalam operasional dan strategi
pesantren.
2. Memperbaiki Kualitas Pendidikan
Evaluasi memiliki peran penting dalam membantu manajemen pesantren dalam
meningkatkan kualitas pendidikan yang diberikan. Dengan melakukan evaluasi terhadap
metode pembelajaran, program kurikulum, dan kemampuan tenaga pengajar, manajemen
dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan memastikan bahwa siswa menerima
pendidikan yang terbaik.
3. Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Evaluasi juga memiliki peran dalam membantu manajemen pesantren untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan, baik itu siswa maupun orangtua siswa. Dengan
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, manajemen dapat memperbaiki layanan
dan fasilitas yang disediakan, sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan.
4. Menentukan Prioritas Pengembangan
Evaluasi berperan penting dalam membantu manajemen pesantren dalam
menentukan prioritas pengembangan di masa depan. Melalui analisis data evaluasi,
manajemen dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan atau pengembangan
lebih lanjut. Hal ini memungkinkan manajemen untuk menentukan prioritas investasi dan
pengembangan di masa depan.
5. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi
Evaluasi memiliki peran penting dalam membantu manajemen pondok pesantren
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam operasi dan strategi. Melalui evaluasi
metode dan proses operasional, manajemen dapat mengidentifikasi area di mana perlu
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam operasi dan strategi pesantren. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi secara keseluruhan.
6. Mengidentifikasi Masalah dan Kesenjangan
Evaluasi memiliki peran penting dalam membantu manajemen pondok pesantren
untuk mengidentifikasi masalah dan kesenjangan dalam operasi dan strategi. Dengan
melakukan evaluasi terhadap data kinerja, manajemen dapat mengetahui adanya masalah
dan kesenjangan dalam operasi dan strategi pesantren. Hal ini memungkinkan

10
manajemen untuk segera menyelesaikan masalah yang ada dan mengisi kesenjangan
tersebut.
7. Meningkatkan Akuntabilitas
Evaluasi memiliki peran penting dalam meningkatkan akuntabilitas manajemen
pesantren terhadap para pemangku kepentingan, seperti dewan pengawas, pemerintah,
dan masyarakat. Dengan mengungkapkan secara terbuka dan transparan kinerja pesantren
melalui evaluasi, manajemen dapat memperkuat kepercayaan dan reputasi pesantren di
mata para pemangku kepentingan.7

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi di pesantren harus menghasilkan


keputusan yang tepat berdasarkan hasil evaluasi. Evaluasi program seharusnya menjadi hal yang
umum di lembaga pendidikan, termasuk pesantren. Lembaga pendidikan seharusnya secara rutin
melakukan evaluasi pada setiap program yang dilaksanakan. Evaluasi yang dimaksud tidak
hanya sebatas penilaian, tetapi melibatkan evaluasi menyeluruh terhadap program tersebut.
Evaluasi tersebut bertujuan untuk menentukan apakah program tersebut layak diteruskan,
direvisi, atau dihentikan jika dianggap tidak bermanfaat. Evaluasi juga akan mengukur
pencapaian setiap program yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran di kelas, evaluasi kebijakan, evaluasi proses, evaluasi dampak, maupun evaluasi
untuk pengembangan.

KESIMPULAN

Manajemen evaluasi dalam konteks pondok pesantren adalah suatu proses penilaian dan
pengaturan yang melibatkan sumber daya manusia dan non-manusia untuk mencapai tujuan
pendidikan pesantren. Model evaluasi pondok pesantren diantaranya yaitu model CIPP, model
Kirkpatrick, model alkin / UCLA, model Brinkerhoff, dan model countenance. Prinsip-prinsip
evaluasi pondok pesantren adalah komprehensif, komparatif, kontinyu, objektif, berdasarkan
kriteria yang valid, fungsional, dan diagnostik.
Prosedur evaluasi pondok pesantren yaitu 1. Identifikasi kebutuhan masyarakat, 2.
Pengembangan visi, misi, program pesantren, dan standar, 3. Pengembangan tujuan umum
pesantren. 4. Pengembangan kebijakan pesantren, 5. Pengembangan tujuan spesifik kurikulum
7
Roswati, Evaluasi Program/Proyek (Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan), Jurnal Pendidikan
Penabur, No. 11, Vol. 07, Desember 2008, Hal. 70

11
dan masyarakat, 6. Proses isu, 7. Pengembangan kurikulum dan program (action plan), 8.
Aktivitas spesifik di pondok pesantren dan masyarakat, 9. Evaluasi program pondok pesantren,
10. Evaluasi proses pondok pesantren. 11. Evaluasi kembali kebutuhan-kebutuhan masyarakat
terhadap pondok pesantren. Kegiatan evaluasi yang ada di pesantren harus sesuai adanya
keputusan yang tepat sesuai dengan hasil evaluasi. Evaluasi yang dimaksud bukan hanya sekedar
penilaian, tetapi evaluasi program secara menyeluruh.

12
DAFTAR RUJUKAN

Arif, Choirul, Halim. Suhartini. (2009). manajemen pesantren. (Yogyakarta: pustaka pesantren)
Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
Bawaihi. (2014). Monitoring dan Evaluasi di Pondok Pesantren. (Jambi: IAIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi)
Khusnuridlo. (2010). Prinsip-prinsip Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
(Online).(http://www.khusnuridlo.com/2010/11/prinsip-prinsip-evaluasi program.html.
diakses pada 14 Maret 2023)
M Arifin, Barnawi. (2012). Manajemen Sarana Dan Prasarana Sekolah. (Yogyakarta: Ar Ruzz
Media)
Madaus, George F, dkk. (1983). Evaluation Models: Viewpoint on Educational and Human
Services Educations, (Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing)
Roswati. (2008). Evaluasi Program/Proyek (Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan),
Jurnal Pendidikan Penabur, No. 11. Vol. 07

13

Anda mungkin juga menyukai