Anda di halaman 1dari 41

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPUISI DENGAN METODE

MODELING THE WAY DI KELAS V SDN No. 20 DUNGINGI

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah satu Persyaratan
Guna Mengikuti Seminar Proposal

OLEH:
KOMANG ISMAWATI
151421095

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN 2024

1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta pertolongan-nya. Sehingga dapat menyelesaikan proposal
yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berpuisi Dengan Metode Modeling
The Way Di Kelas V Sdn No. 20 Dungingi ”.

Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Penulis menyadari dalam
penyusunan proposal ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dibutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini.

Selama proses penyusunan proposal ini penulis mengalami hambatan namun


berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak maka proposal ini
dapat terselesaikan. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam proposal ini, semoga proposal ini bermanfaat bagi semua pihak dan
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih.

Gorontalo, April 2024


Penulis

Komang Ismawati
NIM. 151421095

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah....................................................................................5
1.3. Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.4. Tujuan Penelitian........................................................................................5
1.5. Pemecahan Masalah....................................................................................5
1.6. Manfaat Penelitian......................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN.........................7
2.1. Hakikat Motivasi Belajar............................................................................7
2.1.1. Pengertian Motivasi Belajar............................................................7
2.1.2. Fungsi Motivasi Belajar..................................................................7
2.1.3. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar ....................................................8
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ....................8
2.1.5 Indikator Motivasi Belajar .............................................................9
2.2. Hakikat Model PjBL...................................................................................10
2.2.1 Pengertian Model PjBL...................................................................10
2.2.2 Langkah-langkah Model PjBL........................................................12
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model PjBL........................................13
2.3. Hakikat Media Pembelajaran Monopoli.....................................................14
2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran Monopoli.....................................14
2.3.2 Manfaat Media Pembelajaran Monopoli.........................................15
2.3.3 Kelebihan Media Monopoli............................................................15
2.3.4 Kekurangan Media Monopoli.........................................................16
2.4. Hakikat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ...............................16
2.4.1 Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ................16
ii
2.4.2 Manfaat Pembelajaran PPKn ..........................................................18
2.5. Membangun Jati Diri Dalam Kebhinekaan.................................................18
2.5.1 Semboyan Bhineka Tunggal Ika ....................................................18
2.5.2 Menghargai Keberagaman Lingkungan Sekitar .............................19
2.5.3 Bentuk Keragaman Suku Bangsa dan Budaya ................................19
2.6. Penelitian Relevan.......................................................................................22
2.7. Hipotesis Penelitian.....................................................................................24
2.8. Indikator Kinerja ........................................................................................24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................25
3.1. Latar dan Karakteristik Subyek Penelitian.................................................25
3.1.1. Latar Penelitian ................................................................................25
3.1.2 Waktu Penelitian ..............................................................................25
3.1.3 Jenis Penelitian .................................................................................25
3.1.4 Karakteristik Subyek Penelitian........................................................26
3.2. Variabel Penelitian......................................................................................26
3.2.1 Variabel Input ................................................................................26
3.2.2 Variabel Proses ..............................................................................26
3.2.3 Variabel Output ..............................................................................27
3.3. Prosedur Penelitian.....................................................................................27
3.3.1 Tahap Perencanaan ........................................................................28
3.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan .........................................................30
3.3.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi ...................................................30
3.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi ..........................................................30
3.4. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................31
3.4.1 Observasi ........................................................................................31
3.4.2 Tes ..................................................................................................31
3.4.1 Dokumentasi...................................................................................31
3.5. Analisis Data...............................................................................................31

iii
INSTRUMEN PENELITIAN .............................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang akan
dipelajari siswa mulai dari sekolah dasar hingga universitas. Maka tidak
mengherankan jika seluruh warga negara Indonesia perlu mengambil pelajaran ini.
Melalui percakapan bahasa Indonesia, masyarakat dapat berkomunikasi satu sama
lain, bahkan dengan orang yang berbeda ras. Namun, kemampuan komunikasi setiap
orang berbeda-beda. Tanpa mempelajari dan memahami keterampilan berbahasa,
seseorang tidak dapat memahami seluruh kata yang perlu dipelajari, termasuk
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Maryam, 2019:1).
Bahasa merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa
lisan ke pada orang lain. Membaca secara umum dapat diartikan sebagai suatu
proses memahami pesan atau informasi yang terkadung dalam suatu bentuk teks.
Membaca puisi merupakan kegiatan menyampaikan isi puisi dengan pengahayatan,
teknik vokal dan penampilan yang sesuai dengan isi puisi yang dibacanya di depan
pendengar. Melalui kegiatan tersebut pembaca puisi bermaksud mengajak penonton
untuk memahami dan merasakan isi teks puisi yang dibaca.
Pembelajaran membaca puisi merupakan salah satu pembelajaran sastra yang
memerlukan keterampilan khusus, yaitu keterampilan membaca ekspresi. Dengan
membaca ekspresi melatih siswa untuk dapat berkreasi mengekspresikan sebuah teks
puisi dan sekaligus menciptakan penghayatan, teknik vokal, dan penampilan yang
sesuai dengan isi puisi yang dibacanya. Keterampilan ini tidaklah hanya dalam
membaca seperti biasa namun lebih diutamakan bagaimana dapat membaca dengan
baik. Membaca puisi berbeda pada umumnya. Meskipun pengetahuan, namun
keterampilan membaca puisi terdapat kekhususan dalam membaca. Siswa perlu
memahami bagaimana membaca puisi yang baik ditinjau dari aspek membaca
khususnya membaca puisi. Tujuan pembelajaran membaca puisi adalah memberikan

1
kebebasan pada siswa untuk mengekspresikan isi atau makna puisi sesuai dengan
penjiwaan siswa (Dibia, 2018).
Kemampuan siswa dalam membaca puisi didapatkan melalui proses belajar
dan latihan secara teratur. Salah satu tujuan pembelajaran membaca puisi di sekolah
adalah untuk membudayakan membaca puisi di sekolah dan menjadikan
pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut diperlukan adanya komunikasi dua arah yaitu komunikasi antara guru dan
siswa serta siswa dengan siswa. Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah juga
bergantung pada suasana kegiatan belajar mengajar. Adanya suasana pembelajaran
yang kondusif dan menyenangkan menjadikan siswa dan guru dapat melaksanakan
pembelajaran dengan nyaman sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Puisi merupakan karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan
bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur bantin. Tujuan pengajaran
puisi di sekolah adalah agar siswa memperoleh kesadaran yang lebih terdapat pada
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar dan memperoleh kesenangan dan
pengetahuan dasar tentang puisi. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pengajaran puisi disekolah adalah pemilihan bahan pengajaran dan penyajiannya
(Ezmir, 2016).
Berdasarkan wawancara dari guru kelas V di SDN No.20 Dungingi
Gorontalo, dari Ibu selaku wali kelas V menyatakan bahwa peserta didik tidak berani
tampil dan membaca puisi dengan baik. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor
pisikologi yaitu merasa asing, merasa malu, merasa takut dan kuarang percaya diri.
Kegagalan pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas V ini dapat dilihat dari
praktek membaca puisi.
Membaca puisi merupakan hal yang penting, tetapi berdasarkan hasil
observasi di kelas V SDN No.20 Dungingi Gorontalo ternyata masih rendah.

2
Rendahnya kemampuan peserta didik dalam membaca puisi disebabkan oleh guru
mata pelajaran hanya mengajarkan membaca puisi sekilas saja dan tidak secara
mendalam, tidak menggunakan teknik-teknik yang tepat, dan media yang digunakan
kurang tepat sehingga peserta didik merasa jenuh. Usaha guru meningkatkan
kemampuan seni membaca puisi peserta didik belum memenuhi harapan. Selama ini
guru dalam membelajarkan seni membaca puisi selalu menggunakan metode
ceramah.
Membaca puisi merupakan hal yang penting, tetapi berdasarkan hasil
observasi di kelas V SDN No.20 Dungingi Gorontalo ternyata masih rendah.
Rendahnya kemampuan peserta didik dalam membaca puisi disebabkan oleh guru
mata pelajaran hanya mengajarkan membaca puisi sekilas saja dan tidak secara
mendalam, tidak menggunakan teknik-teknik yang tepat, dan media yang digunakan
kurang tepat sehingga peserta didik merasa jenuh. Usaha guru meningkatkan
kemampuan seni membaca puisi peserta didik belum memenuhi harapan. Selama ini
guru dalam membelajarkan seni membaca puisi selalu menggunakan metode
ceramah.
Di dalam dunia pendidikan, terdapat bermacam-macam metode mengajar
seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan masih banyak lagi
yang lainnya. Semua metode ini bisa digunakan, tentunya sesuai dengan materi
pelajaran dan dapat menjamin pengembangan keseuruhan aspek, baik aspek kognitif,
afektif dan psikomotor (Hasibuan, Dkk., 2022).
Diantara sekian banyak metode yang telah disebutkan di atas salah satunya
adalah metode Modeling The Way. Metode Modeling The Way dapat digunakan
dalam suatu pembelajaran, dimana bahan yang akan diajarkan sifatnya proses yang
membutuhkan pemahaman yang mendalam, dan tujuan yang ingin dicapai adalah
penguasaan dari segi aspek Psicomotor atau keterampilan tertentu.
Metode yang cocok digunakan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam
proses belajar mengajar yaitu dengan menggunakan metode Modeling The Way

3
(membuat contoh praktek). Metode Modeling The Way ini memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitas dan keterampilan yang mereka punya
dengan cara mempraktekkan secara spesifik materi yang dipelajari melalui
demonstrasi dan keterampilan khusus yang diajarkan di kelas. Siswa diberi waktu
untuk menciptakan skenarionya sendiri dan menentukan bagaimana mereka
mengilustrasikanya keterampilan serta teknik yang baru saja dijelaskan, metode ini
lebih menekan kepada keaktifan dan kreatifitas siswa (Aggraini, 2022).
Metode Modeling The Way hampir sama dengan metode demonstrasi. Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang
dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar yang lain dalam topik bahasan.
Sedangkan Metode Modeling The Way sebagai metode pengajaran yang dilaksanakan
dengan cara guru memberikan skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan
siswa di depan kelas, sehingga menghasilkan ketangkasan dengan keterampilan atau
skill dan profesionalisme (Halawa, Dkk., 2022).
Metode Modeling The Way merupakan alternatif yang tepat untuk diterapkan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia karena memberi teori namun juga memerlukan
pengaplikasianya secara langsung. Dalam pelaksanaan metode Modeling The Way
siswa terlibat langsung sebagai modelnya dan guru hanya memberi sub-sub arahan
tentang topik yang akan mereka praktekkan. Modeling The Way adalah suatu bentuk
dimana peserta didik belajar bersama dalam kelompok yang terstruktur, dimana
disetiap kelompok tersebut terdiri dari peserta didik dengan berbagai tingkat
kemampuan melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang materi pembelajaran yang sedang dipelajari.
Metode ini, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan
keterampilan spesifiknya di depan kelas melalui demonstrasi. Siswa diberi waktu
untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana mereka

4
mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang baru saja dijelaskan. Metode ini
merupakan alternatif yang tepat dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang
ada pada materi Puisi kelas V yang mana nantinya pada pelajaran ini tak hanya
memberi teori namun juga memerlukan pengaplikasianya secara langsung dan
melibatkan kreativitas para peserta didik.
Metode Modelling The Way ini merupakan salah satu metode mengajar yang
dikembangkan oleh Mel Silberman, seorang yang memang berkompeten dibidang
psikologi pendidikan. Strategi ini merupakan sekumpulan dari 101 strategi
pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga
semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. (Mubayyinah, Dkk., 2017).
Berdasarkan pengamatan awal penulis di SDN No. 20 Dunggi Gorontalo,
Guru kelas belum menerapkan metode Modelling The Way, sebelumnya tetapi
pelaksanaannya belum semaksimal mungkin, dikarenakan metode ini menitik
beratkan pada keaktifan dan kreativitas siswa serta memerlukan alokasi waktu yang
lama pada proses pelaksanaannya.
Berdasarkan dari latar belakang di atas yang terkait dengan ini penulis merasa
perlu mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berpuisi
Dengan Metode Modelling The Way di Kelas V SDN No.20 Dungingi”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa masalah yang dianggap
mempengaruhi proses kegiatan pembelajaran yaitu :
1) Kurangnya metode yang digunakan guru dalam mengajarkan puisi
2) Siswa yang susah di atur
3) Siswa yang belum tau membaca
4) Kurangnya kemampuan siswa dalam berpuisa
1.3. Rumusan Masalah

5
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti
dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah metode pembelajaran
Modelling The Way dengan bantuan media Monopoli dapat meningkatkan
kemampuan berpuisi siswa kelas V SDN No.20 Dungingi?”.

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti, maka tujuan
dari Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpuisi
siswa pada Bahasa Indonesia kelas V SDN No.20 Dungingi dengan menggunakan
metode Modelling The Way.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Membantu guru dalam menyampaikan materi dan mengelolah kelas menjadi
lebih kondusif lagi.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat mendukung proses belajar siswa agar lebih cepat, mudah
dan menyenangkan.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam penyediaan
metode pembelajaran.
4. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk meningkatkan hasil penelitian dan akan terus
dikembangan menjadi penelitian yang menarik dan bermanfaat.

6
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Motivasi Belajar


2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Purwanto (2017) menyatakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Seperti di katakana
oleh Sartain dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior, yang
diterjemahkan oleh Purwanto (2017) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu
pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah
laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.
Menurut Sardiman (2018) mengatakan dalam kegiatan pembelajaran, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya peggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Jadi dapat di simpulkan bahwa motivasi belajar berhubungan erat dengan
motif yaitu dorongan seseorang yang timbul dari dalam maupun luar diri yang akan
mempengaruhi keinginan belajar seseorang, dan suatu usaha yang disadari untuk
menggerakan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
2.1.2 Fungsi Motivasi Belajar
7
Menurut Sardiman (2018) fungsi motivasi dalam belajar sebagai berikut :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak dari setiap
kegiatan yang akan di ajarkan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang ingin dicapai, dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai tujuannya.
c. Menyeleksi atau menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan.
2.1.3 Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar
Menurut Sardiman motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan melalui dua
bentuk motivasi, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a) Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik merupakan dorongan agar siswa melaksanakan aktivitas
belajar untuk mencapai tujuan yang terdapat dalam perbuatan itu sendiri. Siswa
harus bisa menyadari berartinya melaksanakan aktivitas belajar untuk kepuasan
dan kebutuhan dirinya.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang menimbulkan tindakan untuk
mencapai tujuan yang datang dari luar dirinya. Misalnya, bagi siswa yang
mencapai dan menunjukkan usaha yang baik diberikan pujian atau hadiah oleh
guru, tidak menyalahkan pekerjaan ataupun jawaban yang belum memuaskan
usaha yang baik, tidak menghukum siswa di depan kelas, menghasilkan suasana
belajar yang membagikan kepuasan serta kesenangan pada siswa serta usaha
lain yang ditatap pantas dicoba untuk penuhi kebutuhan belajar siswa
Dari kedua pengertian motivasi diatas, dapat diketahui bahwa baik motivasi
instrinsik yang timbul dari dalam diri siswa sendiri maupun motivasi ekstrinsik
pengaruh dari luar diri siswa seperti guru ataupun lingkungan belajar harus

8
berjalan bersamaan agar siswa dalam belajarnya mendapatkan hasil yang baik
sehingga suatu tujuan dapat tercapai.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar:

a) Cita-cita atau aspirasi peserta didik


Siswa harus mampu dan memahami pentingnya cita-cita dan tujuan yang akan
dicapai sehingga dalam pembelajaran siswa akan menunjukkan kerja keras
dalam belajar.
b) Kemampuan peserta didik
Kemampuan peserta didik meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam
peserta didik, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir, fantasi dan
taraf perkembangan berpikir peserta didik menjadi ukuran.
c) Kondisi peserta didik
Guru harus lebih cermat dalam melihat kondisi yang dialami peserta didik
berupa kondisi fisik dan psikologis.
d) Kondisi lingkungan peserta didik
Kondisi ligkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat juga mempengaruhi
motivasi belajar peserta didik. Kondisi ini merupakan suatu unsur yang datang
dari luar diri peserta didik yang memberikan motivasi belajar yang baik.
e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur dinamis yang dimaksud adalah unsur yang keadaannya kondisional
dalam proses belajar.
f) Upaya guru dalam mengajarkan peserta didik
Guru yang bertugas mentransfer pengetahuan kepada peserta didik harus
mempersiapkan diri dalam memberikan pelajaran seperti penguasaan materi,
cara penyampaian materi, menarik perhatian siswa, dan mengevaluasi belajar.

9
2.1.5 Indikator Motivasi Belajar
Menurut Hamzah (2017), ada enam tanda motivasi belajar, khususnya yang
menyertainya:
a) Ada kerinduan yang tak henti-hentinya untuk maju
b) Ada kekhawatiran dan kebutuhan dalam belajar
c) Ada harapan dan kerinduan untuk apa yang akan datang
d) Ada apresiasi dalam belajar
e) Ada pembelajaran yang menarik yang berhasil
f) Ada lingkungan belajar yang luar biasa
Sejalan dengan indikator motivasi belajar menurut Tyas (2014) memiliki lima
indikator yaitu diantaranya:
a) Rasa senang dan ketertarikan
b) Minat dan perhatian
c) Keaktifan dan dorongan untuk berprestasi
d) Semangat dalam belajar
e) Keinginan kuat untuk memahami
Maka kesimpulan dari beberapa indikator-indikator motivasi belajar diatas
adalah adanya aktivitas belajar yang tinggi, adanya hasrat dan keinginan berhasil,
ulet saat menghadapi kesulitan, adanya lingkungan belajar yang kondusif. Indikator
diatas memiliki kekuatan masing-masing dalam mengukur motivasi belajar siswa
sehingga kita dapat melihat seluruh indikator tersebut bekerja dalam diri individu
2.2 Hakikat Model Project Based Learning (PjBL)
2.2.1 Model Pembelajaran Project Based Learning
Model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan oleh guru dalam
Menyusun kurikulum, berisi bagaimana cara guru mengatur materi yang akan
diajarkan kepada peserta didik, dan memberi petunjuk bagi guru pada saat kegiatan
pembelajaran dari awal pembelajaran hingga akhir. Menurut Ponidi dkk (2021)

10
model pembelajaran merupakan suatu proses perencanaan yang digunakan untuk
pedoman dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran juga merupakan salah satu pendekatan yang digunakan
dalam rangka membentuk perubahan perilaku siswa agar dapat meningkatkan
motivasi dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran juga diartikan sebagai
suatu perencanaan atau pola yang digunakan suatu pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-
tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Oktavia (2020)
Jadi model pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang digunakan
sebagai pedoman oleh guru dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Yang didalamnya terdapat strategi pembelajaran, Teknik, metode,
bahan ajar, dan juga media pembelajaran. Model pembelajaran yang akan peneliti
gunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran PjBL.
Model pembelajaran Project Based Learning ialah model pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk aktif dalam kegiatan Dimana peran guru hanya
sebagai fasilitator dan evaluator. PjBL juga bisa didefinisikan sebagai salah satu
model pembelajaran dengan ciri khusus, dimana didalam model ini terdapat
kegiatan merancang sebuah proyek didalamnya untuk menghasilkan sebuah produk.
Model pembelajaran ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik
secara langsung melalui proyek sehingga terciptanya sebuah produk.
Menurut Fahrurrozi & Hamdi (2013) model pembelajaran Project Based
Learning merupakan model pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif
berjangka waktu, berfokus pada masalah unit pembelajaran yang bermakna dengan
memadukan konsep-konsep dari sejumlah komponen, baik itu pengetahuan, disiplin
ilmu maupun pengalaman lapangan. Sedangkan menurut Hidayat (2021) PjBL
merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.

11
Guru menugaskan siswa untuk mengekplorasi, penilaian interpretasi sintesis dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Project
Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang kegiatannya berpusat
pada siswa. Model pembelajaran ini, menggunakan masalah sebagai Langkah awal
dan menciptakan proyek sebagai Langkah akhir. Model pembelajaran ini bertujuan
untuk memberikan pemahaman siswa dan juga mengasah siswa untuk berfikir kritis,
kreatif dan inovatif.
2.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning
Adapun Langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning menurut
Isnanto dkk sebagai berikut:
a) Penentuan pertanyaan mendasar
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang esensial yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Topik
memberi penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa, dan
dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b) Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai
subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian produk.
c) Menyusun jadwal
Guru dan siswa secara kolaboratif Menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini adalah:
a. Membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek.
b. Membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek

12
c. Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru
d. Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan
e. Meminta peserta didik untuk membuat penyelesaian (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.

d) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek


Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi
siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi
aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang
dapat merekam seluruh aktivitas yang penting.
e) Menguji Hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi
umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru
dalam menyusun strategi pembelajaran selanjutnya.
f) Mengevaluasi Pengalaman
Pada akhir Pelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu
maupun kelompok.
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning
Adapun kelebihan model Project Based Learning ialah:
1) Model ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan
tambahan apapun dalam pelaksanaannya.
2) Peserta didik terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikkan strategi
auntetik secara disiplin.

13
3) Peserta didik bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang
penting baginya.
4) Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan
komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara
baru.
5) Meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan
proyek-proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat
zona waktu.

Adapun kekurangan model pembelajaran PjBL:


1) Membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan
menghasilkan produk
2) Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai
3) Tidak sesuai untuk peserta didik yang mudah menyerah dan tidak memiliki
pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan.
2.3 Hakikat Media Pembelajaran Monopoli
2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran Monopoli
Menurut (Suprapto, 2013) menjelaskan bahwa guru membutuhkan media
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk merangsang minat belajar
siswa. Siswa membutuhkan media dalam bentuk visual untuk menunjang daya ingat
dan melatih daya pikirnya. Salah satu media pembelajaran yang bermanfaat
melibatkan siswa dalam belajar sehingga minat dan hasil belajar siswa meningkat
adalah media pembelajaran berupa permainan. Pemanfaatan media pembelajaran
dengan sistem permainan, yang dapat membuat proses belajar mengajar menjadi
menarik, serta dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga pembelajaran tidak membosankan, serta dapat melatih kerjasama antar
siswa, meningkatkan pemahaman materi ajar melalui penggunaan media
pembelajaran berupa monopoli. Dijelaskan oleh (siskawati, 2016), alasan

14
penggunaan media monopoli adalah karena media monopoli merupakan permainan
yang rata-rata dapat dimainkan oleh siswa, sehingga dapat memudahkan
pelaksanaannya di dalam kelas.
Menurut (Fitriyawani, 2013) media permainan monopoli merupakan salah satu
media permainan yang dapat menimbulkan kegiatan belajar yang menarik dan
membantu suasana belajar menjadi senang, hidup dan santai. Permainan monopoli
merupakan salah satu permainan yang terkenal dan sangat diminati masyarakat.
Permainan monopoli ini adalah menguasai semua petak di atas papan melalui
pembelian, penyewaan dan penukaran properti dalam sistem ekonomi yang
disederhanakan.
Media monopoli merupakan salah satu permainan yang berbentuk papan
dimainkan dengan cara berkelompok, yang mana dalam permainan ini pemain
berusaha untuk menguasai semua tanah atau petak yang ada dengan cara menyewa,
membeli dan menjual berdasarkan dengan prinsip ekonomi. Media monopoli PPKn
sendiri merupakan suatu media permainan yang berbentuk petak dan dimainkan
dengan cara berkelompok, yang mana permainan ini sudah disesuaikan dengan
materi PKn itu sendiri.
2.3.2 Manfaat Media Pembelajaran Monopoli
Manfaat dari media monopoli sebagai media praktis yang dapat digunakan
dalam pembelajaran guna membangkitkan motivasi siswa untuk belajar,
menumbuhkan minat dan rasa keingintahuan siswa tentang materi yang sedang
dipelajari, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan pemahaman informasi yang telah mereka terima sebelumnya.
Melalui penggunaan media monopoli peserta didik dimudahkan dalam mempelajari
materi yang luas dengan cara yang lebih menarik dan menyenangkan serta
menciptakan suasana belajar yang baru dan tidak monoton. Melalui media
pembelajaran monopoli diharapkan siswa dapat lebih mudah untuk menguasai
pemahaman materi pembelajaran.

15
2.3.3 Kelebihan Media Pembelajaran Monopoli
Adapun kelebihan media pembelajaran Monopoli ialah:
a) Peserta didik bisa lebih aktif.
b) Materi yang disampaikan lebih singkat, padat dan jelas.
c) Meningkatkan motivasi dan keaktifan peserta didik.
d) Melatih kemampuan kerja sama team.
e) Melatih siswa menjawab soal menggunakan waktu singkat.
f) Suasana kelas menjadi menyenangkan.
g) Mengasah kemampuan berpikir dan strateginya secara bersamaan.
2.3.4 Kekurangan Media Pembelajaran Monopoli
Adapun kekurangan media pembelajaran Monopoli ialah:
a) Tidak dapat dimainkan secara perorangan.
b) Hanya dapat untuk melatih pemahaman konsep.
c) Butuh konsentrasi tinggi
2.4 Hakikat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2.4.1 Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pembelajaran PPKn merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah
yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan warga negara dalam dimensi
spiritual, rasional, emosional, dan sosial, mengembangkan tanggung jawab sebagai
warga negara, serta mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagai warga
negara supaya menjadi warga negara yang baik.
Menurut Winataputra (2007) dalam pembelajaran PPKn, kemampuan
menguasai metode pembelajaran merupakan salah satu persyaratan utama yang
harus dimiliki guru. Metode yang dipilih dalam pembelajaran PPKn harus
disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran PPKn, situasi dan
lingkungan belajar siswa, tingkat perkembangan dan kemampuan belajar siswa,
waktu yang tersedia dan kebutuhan siswa itu sendiri.

16
Winataputra (2007) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan, kita harus membedakan antara aspek-aspek
pengetahuan (knowledge), sikap dan pendapat (attitudes and opinions),
keterampilan intelektual (intellectual skills), dan keterampilan partisipasi
(participatory skills). Aspek-aspek ini harus diintegrasikan dalam proses
pembelajaran menjadi suatu sinergi sehingga pesan pembelajaran dapat ditangkap
oleh siswa secara benar dan optimal serta dapat digunakan dalam perilaku sehari-
hari.
Berdasarkan pendapat di atas proses pembelajaran PPKn yang tepat melibatkan
tiga kelompok utama yaitu: guru, siswa dan materi Pelajaran. Interaksi antara tiga
unsur ini memerlukan sarana dan prasarana, seperti metode, media, dan
lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru dapat
mengupayakan terwujudnya hal tersebut dengan cara melaksanakan proses
pembelajaran yang tepat.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah mata Pelajaran
yang dirancang untuk membekali peserta didik dengan keimanan dan akhlak mulia
sebagaimana diarahkan oleh falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Melalui pembelajaran PPkn, peserta didik dipersiapkan untuk dapat berperan
sebagai warga negara yang efektif dan bertanggung jawab. Pembahasannya secara
utuh mencakup Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika yang diterjemahkan dalam tata
cara kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dengan tidak
mengesampingkan nilai-nilai universal kemanusiaan dalam implementasinya.
Menurut Kurikulum 1994 (Depdiknas, 1993) Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan diartikan sebagai “mata Pelajaran yang digunakan sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia”. Nilai luhur dan moral tersebut diharapkan
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai

17
individu maupun sebagai anggota Masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa. Sebagaimana dapat dibaca dalam tujuannya lebih jauh dinyatakan
bahwa mata Pelajaran PPKn di Sekolah Dasar bertujuan untuk “Menanamkan
sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan kepada nilai-nilai
Pancasila baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, dan memberi bekal
kemampuan untuk mengikuti Pendidikan di SD”. Dari tujuan tersebut tersimpul
bahwa materi yang diberikan dijenjang Pendidikan berikutnya.
Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah terwujudnya warga negara
yang cerdas dan baik (smart and good citizen), berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Warga negara yang dimaksud adalah warga negara yang mengusai pengetahuan
(knowledge), sikap dan nilai (attitudes and values ) keterampilan (skills) yang
dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air
sebagi wujud implentasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila.
Menurut Arif (2015) tujuan akhir dari pendididkan Pancasila dan
kewarganegaraan adalah terwujudnya warga negara yang cerdas dan baik, yakni
warga nergara yang bercirikan tumbuh-kembangnya kepekaan, ketangapan,
kritisai, dan kreatifitas sosisal dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara secara tertib, damai dan kreatif sebagai cerminan dan
pengejawantahan nilai, norma dan moral Pancasila.
2.4.2 Manfaat Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dengan mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan siswa dapat memiliki rasa
kewarganegaraan yang tinggi, tidak mudah goyah dengan iming-iming
menyenangkan yang sifatnya hanya sementara yang pada akhirnya
menjerumuskan kepada hal yang buruk dan merugikan untuk kehidupan masa
depan siswa dan warga negara. Selain itu kita tidak mudah terpengaruh secara
langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga menghargai segala
budaya dan nilai-nilai budaya yang berlaku di negara kita, untuk memiliki sikap
seperti itu tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar.

18
2.5 Membangun Jati Diri Dalam Kebhinekaan
2.5.1 Semboyan Bhineka Tunggal Ika
Semboyan Bhineka Tunggal Ika sering kita temukan pada lambang negara kita,
Burung Garuda Pancasila. Semboyan tersebut tertulis dalam seuntai pita yang
digenggam oleh dua kaki burung garuda sebagai lambang Negara Republik
Indonesia. Bhineka Tunggal Ika menggambarkan konsep bahwa meskipun Indonesia
terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan budaya, bangsa Indonesia tetap menjadi
satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Keberagaman tersebut diakui, dihargai, dan
disatukan dalam semangat persatuan.
2.5.2 Menghargai Keberagaman Lingkungan Sekitar
Keanekaragaman ini menjadi penguat ikatan persatuan dan kesatuan antar warga
masyarakat satu dengan lainnya. Sikap toleransi dan lapang dada antar agama dan
suku bangsa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, mencintai dan
menghormati agama dan suku asal tanpa merendahkan agama dan suku yang lain,
bergaul dengan baik dengan teman atau orang yang berbeda agama dan suku,
memberikan penghargaan atau apresiasi atas keindahan budaya dari suku daerah
lainnya, menyaksikan seni dan budaya suatu daerah dan sebagainya.
Selain itu, kita juga dapat menerima dan menyadari bahwa kekayaan bangsa
berupa keanekaragaman yang ada dalam negeri sendiri, seperti kesenian daerah,
tarian, alat musik, pakaian, rumah dan lain sebagainya berusaha kita pelajari.
2.5.3 Bentuk Keragaman Suku Bangsa dan Budaya
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang paling banyak memiliki suku bangsa.
Selain itu, juga bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang kaya akan berbagai
macam budaya yang menjadi ciri khas setiap suku bangsa di Indonesia. Saat ini suku
bangsa yang menempati wilayah hampir disetiap daerah di diami oleh berbagai suku
bangsa. Nah untuk memperkaya pemahaman kamu, berikut ini suku-suku terkenal
yang ada di Indonesia.
1. Aceh, Alas, Gayo, Kluet, Singkil Nanggroe Aceh Darussalam

19
2. Batak, Nias, Mandailing Sumatera Utara
3. Minangkabau, Sumatera Barat
4. Bangka, Bangka Belitung
5. Anak Dalam, Bonai, Sakai Riau
6. Jambi, Kubu, Bajan Jambi
7. Lematang, Palembang Sumatera Selatan
8. Enggono, Rejang, Lebong Bengkulu
9. Lampung, Semende Lampung
10. Betawi, DKI Jakarta
11. Sunda, Jawa Barat
12. Badui, Banten
13. Jawa, Karimun Jawa Tengah
14. Jawa, D.I Yogyakarta
15. Jawa, Madura, Tengger Jawa Timur
16. Bali, Sasak Bali
17. Bima, Sumbawa, Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB)
18. Kupang, Manggarai, Flores, Rote Nusa Tenggara Timur
19. Lawangan, Bakupai Kalimantan Barat
20. Dayak, Murut Kalimantan Tengah
21. Abai, Dayak, Kenya Kalimantan Timur
22. Banjar, Banjar Hulu, Banjar Kuala Kalimantan Selatan
23. Bugis, Toraja, Makassae Sulawesi Selatan
24. Minahasa, Manado Sulawesi Utara
25. Kulawi, Tamini Sulawesi Tengah
26. Buton, Kabaena Sulawesi Tenggara
27. Gorontalo Gorontalo
28. Ambon, Seram, Tali Abu Maluku
29. Asmat, Dani, Serui Papua

20
Setiap suku bangsa mempunyai kebudayaan yang beranekaragam. Kebudayaan
tersebut terus berkembang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Kebudayaan
setiap suku bangsa dapat dilihat dari pakaian adat, tarian daerah, lagu daerah, alat
musik daerah, bahasa daerah, seni pertunjukan daerah, rumah adat, dan senjata
daerah.

a) Pakaian Adat
Setiap daerah mempunyai pakaian adat. Pakaian adat menunjukkan ciri khas
daerah yang bersangkutan dan membedakannya dengan daerah lainnya.
b) Tarian Daerah
Selain pakaian adat, setiap daerah juga mempunyai tarian daerah. Suatu daerah
biasanya mempunyai lebih dari satu tarian daerah. Berbagai macam tarian
tersebut memiliki arti dan tujuan masing-masing. Ada tari untuk menyambut
kedatangan tamu, ada juga tarian pergaulan seperti tari Jaipong. Tarian-tarian
daerah biasanya berisikan tentang nilai-nilai agama atau adat istiadat yang
dipegang oleh daerah asal tarian tersebut.
1. Seudati, Saman Nanggroe Aceh Darussalam
2. Tor-tor, Marsialap Ari Sumatera Utara
3. Piring, Payung Sumatera Barat
4. Tandak, Joged Lambak Riau
5. Sekapur Sirih, Selampit Delapan Jambi
6. Tanggai, Putri Bekhusek Sumatera Selatan
7. Andum, Bidadari Teminang Anak Bengkulu
8. Jangget, Melinting Lampung
9. Yapong, Enjot-enjotan DKI Jakarta
10. Jaipongan, Topeng Jawa Barat
11. Serimpi, Bambangan Cakil Jawa Tengah
12. Jejer, Reog Ponorogo Jawa Timur

21
13. Monong, Zapin Tembung Kalimantan Barat
14. Tambun, Bungai Kalimantan Tengah
15. Sinoman Hadra Rudat, Radab Rahayu Kalimantan Selatan
16. Gong, Perang Kalimantan Timur
17. Maengket, Polopalo Sulawesi Utara
18. Kalanda, Mamosa Sulawesi Tengah
19. Sitempa-tempa, Bosara Sulawesi Selatan
20. Balumpa, Dinggu Sulawesi Tenggara
21. Lenso, Cakalele Maluku
22. Selamat dating, Musyoh Papua
23. Kecak, Legong Bali
2.6 Penelitian Relevan
Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu:
1. Penelitian oleh Ramlah Rakam (2018) dengan judul “Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa dengan Project Based Learning di SMK Negeri 1 Bireun”. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan klasikal dari
pretest sebesar 56% dengan rata-rata 66,4 meningkat pada siklus I sebesar 72%
dengan rata-rata 75,07 dan meningkat pada siklus II sebesar 88% dengan rata-
rata 86,13.
2. Penelitian oleh I Gusti Ayu Jayanti (2016) dengan judul “Penerapan Model
Project Based Learning Berbantuan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Tema 7 Tempat Tinggalku pada siswa kelas IVB SDN 17
Dauh Puri Denpasar”. Hasil penelitian ini menunjukkan Ketuntasan klasikal
siswa pada siklus I mencapai 77,78%. Setelah dilaksanakan Tindakan siklus II
persentase ketuntasan klasikal siswa mencapai 97,20%. Dengan demikian
ketuntasan klasikal hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa pada
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 19,42%.

22
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian yang Relevan

No. Nama Penelitian Persamaan Perbedaan


Terdahulu
1 Penelitian oleh Ramlah Sama dalam Perbedaannya
Rakam (2018) dengan penggunaan penelitian terdahulu
judul “Meningkatkan model tidak menggunakan
Hasil Belajar Siswa pembelajaran media sebagai
dengan Project Based yaitu model penunjang
Learning di SMK Negeri pembelajaran pembelajaran dan juga
1 Bireun”. Project Based berfokus pada
Learning dan peningkatan hasil
jenis penelitian belajar, sedangkan
yang sama yaitu penelitian ini
penelitian menggunakan media
tindakan kelas. Monopoli dan
berfokus pada
peningkatan motivasi
yang akan
dilaksanakan pada
siswa kelas IV.
2 Penelitian oleh I Gusti Sama dalam Perbedaannya
Ayu Jayanti (2016) penggunaan penelitian terdahulu
23
dengan judul “Penerapan model menggunakan media
Model Project Based pembelajaran Audio Visual sebagai
Learning Berbantuan Project Based penunjang
Media Audio Visual Learning dan pembelajaran dan juga
Untuk Meningkatkan jenis penelitian berfokus pada
Hasil Belajar IPA Tema 7 yang sama yaitu peningkatan hasil
Tempat Tinggalku pada penelitian belajar, sedangkan
siswa kelas IVB SDN 17 tindakan kelas. penelitian ini
Dauh Puri Denpasar”. menggunakan media
Monopoli dan
berfokus pada
peningkatan motivasi.

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berbeda dengan penelitian-
penelitian sebelumnya, penelitian ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh
penelitian sebelumnya, yakni model pembelajaran PjBL dipadukan dengan media
pembelajaran Monopoli dapat meningkatkan motivasi belajar dan pembelajaran akan
lebih menarik dan mudah untuk dipahami. Kemudian, jika sebelumnya model
pembelajaran PjBL digunakan untuk materi pembelajaran IPA. Kali ini peneliti akan
mencoba hal yang baru, yakni menggunakan materi pembelajaran PPKn.
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan
masalah yang akan dipilih. Darmadi (2015). Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini
adalah jika guru menggunakan model pembelajaran PjBL berbantuan media
Monopoli, maka motivasi belajar siswa pada muatan pembelajaran PPKn di kelas IV
SDN 4 Bone Raya efektif meningkat.

24
2.8 Indikator Kinerja
Apabila 75% atau lebih siswa memiliki hasil belajar yang baik pada materi
memahami makna hubungan simbol dengan sila Pancasila maka penelitian dianggap
berhasil, dan sebaliknya apabila hasil belajar siswa kurang dari 75% maka tindakan
ini dianggap tidak berhasil.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Latar dan Karakteristik Subyek Penelitian


3.1.1 Latar Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan pada
siswa kelas V SDN No. 20 Dungingi Gorontalo. Penelitian ini dilakukan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam membangun jati diri dalam
kebhinekaan. Sekolah ini terletak di Jalan Trans Sulawesi, desa Pelita Jaya, Kec.
Bone Raya, Kab. Bone Bolango, Prov. Gorontalo. Kepala Sekolah SDN 4 Bone
Raya ibu Ramlan H. Dukalang S.Pd dengan jumlah guru 12 Orang dan jumlah
siswa 138. SDN 4 Bone Raya memiliki 7 ruang kelas dengan kondisi baik, 1 ruang
kepala sekolah, 1 dewan guru, 1 ruang operator dan tata usaha, 1 perpustakaan, 1
aula, 1 UKS, 1 kantin dan 4 kamar mandi siswa dan 2 kamar mandi guru.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 4 Bone Raya dengan waktu
penelitian selama di sekolah kurang lebih 3 bulan. Dari pengambilan data,
pengolahan data, hingga penyusunan hasil penelitian, dilaksanakan dari bulan
September sampai bulan Desember 2023.
3.1.3 Jenis Penelitian

25
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Menurut Sulipan
(dalam Parnawi, 2020) bahwa penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui
dari tindakan yang diterapkan pada suatu objek penelitian di kelas tersebut.
Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran
sebelumnya yang hasil belajarnya cenderung menurun.

3.1.4 Karakteristik Subyek Penelitian


Karakteristik subjek penelitian yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan
Kelas ini ialah siswa kelas IV SDN 4 Bone Raya yang berjumlah 14 orang, terdiri
dari 11 orang siswa laki – laki dan 3 orang siswa Perempuan. Subjek dalam
penelitian ini memiliki karakteristik dan latar belakang keluarga yang berbeda –
beda.
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2019) Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel yang menjadi sasaran untuk menjawab permasalahan dalam penelitian
sebagai berikut:
3.2.1 Variabel Input
Variabel Input merupakan proses sebelum dilaksanakan penelitian dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas IV SDN 4 Bone Raya. Adapun
aspek yang akan di ukur dalam variabel input adalah sumber belajar, media, dan
tempat belajar yang akan di uraikan sebagai berikut:
a. Kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran
b. Siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini dengan segala karakteristik,
subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 4 Bone Raya.

26
c. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran di kelas IV SDN 4 Bone Raya
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model
Project Based Learning (PjBL) berbantuan media Monopoli.
d. Model yang digunakan dalam pembelajaran yaitu Project Based Learning
(PjBL) dan media Monopoli di gunakan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa di kelas IV SDN 4 Bone Raya.
3.2.2 Variabel Proses
Variabel proses dalam penelitian ini adalah upaya Guru dalam menggunakan
media Monopoli model Project Based Learning (PjBL) dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa dengan pola yang baik dan benar yakni dengan menjelaskan
cara menggunakan media Monopoli dengan benar.
3.2.3 Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang mengambarkan hasil pencapaian akhir
siswa yang harus mencapai di atas KKM 75%. Yang menjadi variabel output yaitu
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model PjBL berbantuan Media
Monopoli di Kelas IV SDN 4 Bone Raya dengan indikator sebagai berikut:
a. Ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran
b. Kreatifitas dalam permainan Monopoli
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dengan jelas gambaran penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti. Menurut Aqib (2017) Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan guru di kelas (sekolah) tempat ia
mengajar dengan penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis
pembelajaran.
Menurut Arikunto, Suhardjono & Supardi (2015) mengemukakan pendapat
bahwa prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari empat kegiatan yang
dilaksanakan dalam setiap siklus. Penelitian ini direncanakan terdiri dari dua
siklus. Pada sisklus ke 2 merupakan tindak lanjut dari siklus 1 dengan

27
memperhatikan hasil observasi serta hasil belajar siswa dengan mengetahui
ketuntasan belajar secara individual maupun secara klasikal.
Adapun setiap tindakan terdiri dari empat kegiatan diantaranya ialah
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

?
mata

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahapan yaitu
tahap persiapan (perencanaan) tahap pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi
(pengamatan), dan tahap analisis dan refleksi. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai

28
Guru (pengajar) dibantu oleh beberapa mahasiswa dan guru. Adapun tahap
pelaksanaannya sebagai berikut:
3.3.1 Tahap Perencanaan
Adapun hal-hal yang dilakukan pada langkah-langkah ini sebagai berikut :
a. Menghadap kepada kepala sekolah untuk meminta izin melaksanakan penelitian
Tindakan kelas di kelas IV SDN 4 Bone Raya
b. Berkonsultasi dengan Wali kelas IV SDN 4 Bone Raya sebagai mitra kerja.
c. Membuat skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL)
d. Pengembangan Media Monopoli
e. Menyediakan alat penunjang guna berhasilnya suatu pembelajaran
f. Berkomunikasi dengan guru wali kelas IV SDN 4 Bone Raya untuk menetapkan
waktu pelaksanaan tindakan.

Uraian Desember Januari Februari Maret April Mei

Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Menghadap
kepada kepala
sekolah

Berkonsultasi
dengan Wali
kelas

Berkomunikasi
dengan guru
wali kelas
untuk
29
penetapan
waktu
pelaksanaan
tindakan

Membuat
skenario
pembelajaran
sesuai dengan
model PjBL

Pengembangan
media
Monopoli

Menyediakan
alat

3.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan


Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I kegiatan
yang dilakukan adalah meneliti peningkatan motivasi belajar siswa pada muatan
PPKn. Dalam kegiatan pembelajaran guru mengadakan apersepsi dan pemberian
motivasi, tanya jawab, membagi kelompok, membimbing siswa dalam melakukan
pengamatan dan memberikan tugas. Pelaksanaan siklus II sama dengan
pelaksanaan siklus I ditambah dengan saran perbaikan-perbaikan.
3.3.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti pada saat proses pembelajaran
berlangsung dan evaluasi dilakukan pada akhir pembelajaran. Data yang diperoleh
akan digunakan untuk menentukan keputusan yang diambil dalam penelitian.

30
3.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi
1. Analisis
Peneliti menganalisis hasil yang diperoleh pada tahap pemantauan dan evaluasi
dengan kategori tuntas atau tidak tuntas, kemudian hasilnya digunakan sebagai
bahan refleksi tentang peningkatan motivasi belajar siswa.
2. Tahap refleksi
Hasil penelitian yang telah dianalisis, selanjutnya peneliti melakukan refleksi
apakah proses pembelajaran PPKn dengan menggunakan model Project Based
Learning (PjBL) berbantuan media Monopoli dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa. Namun jika peningkatan motivasi belajar pada siklus 1 belum mencapai
indikator kinerja yang diharapkan maka peneliti dilanjutkan pada siklus II dengan
prosedur yang sama dengan siklus 1.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pengumpulan data sebagai berikut :
3.4.1 Observasi
Teknik ini gunakan untuk memperoleh data tentang sekolah, keadaan siswa dan
proses kegiatan belajar yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa pada kelas
IV SDN 4 Bone Raya. Pengamatan ini di lakukan saat kegiatan belajar-mengajar
berlangsung sebelum di beri tindakan, dan selama di beri tindakan dalam bentuk
siklus-siklus.
3.4.2 Tes
Tes diperlukan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan dari suatu
pelaksanaan tindakan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes essay
yang diberikan diakhir siklus, yang peneliti sebut dengan tes evaluasi akhir/tes
hasil belajar. Yang materinya berkaitan dengan membangun jati diri dalam
kebhinekaan.
3.4.3 Dokumentasi

31
Dokumentasi di gunakan untuk memperoleh data dari seluruh dokumen yang
ada, data dokumentasi ini adalah berupa foto-foto, video, maupun rekaman
suara. Hal ini dilakukan penelitian bertujuan untuk bukti fisik dalam melakukan
penelitian pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas di lapangan.
3.5 Teknik Analisis Data
Hasil penelitian yang telah diperoleh baik melalui observasi, tes dan dokumentasi
dikumpulkan yang kemudian dianalisis dan dijadikan Refleksi oleh peneliti, apakah
tindakan yang dilakukan sudah mencapai hasil yang ditetapkan. Apabila belum
mencapai hasil yang ditetapkan maka akan dilaksanakan perbaikan terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. Berikut penanfsiran persentase
nilai kemampuan siswa.

Tabel 3.2 Penafsiran Nilai Kemampuan Siswa

Persentase Penafsiran

95%-100% Sangat Mampu

85%-94% Mampu

75%-84% Cukup Mampu

65%-74% Kurang Mampu

50%-64% Tidak Mampu

Untuk hitungan nilai rata – rata kelas menggunakan rumus sebagai berikut:

jumlah siswa yang mampu


Untuk siswa yang mampu : × 100%
jumlah siswa keseluruhan

32
jumlah siswa yang kurang mampu
Untuk siswa yang kurang mampu : × 100%
jumlah siswakeseluruhan

INSTRUMEN PENELITIAN

Nama Siswa : …………………………………..


Kelas : …………………………………..
Hari/Tanggal : …………………………………..

No Uraian Ya Tidak Ket

1 Apakah kamu merasa senang selama


mengikuti kegiatan pembelajaran ini?
2 Apakah kamu merasa senang
terhadap Materi pelajaran?
3 Apakah kamu merasa senang menggunakan
Media Pembelajaran Monopoli?

33
4 Apakah kamu merasa senang dengan
Suasana Belajar di Kelas ini?

5 Apakah kamu merasa senang Cara penyajian


materi yang disampaikan?

6 Apakah kamu merasa sulit Mengikuti


pembelajaran ini?

7 Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi


kamu?

8 Apakah pembelajaran ini baru bagi kamu?

DAFTAR PUSTAKA

AM Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 1994).

Aqib. 2017. Penelitian Tindakan Kelas TK/RA/SLB/SDLB. Yogyakarta: Ar - Ruzz


Media.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono & Supardi. (2015). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Badra, D. J. (2021). Pembelajaran Kooperatif Teknik Sfae Berkarakter Menggunakan
Kertasa-B-G Berbantuan Kotak Misterius Melalui Permainan Monopoli A-B-
G Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar. Jurnal Ilmiah Pro Guru,
7(1), 86-98. http://journal2.um.ac.id/index.php/jipg/arti cle/view/19008

34
Cholisin. 2011. Pengembangan Karakter dalam Materi Pembelajaran PKn
(Disampaikan pada kegiatan MGMP PKn SMP Kota Yogyakarta, 18 Januari
2011).

Detty, E. (2019). Media Pembelajaran Monopoli untuk Meningkatkan Minat dan


Hasil Belajar Peserta Didik tentang Kalor. Progam Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
239.

Fahrurrozi, & Hamdi, S. (2013). Metode Pembelajaran Matematika.

Fitriyawani. (2013). Penggunaan Media Permainan Monopoli Melalui Pembelajaran


Kooperatif pada Mahasiswa Fisika Fakultas Tarbiyah dengan Konsep Tata
Surya. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 13 (2), 223-239.

Gintings, Abdorrahman. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:


Humaiora, 2010.

Halidu, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Bumi Aksara,


2018.

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),
h. 3.

Hamzah. (2008). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, A. (2021). Menulis Narasi Kreatif Dengan Model Project Based Learning
Da Musik Instrumental Teori Dan Praktik Di Sekolah Dasar. Cv Budi Utama.

Kharom, A., Sutjihati, S., & Munandar, R. R. (2020). Pengembangan Games Moneter
(Monopoly Vertebrata) Sebagai Media Pembelajaran Siswa. Journal Of
Biology Education Research (JBER), 1(1), 1–9.
35
Maria Anita Titu, “Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan
Kreativitas Siswa Pada Materi Konsep Masalah Ekonomi”, Prosiding Seminar
Nasional, 9 Mei 2015.

Mulyono. (2010). Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (Universitas


Muhammadiyah Sidoarjo

Octavia, S. A., (2020). Model-Model Pembelajaran.Yogyakarta: deepublish.

Ponidi, N. A. K. D., Trisnawati, D. P., Erliza Septia Nagara, M. K., Dwi Puastuti, W.
A., & Leni Anggraeni, B. H. (2021). Model pembelajaran inovatif dan efektif.
Penerbit Adab.

Sardiman. (2013). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Siskawati Maya, Pargiti, P. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Monopoli


Untuk Meningkatkan Minat Belajar Geografi Siswa. 4(1), 72–80.

Suciati, S., et al. (2015). Penerapan Media Monosa (Monopoli Bahasa) Berbasis
Kemandirian Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Mimbar Sekolah Dasar,
2(2), 175–188. https://doi.org/10.17509/mimbarsd.v2i2.1328

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Suprapto, A. N. (2013). Permainan monopoli sebagai media untuk meningkatkan
minat belajar tata boga di sma. Jurnal Ilmiah Guru Caraka Olah Pikir
Edukatif, 0(1), 37–43.

Susilana. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Wahyudi dan Agus, Ideologi Pancasila: Doktrin yang Komperehensif atau Konsepsi
Politis (Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila UGM, 2004), 3.

Winataputra, Udin. 2007. Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
36

Anda mungkin juga menyukai